Anda di halaman 1dari 23

PERIKARDITIS

Kelompok :

YOHANA SIMUN

V C AGNES BATTA

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KRITIS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul PERIKARDITIS pada pasien
Kritis dengan baik dan tepat waktu. .

Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis, baik dalam
pengumpulan materi m aupun dari pengetahuan dan pengalaman. Oleh kerena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun, penulis terima dengan senang hati .

Penulis sangat berharap semoga tugas sederhana ini dapat berguna bagi pengetahuan kami
sendiri maupun para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot, otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang,
tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi
oleh susunan saraf otonom )(Syaifuddin,2006).
Di Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang ternyata masih berjuang menghadapi
berbagai masalah kesehatan. Penyakit tidak menular menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan yang sudah menjadi ancaman sebagian besar warga dunia,
sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk pengendaliannya.
Salah satu penyakit tidak menular adalah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Perkiraan WHO setelah data terkumpul, pada tahun 2015 diperkirakan kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan
tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. (Beritadok, 2013)
Salah satu penyakit jantung yaitu perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun ditubuh
contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik, tetapi
kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer. Pada perikarditis, ditemukan
reaksi radang yang yang mengenai lapisan pericardium viseratis dan atau parietalis,
ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik
(viral), infark miokard dan uremia.
B. TUJUAN

Agar Mahasiswa mengetahui anatomi fisiologi dari jantung

Agar Mahasiswa mengetahui pengertian dari perikaditis

Agar Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari perikarditis

Agar Mahasiswa mengetahui patofisiologidan pathway dari perikarditis

Agar Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari perikarditis

Agar Mahasiswa mengetahui komplikasi dari perikarditis


BAB II

KONSEP MEDIS

A. ANATOMI FISIOLOGI

Jantung adalah organ berotot yang berongga dan berbentuk kerucut. Jantung terletak di
rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada) disebelah anterior
dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior. Jantung memiliki pangkal yang
lebar di sebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di dasar.

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga
dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung
lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.16
Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan,
dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis,
sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding
lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi
sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi
menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke
paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan
memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah
yang kaya oksigen keseluruh tubuh.
Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput
pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung
terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri
jaringan endotel disebut endokardium.
Siklus Jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran
darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi
(diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2
atrium terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut
diastolik atrial. Lama kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5
detik. Kontraksi kedua atrium pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah
keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel
kanan juga memompakan darah yang sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke
sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.

Curah Jantung
Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada
keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan
ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di
tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut
volume sekuncup. Dengan demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi
denyut jantung per menit.Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi
pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan.
Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan volume residu. Besar curah jantung
seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung
orang dewasa pada keadaan istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau
menurun dalam berbagai keadaan.
B. PENGERTIAN

Perikarditis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada
perikardium, kantung berlapis ganda yang mengelilingi jantung. Kedua lapisan
perkardium biasanya dipisahkan oleh sebuah lapisan cairan yang tipis yang berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan jantung memompa dengan mudah dan efisien
tanpa adanya gesekan. Pada perikarditis, bertambahnya cairan yang berlebihan ini bahkan
membatasi gerakan jantung, menyebabkan nyeri dada yang parah meskipun ada sedikit
kerusakan yang tidak begitu nyata di jantung.

Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parientalis dengan atau tanpa
disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat dan eksudat
maupun serasanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab (IKA
FKUI , 2007).

Perikarditis merupakan inflamasi kantong perikardium yang berisi cairan dan


mengelilingi jantung (Elizabeth, 2008).

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya.


Perikarditis  dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan
kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan
penatalaksanaan yang sama (Arif, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat, distribusi,


dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif menurut urutan,
yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal, lelah, ortopnea,
palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Sebagian penderita (60%)
mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya cairan yang terkumpul dalam rongga
perikard, maka dapat menimbulkan gangguan hemodinamika dan akan timbul keluhan
sesak nafas dan gejala bendungan vena. Bila disertai dengan miokarditis (pankarditis)
seperti yang sering ditemukan pada perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal
jantung kongestif. Kriteria nyeri pada perikarditis akut dan tajam, berkurang dengan
perubahan posisi. Selain yang disebutkan diatas, terdapat juga beberapa manifestasi
klinis yaitu sebagai berikut demam, fatigue, cemas, pulsus paradoksus, gangguan status
mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat, kardiak marker meningkat, ST
segmen elevasi, dan PR depresi kecuali segmen aVR.

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada pericarditis akan
memberikan respon sebagai berikut.
Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong
pericardium.Peningkatan permeabilitas vascular sehingga kandungan protein, termasuk
fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.Peningkatan perpindahan leukosit
terutama pada pericarditis purulenta perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan
penyebab yang mungkin.
PATHWAY

Inflamasi, tumor, invasi kuman ke Trauma pasca-infark pasca pembedahan jantung


pericardium, gagal ginjal dan sebagainya Ruptur jantung, pembentukan eksudat ke pericardium
Efusi Perikardium
Tamponade jantung

Tekanan ventrikel meningkat


Nyeri dada Pengisian diastolic menurun

Iskemia Tekanan vena meningkat


miokardium Volume sekuncup menurun

Peningkatan tekanan vena


jugularis ,asistes, edema
Aliran darah Curah jantung menurun
koroner
menurun
Perfusi jaringan menurun

Kongesti Aliran darah tidak adekuat ke Kecemasan koping individu


pulmonalis sistemik tidak efektif
Pemenuhanp
roduksi HCL,
Sesak napas mual, Kelemahan fisik Kondisi dan prognosis
muntah penyakit
Gangguan
pertukaran
Gangguan pemenuhan
pola napas Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
tidak efektif nutrisi
kurang dari
kebutuhan
I
E. PENATALAKSANAAN

1. Efusi pericardium Penatalaksanaan pada efusi pericardium adalah dengan melakukan


perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan agar proses drainase dari
aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)

a. Perikardiosentesis

Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi


pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi
efusi sebagai penegakan diagnosis dan tindakan invasive untuk pengobatan.

b. Lokasi Pungsi Perikardium

Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman karena
jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi ke
paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk menghindari tertusuknya arteri
mamaria interna. Lokasi efusi pericardium umumnya berada di bawah, sehingga cairan
yang sedikit pun dapat diperoleh di sini.

2. Temponade Jantung

Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin dapat


menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk
menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti
pemeriksaan kateterisasi jantung, harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan
aspirasi pericardium dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan
yang lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang
menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi dan evaluasi
tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan tanpa adanya lekuk y,
kemungkinan adanya tamponade jantung harus diperhatikan. Tamponade jantung harus
dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup di daerah dada anterior, nadi
paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang
pada fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T,
serta hal-hal tersebut di awal. Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah,
klien biasanya tanpa gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan
dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamik dan
gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

F. KOMPLIKASI

1. Efusi Pericardium Salah satu reaksi radang pada perikarditis adalah penumpukan
cairan (eksudasi) didalam rongga perikard yang disebut dengan efusi pericard. Efusi
perikard ditentukan oleh jumlah dan kecepatan pembentukan cairan perikard.

2. Tamponade Jantung Efusi yang banyak atau timbul cepat akan menghambat pengisian
ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah jantung sekuncup dan
semenit berkurang. Kompensasinya adalah takhikardia, tetapi pada tahap berat atau kritis
akan menyebabkan gangguan sirkulasi dengan penurunan tekanan darah serta gangguan
perfusi organ dengan segala akibatnya yang disebut tamponade jantung. Hal ini dapat
menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal.
Pengkajian

1. Pengkajian Primer

a. Airway

a) Apakah passien mengalami sesak napas hebat, cek TTV

b) Pastikan Kepala : dalam batas normal, Leher : terlihat trakea bergeser ke kiri,
vena jugularis distensi, lainnya dalam batas normal.

c) Rasakan apakah ada pergerakan udara

d) Periksa apakah ada penggunaan otot-nafas-tambahan

e) Raba nadi ardialis

f) Pastikan tingkat kesadaran pasien

b. Breathing

a) Memastikan pasien bernafas atau tidak bernafas

b) Melihat,mendengar, merasakan,memastikan jalan nafas

c) Memberikan bantuan nafas , mulut ke stoma bag valve mask (AMBU BAG).

d) Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru (RJP).

e) Periksa kembali keadaan korban dengan cara menggoncangkan bahu korban


segera berteriak minta pertolongan memeriksa jalan nafas,memperbaiki posisi
korban/ pasien memperbaiki posisi penolong membuka jalan nafas.

f) Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif ,periksa
apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah
kepala dan angkat dagu yang belum adekuat.
c. Circulation

a) Memastikan ada tidaknya denyut jantung,

b) Periksa arteri brakhialis dan arteri karotis

c) Bila arteri karotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi
jantung luar denagn perbandingan15:2

d) Jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tualng iga kanan atau kiri

e) sehingga bertemu dengan tulang dada

f) Tepatkan badan penolong vertikal diatas pasien dengan bertumpu pada kedua
lengan yang diluruskan diatas sternum pasien dan tekan sternum tegak lurus
sedalam 3.8-5 cm

g) Lepaskan tekanan tanpa melepas kontak antra tangan dan sternum pasien

d. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Subyektif: pasien mengeluh nyeri     Kemampuan dilatasi Nyeri
dada jantung
Obyektif: - CRT > 3 detik   Kontraktilitas ventrikel kiri
-   Skala nyeri 7          Curah jantung
-   Penurunan TD  
-   Aritmia  (+)                   O2
                 Nyeri
Subyektif: pasien mengeluh nyeri Kemampuan dilatasi jantung Penurunan curah
dada   jantung
Obyektif: - CRT > 3 detik Kontraktilitas ventrikel kiri
-   Pengeluaran urine inadekuat  
-   Penurunan TD Curah jantung
-   Aritmia  (+)
DS: Pasien mengeluh lemah karena Emboli dalam pembuluh Gangguan Perfusi
hipoksia darah Jaringan
DO:  Pasien terlihat lemah karena
O2 jaringan menurun.
  Obstruksi
  pembuluh
  darah
 

Aliran darah ke jaringan


terganggu

  Perubahan
perfusi
jaringan
Subyektif: pasien mengeluh Perfusi jaringan Intoleransi  Aktifitas
badannya terasa lemah  
Obyektif: klien tidak mampu Aliran darah tidak adekuat
bermobilisasi di tempat tidur ke sistemik
 
Kelemahan fisik
Subyektif: -        kemampuan dilatasi Resikotinggi infeksi
Obyektif: terjadi akumulasi cairan jatung
di perikardium  
akumulasi bakteri di
perikardium
 
resiko tinggi infeksi

e. Pemeriksaan Fisik

· B1 : Breathing (Respiratory System) Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)
· B2 : Blood (Cardiovascular system)
             Takikardi, penurunan TD, aritmia jantung
· B3 : Brain (Nervous system)
             Normal
· B4  : Bladder (Genitourinary system)
              Penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap
· B5  : Bowel (Gastrointestinal System)
             Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi
· B6  : Bone (Bone-Muscle-Integument)
              Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

f. Diagnosa
1. Dx : Nyeri kronis Berhubungan dengan efusi perikardium

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam nyeri hilang/terkontrol.


Hasil ( NOC ):
 Menunjukkan Nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5; ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):
o Gangguan performa peran atau gangguan hubungan interpersonal
o Gangguan konsentrasi
o Gangguan perawatan diri
o Gangguan pola tidur
o Kehilangan selera makan
 Memperlihatkan Tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada)
o Ekspresi nyeri pada wajah
o Gelisah atau tidak tenang
o Ketegangan otot
o Kehilangan selera makan
o Episode nyeri yang lama
 Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
 Tingkat depresi: keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat
dengan peristiwa hidup
 Nyeri efek merusak: keparahan dampak negatif nyeri kronik yang dapat
diobservasi atau dilaporkan pada fungsi sehari-hari
 Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan.
2. Dx: Aktual atau resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan kontraktibilitas ventrikel kiri akibat sekunder dari penurunan kemampuan
dilatasi jantung, penurunan volume sekuncup.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasidan
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat di terima (disritmiaterkontrol) atau
hilang dan bebas gejala gagal jantung, parameter hemodinamik dalam batas normal,
output urine adekuat.
Hasil ( NOC )
a. Aktivitas pola jantung: keadekuatan volume darah yang di ejeksikan dari ventrikel
kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
b. Perfusi jaringan: Jantung : keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatur
koroner untuk mempertahankan fungsi organ jantung.
c. Status tanda vital: Tingkat suhu, nadi, pernafasan, dn tekanan darah dalam rentang
normal..
3. Dx :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder dari
perubahan membran kapiler alveoli.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respon
sesak nafas.
Hasil (NOC)
 Secara subjektif klien mengatakan penurunan sesak nafas.
 Secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16 -20x /mnt )
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, analisas gas darah dalam batas normal.
4. Dx :Resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peNgembangan
paru tidak optimal
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas.
Hasil (NOC)
 Klien tidak sesak nafas
 RR dalam batas normal (16-20x/mnt)
 Respon batuk berkurang
 Auskultasi bunyi nafas (krakles).
5. Dx : Intoleransi aktivitas
Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya
kemampuan beraktivitas.
Hasil (NOC)
a. Toleransi aktivitas: Respo fisiologis terhadap gerakan yang memakan energy
dalam aktivitas sehari hari.
b. Energi Psikomotorik: Dorongan dan energy individu untuk mempertahankan
aktivitas hidup sehari-hari, nutrisi, dan keamanan personal.
c. Perawatan diri: Aktivitas sehari hari: kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
fisik yang paling dasar dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau
tanpa alat bantu.
.
6. Dx : Defisiensi pengetahuan.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam klien dapat menyatakan pemahaman tentang proses
penyakitnya dan regimen pengobatan.
Hasil ( NOC ) :
a. Pengetahuan: Jantung: Tingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang manajemen
penyakit jantung.
b. Pengetahuan: Intoleransi aktivitas: Tingkat pemahaman yang ditnjukkan
penghematan energy.
g. Intervensi Keperawatan Perikarditis

1. Intervensi Dx 1

 Pemberian analgesik: penggunaan agens farmakologis untuk meredakan atau


menghilangkan nyeri

 Modifikasi perilaku: meningkatkan perubahan perilaku

 Restrukturasi kognitif: mendorong pasien untuk mengubah distorsi pola pikir dan
memandang diri sendiri serta dunia secara realistis

 Peningkatan koping: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor,


perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup

 Manajemen medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara
aman dan efektif

 Manajemen nyeri: menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ke tingkat yang lebih
nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
 Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien: memfasilitasi pengendalian
pemberian dan pengaturan analgesik oleh pasien

 Fasilitasi tanggung jawab diri: mendorong pasien untuk lebih bertanggung jawab
terhadap perilakunya sendiri.

2. Intervensi Dx 2
 Reduksi perdarahan: membatasi kehilangan volume darah selama episode
perdarahan.
 Perawatan jantung: membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan
fungsi jantung.
 Promosi perfusi serebral: meningkatkan perfusi yang adekuat dan membatasi
komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami ketidakadekuatan
perfusi serebral.
 Pemantauan tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis data kardio vascular,
pernafasan, dan suhu tubh untuk menentukan dan mencegah komplikasi.

3. Intervensi Dx 3
 Berikan tambahan oksigen 6lt/mnt. Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen pada
proses pertukaran gas.
 Pantau satu rasi (opsimetri) pH, BE,HCO3, dengan analisa gas darah(AGD) arteri,
Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat
tidaknya proses pertukaran gas. Koreksi keseimbangan asam basa ; Mencegah
asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan. Cegah atelektasis dengan
melatih batuk efektif dan nafas dalam; Kongesti yg berat akan memperburuk proses
pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia
Kolaborasi :-RL 500cc/24jam
Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya digoxin
1-0-0 edema sehingga dapat mencegah gangguan pertukaran gas. Furosemide 2-1-0.
Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH
4. Intervensi Dx 4
 Auskultasi bunyi nafas (krakles)
 Indikasi edema paru, sekunder akibat dekompensasi jantung
 Kaji adanya edema ;Waspadai adanya gagal kongestif dankelebihan volume cairan
 Ukur intake dan output cairan; Penurunan curah jantung, mengakibatkantidak
efektifnya perfusi ginjal
 Timbang BB; Perubahan tiba-tiba dan berat badan menunjukan gangguan
keseimbangan cairan
 Pertahankan pemasukan total cairan2000ml/24jam dalam toleransi kardiovaskuler ;
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan
pembatasandengan adanya dekompensasi jantung
Kolaborasi :
- berikan diet tanpa garam- berikan diuretic, contoh :furosemide sprinolakton
hidronolakton- pantau data laboratorium elektrolit kalium
O Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang
berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan meningkatkan kebutuhan
miokardium
O Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi
cairan ke jaringan sehingga menurunkan terjadinya edema paru
O Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
5. Intervensi Dx 5
 Manajemen energy: mengatur penggunaan energy untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.
 Manajemen alam perasaan: member rasa keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan
pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan.
 Bantuan perawatn diri: membantu individu melakukan AKS.

6. Intervensi Dx 6
 Edukasi kesehatan: mengembangkan dan memberikan bimbingan untuk menfalisitasi
adaptasi secara sadar perilaku yang kondusif untuk kesehatan individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas
 Perlindungan infeksi: mencegah dan melakukan deteksi dini infeksi pada psien
beresiko.
 Pencegahn penggunaan zat: tindakan pencegahan terhadap gaya hidup alkoholik dan
konsumsi obat terlarang.
 Penyuluhan: proses penyakit: membantu pasien memahami informasi yang
berhubungan dengan proses penyakit tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas dapat di ambil kesimpulan yaitu Dilihat dari anatomi
jantung,Jantung adalah organ berotot yang berongga dan berbentuk kerucut. Jantung
terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada)
disebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior. Jantung juga
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut
epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot
jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut
endokardium.
Salah satu gangguan pada lapisan jantung adalah Perikarditis. Perikarditis adalah
peradangan perikardium parietal, perikardium visceral, atau keduanya. Proses inflamasi
dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada pericarditis akan memberikan respon
seperti terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong
pericardium.Peningkatan permeabilitas vascular sehingga kandungan protein, termasuk
fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.Peningkatan perpindahan leukosit
terutama pada pericarditis purulenta perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan
penyebab yang mungkin.
Dari peradangan tersebut, dapat diambil diagnose yaitu Nyeri Kronis, resiko
tinggi menurunnya curah jantung, gangguan pertukaran gas, Resiko tinggi pola nafas
tidak efektif, Intoleransi aktivitas, serta defisiensi pengetahuan.

B. Saran
Dalam uraian makalah yang telah di sampaikan dapat di lihat penderita penyakit
tidak menular khususnya pada jantung dan pembuluh darah semakin meningkat pada
setiap tahunnya. Dan penyakit perikarditis merupakan penyakit yang berbahaya.
Sehingga penulis melalui makalah ini ingin memberikan saran pada para pembaca untuk
lebih waspada dan menghindari apa saja yang menyebabkan timbulnya penyakit ini
seperti merokok,minum-minuman beralkohol ataupun penggunaan obat-obat terlarang
yang dapat memicu timbulnya penyakit ini. Dan Sebaiknya juga masyarakat dapat lebih
tanggap tentang kesehatannya dengan cara melakukan pencegahan dan mengetahui tanda
dan gejala penyakit. jadi sebaiknya masyarakat diberikan penyuluhan pendidikan
kesehatan yang di berikan petugas kesehatan agar masyarakat mengetahui tanda dan
gejala penyakit sehingga dapat melakukan pencegahan secara dini.

Anda mungkin juga menyukai