Disusun oleh :
1620221195
Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik
Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta di
RSUP Persahabatan Jakarta periode Agustus - September 2018. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada dr. I Dewa Ketut Sidharta, Sp. An selaku
pembimbing makalah ini, dan kepada seluruh dokter yang telah membimbing selama
kepaniteraan. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Terimakasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang terkait dan kepada seluruh pembaca.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan pergerakan lengan post operasi
terbatas
Keluhan Tambahan : Pasien juga merasakan ada benjolan-benjolan keras di lengan
kanan tempat bekas operasi
Riwayat Pengobatan
Pasien rutin meminum obat Glimperide 1x1 untuk mengontrol gula darahnya.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak pernah merokok, minum alcohol, ataupun mengkonsumsi obat-
obatan terlarang dan obat penenang.
Riwayat Operasi
Pasien pernah menjalani operasi ORIF 2 bulan yang lalu
Leher
Inspeksi : Proporsi leher dalam batas normal, tidak terlihat adanya
massa atau benjolan, tidak ada hambatan dalam pergerakan.
Palpasi : Trakea terletak ditengah, tidak teraba pembesaran
tiroid, KGB tidak teraba.
Thorax
1) Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normochest, pergerakan dinding dada
simetris,
tidak terlihat adanya luka/ massa didaerah dada
Palpasi : Vocal fremitus sama antara dada kanan dan kiri.
Perkusi : Suara perkusi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi (-/-), tidak ada
wheezing (-/-).
2) Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Tidak teraba pulsasi iktus kordis.
Perkusi : batas jantung kanan pada ICS
Batas jantung kiri pada ICS
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur dan
tidak ada gallop.
Abdomen
Inspeksi : Datar, dinding perut tidak tegang, tidak terlihat ada massa
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Perut supel, tidak teraba adanya massa, tidak teraba hati dan
lien, nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Timpani pada seluruh region abdomen.
Kulit
Kulit tidak kering, tidak ada lesi, tidak sianosis dan tidak ikterik. Turgor kulit baik,
CRT <2 detik
Ekstremitas
Superior : Deformitas (+/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), tremor
(-/-), edema (-/-), akral dingin (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan motoric baik.
Inferior : Deformitas (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), tremor
(-/-), edema (-/-), akral dingin (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan motoric baik.
Kesulitan Airway
Gigi : Tidak ada gigi yang hilang atau goyang. Tidak ada
pemakaian gigi palsu
Malampati : 1 (tampak pilar faring, palatum mole, dan uvula).
3-3-2 rules : Bukaan mulut (3), jarak mentum ke hyoid (3), jarak
tiroid ke hyoid (2).
Mobilisasi leher : Baik
Trauma cervical : Tidak ada
Leher pendek : Tidak ada
HITUNG JENIS
Basofil 0.5 0-1 %
Eosinofil 2,7 1-3 %
Neutrophil 67.1 52,0-76,0 %
Limfosit 17.3 20-40 %
Monosit 12.4 2-8 %
RDW-CV 13.6 11,5-14,5 %
Hasil Pemeriksaan Hemostasis
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
PT + INR
PT pasien 10,3 9,8-11,2 detik
PT control 11,4
INR 0,91
APTT
APTT pasien 28.1 31,0-47,0 detik
APTT control 33,6
II.2 Tatalaksana
PREMEDIKASI
1) Midazolam
Dosis : 0,2 - 0,4 mg/kgbb.
Rentang dosis : 1,26 mg – 2,52 mg 2 mg
Sediaan : 5 mg/ml 2 ml dicairkan dalam 3 ml
akuades
2) Fentanyl
Dosis : 1 – 5 mcg/ml.
Rentang dosis : 63 mcg - 315 mcg 200 mcg
Sediaan : 0,05 mg/ml 1 ampul @ 2 ml 1 ampul 0,1 mg
1 mg = 1000 mcq
2 ampul 200 mcq
INDUKSI
1) Propofol
Dosis : 2 – 2,5 mg/kgbb
Rentang dosis : 126 mg – 157,5 mg 150 mg
Sediaan : 10 mg/ml 15 ml
RELAKSAN
1) Atracurium
Dosis : 0,4 – 0,5 mg/kgbb
Rentang dosis : 25,2 mg – 31,5 mg 30 mg
Sediaan : 10 mg/ml 3 ml
MAINTENANCE
1) Inhalasi
O2 : Udara = 1 : 1 kadar O2 60%
Sevofluran 2 volum % (hipnotik)
2) Obat-obatan lain
Dexamethasone 5 mg
Ranitidine 50 mg
Ondansetron 4 mg.
Tranxamine 500 mg
Fentanyl 200 mcq
Atracurium 40 mg
Metronidazole 1000 mg
Ketorolac 30 mg
II.3 Tindakan
1) Intubasi
Intubasi menggunakan ETT non king-king ukuran 7 dengan fiksasi
sedalam 20 cm.
Intubasi dilakukan setelah pasien tidur.
ETT disambungkan ke ventilator dengan Tidal volume 500, RR 14,
PEEP 4 cmH2O
2) Pemasangan 1 I.V line
II.4 Monitoring
1) Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi :
Pemantauan tanda klinis pergerakan dada, observasi reservoir
breathing bag, pastikan stabilitas ETT tetap terjaga.
2) Pemantauan oksigenasi selama anestesi :
Pemantauan saturasi oksigen dilakukan dengan pemasangan pulse
oximetry dan pemantauan melalui monitor.
3) Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
Pemantauan tekanan darah dan denyut jantung.
Pemantauan EKG secara continue mulai sebelum induksi anestesi.
Pemantauan kebutuhan cairan pasien selama anestesi :
- Input : Cairan infus (RL, asering, gelofusin, darah)
PEMANTAUAN CAIRAN
Pemberian cairan :
- Kebutuhan cairan :
Perdarahan : 1000 cc
Urin output : 1200 cc
Total kebutuhan cairan :
926 ml + 776 ml + 776 ml + 625 ml + 625 ml + 625 ml + 625 ml + 625 ml +
625 ml = 6228 ml
Jumlah pemberian cairan :
Total pemberian cairan adalah 6500 cc, dengan rincian:
- Ringer laktat : 2500 cc
- Asering : 3000 cc
- Gelofusin : 500 cc
EBV 75 x 63 kg = 4725 cc
1. DARAH
Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah
terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin
merupakan protein pengangkut oksigen.
2. TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke
dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan
ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih.
Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau
menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak
mencukupi.
Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan
sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic
adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan
transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang
diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke
pasien.
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
a. Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah
pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor
pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan
fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu
yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan
transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
penyakit relatif banyak.
b. Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah
diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan
juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
c. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.
Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan
sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan
terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi
oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb
terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke
jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar
kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
2. Sel darah merah
a. Packed red cell
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran
plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga
hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang
dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah
24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit
yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang
lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama
talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan
lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi
jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di
atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4
ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.
Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit,
dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :
Ket :
- Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
- Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa
menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan
PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overload berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi: :
a. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
b. Hemoglobin <8 gr/dl.
c. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama :
(misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik)
d. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah
mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL
- Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang
Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah
merah yang menetap.
BB x 1/13 x 0.3
Macam sediaan:
1. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada
pembuatan packed red cell.
2. Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3
tahun).
3. Fresh Frozen Plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan
volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama
simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor
pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam
setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein
plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan
setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada
penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing
kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC,
saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai
suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah
besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP
mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan
system Rh.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi :
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
b. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat
perdarahan yang mengancam nyawa.
c. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang
abnormal setelah transfusi massif
d. Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor
pembekuan
4. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah
untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah
penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak
melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab
komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2)
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa
demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-
200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
1. Hemophilia A
2. Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
3. Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
5. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen
dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan
sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan
osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin
∆ albumin x BB x 0.8
9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh
dalam kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis,
diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi
mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influensa;
baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi
kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun menato,
menindik, atau akupunktur; hamil; atau sedang menyusui.
Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya. Denyut nadi,
tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk
mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang
menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.
Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu
misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan
perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS. Hepatitis, kehamilan,
pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak
terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk
sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan
darah. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1
kali setiap 2 bulan. Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah
aman.
Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya
sendiri hanya membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada
saat jarum dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.
Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter. Darah segar yang
diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet
dan komponen anti pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari
adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitisvirus dan sifilis. Darah yang
didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu,
(misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa
dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya,
maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya;
apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan
pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes
darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini
disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak
sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:
1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan
serum resipien (aglutinin resipien)
2. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien)
dengan serum donor (aglutinin donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan
aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah
resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor
menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan hasil Crossmatch minor,
diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu
2. Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan
dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus
diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila
pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka
transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor
tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan
menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan.
2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal
dan kemerahan dengan segera.
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed
concern.
7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah.
Minta darah bila anda telah siap menggunakannya.
8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
I. REAKSI IMUNOLOGI
A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius
dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara
reaksi transfusi hemolitik segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat
Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana,
misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah.
Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada
muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat
dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa
diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk
dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-
lain.
Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi,
perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.
Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika.
Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang
digunakan ialah :
Pasien Tn. W laki-laki berumur 65 tahun masuk ke rumah sakit pada tanggal 13
Agustus 2018. Pasien datang dengan keluhan pergerakan lengan kanan terbatas.
Selain itu, pasien juga merasa terdapat benjolan-benjolan keras pada tempat bekas
operasi. Awalnya pasien tidak merasakan keluhan di lengan kanannya, namun mulai
terasa benjolan sejak 1 bulan SMRS. Pergerakan tangan pasien juga terbatas, tidak
bisa meluruskan lengan, hanya sebatas + 1200.
Sebelumnya pasien didiagnosa Fraktur ulna dextra 2 bulan yang lalu. Kemudian
dilakukan ORIF 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2.
Gula darah pasien selama ini terkontrol. Saat pemeriksaan gula darah pasien sedang
naik. Selama ini pasien rutin meminum obat Glimperide 1x1 untuk mengontrol gula
darahnya. Pasien tidak pernah merokok, minum alcohol, ataupun mengkonsumsi
obat-obatan terlarang dan obat penenang.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik status generalis keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, tetapi unsur lainnya secara umum normal. Bentuk kepala pasien
normocephale dengan rambut warna hitam, distribusi rambut tidak merata, rambut
mudah dicabut. Namun organ-organ lainnya yang ada pada kepala yaitu mata, telinga,
hidung, tenggorokan, mulut dalam kategori normal. Proporsi leher dalam batas
normal, tidak terlihat adanya massa atau benjolan, tidak ada hambatan dalam
pergerakan. Hasil pemeriksaan thorax paru-paru secara umum normal. Jantung juga
baik tidak teraba pulsasi iktus kordis, bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada
murmur dan tidak ada gallop. Abdomen juga cukup baik, perut supel, tidak teraba
adanya massa, tidak teraba hati dan lien, nyeri tekan tidak ada. Kulit tidak kering,
tidak ada lesi, tidak sianosis dan tidak ikterik. Turgor kulit baik, CRT <2 detik. Juga
tidak ditemukan ekstremitas superior maupun inferior, hampir seluruhnya negative.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi ditemukan ada beberapa kondisi
yang berada dibawah rentang normal yaitu Hb 12,2, Ht 35,7, MCV 78,8, MCH 26,9
Limfosit 17,3 dan Monosit cukup tinggi yaitu 12,4. Hasil pemeriksaan hemostatis
PT+INR normal sementara itu APTT pasien relative rendah yaitu 28,1detik. Hasil
pemeriksaan kimia klinsi secara umum normal hanya glukosa sewaktu cukup tinggi
yaitu 291. Hasil pemeriksaaan elektrolit untuk Kalium (K) darah relatif rendah yaitu
3,40. Pemeriksaan Rontgen Antebrachii Dextra menunjukan ORIF insitu pada ulna
dan mid radiusdengan kedudukan fragmen terlihat baik. Masih terlihat garis fraktur
halus namun distribusi graft tampak merata. Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis.
Persendian dan jaringan lunak normal.
Pasien Tn. W usia 65 tahun didiagnosa mengalami Malunion Ulna Dextra dan
akan dilakukan tindakan Revisi ORIF + bonegraft. Hasil konsul jantung menyatakan
toleransi operasi risiko sedang dan anestesi puasa 6 jam sebelum operasi
dilaksanakan. Kesimpulannya ASA 3 dengan diabetes mellitus, anemia, dan
hypokalemia.
Untuk pasien Tn. W akan dilakukan general anestesi dengan intubasi. Untuk itu
tatalaksana yang dilakukan yaitu premedikasi, induksi, relaksan dan maintenance.
Premedikasi dilakukan dengan memberikan midazolam Dosis: 0,2 - 0,4 mg/kgbb.
Rentang dosis : 1,26 mg – 2,52 mg 2 mg, Sediaan: 5 mg/ml 2 ml dicairkan
dalam 3 ml akuades. Selain itu diberikan pula Fentanyl Dosis: 1 – 5 mcg/ml. Rentang
dosis: 63 mcg - 315 mcg 200 mcg, Sediaan : 0,05 mg/ml 1 ampul @ 2 ml 1
ampul 0,1 mg, 1 mg = 1000 mcq , 2 ampul 200 mcq. Untuk induksi diberikan
Propofol Dosis : 2 – 2,5 mg/kgbb, Rentang dosis: 126 mg – 157,5 mg 150 mg,
dan Sediaan : 10 mg/ml 15 ml. Untuk relaksan diberikan Atracurium Dosis: 0,4 –
0,5 mg/kgbb, Rentang dosis: 25,2 mg – 31,5 mg 30 mg dan Sediaan : 10 mg/ml
3 ml. Untuk maintenance diberikan inhalasi O2 : Udara = 1 : 1 kadar O2 60%
dan Sevofluran 2 volum % (hipnotik). Diberikan pula obat-obatan lain yaitu
Dexamethasone 5 mg, Ranitidine 50 mg, Ondansetron 4 mg, Tranxamine 500 mg,
Fentanyl 200 mcq, Atracurium 40 mg, Metronidazole 1000 mg dan Ketorolac 30 mg.
Tindakan yang dilakukan adalah intubasi. Intubasi menggunakan ETT non
king-king ukuran 7 dengan fiksasi sedalam 20 cm. Intubasi dilakukan setelah pasien
tidur. ETT disambungkan ke ventilator dengan Tidal volume 500, RR 14, PEEP 4
cmH2O, dan Pemasangan 1 I.V line.
Setelah dilakukan tindakan maka perlu dilakukan monitoring yaitu (1)
pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi. Hal ini dilakukan
dengan memantau tanda klinis berupa pergerakan dada, observasi reservoir breathing
bag, pastikan stabilitas ETT tetap terjaga. (2) Pemantauan oksigenasi selama anestesi
dilakukan dengan pemasangan pulse oximetry dan pemantauan melalui monitor. (3)
Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi pasien yaitu pemantauan tekanan
darah dan denyut jantung, pemantauan EKG secara continue mulai sebelum induksi
anestesi dan pemantauan kebutuhan cairan pasien selama anestesi. Selain itu
dilakukan pula pemantauan tanda vital selama operasi untuk setiap 15 menit.
Dilakukan pemantauan cairan.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah perlakuan setelah operasi selesai.
Pasca operasi pasien dilakukan ekstubasi setelah operasi selesai, pengelolaan nyeri
yaitu diberikan ketorolac 30 mg yang diberikan secara drip dalam paracetamol 1 gr,
dan pengelolaan mual-mual yaitu diberikan ondansetron 4 mg dan ranitidine 50 mg.
BAB V
KESIMPULAN
Pasien mengalami keluhan pergerakan lengan kanan terbatas, terdapat benjolan-
benjolan keras pada tempat bekas operasi. Untuk itu dilakukan pemeriksaan fisik
status generalis, kepala dan organ-organ yang ada di sekitarnya, pemeriksaan thorax,
abdomen, kulit. Selain itu dilakukan pula pemeriksaan hematologi, hemostatis, kimia
klinsi dan rontgen. Pasien didiagnosa mengalami Malunion Ulna Dextra dan akan
dilakukan tindakan Revisi ORIF + bonegraft.
Hasil konsul jantung menyatakan toleransi operasi risiko sedang dan anestesi
puasa 6 jam sebelum operasi dilaksanakan. Kesimpulannya ASA 3 dengan diabetes
mellitus, anemia, dan hypokalemia. Untuk itu akan dilakukan general anestesi dengan
intubasi. Untuk persiapan anestesi tatalaksana yang dilakukan yaitu premedikasi,
induksi, relakan dan maintenance.
Tindakan yang dilakukan adalah intubasi. Intubasi menggunakan ETT non
king-king ukuran 7 dengan fiksasi sedalam 20 cm. Intubasi dilakukan setelah pasien
tidur. ETT disambungkan ke ventilator dengan Tidal volume 500, RR 14, PEEP 4
cmH2O, dan Pemasangan 1 I.V line.
Setelah dilakukan tindakan maka perlu dilakukan monitoring yaitu (1)
pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi, pemantauan
oksigenasi selama anestesi dan pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi
pasien Selain itu dilakukan pula pemantauan tanda vital selama operasi untuk setiap
15 menit. Pasca operasi pasien perlu dilakukan ekstubasi setelah operasi selesai,
pengelolaan nyeri dan pengelolaan mual-mual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Strauss RG, Transfusi Darah dan Komponen Darah, dalam Nelson Ilmu Kesehatan
Anak (Nelson Textbook of Pediatrics), 1996, Jakarta, EGC, volume 2, Edisi 15,
halaman: 1727-1732
2. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002
3. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan
Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates,
2005, Jakarta, IDAI cabang Jakarta, halaman: 21-30
5. Hoffbrand, A.V. Kapita selekta Hematologi; oleh A.V Hoffbrand dan J.E. Pettit;
alih bahasa, Iyan Darmawan. Ed.2.-Jakarta:EGC 1996.
7. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
.8. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency Medicine, 2nd
edition. Boston: Mc Graw Hill, halaman: 527-529
10. Dr. Husein Alatas. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Jakarta, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, halaman: 473-480