MIOKARD INFARK
DISUSUN OLEH
DESMILA HARIYANTI, S. Kep
1. Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar
di belakang sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
é Vena cava superior pada ujung atasnya
é Vena cava inferior pada ujung bawahnya
é Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada bagian
depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium lubang
atrioventrikular kanan membuka ke dalam ventrikel kanan.
2. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian
besar sisi depan jantung. Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis) mengelilingi
lubang atrioventrikular kanan, pada sisi ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung
lain, terbentuk dari selapis tipis jaringan fibrosa yang ditutupi pada setiap sisinya
oleh endocardium.Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap
daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup melekat pada
chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil jaringan otot
yang keluar dari myocardium dan menonjol ke dalam ventrikel. Lubang
pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel dan
dikelilingi oleh valva pulmonalis,terdiri dari tiga daun katup semilunaris.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian
berlakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi,
membawa darah dari paru. Atrium membuka ke bawah ke dalam ventrikel kiri
melalui lubang atrioventrikular. Auricula sinistra adalah penonjolan runcing kecil
dari atrium, terletak pada sisi kiri pangkal aorta.
4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang
jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan. Valva
atrioventrikular sinistra (mitralis) mengelilingi lubang atrioventrikular kiri pada
bagian samping ventrikel, katup ini memiliki dua daun katup mendapat nama
yang sama dengan topi (mitre uskup), tepinya melekat pada chordae tendineae,
yang melekat pada penonjolan kerucut myocardium dinding ventrikel. Lubang
aorta membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh ketiga
daun katup aorta, sama dengan katup pulmonalis.
5. Myocardium
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium
tersusun dari serat – serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan
satu sama lain oleh cabang – cabang muscular. Serat mulai berkontraksi pada
embrio sebelum saraf mencapainya, dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan
bila tidak memperoleh inervasi.
6. Endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup
pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan
jaringan ikat, licin dan mengkilat.
7. Pericardium
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung.
Pericardium merupakan kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan
dan saling meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka
sekresikan dan melembabkan permukaannya. Jumlah cairan yang ada normal
sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh darah besar, limfatik, dan
saraf memasuki jantung) kedua lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak di
antara myocardium dan lapisan pericardium di atasnya.
8. Arteria Coronaria
Kedua arteria coronaria, kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding
jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah
masing – masing pada permukaan sisi kanan dan kiri jantung, memberikan cabang
ke dalam untuk myocardium. Arteri ini menyuplai masing – masing sisi jantung
tetapi memiliki variasi individual dan pada beberapa orang, arteria coronaria
dextra menyuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relatif sedikit
anastomosis antara arteria dextra dan sinistra.
1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan
atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya
seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
2. Takhikardi
3. Keringat banyak sekali
4. Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek
vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro
intestinal
5. Dispnea
6. Abnormal Pada pemeriksaan EKG (pelajari buku tentang EKG).
2.6 JENIS-JENIS INFARK MIOKARD
1. MIOKARD INFARK SUBENDOKARDIAL
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat peka
terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi akibat aliran
darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu lama sebagai akibat
perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-
kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia. Derajat nekrosis dapat
bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard, misalnya akibat
takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun pada mulanya gambaran klinis
dapat relatif ringan, kecenderungan iskemia dan infark lebih jauh merupakan
ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari Rumah Sakit.
2. MIOKARD INFARK TRANSMURAL
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural berkaitan dengan
trombosis koroner. Trombosis seing terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan. Termasuk
disini misalnya perdarahan dalam plaque aterosklerotik dengan hematom
intramural, spasme yang umumnya terjadi di tempat aterosklerotik yang emboli
koroner. Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi hal
ini amat jarang.
Klasifikasi Infark Miokard
Infark dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok anatomi umum :
a. Infark inferior mengenai permukaan diafragma jantung sering disebabkan oleh
oklusi koronaria kanan atau cabang desendensnya.
b. Infark dinding lateral mengenai dinding lateral kiri jantung sering disebabkan
oleh oklusi arteri sirkumfekta kiri.
c. Infark anterior mengenai permukaan anterior ventrikil kiri biasanya disebabkan
oleh penyumbatan arteri desendens anterior kiri.
d. Infark posterior mengenai permukaan posterior jantung biasanya disebabkan
oleh penyumbatan arteri koronaria kanan. (Santa Jota, 2002 )
2.9 DIAGNOSIS
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis
secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung.
Jika dicurigai dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya berasal dari koroner
atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat infark miokard
sebelumnya serta faktor-faktor resiko antara lain hipertensi, diabetes melitus,
dislipidemi, merokok, stres serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi
STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stres emosi atau penyakit medis lainnya.
Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian
dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur.
1. Pemeriksaan fisik
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat. Seringkali
ekstremitas pucat dan disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >
30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat STEMI. Sekitar seperempat pasien
infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardi dan
atau hipotensi). Dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukan
manifestasi hiperaktivitas saraf parasimpatis (bradikardi dan/atau hipotensi).
Tanda fisik lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 galop,
penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung
kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolic apikal yang bersifat
sementara karena disfungsi aparatus katup mitral dan pericardial friction rub.
Peningkatan suhu sampai 38°C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca
STEMI.
c) CK total
Creatine Kinase Adalah enzim yg mengkatalisis jalur kretin-kretinin dalam
sel otak & otot. Pada IMA CK dilepaskan dalam serum 48 jam setelah kejadian
dan normal kembali > 3 hari.Perlu dipanel dengan AST untuk menaikkan
sensitifitas. Peningkatan CK pada IMA : Peningkatan berat (5 kali nilai rujukan)
dan Peningkatan ringan – sedang (2-4 kali rujukan)
d) CK-MB
CK-MB Merupakan Isoenzim CK. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis
CK yaitu CK-MM, CK-BB dan CK-MB. M artinya muscular/skelet (otot) dan B
artinya brain (otak). Jumlah CK-MB ternyata lebih banyak di dalam otot jantung
sehingga spesifik untuk kelainan jantung. CK-MB Meningkat pada angina
pektoris berat atau iskemik reversibel. Kadar meningkat 4-8 jam setelah
infark.Mencapai puncak 12-24 jam kemudian kadar menurun pada hari ke-3.
Kriteria untuk diagnosis IMA adalah : CK-MB > 16 U/l, CK-Total > 130 U/l dan
CK-MB > 6% dari CK Total.
e) CK-MB Mass Relative Index (%RI)
Ada istilah baru dalam pelaporan enzim CK-MB, dengan melaporkan CK-
MB Mass Relative Index. Nilai ini didapat dari CK-MB mass dibagi aktifitas CK-
Total dan dikalikan dengan 100% sehingga didapatkan % RI. Rumus adalah % RI
= (CK-MBmass / aktivitas CK-Tot) x 100%. Peningkatan RI memperlihatkan
keadaan miokard. Tidak absolut – kurangnya standardisasi uji CK-Mbmass dan
variabilitas pada jaringan.RI > 3 – 6 % dengan peningkatan aktivitas CK-Tot
(sekitar > 2x batas URR) menggambarkan nekrosis miokard.
f) Cardiac troponin
Filamen otot jantung terdiri atas :Actin, Myosin dan Troponin regulatory
complex. Troponin terdiri atas 3 sub-units TnC, TnT& TnI. BM TnT = 37.000
dan BM TnI = 24.000. Fraksi troponin total ditemukan bebas dalam sitosol.
Berikut penjelasan singkat tentang Troponin :
g) Myoglobin
Myoglobin adalah protein BM rendah (oxygen-binding heme protein).
Skeletal & cardiac muscle Mb identik.Kadar Serum meningkat dalam 2 jam
setelah kerusakan otot. Kadar puncak pada 6 – 7 jam. Kadar normal setelah 24 –
36 jam. NEGATIVE predictoryang sangat baik pada cedera miokard.
Pemeriksaan dua sampel, 2 – 4 jam terpisah tanpa peningkatan kadar adalah
bukan AMI. Dilaksanakan cepat , quantitative serum immunoassays.
h) CRP
CRP adalah C-Reactive Protein yang merupakan protein fase akut
dilepaskan ke dalam darah sebagai akibat adanya suatu inflamasi. CRP diukur
sebagai marker mediator inflamasi seperti IL-6 dan TNF-α untuk memahami
inflamasi aterosklerosis.Diproduksi di hati dan otot polos arteri koroner sebagai
respon terhadap sitokin inflamasi.Digunakan sebagai biomarker inflamasi
sistemik khususnya untuk Penyakit jantung koroner (PJK).Pemeriksaan
menggunakan metode imunoturbidimetrik dan imunofelometrik.CRP memiliki
batas deteksi 3-5 mg/L.
i) hsCRP
hsCRP adalah high sensitivity C-Reactive Protein, Istilah untuk pemeriksaan lebih
rendah kadar CRP. Istilah ini untuk mendeteksi konsentrasi CRP di bawah limit
(3-5 mg/L) tersebut digunakan istilah hs-CRP (limit 0,1 mg/L).
j) IMA
IMA adalah Ischaemia Modified Albumin. Salah satu biomarker baru yang
digunakan untuk Iskemik Jantung.
2.10 KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium prematur
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifokal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
2.11 PENCEGAHAN
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah oleh penderita:
· Berhenti merokok
· Menurunkan berat badan
· Mengendalikan tekanan darah
· Menurunkan kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat
· Melakukan olah raga secara teratur.
2.12 SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Pasien yang mengalami penyakit infark miokard harus segera dirujuk di rumah
sakit untuk memperoleh layanan kesehatan yang lebih intensif. Pasien harus
dirawat inap durumah sakit untuk proses penanganan.
Perawat mulai memberikan obat-obatan untuk membantu gejala-gejala akut yang
dialami pasien. Perawat melakukan Terapi Reperfusi, terapi perfusi dini akan
memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi
ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI.
Perawat juga bisa memeberikan Morfin, morfin sangat efektif untuk mengurangi
nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada
STEMI
2.13 PENATALAKSANAAN
1. STEMI
Oksigen
Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Pada
semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam
pertama.
Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan
dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri
dada nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara
dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika
nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan nitrogliserin intravena. Nitrogliserin
intravena juga diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru. Terapi
nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau
pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan. Nitrat juga harus dihindari
pada pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24
jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Morfin
Morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik
pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis
2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi
vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis sehingga terjadi pooling vena yang
akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat
diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan
cairan iv dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik
yang menyebabkan bradikardi atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien
dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin
0,5 mg IV.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase
trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin
diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
Penyekat beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5
mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung <60
menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronki tidak
lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam,
dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
Terapi reperfusi
ACE Inhibitor
1. NSTEMI
Pasien STEMI harus istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG untuk
deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Terapi antiiskemia
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang dapat
diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta. Terapi antiiskemi terdiri
dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan penyekat
beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan intravena). Antagonis kalsium
nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak
toleran dengan obat penyekat beta.
2. Nitrat
Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien
mengalami nyeri dada iskemi. Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat
sublingual 3 kali dengan interval 5 menit, direkomendasikan pemberian
nitrogliserin intravena (mulai 5-10ug/menit). Laju infus dapat ditingkatkan
10ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan menghilang atau tekanan darah sistolik
<100 mmHg. Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan nitrat oral atau
dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika pasien sudah bebas nyeri selama
12-24 jam. Kontraindikasi absolut adalah hipotensi atau penggunaan sidenafil atau
obat sekelasnya dalam 24 jam sebelumnya.
3. Penyekat beta
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi jantung 50-60 kali/menit.
Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti verapamil atau
diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada persisten atau rekuren
setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat beta dan pada pasien dengan
kontraindikasi penyekat beta. Jika nyeri dada menetap walaupun dengan
pemberian nitrogliserin intravena, morfin sulfat dengan dengan dosis 1-5 mg
dapat diberikan tiap 5-30 menit sampai dosis total 20 mg.
4. Terapi antitrombotik
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran utama dalam
patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan
thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan klot.
1. Terapi antiplatelet:
Aspirin
1. Klopidogrel :
1. Antagonis GP IIb/IIIa :
1. Terapi antikoagulan
1. UFH (Unfractionated heparin)
Manfaat UFH jika ditambahi aspirin telah dibuktikan dalam tujuh penelitian acak
dan kombinasi UFH dan aspirin telah digunakan dalam tatalaksana NSTEMI
untuk lebih dari 15 tahun.
3.3 Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawtan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawtan dan aktivitas keperawtan. Tujuan perencanaan untuk
mengurangi menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan
perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,
penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi keperawatan (Gafar, La Ode Jumadi, 1999; 63). Untuk
menentukan prioritas perencanaan dapat berdasarkan kebutuhan dasar A. Maslow,
sifat masalah, berat ringannya masalah, dan keluhan pasien.
Adapun rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien infark miocard
akut adalah (Doenges, M.E., 2000 ; Carpenito, L.J., 2000)
Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasma otot sekunder terhadap kelaianan
viseral jantung
Rencana Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol
Intervensi :
Observasi dan catat lokasi, beratnya(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, timbul)
Rasional : Membentu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya koplikasi, dan keefektipan intervensi
Berikan pasien melakukan posisi yang nyaman (posisi semi fowler)
Rasional : Tirah bering pada posisi semi fowler menurunkan tekanan intra abdomen, namun
pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah
Dorong tehnik relaksasi, contoh latihan nafas dalam
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping
Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan anti angina
Rasional : Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang
meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokard.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem transpor oksigen terhadap
Infark Miocard
Rencana tujuan : terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mempengaruhi intervensi atau bantuan
Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhn oksigen tubuh dan
menurunka regangan jantung dan paru-paru
Berikan bantuan dalam kativitas bila perlu
Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu
sendiri
Gunakan tehnik penghematan energi, misalnya: mandi dengan duduk
Rasional : Mendorong pasien melakakan kegiatan dengan membatasi penyimpangan energi
dan mencegah kelemahan
Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status ekonomi
Rencana tujuan : ansietas berkurang atau teratasi intervensi
Intervensi :
Berikan informasi tentang Infark Miokard Akut (IMA)
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
Rasional : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan dapat menurunkan ansietas
3.4 Pelaksanaan
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan, rencana
perawatan, pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan
tindakan kolaboratif (Aziz, A.H., 2001)
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi dari
masing-masing diagnosa tersebut diatas
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah
dibuat pada tahap perencanaan (Aziz, A.H., 2001)
Hasil yang diharapkan dari diagnosa-diagnosa yang muncul pada pasien
Infark Miokard Akut (IMA) yaitu:
Nyeri hilang / terkontrol
Terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
Ansietas berkurang atua teratasi
Curah jantung dalam rentan normal
Menunjukkan perfusi adekuat
Mempertahankan keseimbangan cairan
Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung sendiri rencana pengobatan tujuan
pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan
3.6 LEGAL ETIS PADA INFARK MIOKARD
Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan
keperawatan yang dilakukan. Selain itu juga harus mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien serta memastikan kebutuhan klien terpenuhi.
} Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan
kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan yg menguntungkan/bermanfaat
bagi klien.Dapat terjadi dilema bila klien menolak tindakan tersebut, atau ketika
petugas kesehatan berperan sebagai peneliti. Perawat harus melakukan tindakan
keperawatan ketika pasien merasakan nyeri dan memberikan obat anti nyeri
kepada pasien.
} Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara. Perawat harus
memperlakukan pasien sama dengan yang lain, maksud dari pernyataan tersebut
adalah tidak membeda-bedakan pasien berdasarkan kelas karena semua pasien
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
} Fidelity
Perawat harus mempertanggungjawabkan semua tindakan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
} Veracity
Perawat harus memberi motivasi pada pasien agar pasien mempunyai
semangat untuk hidup karena pada penyakit ini pasien selalu berpikir mendekati
ajal.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke
otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Infark
miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner; prosesnya mula-mula
berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus
oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis arteri
yang oklusi dan aliran darah kolateral. Adapun gejalanya seperti Nyeri hebat pada
dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan
lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan,
tertindik,Takhikardi, Keringat banyak sekali, Kadang mual bahkan muntah
diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area
kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal,Dispnea.
4.2 SARAN
Diharapkan kepada perawat lebih paham pada penyakit infark miokard,
beserta cara pencegahan dan pengobatannya, sehingga dapat menjalakan asuhan
keperawatan untuk kesembuhan pasien. Perawat juga harus lebih fokus dalam
menjalankan intervensi keperawatan pada pasien infark miokard.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH
DESMILA HARIYANTI, S. Kep
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Duktus Atereosus Persisten DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila
bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu
dan prematuritas Manifestasi klinis Neonatus menunjukkan tanda-tanda
respiratori distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan
pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi
ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah,
adanya tanda ‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari
aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena
pembesaran ventrikel kiri. Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasnya diobati
dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada
duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan
operasi.
2. Pembedahan :
– Operasi penutupan defek
– Pemotongan atau pengikatan duktus (dianjurkan saat berusia 5-10 tahun)
– Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien
dengan resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.
– Pemotongan atau pengikatan duktus tanpa pembedahan dilakukan
dengan cara penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.
5 DO:
– GDA abnormal
– Frekuensi, irama dan kedalaman napas abnormal
– Diaforesis
– Hiperkapnea
– Hipoksia
– PCH
– Somnolen
– Takikardi
DS :- Edema paru Kemampuan recoil n complience paru gangguan pada
gangguan pertukaran gas Gangguan Pertukaran Gas
6 DO:
– Tidak tertarik untuk makan
– BB turun atau tidak mengikuti kurva pertumbuhan
– Bising usus hiperaktif
– Konjunctiva dan membran mukosa pusat
– Tonus otot buruk
DS :- sesak nafsu makan menurun ketidakseimbangan nutrisi Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
7 DO:
– Perubahan status mental
– Penurunan TD
– Nadi melemah
– Turgor kulit menurun
– Kulit dan membran mukosa mengering
– Ht meningkat
– kelemahan
DS :- sesak kesulitan minum Resiko Kekurangan Volume Cairan Resiko
Kekurangan Volume Cairan
8 DO:
– Ukuran tubuh tidak sesuai umur (grafik pertumbuhan)
DS :- Perfusi ke sel Lack of nutrient Sel kekurangan nutrisi Regenerasi dan
pertumbuhan terganggu gangguan tumbuh kenbang Gangguan Tumbuh Kembang
9 DO:
– perubahan aktual pada struktur tubuh (clubbing finger)
DS : – Sianosis kronis Clubbing finger GG. body image Gangguan Body Image
10 DO:
– Denyut jantung dan TD abnormal sbg respon thd aktivitas
– Perubahan EKG selama aktivitas yg menunjukkan aritmia atau iskemia
DS :- perfusi sel menurun Lack of O2 Aerob anaerob ATP Energi Kelemahan
Intoleransi aktivitas Intoleransi Aktivitas
11 DO:-
DS :- darah membendung di V.kanan Darah stuck di dlm jantung Kemungkinan
adanya MO hematogen Menginfeksi jantung Resiko infeksi
2.9. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kegagalan fungsi jantung.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan fungsi
pompa.
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi
pompa.
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru akibat
mekanisme backward.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pada jaringan paru
akibat edema paru.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energi yang dihasilkan
dari metabolisme yang berubah.
7. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakcukupan nutrisi untuk
regenerasi dan perkembangan sel-sek tubuh.
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan akibat sesak.
9. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kesulitan minum akibat
sesak napas.
10. Resiko infeksi berhubungan dengan pembendungan darah dalam jantung.
11. Gangguan body image berhubungan dengan adanya clubbing finger akibat
sianosis yang kronik
3.1. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi
akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak
biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan
penatalaksanaan yang berbeda.
Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi,
ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada
juga kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh. Pada umumnya kelainan Jantung
bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul
setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.
Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir
terlihat kebiru-biruan. Kelainan yang termasuk dalam penyakit Jantung bawaan
banyak sekali jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung
serta gangguan pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelainan pada
penyakit jantung bawaan, semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi
darah, karena Jantung sebagai salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas
memompa dan mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh.
3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang PJB, sehingga dapat lebih mengenali dengan gejala-gejala yang
ditimbulkan, baik gejala yang dapat dirasakan maupun tidak, serta dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
A.H Markum. (1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta : Fakultas
kedokteran UI
Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA, Tynan M. (1987). Fetal circulation
and circulatory changes at birth. In : Anderson RH, Macartney FJ,
Shinebourne EA and Tynan M, eds. Paediatric Cardiology. Vol.2 Churchill
Livingstone, 1987: 109.
Anonim. (2011). Jenis dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Biru.
[Internet]. Bersumber dari
:http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi+dan+kesehatan/Bayi/jenis.dan.gej
ala.penyakit.jantung.bawaan.pjb.biru/001/001/1637/63/3. (Diakses pada
tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2012). Askep Kelainan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber
dari : http://junitri.wordpress.com/2012/04/24/askep-kelainan-jantung-
bawaan/. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim.(2012). Penyebab Kerusakan Jantung Bawaan. [Internet].
Bersumber dari : http://www.anakku.net/penyakit-jantung-bawaan-pada-
bayi-baru-lahir.html. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47
WIB).
Artman M, Mahony L, Teitel DF. (2002). Neonatal Cardiology. The McGraw-Hill
Companies Medical Publishing Division.
Carpenito J.Lynda. (2001). Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Febrina, D, Rizkia. (2011). Penyakit jantung bawaan. [Internet]. Bersumber dari
: http://id.scribd.com/doc/55410647/penyakit-jantung-bawaan. (Diakses
pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Hanifah, Rizka. (2010). Deteksi Dini dan Tata Laksana Penyakit Jantung
Bawaan. [Internet]. Bersumber dari
:http://www.berbagimanfaat.com/2010/05/deteksi-dini-dan-tata-laksana-
pjb.html. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Madiyono B. (1997). Kardiologi anak masa lampau, kini, dan masa mendatang :
Perannya dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskuler.
Jakarta : Pidato pada upacara pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam
ilmu kardiologi anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ontoseno T. (1996). Kelainan Jantung Bawaan Dan Etiologinya Masa Kini.
Buletin Toraks Kardiovaskuler Indonesia.
Saenz RB, Diane KB, Laramie C. Triplett, M.D. (2003). Caring for Infants
with Congenital Heart Disease and Their Families. University of Mississippi
Medical Center Jackson, Mississippi American academy of Family
Physician.
Wilkinson JL. (2002). Initial management and referral for surgical intervention of
neonates with critical congenital heartd disease. Indones J Pediatr Cardiol
Anonim. (2010). Penyakit Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari
:http://www.totalkesehatananda.com/congenital1.html. (Diakses pada
tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan
manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesaar iman dan islam yang
tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dekompensasi Cordis“
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, penulis akan sangat
berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Anatomi fisiologi 3
2.2. Pengertian 5
2.3. Jenis Dekompensasi cordis 6
2.4. Etiologi 8
2.5. Patofisiologi 10
2.6. Manifestasi Klinis 12
2.7. Komplikasi 12
2.8. Derajat Beratnya DC 12
2.9. Penatalasanaan 13
2.10. Pencegahan 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 pengkajian 15
3.2 Pemeriksaan Fisik 16
3.3 Pemeriksaan Diagnostik 17
3.4 Diagnosa Keperawatan 18
3.5 Intervensi 19
3.5 Implementasi 26
3.6 Evaluasi 26
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan 28
4.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
1.Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya seorang perawat
2.Manfaat Praktis Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan
mengenai Asuhan Keperawatan Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.Fisiologi Jantung
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot
ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus
rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama
seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus
penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab
serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini
menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja
sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung.
Fungsi umum otot jantung
1)Sifat Ritmisitas/otomatis Otot jantung secara potensial dapat
berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk
rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis, sel-sel miokardium
memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
2)Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh
jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung merupakan suatu
sinsitium sehingga impuls jantung segara dapat mencapai semua bagian jantung.
Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama. Kekuatan berkontraksi
dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung,
suhu, dan hormon tertentu.
3)Tidak dapat berkontraksi tetanik Refraktor absolut pada otot jantung
berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh
untuk melindungi diri.
4)Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal,
otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan
bertambah panjang bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan
diastolik melampaui batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
2.2. Pengertian
Decompensasi cordis adalah suatu keadaan jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang cukup memenuhi kebutuhan metabolisme jarngan akan
oksigen dan nutrisi. (Brunner,2001).
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk
mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad
ramali.1994)Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa
jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ).
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan
suatu sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi
kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya
umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasan tersebut
adalah suatu spektrum fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya
daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau
bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses
terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif {misalnya
pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau. volume overload
dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi,
kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung
tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal aliran balik vena
(venous return) ke jantung dalam keadaan normal.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan yang mana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya (Carleton,P.F
dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997).
Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
c)Faktor sistemik
·Hipoksia
2.5. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap
gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat :
1.Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik.
2.Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron,
dan
3.Hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung.
Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak
pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi
akan menjadi semakin kurang efektif. Menurunnya curah sekuncup pada gagal
jantung akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya
aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf
adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi
akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga terjadi vasokonstriksi
arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah
dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya
seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat
dipertahankan.Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai
serangkaian peristiwa :
a.Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus.
b.Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus.
c.Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan
angiotensin I.
d.Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.
e.Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
f.Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antara
lain :
1. Dyppnea Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu
pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
2. Batuk
3. Orthopea
4. Reles paru
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
2.7. Komplikasi
Komplikasi dari decompensatio cordis adalah:
1. Syok kardiogenik.
2. Episode tromboemboli.
3. Efusi dan tamporiade pericardium
2.9.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk
menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang
potentially curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
1.Non medikamentosa. Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan
adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus
dikurangi benar–benar dengan tirah baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen
yang relatif meningkat. Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang
hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah
garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang
diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80–
100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
3.Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
a.Revaskularisasi (perkutan, bedah)
b.Operasi katup mitral.
c.Aneurismektomi.
d.Kardiomioplasti.
e.External cardiac support.
f.Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
g.Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
h.Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
i.Ultrafiltrasi, hemodialisis.
2.10. Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama
pada kelompok dengan risiko tinggi.
1.Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard.
2.Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.
3.Pengobatan hipertensi yang agresif.
4.Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung.
5.Memerlukan pembahasan khusus.
6.Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang
mendasari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajian
1.Anamnase
Nama:
Umur :
Pekerjaan :
Penanggung jawab :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
No . medical record :
Tanggal masuk :
Diagnose medic :
Tanda – tanda vital :
Nadi :
Tekanan darah :
Pernafasan:
Suhu:
2.Riwayat Kesehatan
3.2Pemeriksaan Fisik
1.Aktivitas dan Istirahat
·Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
Mengeluh sulit tidur (keringat malam hari).
·Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu,
dispneu.
2.Sirkulasi
·Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital:
kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi,
serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock
hipovolema.
·Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang
keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
3.Integritas Ego
·Tanda: Menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan
kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian
neurotik.
4.Makan/cairan
·Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
·Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising
terdengar krakela dan mengi.
5.Neurosensori
·Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
·Tanda: Kelemahan
6.Pernafasan
·Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
·Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah,
gelisah.
7.Keamanan
·Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
·Tanda: Kelemahan tubuh
8.Penyuluhan/pembelajaran
·Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
·Tanda: Menunjukan kurang informasi.
3.3Pemeriksaan Penunjang
1.EKG : Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial
akut, dan guna mengkaji kompensaai sepperti hipertropi ventrikel.
2.Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik
pada penyakit jantung kotoner.
3.Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran
jantung
4.esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk
menyajikan data tentang fungsi jantung
5.Faktor Lain
·Kebiasaan merokok
Yaitu bahwa rokok mengandung nikotin dan zat beracun yang berbahaya dan
dapat merusak fungsi jantung. Nikotin pada rokok dapat meningkatkan faktor
resiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapnya kolesterol pada
pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.
·Hipertensi
Yaitu meningkatnya tekanan darah sistolik karena pembuluh darah tidak elastis
serta naiknya tekanan diastolic akibat penyempitan pembuluh darah tersebut,
aliran darah pada pembuluh koroner juga naik.
·Obesitas
Yaitu penumpukan lemak tubuh, sehingga menyebabkan kerja jantung tida normal
dan menyebabkan kelainan.
·Kolesterol tinggi
Yaitu mengendapnya kolesterol dalam pembuluh darah jantung koroner
menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi
lebih berat.
·Diabetes Mellitus
Karena kadar glukosa yang berlebih bisa menimbulkan penyakit yang agak berat
dan bersifat herediter.
·Ketegangan jiwa/stress
Stres terjadi bias meningkatkan aliran darah dan penyempitan pada pembuluh
darah koroner.
·Keturunan
·Kurang makan sayur dan buah
3.4Diagnosa
1.Intoleransi aktivitas b/d kelelahan atau dipnue akibat turunnya curah jantung
2.Resiko penurunan perfusi jaringan
3.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
4.Kelebhian volume cairan
5.Gangguan pertukaran gas
6.Kerusakan intregitas kulit
7.Ketidakseimbangan nutrisi > kebutuhan tubuh
8.Ketidakefektifan pola nafas b/f keletihan otot-otot pernafasan disfungsi
neuromuscular, sindrom hipoventilasi
9.Ansietas b/d kesulitan nafas dan kegelisahan akibat oksigenasi yang tidak
adekuat
3.5Intervensi
3.6Implementasi
Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri
ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah
persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat :
1.Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukaan
2.Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3.Menyiapkan lingkungan terapeutik
4.Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5.Memberikan asuhan keperawatan langsung
6.Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan
keluarganya.Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali
keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan,
mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam
catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan
respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan
implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang
didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan
standar keperawatan.
3.7Evaluasi
Evaluasi keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Evaluasi merupakan proses yang dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan atau
menilai respon klien terhadap tindakan leperawatan seberapa jauh tujuan
keperawatan telah terpenuhi. Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua
yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang
dinilai adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yang telah ditentukan
sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi
struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1.Mengumpulkan data keperawatan pasien.
2.Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien.
3.Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4.Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal
yang berlaku.
Hasil yang diharapkan:
1.Mengalami penurunan kelelahan dan dispnea.
a.Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik maupun emosional.
b.Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurangi kelelahan dan dispnu.
c.Mematuhi aturan pengobatan.
2.Mengalami penurunan kecemasan.
a.Menghindari situasi yang menimbulkan stress.
b.Tidur nyenyak di malam hari.
c.Melaporkan penurunan stres dan kecemasan.
3.Mencapai perfusi jaringan yang normal.
a.Mampu beristirahat dengan cukup.
b.Melakukan aktivitas yang memperbaiki aliran balik vena; latihan harian sedang;
rentang gerak ekstremitas aktif bila tidak bisa berjalan atau harus berbaring dalam
waktu lama, mengenakan kaus kaki penyokong.
c.Kulit hangat dan kering dengan warna normal.
d.Tidak memperlihatkan edema perifer.
4. Mematuhi aturan perawatan diri.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit dekompensasi
kordis masih merupakan masalah yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi
terutama pada bayi dan anak, jika tidak ditangani dengan baik. Gagal jantung
adalah kelainan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan akibat dari meningkatnya
beban awal atau beban akhir atau menurunnya kontraktilitas miokard.
Penanganan dari gagal jantung memerlukan perhitungan serta pertimbangan yang
tepat agar tidak memperburuk keadaan jantung dari penderita. Selain itu edukasi
mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila
timbul keluhan dan dasar pengobatan sangatlah penting terutama bagi orang tua
dan keluarga pasien agar dapat membantu memaksimalkan proses penyembuhan
dan menurunkan angka mortalitas. Istirahat serta rehabilitasi, pola diet, kontrol
asupan garam, air, monitor berat badan adalah cara–cara yang praktis untuk
menghambat progresifitas dari penyakit ini.
4.2. Saran
Saran sesuai dengan masalah yang telah disimpulkan oleh penulis, pada
akhir makalah penulis memberikan saran bahwa untuk penaggulangan penyakit
decompensatio cordis, masyarakat harus mengurangi kebiasaan merokok,
pengurangan makanan berkolesterol tinggi, makanan berlebih yang menyebabkan
obesitas, perbanyak makan sayur dan buah, kurangi stress dan lainnya yang telah
tertulis dalam makalah guna memperkecil resiko decompensatio cordis.
DAFTAR PUSTAKA
http://khakarangga.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-pada
decompensatio.html
http://download-askep-askeb.blogspot.com/2013/05/askep-pada-klien-dengan-
decompensasi.html
Hendra, Arjatmo. 1996. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM JILID I. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan
manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesaar iman dan islam yang
tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Penyakit Dekompensasi Kordis
(DK)“ Penyusun menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, penulis akan sangat
berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan
manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesaar iman dan islam yang
tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Mikard Infark (MI)“ Penyusun
menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, penulis akan sangat
berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan
manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesaar iman dan islam yang
tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Bawan
(CHD)“ Penyusun menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, penulis akan sangat
berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI