Anda di halaman 1dari 24

Referat

Diagnosis Tuberkulosis serta Penatalaksanaannya

Oleh:

Ng Chor Yao

1102018110

Pembimbing:

Dr. Stefanus Surya, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT IMANUEL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA

WACANA

PERIODE 18 Maret 2019- 25 Mei 2019


BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) telah wujud selama ribuan tahun dan tetap menjadi utama
masalah kesehatan global. TB merupakan salah satu dari sepuluh penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Selama 5 tahun terakhir, penyakit TB merupakan penyebab
kematian dari agen infeksi tunggal. Tetapi dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan
yang benar, kebanyakan orang yang mengembangkan penyakit TB bisa disembuhkan
dengan baik. WHO telah menerbitkan laporan TB global setiap tahun sejak itu 1997.
Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk memberikan komprehensif dan penilaian
terkini terhadap epidemi TB, dan tentang kemajuan dalam pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan, secara global, tingkat regional dan negara.

BAB II

Tinjauan Pustaka

Definisi

TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis.


Biasanya mempengaruhi paru-paru (TB paru) tetapi juga dapat mempengaruhi tempat
lain (TB luar paru). Penyakit ini menyebar ketika orang yang sakit dengan TB paru
mengeluarkan bakteri lewat udara, misalnya dengan batuk. Secara keseluruhan, relative
proporsi kecil (5–15%) dari perkiraan 1,7 miliar orang yang terinfeksi M. tuberculosis
akan mengembangkan TB penyakit selama hidup mereka. Namun, probabilitasnya
mengembangkan penyakit TB jauh lebih tinggi di antara orang-orang terinfeksi HIV,
dan juga lebih tinggi di antara orang yang terkena dampak oleh faktor risiko seperti
kurang gizi, diabetes, merokok dan konsumsi alkohol.1

TB paru primer merupakan TB paru yang muncul segera saat infeksi pertama kali. Pada
daerah dengan tingkat transmisi M. Tuberculosis, jenis penyakit ini lebih sering muncul
pada anak-anak. Daerah yang sering terlibat dalam TB paru primer adalah lobus medial
dan lobus bawah paru.TB ekstra paru merupakan kasus infeksi TB yang menyerang
organ lain selain paru antara lain pleura, limfonodus, abdomen, saluran kemih, kulit,
persendian, tulang dan meninges. Diagnosa harus ditegakkan berdasarkan kultur atau
pemeriksaan histologis. Pasien dengan TB paru dan ekstra paru digolongkan sebagai
kasus TB paru1

WHO mendefinisikan penderita TB sebagai penderita yang terbukti secara positif


terinfeksi tuberculosis dengan menggunakan metode diagnosa apapun. TB paru
didefinisikan sebagai TB yang menyerang parenkim paru dan berdasarkan hasil apusan
tahan asam TB dibagi menjadi Sputum positif atau sputum negatif. Pasien dengan
sputum postif merupakan pasien yang sedikitnya menunjukkan satu hasil positif dari 3
sampel sputum yang diambil. Sedangkan sputum negatif merujuk kepada pasien
dengan hasil pemeriksaan sputum tanpa ditemukannya basil tahan asam, namun pada
pasien dengan sputum negatif tetapi hasil kultur menunjukkan positif maka tetap
dianggap sebagai pasien TB dengan sputum negatif.1

Etiologi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman
(basil) Mikobakterium tuberkulosis. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain.

Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis, familia Mycobacteriaceae dan genus


Mycobacterium. Genus Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya
Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia. Basil
tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung,
dengan ukuran panjang 2µm-4µm dan lebar 0,2µm–0,5µm. Organisme ini tidak
bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat
berbentuk manik-manik atau granuler. Kuman ini bersifat obligat aerob dan
pertumbuhannya lambat. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk mengganda dan
pertumbuhan pada media kultur biasa dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu.

Suhu optimal untuk untuk tumbuh pada 37 derajat Celcius dan pH 6,4–7,0. Jika
dipanaskan pada suhu 60 derajat Celcius akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman
ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet. Di samping itu
organisme ini agak resisten terhadap bahan-bahan kimia dan tahan terhadap
pengeringan, sehingga memungkinkan untuk tetap hidup dalam periode yang panjang
didalam ruangan-ruangan, selimut dan kain yang ada di kamar tidur, sputum. Dinding
selnya 60% terdiri dari kompleks lemak seperti mycolic acid yang menyebabkan kuman
bersifat tahan asam, cord factor merupakan mikosida yang berhubungan dengan
virulansi. Kuman yang virulen mempunyai bentuk khas yang disebut serpentine cord,
Wax D yang berperan dalam immunogenitas dan phospatides yang berperan dalam
proses nekrosis kaseosa.1,2

Basil tuberkulosis sulit untuk diwarnai tapi sekali diwarnai ia akan mengikat zat warna
dengan kuat yang tidak dapat dilepaskan dengan larutan asam alkohol seperti
perwarnaan Ziehl Nielsen. Organisme seperti ini di sebut tahan asam. Basil tuberkulosis
juga dapat diwarnai dengan pewarnaan fluoresens seperti pewarnaan auramin
rhodamin.1,2

Epidemiologi

Gambar 2.1. Estimasi Jumlah kasis baru (incidence) tBC di negara yang memiliki
paling sedikit 100000 Kasus Baru
Gambar 2.2. Estimasi Incidence Rate TBC per 100.000 penduduk

Secara global pada tahun 2017 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC yang setara
dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi
yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden
TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)—dimana Indonesia
merupakan salah satu di dalamnya—dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika.3

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan
Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini
terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa
dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7%
partisipan perempuan yang merokok.3
Patofisiologi

Infeksi dengan M tuberculosis terjadi paling umum melalui paparan paru-paru atau
selaput lendir pada aerosol yang terinfeksi. Tetesan dalam aerosol ini berdiameter 1-5
μm; pada orang dengan TB paru aktif, batuk tunggal dapat menghasilkan 3000 tetesan
infektif, dengan sedikitnya 10 basil diperlukan untuk memulai infeksi.

Ketika dihirup, inti tetesan diendapkan dalam terminal udara di paru-paru. Organisme
mengambil waktu diantara 2 sampai 12 minggu untuk tumbuh sehingga mencapai
jumlah 1000-10.000. Jumlah ini biasanya sudah cukup untuk memperoleh respon imun
seluler yang dapat dideteksi dengan reaksi terhadap tes kulit tuberkulin.4,5

Mycobacteria sangat antigenik, dan mereka mempromosikan respon imun yang kuat
dan tidak spesifik. Antigenisitasnya disebabkan oleh beberapa konstituen dinding sel,
termasuk glikoprotein, fosfolipid, dan lilin D, yang mengaktifkan sel Langerhans,
limfosit, dan leukosit polimorfonuklear. Ketika seseorang terinfeksi M tuberculosis,
infeksi dapat mengambil satu dari berbagai jalur, yang sebagian besar tidak mengarah
pada TB yang sebenarnya. Infeksi dapat dibersihkan oleh sistem imun inang atau
ditekan ke dalam bentuk tidak aktif yang disebut infeksi TB laten (LTBI), dengan host
yang resisten mengendalikan pertumbuhan mikobakteri pada fokus jauh sebelum
perkembangan penyakit aktif. Pasien dengan LTBI tidak dapat menyebarkan TB.

Paru-paru adalah tempat yang paling umum untuk pengembangan TB; 85% pasien
dengan TB datang dengan keluhan paru. TB luar paru dapat terjadi sebagai bagian dari
infeksi primer atau lanjut. Lokasi luar paru juga dapat berfungsi sebagai situs
pengaktifan kembali; reaktivasi ekstrapulmoner dapat hidup berdampingan dengan
reaktivasi paru.4,5

Situs penyakit ekstrapulmoner yang paling umum adalah sebagai berikut (patologi lesi
ini mirip dengan lesi paru):

 Kelenjar getah bening mediastinum, retroperitoneal, dan serviks - Situs


limfadenitis tuberkulosis (skrofula) yang paling umum ada di leher, di
sepanjang otot sternokleidomastoid; biasanya unilateral dan menyebabkan
sedikit atau tidak ada rasa sakit; kasus limfadenitis tuberkulosis lanjut dapat
bernanah dan membentuk sinus yang mengering
 Badan vertebral
 Adrenal
 Meninges
 Saluran GI

Organ yang terinfeksi biasanya memiliki regional tekanan oksigen yang tinggi (seperti
pada ginjal, tulang, meninge, mata, dan choroids, dan pada apeks paru-paru). Penyebab
utama kerusakan jaringan akibat infeksi M tuberkulosis terkait dengan kemampuan
organisme untuk memulakan reaksi imun inang yang intens terhadap protein dinding
sel antigen.

Diagnosis

Penegakan diagnosis TB paru dilakukan berdasarkan gejala klinis, pemerikssaan


jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.4,5
A. Gambaran klinis
• Gejala respiratori
– batuk > 2 minggu
– Batuk darah
– Sesak napas
– Nyeri dada
• Gejala sistemik
– Demam
– Malaise, keringat malam, Penurunan berat badan, anoreksia
• Gejala TB ekstra paru
– Limfadenitis TB
– Meningitis TB
– Pleuritis TB
– TBC tulang dan sendi
B. Pemeriksaan jasmani
Pada pemeriksaan jasmani gejala yang ditemukan tergantung pada organ yang
terlibat
Pada tuberkulosis paru umumnya terletak pada lobus superior terutama daerah
apeks dan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan
ditemukan antara lain :
Suara napas bronkial, amforik,melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma, dan mediastinum .Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang
menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

C. Pemeriksaan Bakteriologi
• Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
Liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, Bronchoalveolar Lavage, urin,
feses, jaringan biopsi.
• Cara pengambilan dahak
Pengambilan dahak lakukan 3 kali yaitu Sewaktu (saat datang pertama kali) –
pagi – sewaktu ( saat mengantarkan dahak pagi) atau dikumpulkan setiap pagi
3 kali berturut-turut
• Cara pemeriksaan

Dapat dilakukan secara mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau biakan.


Biakan adalah cara yang terbaik karena dapat untuk memastikan kuman tersebut
kuman hidup, dan dapat dilakukan uji kepekaan dan identifikasi kuman bila
perlu. Pemeriksaan mikroskopik dapat dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau
Tan Thiam Hok (gabungan Kinyoun Gabbett), dan biakan dengan cara
sederhana
D. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standart adalah foto thorax PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, toplordotik, oblique, CT- Scan.
 Luas lesi :
– Minimal tidak lebih dari sela iga depan, serta tidak dijumpai kaviti
– Luas  proses lebih luas dai lesi minimal
 Gambaran radiologis TB inaktif:
– Fibrotik
– Kalsifikasi
– Schwarte
 Gambaran radiologis lesi TB aktif :
– Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
– Kaviti terutama lebih dari satu , dikelilingi oleh bayangan berawan atau
nodular
– Bayangan bercak milier
– Efusi pleura

 Destroyed lung
Merupakan gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru
yang berat. Gambaran radiologi destroyed lung terdiri dari:
– Atelektasis
– Multicaviti
– Fibrosis parenkim paru

Manifestasi Klinis

Gejala yang muncul awalnya bersifat non spesifik, biasanya ditandai dengan
demam baik subfebris hingga febris dan keringat malam, berat badan yang menurun,
anoreksia, dan merasa lemas. Pada 80 % kasus ditemukan demam dan tidak adanya
demam bukan berati tuberculosis dapat dihilangkan. Dalam sebagian besar kasus, batuk
non produktif biasanya muncul minimal selama 2 minggu dan selanjutnya diikuti oleh
batuk produktif dengan sputum yang purulen bahkan diikuti bercak darah. Hemoptisis
yang masif biasanya muncul sebagai destruksi pembuluh darah pada kavitas terutama
pembuluh darah yang berdilatasi pada dinding kavitas (Rasmussen's aneurysm). Nyeri
dada biasa juga dirasakan terutama pada pasien dengan lesi pada pleura. Lebih lanjut
biasanya pasien akan sesak nafas dan diikuti dengan adult respiratory distress syndrome
(ARDS). 1,,3,4
Temuan pemeriksaan fisis cukup terbatas pada TB paru. Terkadang
abnormalitas tidak ditemukan pada pemeriksaan thorax. Bunyhi ronkhi biasa
ditemukan terutama karena peningkatan produksi sputum. Bunyi wheezing juga
terkadang ditemukan akibat obstruksi parsial bronkus dan bunyi amphoric klasik pada
kavitas. Terkadang bunyi pernafasan terdengar redup yang berarti menunjukkan ada
proses abnormalitas yang cukup parah sebagai komplikasi dari infeksi tuberculosis.
Pada keadaan tertentu pasien juga dapat menunjukkan wajah yang pucat serta clubbing
finger. 1,4,5
Jenis-jenis TB

1. Lymph node TB (gangliopulmonary TB)


TB kelenjar getah bening di mediastinum dan daerah hilus
menunjukkan fokus infeksi parenkim utama. Fokus parenkim dan
limfadenopati ini dikenal sebagai'' Ghon kompleks. Limfadenopati bukan
fitur utama dari apa yang disebut'' TB postprimary'' pada dewasa (hanya 5%
dari kasus), tetapi baru-baru ini, terutama koinfeksi HIV, kecenderungan
ini memiliki menjadi terbalik. Pembesaran kelenjar getah bening pada TB
paru dapat menyebabkan komplikasi yang melibatkan jalan napas dan
struktur lain di sekitarnya.
Kelainan parenkim mungkin kecil, perifer, dan sulit untuk
diidentifikasi. Pada anak-anak dan dewasa yang immunosupresi, kelainan
fokal mungkin tidak terkandung dan dapat hadir sebagai air space process.
Limfadenopati pada anak-anak hanya jelas ketika terproyeksi di luar
margin jantung dan kurang sering terlihat di sebelah kiri. Radiografi lateral
berguna untuk mendeteksi limfadenopati posterior dan inferior yang
menuju bronkus intermedius. Kalsifikasi limfadenopati (dan pulmonary
focus) merupakan lesi yang menyembuh tetapi jarang terjadi pada masa
kanak-kanak .6

Gambar 2.3 Ghon complex yang mengalami kalsifikasi. Terdapat kalsifikasi


multipel pada parenchymal foci di lingula dan kalsifikasi dari
kelenjar getah bening pada hilus kiri. (Andronikou et al,2009)
Gambar 2.4 Limfadenopati hilus pada foto thorax seorang anak (A). Pada foto
thorax AP didapatkan multilobulated mass dari kelenjar limfe
yang terproyeksi di batas kanan jantung (panah pendek) dan
didapatkan kompresi dari bronkus internedius (panah panjang). (B)
pada foto torax lateral terdapat massa padat berbentuk oval yang
menunjukkan adanya massa pada limfadenopati hilus.
(Andronikou et al, 2009)
2. Air space parenchymal TB (Konsolidasi)Bentukan ini terlihat pada infeksi
TB primer (khususnya anak-anak) sebagai komplikasi dari erosi bronkial
dan penyebaran bronkogenik dari penyakit ini atau komplikasi dari
terdesaknya bronkus akibat kelainan parenkim di distalnya termasuk akibat
perubahan volume (kolaps atau hiper ekspansi). Area konfluens dari
opasitas sering mengenai 1 dari lobus paru dan menggambarkan air
bronkogram. Batas dari konsolidasi tidak tegas dan berbentuk seperti
awan.6 (Andronikou et al, 2009)

Gambar 2.5: Air space disease atau konsolidasi. (A) Foto thorax yang
menunjukkan area konfluen dari densitas perifer pada lobus paru kiri
atas yang didapatkan pada pasien dengan infeksi TB primer. (B)
infeksi primer pada anak-anak menunjukkan adanya opasitas pada
lobus paru kiri atas dan limfadenopati hilus kanan yang menekan
bronkus intermedius kanan. (C) tampak konsolidasi pada paru kanan
dengan bulging inferior margin yang menyimpan proses eksudatif di
dalamnya. Kasus ini disebabkan karena adanya penekanan bronkus
akibat limfadenopati. (Andronikou et al, 2009)

Gambar 2.6: Tuberculosis primer yang menunjukkan konsolidasi dan


limfadenopati pada wanita yang berusia 21 tahun. Pada foto thorax
PA tampak airspace consolidation di paru kanan bagian tengah.
( Joo Jeong et al, 2008)

3. Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai tumor. Bila terdapat di otak, tuberkuloma
juga besifat suatu lesi yang mengambil tempat (space occupying lession).
Pada hakekatnya tuberkuloma adalah sarang keju (caseosa) dan biasanya
menunjukkan penyakit yang tidak begitu virulen, bahkan biasanya
tuberkuloma bersifat licin, tegas, dan di dalam atau di pinggirnya ada
sarang perkapuran, sesuatu yang dapat dilihat jelas pada tomogram.
Diagnostik diferensialnya dengan suatu tumor sejati adalah bahwa di dekat
tuberkuloma sering ditemukan sarang-sarang kapur lainnya.6 (Rasad et
al,1999)
Gambar 2.7: Tuberkuloma. (A) Tampak large partially calcified tuberculoma
pada paru kanan atas.(B) Tuberculoma besar di lobus inferior
kiri dengan beberapa satelit. (C) Sekelompok tuberculous
parenchymal granulomata pada paru kanan bawah seorang
wanita. (Andronikou et al, 2009)

4. TB Milier
Tuberkulosis milier ditandai terutama dengan persebaran yang luas
dan merata dari lesi-lesi kecil noduler (1 – 5 mm). Penyebaran milier ini
terjadi akibat adanya penyebaran hematogen di parenkim paru. Pada foto
thorax X-ray ini tampak seperti bintik-bintik lesi berbentuk noduler opaque
yang tersebar rata di seluruh lapang paru, tanpa atau sangat jarang disertai
dengan kalsifikasi. Miliary tuberculosis sendiri dapat terjadi pada beberapa
organ selain paru yaitu misalnya pada hepar dan lien.6 (Andronikou et
al,2009)

Gambar 2.8: TB milier. Foto polos thorax di atas menunjukkan terdapat nodul
difus berukuran 2-3 mm yang tersebar merata di kedua lapang paru.
(Andronikou et al,2009)

Gambar 2.9: Tampak foto thorax PA menunjukkan gambaran opasitas


berbentuk nodul yang tersebar merata di kedua lapang paru,
berukuran seragam, dan milier. (Joo Jeong et al, 2008)

5. Kavitas
Kavitas dalam foto X-ray thorax adalah bentukan menyerupai lubang
di parenkim paru. Ini merupakan pusat peningkatan densitas dimana bagian
tengahnya telah digantikan (terisi) oleh udara. Dinding lubang sering tipis
berbatas licin, tetapi mungkin juga tebal dan berbatas tidak licin. Di
dalamnya mungkin terlihat cairan yang biasanya berjumlah sedikit.
Kavitas yang multiple dan bilateral dapat berarti adanya suatu proses
bronkogenik maupun hematogenik. Yang termasuk di dalamnya antara
lain: abses paru, lesi metastatic dan tuberculosis. Sedangkan kavitas yang
tunggal biasanya terdapat pada kanker paru primer dan post-traumatic lung
cyst.6
Lokasi dari kavitas juga akan sangat membantu penegakan diagnosis
maupun diagnosis banding. Sebagai contoh abses paru sering kali berada
pada segmen superior dari lobus inferior sementara tuberculosis berada ada
segmen superior dari lobus superior, walaupun dapat pula muncul di lobus
inferior. Selain itu pada tuberculosis seringkali cavitanya akan dikelilingi
oleh infiltrate dan jaringan fibrotik disekitarnya.6 (Rasad et al,1999)

Gambar 2.10: Tampak kavitas multipel berdinding tipis di bagian superior dari
paru kanan.
Gambar 2.11: Tampak kavitas bilateral pada kedua lapang paru dengan
konsolidasi di sekelilingnya. Tampak pula gambaran air fluid level
di dalam kavitas.

Gambar 2.12 Tampak gambaran kavitas berbatas tegas dan tebal yang terdapat
di dalam apical tuberculoma (tanda panah). (Andronikou et al,
2009)
6. Pleural TB
Sebelumnya, pleuritis eksudatif terlihat terutama pada anak-anak dan
remaja. Saat ini juga terlihat pada orang dewasa (di negara-negara dengan
insiden rendah infeksi TB) dan anak-anak muda. Pleuritis terjadi 3 sampai
6 bulan setelah infeksi primer dan sering unilateral (dan tanpa gejala).
Cairan pleura hanya menghasilkan kultur positif pada 20% sampai 40%
sampel pada pasien dengan TB. Efusi biasanya disertai dengan adanya
parenchymal disease dan keterlibatan pleura pada TB ini biasanya
didapatkan pada TB post primer (Agrawal, 2013). Tetapi efusi hanya
menjadi tanda kecil pada radiografi infeksi TB primer. Sudut
costophrenicus yang tumpul pada orang dewasa tidak dianggap signifikan
untuk TB aktif. Teapi jumlah yang lebih besar dari cairan pleura dapat
dipertimbangkan untuk diagnosis TB aktif. (Andronikou et al, 2009)6
Pleuritis dapat terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung
ke pleura atau melalui penyebaran hematogen, sering ditemukan pada
remaja belasan tahun tetapi jarang pada balita. (Rasad et al,1999)

Gambar 2.113 Kalsifikasi pleura pasien berusia tua dengan riwayat tuberculosis
pleuritis
Gambar 2.14 Foto thorax PA pada pasien berusia muda, tampak konsolidasi
pada paru kanan atas dan bawah efusi pleura ringan pada paru
kanan. (Catanzano,2013)

Gambar 2.15 Foto thorax PA pada pasien dengan keluhan batuk lama dengan
tes tuberkulin positif. Menggambarkan adanya konsolidasi pada
paru kiri bawah dan efusi pleura pada paru kiri. (Andronikou et al,
2009)
7. Fibrosis dan destruksi
Destruksi total atau sebagian dari paru-paru tidak jarang terjadi pada
tahap akhir penyakit parenkim dan saluran napas. Fibrosis mungkin stabil,
progresif, atau regresif. Tetapi setelah paru-paru hancur, aktivitas ini sulit
untuk dinilai. Atelektasis umum terjadi setelah adanya kavitas dan
melibatkan atelektasis dari lobus atas, retraksi dari hilus, hiperinflasi
kompensasi dari lobus bawah, dan pergeseran mediastinum menuju paru-
paru yang mengalami fibrosis.6

Gambar 2.16 Fibrosis dan scarring. Terdapat gambaran densitas yang linier dan
panjang disertai kavitas dan multipel. Hilus kanan dan kiri tertarik
ke superior oleh bagian paru yang mengalami fibrosis.
(Andronikou, 2009)
Penatalaksanaan
Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi :

Pengobatan tb pada keadaan khusus


a. Kehamilan dan ibu menyusui
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk
kehamilan dan ibu yang sedang menyusui, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak
dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus
barier placenta. 7

b. Gangguan hati

Pasien dengan riwayat hepatitis akut, gangguan hepar yang disebabkan alcohol,
relative aman untuk mengkomsumsi obat OAT. Pada pasien dengan penyakit hati yang
tidak stabil atau lanjut, tes fungsi hati harus dilakuka pada awal perawatan.7

c. Gangguan Ginjal

Saran pengobatan TB awal yang direkomendasikan untuk pasien dengan gagal


ginjal atau insufisiensi ginjal berat adalah 2 bulan isoniazid, rifampisin, pirazinamid
dan etambutol, diikuti oleh 4 bulan isoniazid dan rifampisin. Isoniazid dan rifampisin
dihilangkan dengan ekskresi empedu, sehingga tidak diperlukan perubahan dosis.Ada
ekskresi etambutol dan metabolit pirazinamid ginjal yang signifikan,dan karena itu
dosis harus disesuaikan. Pirazinamid (25 mg / kg), dan etambutol (15 mg / kg) diberikan
tiga kali per minggu. Saat menerima isoniazid, pasien dengan insufisiensi atau gagal
ginjal berat harus diberikan piridoksin untuk mencegah neuropati perifer7

Dosis OAT
Jenis dan dosis OAT

Ob Dosis Dosis yg dianjurkan DosisMa Dosis (mg) /


at (Mg/K ks (mg) berat badan (kg)
g Harian ( Intermitten (mg/Kg/B < 40 40- >60
BB/Ha mg/ B/kali) 60
ri) kgBB
/ hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
100 150
Z 20-30 25 35 750
0 0
100 150
E 15-20 15 30 750
0 0
Sesu 100
S 15-18 15 15 1000 750
ai BB 0
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting
untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant
tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB
merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and
Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan
obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada
tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO
seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:

1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal

2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan


kesalahan pengobatan yang tidak disengaja

3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang


benar dan standar

4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit

5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat


penurunan penggunaan monoterapi
Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap
Fase intensif Fase lanjutan
2 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
RHZE RHZ RHZ RH RH
150/75/400/275 150/75/400 150/150/500 150/75 150/150
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5

Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis
yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih
termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami
efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti
yang mampu menanganinya.
Daftar Pustaka

1. World Health Organization .Fact Sheets 2018.Cited at


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
2. Fauci, Anthony S. Kasper, Dennis L. Longo, Dan L. Braunwald, Hauser,
Eugene Stephen L. Jameson, J. Larry. Loscalzo, Joseph. Chapter 158
Tuberculosis in: Harrison principle of internal medicine 17th edition. USA: Mc
Graw Hill. 2008
3. World Health Organization. World Global Tuberculosis Control 2018 .World
Health Organization. 2018
4. Herchline T.E. 2018. Tuberculosis .Cited at :
https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview
5. Agrawal,Anjani. 2015. Postprimary Tuberculosis Lung Imaging. Cited at :
http://emedicine.medscape.com/article/358735-overview#a23
6. Andronikou, Savvas, Vanhoenacker, Filip, De Backer, Adelard. 2009.
Advances in Imaging Chest Tuberculosis : Blurring of Differences Between
Children and Adults.
7. World Health Organization. Treatment of tuberculosis 2010. World Health
Organization. 2010

Anda mungkin juga menyukai