Bentuk vegetative
Tetanospamin.
Manifestasi klinis
• Pengaruh eksotoksin
Gejala klinis terhadap susunan
saraf tepi dan
• Karena eksotoksin di pusat.
sinaps ganglion
spinal dan
neuromuscular
junction serta saraf
otonom.
Mekanisme Kerja
Hipotesis
KELUHAN UTAMA
• Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang ke poli penyakit dalam RSDM, karena merasa demam dan
tidak enak badan. Pasien merasakan hal ini 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengaku demam dirasakan terus menerus, namum suhunya
tidak terlalu tinggi. Pasien mengaku sudah meminum obat penurun
demam yang dibeli di warung namun demam tidak membaik. Pasien juga
merasakan lehernya kaku serta mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Saat
pagi harinya, pasien mengaku sedang bekerja di ladang dan bercocok
tanam dengan menggunakan pacul. Pasien kemudian bercerita bahwa
pacul tersebut sempat mengenai pergelangan kaki kirinya, dan
menimbulkan luka dalam namun oleh pasien hanya dibersihkan dengan
menggunakan air bersih saja, kemudian pasien kembali bekerja.
Kemudian pada sore harinya, pasien merasa tidak enak badan, demam,
serta tidak dapat membuka mulut lebar. Pasien belum pernah
memeriksakan diri ke dokter setelah kejadian tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
DIAGNOSIS KERJA
• Suspek Tetanus
PLANNING
• Cek darah rutin, gula darah, kolestrol, ureum, kreatinin,
elektrolit
• EKG
• Cek kultur mikrobiologi
Terapi
• TIG merupakan pilihan utama dan hendaknya diberikan
segera dengan dosis 3000-6000 unit intramuskuler
• Antibiotik : Metronidazole dosis: 500 mg / 6 jam atau 1 g
/ 12 jam.
• Debridement luka.
• Tempatkan dalam ruang isolasi agar tidak terpapar
rangsang baik cahaya maupun suara.
Penulisan Resep
Mekanisme Kerja
• tmax = 2-3 hari
• t ½ = 3-4 minggu
Bentuk Sediaan Obat
• Tablet : 2mg; 5mg
• Lar rectal : 5mg/2,5ml
• Injeksi : 5mg/ml
Nama Paten : Valium, Stesolid rectal tube
Mekanisme Kerja
• tmax = 1,5-2jam
• t ½ = 20-50 jam
• volum distribusi = 0,95-2 l/kg
Metabolisme : Diazepam dimetabolisme di hati dan teriikat pada
reseptor di daerah spinal cord, serebelum, sistem limbik dan korteks
serebral.
Efek Samping
• Rasa kantuk, kelelahan dan ataksia, trombosis vena dan flebitis pada tempat penyuntikan
• SSP : kebingunagn, depresi, disarthria, sakit kepala, hipoaktiviti, melantur berbicara,
sinkop, tremor, vertigo, mual, inkontinensia, perubahan libido, retensi urin
• Kardiovaskuler : bradikardia, kolaps kardiovaskuler, hipotensi
• Kulit : urtikaria, ruam kulit
Bentuk sediaan obat :
Tablet : 250 mg, 500 mg; Injeksi : 500 mg/100 ml; Capsul : 375 mg; Topikal Gel : 0.75%; Vaginal Gel : 0,75%
Dosis :
• Dewasa : 500 mg/6 jam atau 1 g /12 jam
Mekanisme kerja :
• Obat ini memiliki metabolisme yang cepat. Obat ini diekskresi melalui urin dalam bentuk asal dan
bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukoronidasi.
Indikasi :
• Obat ini untuk amubiasis, tikomoniasis dan infeksi bakteri anaerob. Obat ini juga untuk profilaksis
pasca bedah daerah abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan endokarditis yang disebabkan
B.fragilis
Efek samping :
• Sakit kepala, mual, mulut kering dan rasa kecap logam, pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada
ekstremitas, urtikaria, disuria.
Simpulan
• Tetanus merupakan suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat.
• Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending
bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai CNS.
Penjalaran terjadi didalam axis silinder dari sarung parineural. Teori
terbaru berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui
darah (hematogen) dan jaringan/sistem lymphatic
• Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan
peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan
pemafasan sampai pulih. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
berupa: membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan
nekrotik),membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202
,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam
setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
Saran
• Melakukan pemeriksaan laboratorium darah dan kultur agar
memastikan jenis kuman.
• Melakukan edukasi pada pasien mengenai penanganan
segera yang harus dilakukan.
• Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit,
terapi, dan prognosis.
__, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta. Info master
Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001
Brook, I., 2002. Pediatric Anaerobic Infections : Diagnosis and Management 3th edition, Marcell-Dekker, Inc.
: New York, p. 531-544
Guilfoile, P., 2008. Deadly Diseases and Epidemics Tetanus, Chelsea House, An imprint of Infobase
Publishing: New York .
Harsono. Buku Ajar Neurologis Klinis . Edisi pertama. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press. 2006
Ritarwan K. 2004. Tetanus. Medan : Fakultas Kedokteran USU/RSU H. Adam Malik
Sidharta P. 2009. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat
Sudomo A. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Surakarta: BEM FK UNS Press
WHO. 2010. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies
http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf
Tetagam (Human Tetanus Immunoglobulin)
Metronidazole
Diazepam