Anda di halaman 1dari 10

Laporan kasus

Fraktur Penis

Disusun Oleh :
Ng Chor Yao
112018110

Dosen Pembimbing :
dr. Teguh Risesa Djufri Sp.U

KEPANITERAAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
02 SEPTEMBER 2019 – 09 NOVEMBER 2019
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG JAKARTA
2019

1
I.IDENTITAS
Nama : Tn. I
Rekam Medis : 36-62-28
Tgl. Lahir : 29/05/1996 (23 tahun 3 bulan)
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Menikah : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Bojong raya RT.011/04 NO 27 Rawa Buaya
Tgl. Masuk RS : 28/09/19 (22.53 WIB)

II. ANAMNESIS
a.keluhan utama : Nyeri pada bagian penis
b.keluhan tambahan : penis bengkok
c.riwayat penyakit sekarang ;
2 hari SMRS, Pasien terdengar suara pop pada penis saat lagi masturbasi. Pipis
terasa sedikit nyeri dan tidak mempunyai darah, susah berjalan karena sakit.
Demam – Bak +, Bab +(normal).Pasien mengeluh sakit yang tidak bisa ditahan
setiap kali ereksi pada penisnya.
1 hari SMRS Pasien masih merasa sakit pada bagian penisnya setiap kali
pasien cuba untuk ereksi, tetapi tidak nyeri saat pipis.
Pasien kemudian tidak bisa menahan sakit sehingga pasien memutuskan
untuk datang ke IGD untuk dirawat

d. riwayat penyakit dahulu


riwayat operasi disangkal
riwayat trauma di daerah genital disangkal
riwayat infeksi di daerah genital disangkal

e. riwayat penyakit keluarga


tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit/ kelinan yang serupa

2
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :tampak sakit sedang
Kesadaran :compos mentis
Vital sign :TD=130/70 mmHg
N = 91x/menit
RR= 20 X/menit
S =36,5ºC

Status generalis
1. Kepala :Normocephali
2. Mata : Pupil isokor, refleks cahaya +/+, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -
3. Telinga : Tidak dilakukan
4. Hidung : Tidak dilakukan
5. Mulut : bibir kering (-), cyanosis (-), selaput lendir hiperemis (-) , lidah kotor
(-), lidah tremor (-)
6. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pembesaran kelenjar limfe (-)
7.Thorax :
a.Paru-paru
Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : fremitus vocal kanan=kiri ,
Perkusi :sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing(-/-) ,
Ronkhi (-/-)

b.Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas SIC II LMC sinistra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra
Auskutasi : S1>S2 di apeks regular, bising (-) , Gallop (-), murmur (-)
3
8. Abdomen
Inspeksi : simetris , venektasi (-) , gambaran usus (-)
Palpasi : supel , nyeri tekan (-) , hepar / lien tidak teraba
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal

9. Ekstremitas
Look : deformitas (-) , hambatan gerak (-) , jejas & hematom (-)
Feel : nyeri tekan (-), nyeri sumbu (-) , krepitasi (-)
Move :gerak tidak terhambat

Status lokalis
R. genitalia eksterna
Inspeksi : tampak penis deformitas, oedem pada 1/3 proximal penis.
Tampak pula penis melekuk kearah kiri.
Palpasi :Nyeri tekan(+).

Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN HASIL PARAMETER


HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.9 13.0 – 18.0 g/dL
27 – 32 pg
80 – 96 fL
32 - 36 g/dL
Hematokrit 41 40 – 52%

Leukosit 9,900 4,800 – 10,800 / uL

Trombosit 270000 150,000 – 400,000/uL


KIMIA KLINIK
Ureum 17* 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 0.7 0.5 – 1.5 mg/dL

4
eGFR 148.8 mL/mnt/1.73m2

GDS 86 < 140 mg/dL


HEMOSTASIS
Masa Pendarahan 2 Menit 30 Detik 1-6menit
PT
Pasien 12.5 11.6-14.5
Kontrol 13.6 12.0-16.5
INR 0.87
APTT
Pasien 27.6 29.2-42.2
Kontrol 32.4 27.0-38.0

IMUNOLOGI
HBsAg (ELISA) Non Reaktif
Anti HCV (ELISA) Non Reaktif
Anti HIV 1-2 (ELISA) Non Reaktif

IV. RESUME
Laki-laki berusia 23 tahun 3 bulan dengan keluhan Nyeri pada bagian penis
sejak 2 hari SMRS, Pasien terdengar suara pop pada penis saat lagi masturbasi.
Pipis terasa sedikit nyeri dan tidak mempunyai darah, susah berjalan karena sakit .
Pasien mengatakan nyeri bertambah parah apabila pasien lagi ereksi
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran CM, keadaan umum tampak
sakit sedang, TTV (Tekanan darah 130/70 mmHg, RR 20x/mnt, Nadi 91x/mnt,
Suhu 36.5 0C), dan nyeri tekan penis. Pada pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan tanggal 28 september 2019 didapatkan, ureum 17* Hasil laboratorium
lain dalam batas normal. Pemeriksaan HBsAg(-) Anti HCV(-) dan Anti HIV (-)

V. DIAGNOSIS
Fraktur corpus penis

5
VI. DIAGNOSIS BANDING
Strangulasi Penis

VIII. PENATALAKSANAAN
Operatif : Explorasi +degloving penis, repair fraktur penis
Ceftriaxone 1x 2gr
Ketorolak 3x 30mg
Ranitidin 2x 50 mg
As. Traneksamat 3x 500mg

IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad functionam: dubia ad bonam
Qua ad sanationam: dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka
Anatomi

Penis mempunyai dua korpus kavernosum di bagian dorsal, dan satu


korpus spongiosum di bagian ventral yang di dalamnya terdapat uretra.

6
Korpus kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelastik tunika albuginea
sehingga merupakan satu kesatuan, tetapi sebelah proximal terpisah menjadi
dua bagian sebagai krura penis, yang menempel pada rami ossis ischii.1,2
Korpus spongiosum membungkus uretra, dan berakhir di sebelah distal
sebagai glans penis. Ketiga korpus ini dibungkus oleh fascia Buck dan lebih
superficial lagi dibungkus oleh fascia Colles atau fascia Dartos yang
merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa. Dalam korpus yang terbungkus
tunika albugenia tredapat jaringan erektil berupa jaringan berongga/kavernnus
yang terdiri dari sinusoid ataau rongga lacuna yang dilapisi oleh endothelium
dan otot polos muskulus kavernosus. Rongga ini mampu menampung darah
sehingga penis dapat ereksi atau tegang.1,2,8

Gambar I, Anatomi penis (potongan melintang)


Penis mendapat aliran darah dari arteri pudenda interna yang kemudian
menjadi arteri penis komunis yang bercabang jadi arteri kavernosa/sentralis,
arteri dorsalis penis dan arteri bulbo uretralis. Arteri penis komunis ini
melewati kanal dari Alcock yang berdekatan dengan os. Pubis sehingga
mudah cedera jika terjadi fraktur pelvis. Arteri sentralis memasuki rongga
kavernosa kemudian bercabang-cabang menjadi arteriole helisin, yang akan
mengisikan darah ke dalam sinusoid.2,8
Darah vena dari rongga sinusoid dialirkan melalui anyaman/plexus di
bawah tunika albugenia. Plexus ini bergabung membentuk venule emisaria
dan kemudian menembus tunika albugenia untuk mengalirkan darah ke vena
dorsalis penis. Peningkatan saraf parasimpatis akibat rangsang sexual
menyebabkan terjadinya dilatasi arteriole dan kontriksi venule sehingga
inflow/ aliran darah ke korpora meningkat sedangkan outflow akan
menurun,sehingga volume akan smakin bertambah yang menyebabkan penis
jadi ereksi/ tegang.2,3
7
Persarafan penis terdiri dari system saraf otonom ( Simpatik dan
parasimpatik) dan somatik ( sensorik dan motorik ) yang berpusat di nucleus
intermediolateralis medulla spinalis pada segmen S2-4 dan Th12-L2. Serabut
–serabut otonom ini membentuk nervus kavernosus yang memasuki korpora
kavernosa dan spongiosum. Saraf ini memacu neurotransmitter untuk memulai
proses ereksi serta mengakirinya pada fase detumesensi.2,3
Fase ereksi dimulai dari rangsang dari genetal externa berupa rangsang
raba/taktil atau dari otak berupa fantasi, pendengaran, atau penglihatan.
Rangsang pada nervus kavernosus menyebabkan terlepasnya neurotransmitter
menyebabkan dilatasi arteri kavernosus/helisin, relaksasi otot kavernosus dan
kontriksi venule emisaria,sehingga darah banyak mengisi rongga sinusoid dan
menyebabkan ketegangan penis. Juga sebaliknya pada fase flaksid terjadi
kontriksi arteriole. Kontraksi otot kavernosus dan dilatasi venule untuk
mengalirkan darah ke vena-vena penis sehingga rongga sinusoid berkurang
volumenya.
Secara kimiawi diketahui bahwa neuroefektor terutama dalam korpus
kavernosum saat ereksi adalah Non Adrenerjik Non Kolinerjik ( NANC ) yang
menyebabkan terlepasnya Nitrit Oxida ( NO ), yang selanjutnya
mempengaruhi enzim Guanilat siklase untuk merubah Guanil tri fosfat ( GTP )
menjadi Siklik guanil mono fosfat ( cGMP ). Subtansi inilah yang
menyebabkan relaksasi otot polos kavernosus sehingga terjadi ereksi.
Sebaliknya saat fase flaksid terjadi pemecahan cGMP oleh enzim
fosfodiesterase 5 ( PDE 5 ) menjadi guanil mono fosfat.2,3

Patofisiologi
Di saat penis ereksi atau menegang maka mobilitas dan
fleksibilitas/kelenturan menjadi sangat jauh berkurang , tunika albugenia juga
semakin menipis dari 2mm menjadi 0,25 mm, menjadi kaku,dan kehilangan
elastisitasnya sehingga jika terjadi trauma langsung pada saat ereksi dapat
menyebabkan robeknya tunika albugenia, sehingga terjadi hematom.5,8

Diagnosis

8
Untuk mendiagnosis fraktur penis biasanya tidak sulit. Dari anamnesis
biasanya didapat riwayat baru saja aktifitas sexual, mengeluh nyeri dan
bengkak penis setelah terdengar suara “krek” saat berhubungan kelamin, jika
uretra tidak cedera maka buang air kecil tidak ada masalah. Sedang dari
pemeriksaan fisik didapatkan penis deformitas positif, oedem, angulasi atau
deviasi kearah ruptur dan nyeri tekan, jika uretra cidera akan tampak meatal
bleeding, meskipun buang air kecil lancar belum menyingkirkan
kemungkinan cidera uretra.3,4 Jika ada meatal bleeding, hematuria
makro/mikroskopis, dysuria, retensi urine maka kecurigaan cidera uretra
semakin jelas. Dan jika ragu maka pemeriksaan tambahan uretrogram
retrograde dapat dilakukan. Pemeriksaan tambahan yang lain adalah
cavernosogram atau MRI,serta dapat dengan USG.3

Gambar II. pemeriksaan fisik fraktur penis :


Penatalaksanaan
Terapi fraktur penis dikenal ada konservatif dan terapi bedah segera. 3
Jika konservatif maka dilakukan kompresi dingin, balut tekan, obat anti
inflamasi, analgetik atau jika ada cidera uretra yang memerlukan penundaan
maka perlu diversi urin supra pubik atau sistostomi. Kebanyakan ahli lebih
setuju dengan terapi bedah segera karena dimaksudkan agar tidak terjadi
komplikasi, penis dapat dikembalikan anatomis dan fungsinya.4 Dengan
penatalaksanaan bedah segera maka dapat dieksplorasi, dapat dievakuasi
bekuan darah, dan memperbaiki tunika albugenia yang robek .5

9
DAFTAR PUSTAKA

1. R.Sjamsuhidayat, Wim de Jong,1996,Buku Ajar Ilmu Bedah, hal.1044-


1045
2. Basuki B Purnomo,2000,Dasar-dasar Urologi, hal 10-13, 103
3. Jong M Chou, 2004, Penile Fracture and Trauma,in
http://www.emedicine.com/med/topic3415.htm p 1-10
4. Leandro Koifman,2003, Penile Fracture-Experience in 55 cases, in
International Braz J Urol p 35-39
5. Dincel C1998,Fracture of the Penis,in Eastern Journal of medicine
3(1):17-19
6. Taha SA, Sharayah A,Kamal BA: Fracture of the Penis: surgical
management. inSurg1998 Jan-Mar;73(1):63-4[Medline].
7. R.H Flocks,1975,Surgical Urology,Hand book of operative surgery p456-
457
8. Andrew B.Peitzman,1998,The Trauma Manual,p 292.

10

Anda mungkin juga menyukai