Oleh:
NORMA MUKTI BIMACAHYA
G99151041
Pembimbing:
Suwardi, dr., Sp.B, Sp.BA
BAB I
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
Nama : An D
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Kebakkeramat, Karanganyar
Tanggal Diperiksa : 23 Januari 2017
No. RM : 01328xxx
I. Keluhan Utama
Testis kiri tidak teraba
V. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di RSUD Karanganyar oleh dokter secara pervaginam pada
tanggal 26 Januari 2014, usia kehamilan 32 minggu. BBL 1800 gram.
Pasien kemudian dirawat di KBRT. Pasien mulai dirawat mandiri oleh
orangtua setelah BB 2200 gram.
B. PEMERIKSAAN FISIK
I. Keadaan Umum
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang,
b. Vital sign :
N : 88 x/menit regular, simetris, isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/menit
TD : 90/60 mmHg
T : 36,4oC
SiO2 : 99%
I. General Survey
a. Kulit : Kulit sawo matang, kering (-), ujud kelainan kulit (-),
hiperpigmentasi (-)
b. Kepala : mesocephal, UUB cekung (-)
c. Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-),
reflex cahaya (+/+), pupil isokhor (2mm/2mm), air mata (+/+)
d. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-).
e. Hidung : bentuk simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-), keluar
darah (-).
f. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-), jejas (-).
g. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-).
h. Thorak : normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris
i. Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-).
j. Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor/sonor.
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, suara tambahan (-/-).
k. Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih sejajar dinding dada,
Auskultasi : bising usus (+),
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), pekak sisi (-)
Palpasi : supel, massa (-), nyeri tekan (-), defans muscular (-),
undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba
l. Ekstremitas : CRT < 2 detik
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Laboratorium Darah (19 Januari 2017)
Hasil :
Scrotum dextra : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal,
tidak tampak cairan, vaskularisasi normal berada di dalam scrotum
dextra.
Scrotum sinistra : testis berada di canalis inguinalis sinistra, scortum
sinistra kosong
Kesimpulan :
Undescencus testiculorum sinistra. (testis berada di di dalam canalis
inguinalis sinistra)
D. ASSESSMENT
Undescencus testiculorum sinistra
Sindroma Nefrotik
E. PLANNING
1. Mondok bangsal anak
2. IV line D5 ¼ NS 8 tpm
3. Inj. Ceftriaxon 250mg/ 12jam
4. Inj. Ranitidin 10 mg/12 jam
5. Orchidopexy sinistra
6. Konsul TS pediatri untuk tatalaksana syndroma nefrotik dan toleransi
operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Undescensus testiculorum (UDT) adalah suatu keadaan dimana testis
tidak ada pada skrotum. Penyakit ini adalah penyakit kongenital tersering pada
anak laki-laki dengan prevalensi 3-6% pada bayi cukup bulan dan 30% pada
bayi prematur (Firdaoessaleh, 2007).
II. EMBRIOLOGI
Pembentukan testis dipengaruhi oleh lengan pendek dari kromosom Y
yang disebut dengan gen SRY (sex-determining region Y). Adanya mutasi
pada gen ini dapat menyebabkan kelainan pada testis seperti UDT. Ekspresi
gen SRY pada sel mesenkimal somatik pembentuk gonad menyebabkan
pembentukan protein SRY yang juga disebut sebagai testis-determining factor
(TDF) (Niedzielski et al, 2016).
V. ETIOLOGI
Etiologi UDT masih belum jelas. Beberapa kemungkinan yang
ditemukan adalah kelainan letak plasenta dengan berkurangnya sekresi hCG
(Barteczko dan Jacob, 2000) atau kelianan pada testis itu sendiri Skakkebaek
et al, 2001).
Namun demikian, Davies et al (1986) menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor risiko seperti:
a. Intrauterine growth restriction (IUGR)
b. Prematur
c. Asfiksia prenatal
d. Anak laki-laki pertama atau kedua
e. Sectio Caesaria
f. Toksemia pada kehamilan
g. Subluxatio panggul kongenital
h. Musim dingin
Secara umum dapat dibagi menjadi 3 (Virtanen el atl, 2007; Ritzen,
2008), yaitu:
1. Anatomis: Anomali pada testis, epididimis, dan vas deferens; penempelan
yang tidak tepat pada gubernakulum; patent processus vaginalis dan hernia
inguinalis; anomali pada kanal inguinalis
2. Hormonal: Defisiensi GnRH atau ketidakreseptifan reseptor GnRH dan LH;
defisiensi produksi androgen; defisiensi produksi AMH, INSL3, CGRP atau
ketidakreseptifan reseptornya.
3. Genetik: Mutasi gen reseptor androgen; 5α-reduktase; HOXA10; Insl3 dan
Lgr8; penambahan insidensi polimorfil alel SF-1.
VI. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain:
1. Tidak teraba testis pada skrotum
2. Riwayat operasi daerah inguinal
3. Riwayat prenatal: terapi hormonal pada ibu, hamil kembar, prematuritas
4. Riwayat keluarga: UDT, hipospadia, infertilitas, intersex, pubertas prekoks.
(Firdaoessaleh, 2007).
IX. TATALAKSANA
UDT diberikan tatalaksana menggunakan dua prinsip: Hormonal dan Operasi.
Tujuan dari tatalaksana UDT adalah:
1. Mencegah kegagalan spermatogenesis
2. Mencegah dan mengurangi risiko Ca Testis
3. Memfasilitasi pemeriksaan lanjutan pada testis
4. Mengoreksi hernia inguinalis yang biasana menyertai UDT
5. Meminimalisasi risiko torsio testis (Nietzielsi et al, 2016).
Pada pemberian terapi hormon digunakan hCG dan GnRH dengan dosis
sebagai berikut:
a. hCG: Injeksi IM 50IU/kgBB 2 kali seminggu selama 3 – 5 minggu (dengan
total dosis 6000-9000IU)
b. GnRH: Spray nasal 3x400mcg/hari (misalnya 3x 1 puff 200mcg ke tiap lubang
hidung) selama 4 minggu (Tekgul et al, 2014).
Pada pemberian tindakan operasi orchiopexy dilakukan pada pasien
dengan usia 6 – 12 bulan untuk mencegah kelainan spermatogenesis.
Orchipexy dilakukan untuk memberikan mobilisasi yang luas dan aliran darah
pada testis, menutup kantung hernia, serta fiksasi testis yang kuat pada
skrotum. Indikasi aboslut dari orchipexy adalah kegagalan terapi hormonal,
testis ektopik, dan terdapat kelainan lain seperti hernia dengan/atau prosesus
vaginalis yang terbuka. Komplikasi dari tindakan adalah posisi testis yang
tidak baik, atrofi testis, trauma pada vas deferens, torsio pascaoperasi,
epididimiorkitis, pembengkakan skrotum (Firdaoessaleh, 2007; Hrivatakis et
al, 2014).
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi apabila UDT tidak ditangani adalah Ca Testis,
gangguan spermatogenesis, hernia inguinalis (Pettersson et al, 2007;
Firdaoessaleh, 2007).
XI. PROGNOSIS
Keberhasilan terapi hormon adalah 6 – 80% dengan rata-rata 20%
sedangkan untuk terapi operasi adalah 95% (Niedzielski et al, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Davies TW, Williams DDR, Whitaker RH (1986). Risk factors for undescended
testis. Int J Epidemiol; 15: 197-201.