Oleh :
Andyka Prima Pratama
Norma Mukti Bimacahya
Desvian Adi Nugraha
G99151039
G99151041
G99151042
Pembimbing :
dr. Aminan, Sp.JP (K), FIHA
KEPANITERAAN KLINIK
KARDIOLOGI & KEDOKTERAN VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
2016
Peran Rasio Trigliserida Plasma/ Kolesterol-High Density Lipoprotein untuk
Memprediksi Kejadian Kardiovaskuler Baru pada Pasien dengan Hipertensi
Esensial
Osman Turak, MD;1 Bars Afsar, MD;2 Frat Ozcan, MD;1 Fatih Oks uz, MD; 1
Mehmet Ali Mendi, MD;1 Cagr Yayla, MD;1 Adrian Covic, MD;3 Nathan
Bertelsen, MD;4 Mehmet Kanbay, MD4
(Department of Cardiology, TurkiyeY uksekIhtisas Education and Research
Hospital Ankara, Ankara;
seperti usia, diabetes, dan obesitas dikenal sebagai faktor risiko yang merugikan.
Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa faktor risiko non-tradisional seperti
peradangan, stres oksidatif, resistensi insulin, dan disfungsi endotel juga
memainkan peran utama terkait kejadian kardiovaskular ini. Untuk stratifikasi
risiko mengenai kardiovaskular yang lebih baik diperlukan sebuah penanda
sederhana, akurat dan mudah diukur. Baru-baru ini sebuah parameter yang dikenal
sebagai rasio trigliserida (TG) dibanding high-density lipoprotein kolesterol
(HDL-C) atau rasio (TG / HDL-C) telah disarankan sebagai cara sederhana untuk
mengidentifikasi individu dengan resistensi insulin yang tampak sehat dan pada
peningkatan risiko kardiometabolik. Selain itu, terjadinya kasus persendian pada
kadar TG tinggi dan HDL-C rendah berkaitan dengan peningkatan partikel
apolipoprotein B dan low-density lipoprotein (LDL) adalah faktor prediktif
penyakit jantung koroner (CHD).
Gaziano dkk pertama kali melaporkan dalam studi kasus kontrol bahwa
rasio ini bisa memprediksi risiko infark miokard. Selain itu yang dikaitkan dengan
rasio TG / HDL-C yang tinggi adalah aterosklerosis koroner, gangguan denyut
jantung, pemulihan setelah latihan, kejadian PJK, dan kejadian kardiovaskular
serta semua penyebab kematian. Namun peran prognostik rasio TG / HDL-C juga
terbatas. Akibatnya, sebelum menggunakan rasio TG / HDL-C sebagai penanda
prognostik, diperlukan lebih banyak data yang jelas untuk mendukung hipotesis
ini. Untuk alasan ini kami melakukan penelitian dengan tujuan menyelidiki
apakah rasio TG / HDL-C memiliki dampak prognostik yang berkaitan dengan
major adverse cardiovascular events (MACEs) pada pasien dengan hipertensi
esensial sebagaimana diakui dalam literatur.
kami antara bulan Februari 2008 sampai Desember 2011. Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik ( SBP ) lebih dari 140 mm Hg dan / atau tekanan
darah diastolik ( DBP ) lebih dari 90 mm Hg (rata-rata tiga kali pengukuran dalam
setidaknya dua kali kunjungan). Pasien dengan hipertensi sekunder, penyakit hati
kronis, penyakit yang jelas aktif (misalnya , keganasan atau infeksi akut ) pada
fase awal, riwayat kejadian serebrovaskular, CHD, penyakit jantung yang
signifikan seperti aritmia, paroxysmal nocturnal dyspnea, atau riwayat keluarga
dengan hiperlipidemia dikeluarkan dari kohort .
Penelitian ini merujuk pada Deklarasi Helsinki, protokol penelitian
disetujui oleh komite etik pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Turki Yuksek
Ihtisas dan informed consent diberikan kepada semua peserta.
Pemeriksaan Darah Pasien dan Pengumpulan Data Klinis
Semua sampel darah diambil dari pasien setelah puasa 12 jam untuk
pengukuran glukosa plasma dan lipid. Plasma trigliserid dan HDL diukur dengan
metode semi-automated enzymatic Beckman Coulter AU Analyzer (AU 680;
Beckman Coulter, Brea, CA). diabetes didefinisikan berdasarkan panduan
internasional. Perokok didefinisikan sebagai perokok aktif saat ini. Body Mass
index dihitung dengan rumus berat badan (Kg) / tinggi badan 2 (m2 ). Estimated
GFR (eGFR) dihitung berdasarkan Chronic Kidney Disease Epidemiology
Collaboration equation.
Follow Up dan Endpoints
Rekam medis pasien didapatkan secara periodic untuk pasien dengan
kejadian cardiovascular fatal dan non fatal. Semua pasien dilakukan follow up
dari waktu ke waktu hingga kejadian MACE, termasuk transient ischemic attack,
stroke, diseksi aorta, acute coronary syndrome atau kematian. MACEs
direkam/didokumentasikan dengan review kunjungan klinik pasien dalam rekam
medis dan melalui telepon jika informasi yang dibutuhkan belum tersedia. Kami
juga mengecek kematian dari sistem laporan kematian nasional secara regular.
Analisis Statistik
Analisis statistik menggunakan SPSS 19.0 (SPSS Inc; IBM; Armonk,
NY). Tes Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk tes distribusi data. Analisis
variance test digunakan untuk komparasi data dengan distribusi normal dan test
Kruskal-Wallis untuk data tanpa dsitribusi normal. Untuk analisis korelasi,
digunakan Spearman,s Correlation coefficient rho. Kategori variable dikomparasi
dengan test chi-square. Data dirangkum dalam meanstandar deviasi, median,
interquartile range atau proporsi. Efek dari perbedaan variable pada endpoints
cardiovascular fatal dan nonfatal dihitung dengan analisis univariate cox
regression. Untuk variable dengan unadjusted P value <.10 dalam analisis
univariat diidentifikasi sebagai marker potensial resiko dan termasuk dalam model
multivariable cox regression. Analisis survival TG/HDL quartiles menggunakan
metode Kaplan Meier dan penilaian statistic menggunakan tes log-rank. P value
<.05 dianggap bermakna secara statistic untuk semua analis.
Hasil
Sejumlah 900 pasien dengan hipertensi esensial consecutive yang
mengunjungi klinik kami dilibatkan dalam penelitian (mean umur 52,912,6
tahun; 54,2% pria). Karakteristik demografi termasuk umur, jenis kelamin, BMI,
diabetes, penggunaan obat antihipertensi, waktu follow up dan parameter
laboratorium ditunjukkan pada tabel I.
Pasien dengan TG / HDL-C tertinggi sebagian besar adalah laki-laki dan
penderita diabetes dan memiliki glukosa darah puasa yang lebih tinggi dan eGFR
lebih rendah. Rasio TG / HDL-C berkorelasi dengan eGFR (koefisien Spearman
rank correlation :
DISKUSI
Dalam studi saat ini, kami menyelidiki dampak prognostik TG / HDL-C
terhadap mortalitas dan MACEs secara prospektif. Sebagai hasilnya, kami
menunjukkan bahwa Rasio TG / HDL-C yang tinggi secara independen terkait
dengan mortalitas dan MACEs.
TG/HDL berhubungan dengan kejadian ikutan yg tidak diinginkan? Saat ini, kami
tidak mengetahui jawabannya, namun kami dapat berspekulasi.
Penjelasan utamanya adalah resistensi insulin. Memang, berbagai
penelitian menunjukkan bahwa rasio TG/HDL dapat menjadi suatu taksiran
pengganti yg berguna untuk aksi insulin. Hubungan ini telah divalidasi pada
beberapa penyakit metabolik kronis seperti diabetes melitus dan hipertensi.
Resistensi insulin berperan penting dalam percepatan proses atherosklerosis dan
perkembangan penyakit kardiovaskular dan menjadi suatu faktor risiko
kardiovaskular. Oleh karena itu, TG/HDL dan kejadian ikutan yg tidak diinginkan
dapat dijelaskan dalam konteks resistensi insulin. Namun sayangnya, kami tidak
memperhitungkan resistensi insulin pada penelitian ini.
Penjelasan kedua dapat berupa stres oksidatif. Berbeda dengan partikel
LDL yg lebih besar, LDL yg berukuran kecil dan padat lebih rentan terhadap
kerusakan oksidatif. Partikel ini secara cepat diambil oleh jaringan arteri dan oleh
karena itu menyebabkan stres oksidatif. Peningkatan rasio TG/HDL-C
menggambarkan keberadaan lipoprotein sisa dan kadar LDL dan peningkatan
potensi aterogenik.
Inflamasi dan analisis komposisi tubuh dapat menjadi penjelasan yg lain.
Karelis dkk meneliti hubungan antara peningkatan rasio TG/HDL-C pada wanita
paska menopause. Terlepas dari sensitivitas insulin dan resistensi insulin, Karelis
dkk menemukan bahwa rasio ini adalah yg paling dekat yang berhubungan
dengan kadar C-reactive protein dan lemak visceral. Inflamasi tersebut dan
tingginya kadar lemak visceral berhubungan dengan gangguan metabolik seperti
resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi. Selain itu, rasio TGL/HDL dengan
positif berhubungan dengan adipositas, dan besarnya penurunan berat badan
sebanding dengan penurunan rasio TGL/HDL. Semua mekanisme ini mungkin
menyambungkan hubungan antara rasio TG/HDL-C yg tinggi dengan hasil akhir
yang buruk.
Kerterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yg potensial. Pertama,
meskipun rasio TG/HDL-C telah diketahui berhubungan dengan sensitivitas
insulin, peneliti tidak memperhitungkan sensitivitas insulin atau resistensi insulin