Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

TAMPILAN EFUSI PERIKARDIUM DENGAN


MODALITAS FOTO POLOS DAN CT SCAN

Disusun Oleh:
Orion Ardi Ramadhana G4A019013

Pembimbing:
dr. Rochmawati Istutiningrum, Sp. Rad

SMF ILMU RADIOLOGI


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang

pericardium. Perikardium biasanya berisi cairan yang sangat sedikit jumlahnya.

Bila volume cairan pada perikardium melebihi ambang “penuh”, efusi perikardium

mengakibatkan tekanan pada jantung sehingga terjadi cardiac tamponade

(tamponade jantung) yaitu terjadi kompresi jantung akibat darah atau cairan yang

menumpuk di ruang antara miokardium (otot jantung) dan perikardium (kantung

jantung). Kompresi tersebut menyebabkan fungsi jantung menurun. Efusi

perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang disebabkan

oleh infeksi, keganasan, maupun trauma. (Saito, 2008)

Diagnosis efusi perikardium dapat ditegakkan dengan pemeriksaan umum,

pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan umum meliputi

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Beck’s triad

meliputi hipotensi, suara jantung menjauh, peningkatan JVP. Temuan klinis lain

meliputi tanda Kussmaul (Penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya

meningkat saat inspirasi), takikardi, takipneu, pulsus paradoxus. Pada pemeriksaan

chest x-ray, tampak bayangan jantung yang membesar bentuk globuler gambaran

“Water bottle-shape heart”. Gambaran jantung seperti ini tampak jika cairan lebih

dari 250 ml, serta pada pemeriksaan EKG menunjukkan kompleks QRS low voltage

dan electrical alternans. (Marulam, 2006)

Efusi perikardium adalah kondisi darurat yang membutuhkan hospitalisasi

apabila cairannya melebihi batas normal. Cairan di sekitar jantung harus dialirkan.

Pericardiocentesis adalah prosedur yang menggunakan jarum untuk memindahkan


cairan dari kantong perikardium. Prosedur untuk memotong dan memindahkan

bagian dari perikardium (surgical pericardiectomy atau pericardial window) juga

bisa dilakukan. Cairan diberikan untuk menjaga tekanan darah normal sampai

pericardiocentesis dapat dilakukan. Obat-obat yang meningkatkan tekanan darah

juga dapat membantu menjaga kelangsungan hidup pasien sampai cairan dapat

dialirkan. (Grimm, 2008)


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

Jantung terletak dalam ruang mediastinum rongga dada, di antara kedua

paru. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm, serta tebal kira-

kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit

lebih besar dari kepalan tangan pemiliknya. Jantung memiliki bentuk cenderung

berkerucut tumpul. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 galon darah atau

7.571 liter darah. Dua pertiga massa jantung berada di sebelah kanan dari garis

tengah tubuh. Dasar jantung adalah permukaan posteriornya yang dibentuk oleh

atrium jantung, terutama atrium kiri. Sedangkan bagian ujung jantung (apeks)

dibentuk oleh ujung ventrikel kiri. Membran pembungkus jantung disebut

perikardium yang menjaga jantung untuk tetap berada pada posisinya di

mediastinum. (David, 2012)

Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskular. Bagian

kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium)

yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang

mengeluarkan darah. Agar darah mengalir dalam satu arah, maka ventrikel

memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi

utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan

membersihkan tubuh dari hasil metabolism (karbondioksida). Jantung

melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan

oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah

akan mengambil oksigen dan membuang karbodioksida. Jantung kemudian


mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke

jaringan di seluruh tubuh. (David, 2012)

Gambar 1.1 Anatomi jantung tampak depan. (Datu, 2012)

Perikardium merupakan kantung elastic membrane yang dilapisi oleh

membrane serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang

membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya di

mediastinum. Dibagi menjadi dua lapisan yaitu: (Munthe, 2011)

1. Pericardium visceral (epicardium)

Lapisan yang melekat dan mengelilingi jantung, adalah pericardium

visceral, atau epikardium. Jantung dapat bergerak dengan mudah pada

pericardium visceral memiliki lapisan luar dari sel mesothelial datar, yang

terletak di stroma jaringan penunjang fibrocaollagenous. Jaringan

penunjang ini mengandung serat elastic, serta arteri besar yang memasok

darah ke dinding jantung, dan cabang vena besar yang membawa darah dari

dinding jantung. (Munthe, 2011)


2. Pericardium parietalis

Lapisan luar dari pericardium, yang disebut parikardium parietalis,

terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut pericardium

fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa). Lapisan fibrosa

pericardium parietalis melekat pada diafragma dan berdifusi dengan dinding

luar dari pembuluh darah besar yang memasuki dan meninggalkan jantung.

Dengan demikian, pericardium parietalis membentuk kantung pelindung

yang kuat untuk jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam

mediastinum. Lapisan serosa dari percardium parietalis, sebagian besar

terdiri dari mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil cairan

(biasanya sekitar 25 sampai 35 ml), yang membuat dua lapisan pericardium

dari bergesekan sama lain dan menyebabkan gesekan selama kontraksi otot

jantung. (Munthe, 2011)

Gambar 1.2 Perikardium visceral dan pericardium parietal. (Lily, 2014)


Fungsi Jantung

Secara singkat fungsi sistem kardiovaskular adalah: (Arif, 2013)

1. Transportasi oksigen, nutrisi, hormone, dan sisa metabolism

Fungsi utama system kardiovaskular adalah memenuhi kebutuhan

system kapiler dan mikrosirkulasi. Komponen darah akan membawa

oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, hormone, dan elektrolit ke sel

dan kemudian mengangkut karbondioksida, urea, asam laktat dan sifat sisa

metabolism lainnya dari sel tersebut.

2. Transportasi dan distribusi panas tubuh

System kardiovaskular membantu meregulasi panas tubuh melalui

serangkaian pengirim panas oleh komponen darah dari jaringan yang aktif

seperti pengiriman panas dari jaringan otot menuju ke kulit dan di sebarkan

ke lingkungan luar. Aliran darah yang aktif di regulasi oleh pengatur suhu

tubuh di medulla spinalis setelah menerima pesan dari pusat pengatur suhu

di hipotalamus. System kardiovaskular menerima pesan dari hipotalamus

kemudian meregulasi aliran darah ke jaringan perifer sehingga

menyebabkan vasodilatasi dan vasokontriksi pembuluh darah di kulit.

Dengan demikian panas tubuh akan keluar dari tubuh.

3. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit

System kardiovaskular berfungsi sebagai media penyimpanan serta

transport cairan tubuh dan elektrolit. Kedua substansi ini dikirim ke sel-sel

tubuh melalui cairan intestinal dengan proses filtrasi, difusi, dan reabsorbsi.

System kardiovaskular memompa 1700 liter darah menuju ginjal setiap

harinya agar sel-sel tubuh memiliki cairan dan elektrolit yang seimbang.
B. Definisi

Efusi Perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang

perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, local, atau

idiopatik. Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau

hemoperikardium. Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya

perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien. Efusi

perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang

disebabkan oleh infeksi, keganasan, maupun trauma. Gejala yang timbul dari

keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang

mendasari terjadinya efusi pericardium. (Munthe, 2011)

Perikardium berfungsi sebagai barrier proteksi dari infeksi atau

inflamasi organ-organ sekitarnya. Jumlah normal cairan pericardium 15-50 ml,

disekresi oleh sel mesotelial. Akumulasi normal cairan dalam ruang

pericardium dapat menimbulkan efusi pericardium. Selanjutnya akumulasi

tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan pericardium, penurunan

cardiac output dan hipotensi (tamponade jantung). Akumulasi cairan yang

sangat cepat akan mempengaruhi hemodinamik. (Burn, 2010)

Efusi perikardium merupakan proses selain peradangan dapat

menyebabkan akumulasi cairan di rongga pericardium. Sifat cairan bervariasi

sesuai penyebab efusi. Tipe utama efusi perikardium dan sebagian penyebab

yang sering adalah sebagai berikut:

• Serosa : gagal jantung kongestif, hipoalbunemia apapun sebabnya

• Serosanguinosa : trauma tumpul dada, keganasan

• Kilosa : obstruksi limf mediastinum


Efusi pericardium sering menimbulkan gejala. Volume cairan yang

menumpuk ternyata dapat sangat besar apabila proses akumulasi berlangsung

lambat. Efusi massif atau yang terbentuk cepat dapat menyebabkan tamponade

jantung. (Burn, 2010)

C. Epidemiologi

Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per

10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7 : 3) sedangkan pada dewasa

tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki : perempuan – 1,25 : 1). Morbiditas

dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penyebab dan

penatalaksanaan. Tamponade jantung yang disebabkan oleh trauma atau HIV

lebih sering terjadi pada dewasa muda, sedangkan tamponade yang disebabkan

keganasan dan atau gagal ginjal lebih sering terjadi pada individu yang lebih

tua. (Munthe, 2011)

D. Etiologi

Penyebab spesifik dari efusi pericardium adalah: (Lily, 2014)

1. HIV/AIDS

2. Infeksi virus, bacterial (TBC), jamur dan parasit.

3. Inflamasi dari pericardium yang idiopatik.

4. Inflamasi dari pericardium akibat operasi jantung dan heart attack

(Dressler’s syndrome).

5. Gangguan autoimmune atau gangguan jaringan ikat, seperti rheumatoid

arthritis atau systemic lupus erythematosus

6. Produksi sampah dari darah akibat gagal ginjal (uremia)

7. Hypothyroidism
8. Penyebaran kanker (metastasis), khususnya kanker paru, kanker payudara.

Leukemia, non-Hodkin’s lymphoma atau penyakit Hodgkin’s

9. Kanker dari pericardium yang berasal dari jantung.

10. Therapy radiasi untuk kanker.

11. Tindakan Chemotherapy untuk kanker

12. Trauma atau luka tusuk didekat jantung

13. Obat-obatan tertentu seperti obat tekanan darah tinggi (isoniazid,

phenytoin (Dilantin, Phenytek, dll), obat kejang epileptic.

E. Patofisiologi

Manifestasi klinis dari efusi perikardial tergantung pada tingkat

akumulasi cairan. Produksi cairan abnormal pada rongga pericardium

tergantung dari penyebabnya. Cairan transudat merupakan hasil obstruksi

drainase cairan pada saluran limfe sedangkan cairan eksudat merupakan hasil

dari inflamasi sekunder infeksi keganasan atau proses autoimun dari

pericardium. (Cornily, 2010)

Pada kasus efusi pericardial metastasis pericardial multiple lebih sering

dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan pericardium

viseralis. Tumor ini dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi dapat juga

menghalangi aliran limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta penebalan

perikardium akan mengganggu gerak jantung. Penimbunan cairan akan

mengganggu pengisian diastolic ventrikel kanan sehingga menurunkan isi

sekuncup (stroke volume). Hal ini diimbangi oleh mekanisme kompensasi

berupa takikardia dan peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika

mekanisme kompensasi ini terlewati, curah jatung (cardiac output) menurun


maka akan terjadi gagal jantung, syok sampai kematian. Jumlah cairan yang

dapat menimbulkan keadaan ini tergantung dari kecepatan pembentukan cairan

dan distensibilitas perikardium. (Cornily, 2010)

Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan

hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolic ventrikel).

Penyebab tersering adalah neoplasma dan uremia. Neoplasma menyebabkan

terjadinya pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi

hyperplasia sel yang tidak terkontrol, yang menyebabkan pembentukkan massa

(tumor). Hal ini yang dapat mengakibatkan ruang pada kantung jantung

(perikardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan antara kantung jantung

dengan lapisan paling luar jantung (epikardium). Pergesekan ini dapat

menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis sehingga terjadi

penumpukan cairan pada pericardium yang menyebabkan tamponade jantung.

(Saito, 2008)

Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung. Dimana orang

yang mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang

dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada

pericardium). Selain itu tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat

trauma tumpul/tembus. Jika trauma ini mengenai ruang pericardium akan

terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul du ruang pericardium. Hal

ini mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut. (Saito,

2008)
Gambar 2.3 Jantung normal dan efusi pericardium. (Saito, 2008)

F. Diagnosis

1. Gambaran Klinis

Banyak pasien dengan efusi perikardium tidak menunjukkan gejala.

Kondisi ini sering ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray atau

echocardiogram untuk mendiagnosis penyakit lain. Awalnya, perikardium

dapat meregang untuk menampung kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda

dan gejala terjadinya penyakit mungkin akan terjadi ketika sejumlah besar

cairan telah terkumpul. (Braunwald, 2008)


Jika gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari

kelainan organ di sekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik

(saraf yang terhubung ke diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal

jantung diastolik (gagal jantung yang terjadi karena jantung tidak dapat

berdetak normal seperti biasanya pada setiap gerakan karena kompresi

ditambahkan). Biasanya gejala yang timbul pada efusi perikardial yaitu:

(Brian, 2012)

a) Nyeri dada seperti ditekan atau ketidaknyamanan dengan karakteristik

membaik duduk/bersandar posisi membungkuk ke depan memburuk

pada posisi terlentang

b) Sesak nafas

c) Sinkop

d) Takipnea

e) Perut terasa penuh dan sulit menelan

f) Palpitasi

Pada efusi perikardium, ada 3 faktor yang menentukan apakah tetap

tenang secara klinis dan menimbulkan gejala akibat kompresi jantung: (1)

volume cairan, (2) laju terakumulasinya cairan, (3) karakter komplians

pericardium. Suatu peningkatan mendadak volume perikardium, contohnya

pada kasus trauma dada dengan perdarahan intraperikardium,

mengakibatkan peningkatan signifikan tekana perikardium dan berpotensi

menimbulkan kompresi berat pada ruang rongga jantung. Jumlah cairan

yang sedikitpun dapat meningkatkan peningkatan signifikan tekanan jika

perikardium secara patologis non-komplians, misalnya jika efusi


perikardium pada keberadaan tumor atau fibrosis kantung. Berbeda dengan

hal-hal tersebut, jika efusi perikardium terakumulasi lambat, dalam jangka

waktu mingguan hingga bulanan, pericardium perlahan teregang. Dengan

adaptasi, perikardium bisa mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa

pengingkatan signifikan tekanan intraperikardium. Akumulasi lambat

memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardia,

peningkatan resistensi vascular perifer dalam beberapa hari atau beberapa

minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan

perikardium yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit.

(Lily, 2014)

2. Pemeriksaan Umum

a) Anamnesis

Anamnesa yang komprehensif terhadap riwayat pasien dapat membantu

mengidentifikasi kemungkinan etiologi dari efusi perikardium, yang

dapat menyebabkan tamponade jantung. (Marulam, 2006)

1) Pasien dengan penyakit sistemik dan keganasan dengan penurunan

berat badan, lemas, adan anoreksia.

2) Nyeri dada pada pasien perikarditis dan infark miokard.

3) Nyeri musculoskeletal atau panas tampak pada pasien dengan

kelainan jaringan ikat.

4) Riwayat gagal ginjal menyebabkan uremia sebagai penyebab efusi

pericardium.

5) Seksama terhadap obat pasien terkait obat lupus yang mengarah ke

efusi perikardial
6) Riwayat terakhir bedah kardiovaskular, intervensi koroner, atau

trauma yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan

perikardial dan menyebabkan tamponade.

7) Riwayat terakhir pemasangan pacemaker atau insersi kateter vena

central yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan

pericardium dan menyebabkan tamponade.

8) Pertimbangkan HIV efusi pericardial dan tampnade jika pasien

memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik atau infeksi

oportunistik.

9) Tanyakan tentang radiasi dinding dada (misal untuk kanker paru,

mediastum,atau esophagus).

10) Tanyakan tentang gejala keringat malam,demam, dan penurunan

berat badan, yang mengindikasikan tuberculosis.

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik efusi perikardium meliputi: (Lily, 2014)

• The Beck triad atau acute compression triad (Trias Beck) meliputi,

peningkatan JVP, hipotensi, dan bunyi jantung melemah atau

menjauh.

• Pulsus Paradoxus : Penurunan tekanan sistolik lebih dari 10 mmHg

pada saat inspirasi.

• Kussmaul sign : Penurunan tekanan dan distensi JVP yang

sebelumnya meningkat saat inspirasi.

• Tanda Ewart : Gambaran redup atau kusam di daerah di bawah

scapula kiri; terjadi pada efusi pericardium luas.


3. Pemeriksaan Radiologi

a) Foto polos

Efusi perikardium yang sedikit sering tidak terlihat pada foto biasa.

Cairan lebih dari 200 mL biasanya dibutuhkan agar terlihat secara

radiografik. Tanda radiografi pada efusi perikardium meliputi:

(Weissman, 2004)

• Gambaran jantung yang membesar bentuk globuler membentuk

“Water bottle-shape heart” atau bentuk kendi.

• Foto toraks lateral menunjukkan garis opak vertikal (cairan

perikardial) yang memisahkan garis lusen vertikal tepat di belakang

sternum (lemak perikardial) di anterior dari garis lusen vertikal

serupa (lemak epikardial) di bagian posterior; ini dikenal sebagai

Oreo cookie sign.

• Pelebaran sudut subcarinal tanpa tanda lain dari pembesaran atrium

kiri merupakan petunjuk tidak langsung.

• Tanda diferensial densitas pada batas jantung.

• Rasio kardiotoraks meningkat.

• Gangguan hemodinamik dapat bermanifestasi dengan tanda-tanda

edema paru kardiogenik.


Gambar 2.4 Foto thoraks AP / lateral, tampak jantung membesar

memberi gambaran “Water bottle-shape heart” pada kasus efusi

perikardium.(Lin, 2008)

Gambar 2.5 Foto thoraks AP / lateral, tampak gambaran “Water

bottle-shape heart”. (Lin, 2008)


Gambar 2.6 Foto toraks lateral, menunjukkan garis opak vertikal

(cairan perikardial) yang memisahkan garis lusen vertikal tepat di

belakang sternum (lemak perikardial) di anterior dari garis lusen

vertikal serupa (lemak epikardial) di bagian posterior; ini dikenal

sebagai Oreo cookie sign. (Lin, 2008)

b) CT-Scan

Ketebalan perikardium normal pada CT scan dan MRI, sering

diambil pada 2 mm dan dianggap abnormal jika > 3-4 mm.

CT membuat diagnosis menjadi lebih mudah tetapi biasanya

digunakan untuk mengklarifikasi penyebab efusi daripada untuk

memastikan diagnosis. Efusi perikardium sering ditemukan secara

kebetulan pada pasien rawat inap yang tidak sehat.

Densitas cairan dapat terlihat mengelilingi jantung. Inspeksi yang

cermat pada wilayah tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa tidak

ada massa invasif yang dapat diidentifikasi.


Gambar 2.7 Efusi perikardium tanpa penebalan perikardial. CT-scan

aksial dengan kontras menjukkan efusi perikardial (panah hitam) tanpa

penebalan perikardial (panah putih). (Lin, 2008)

Gambar 2.8 Efusi perikardium dengan penebalan perikardial yang

halus. CT scan aksial dengan kontras menunjukkan efusi perikardial

(panah hitam) dengan penebalan perikardial yang halus (panah putih).

(Lin, 2008)
Gambar 2.9 Efusi perikardium dengan penebalan perikardial ireguler.

CT-scan aksial dengan kontras menjukkan menunjukkan kelenjar

getah bening yang bermetastasis di ruang hilar kanan dan subcarinal.

(Lin, 2008)

Gambar 2.10 Efusi perikardium dengan penebalan perikardial

ireguler. CT-scan aksial dengan kontras menjukkan menunjukkan

penebalan ireguler/tidak rata (panah). Kepala panah menunjukkan

efusi pleura. (Lin, 2008)


4. Pemeriksaan Laboratorium (Cornily, 2010)

a) Elektrolit – kelainan metabolik (misalnya gagal ginjal)

b) Complete blood count (CBC) dengan diferensial – Leukositosis bukti

infeksi, serta cytopenia, sebagai tanda penyakit kronis (misalnya

HIV,kanker)

c) Enzim jantung – untuk menyingkirkan infark miokard

d) Thyroid stimulating hormone – untuk hipotiroidism

e) Rheumatoid factor, immunoglobulin complexes, antinuclear antibody

test (ANA) – curiga kasus rhemautologi

f) Tes penyakit infeksi spesifik :rickettsial antibody – jika tinggi,curigai

tick borne disease,dan HIV serology.

5. Pemeriksaan Echocardiografi

Menunjukkan efusi perikardium moderat atau berat (echo free spase di

ruang depan jantung dibawah sternum dan dinding belakang jantung),

swinging heart dengan kompressi diastolic vena cava, atrium kanan atau

ventrikel kanan. (Dedi, 2011)


Gambar 2.11 Efusi perikardial yang terlihat dangan ekokardiografi 2-

dimensi (2D). (Dedi, 2011)

6. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)

Menunjukkan sinus takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST

yang cekung, electrical alternans. (Brian, 2012)

Gambar 2.12 EKG menunjukkan kompleks QRS low-voltage dan

electrical alternans. (Swarnalatha, 2008)


G. Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosis efusi pericardium: (Dedi, 2011)

1. Tamponade jantung

Gambar 2.13 Foto thoraks AP, menunjukkan jantung bentuk “bottle

shaped heart” sebagai interpretasi adanya kongesti dari pembuluh darah

pulmoner. (Cornily, 2010)


2. Cardiomiopaty dilatasi

Gambar 2.14 Foto thoraks pasien dengan gagal jantung akibat

cardiomyopathy. Ukuran jantung diatas normal, fungsi ventrikel kiri

berkurang, menyebabkan edema pulmonal dengan edema alveolar bilateral

dan dilatasi dari v. kava superior. (Wynne, 2005)

Gambar 2.15 Foto thoraks AP/lateral, Kardiomiopati dilatasi pada anak.

(Wynne, 2005)
3. Perikarditis

Gambar 2.16 Foto thoraks AP : tampak ukuran jantung normal,

kalsifikasi tidak terlihat di pericardium, vena azigos tampak melebar.

(Cornily, 2010)

Gambar 2.17 Foto thoraks lateral dari pasien yang sama, tidak tampak

kalsifikasi pada pericardium (Cornily, 2010).


H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari efusi perikard terdiri atas non-bedah dan bedah,

sebagai berikut : (Taylor, 2005)

1. Non-Bedah (Medikamentosa)

Perlakuan dari efusi perikardial tergantung pada tingkat keparahan dan

penyebabnya. Perawatan medis dari efusi perikardial difokuskan pada

penentuan etiologi yang mendasarinya. (Taylor, 2005)

a) Aspirin / agen anti-inflammatory drugs (NSAIDs)

Aspirin bisa menjadi agen nonsteroid disukai untuk mengobati

perikarditis setelah infark miokard karena NSAID lain dapat

mengganggu penyembuhan miokard.

b) Kortikosteroid

c) Colchine

d) Terapi antineoplstik (misalnya: kemoterapi sistematik, radiasi) dalam

hubungannya dengan pericardiosintesis telah terbukti efektif dalam

mengurangi rekurensi dari efusi ganas.

2. Tindakan Bedah

a) Perikardiosintesis

Tindakan ini merupakan tindakan darurat pada tamponade jantung.

Disini dapat dipasang pig tail cathether selama 2-3 hari. Selama itu

penderita harus diberi antibiotic. Angka kekambuhan sekitar 6-12%.

Perikardiosintesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau

pungsi perikard. Monitoring menggunakan EKG. (Taylor, 2005)

Lokasi tersering : Di subxyphoid


Indikasi:

- Efusi pericardium berulang atau massif dengan tamponade jantung

- Biopsi pericardium

- Pemasangan alat pacu jantung epikardium

Kontraindikasi:

- Efusi pericardium berulang, kronis Berta “bloody”

- Perikarditis infeksi

- Infeksi

- Keganasan

b) Pembuatan pericardial window

Tindakan ini memerlukan torakotomi dan dilakukan drainase dari

kavum pericardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan sekitar 5-

20%.

c) Perikardiodesis

Disini dilakukan pemberian tetrasiklin, thiothepa atau bleomisin ke

dalam kavum pericardium untuk melengketkan perikard. Tetrasiklin

500 mg dalam 25 ml salin dimasukkan dalam 2-3 menit, atau bleomisin

30 unit dalam 20 ml salin.

d) Pericardiectomy

Disini sebagian besar pericardium diangkat sehingga angka

kekambuhan kecil, tetapi mortalitas dan morbiditas lebih besar.

Perikardietomi terutama dilakukan pada perikarditis konstriktif, jarang

dilakukan untuk mencegah efusi perikardial berulang dan tamponade.


e) Pericardio-peritoneal shunt

Pada beberapa pasien dengan efusi perikardial ganas, pembuatan

pericardio-shunt membantu mencegah tamponade berulang. (Taylor,

2005)

I. Komplikasi

1. Tamponade perikardial

Dapat mengakibatkan gangguan hemodinamik berat dan kematian.

2. Efusi perikardial kronik

Efusi berlangsung lebih dari 6 bulan, biasanya ditoleransi dengan baik.

(Cornily, 2010)

J. Prognosis

1. Pasien dengan efusi perikardial gejala dari HIV/AIDS atau kanker

memiliki tingkat kematian tinggi jangka pendek.

2. Pasien dengan efusi idiopatik umumnya memiliki prognosis yang baik.

3. Sebagian besar prognosis pasien dari efusi perikardial jenis lain tergantung

pada perawatan dan control pada kondisi mendasar yang diendapkan efusi

tersebut. (Cornily, 2010)


III. KESIMPULAN

1. Efusi Perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang

perikardium yang dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, local,

atau idiopatik.

2. Efusi perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit

yang disebabkan oleh infeksi, keganasan, maupun trauma.

3. Gejala yang timbul dari keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan

berkaitan dengan penyakit yang mendasari terjadinya efusi pericardium.

4. Pemeriksaan radiologis terutama foto polos memegang peranan penting

dalam menegakkan diagnosis efusi perikardium. Diantaranya gambaran

jantung berbentuk “Water bottle-shape heart” atau bentuk kendi, Oreo

cookie sign, pelebaran sudut subcarinal, tanda diferensial densitas pada

batas jantung, dan rasio kardiotoraks meningkat. Sedangkan CT scan pada

pasien efusi perikardium digunakan untuk mengklarifikasi penyebab efusi

daripada untuk memastikan diagnosis.

5. Efusi perikardium adalah kondisi darurat yang membutuhkan hospitalisasi

apabila cairannya melebihi batas normal. Penatalaksanaan dari efusi

perikardium terdiri atas non-bedah dan bedah.


IV. DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2013. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

system Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. h.3-4

Braunwald, Zipes, Libby, Bonow. 2008. Heart disease a textbook of cardiovascular

medicine. Philadelphia: Elsevier saunders. h. 1829-51

Brian PG, Eric JT. 2012. Manual of cardiovascular medicine. Edisi ke-4. Lippincot

Williams & wilkins. h.393-414

Burn DK, Kumar V. 2010. Penyakit Perikardium Buku Ajar Patologi Robbins

Volume 2 edisi 9. Jakarta: EGC. h. 440

Cornily JC, Pennec PY, Castellant P, et al. 2008. Cardiac tamponade in medical

patients: a 10-year follow-up survey. Cardiology. 111(3):197-201.

Datu R. Cord an Aorta. 2012. Diktat thorax. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin. h. 13-27

Dedi Affandi WK. 2011. Penyakit Perikardium dalam: Buku Ajar Kardiologi.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. h 264-72

Grimm RA, Jacob R. 2008. Pericardial Disease. In: Current Clinical Medicine. 1st

ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. Chap 23.

Hoit BD. 2008. Pericardial diseases. In: The Heart. 12nd edition. Mc Graw Hill.

p.1951-74.

Lily SL, Ramos Y. 2014. Diseases of the pericardium. Patophysiology of heart

disease. Lippincott Williams & Wilkins. Hal : 334-48.

Lin E, Escott E, Garg K et-al. 2008. Practical differential diagnosis for CT and MRI.

Thieme Medical Pub. ISBN:1588906558.


Marulam, M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: Ilmu

Penyakit Dalam FK UI. 1604-05.

Munthe, Eva. 2011. Tamponade Jantung et causa Perikarditis Tuberkulosis.

Laporan Kasus CDK 184/Vol. 38 no. 3/April 2011.

Parvez N, Carpenter JL. 2009. Cardiac tamponade in Still disease: a review of the

literature. South Med J. 102(8):832-7.

Saito Y, Donohue A, Attai S, et al. 2008. The syndrome of cardiac tamponade with

"small" pericardial effusion. Echocardiography. (3):321-7.

Taylor RB. 2005. Cardiovascular diseases: a handbook. Springer Science, Inc.

United States of America.

Weissman NJ, Adelmann GA. 2004. Cardiac imaging secrets. Elsevier Health

Sciences. ISBN:1560535156.

Wynne J, Braunwald E. 2005. Cardiomyopathy and myocarditis. The McGraw-Hill

Companies, Inc. United States of America.

Anda mungkin juga menyukai