Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

TRANSFUSI DARAH PADA MALUNION FRAKTUR ULNA


DEXTRA

Kepaniteraan Klinik Departemen Anestesi dan Reanimasi


Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Disusun oleh :

Rizky Harsya Maulana

1620221195

Pembimbing :

dr. I Dewa Ketut Sidharta, Sp. An

Kepaniteraan Klinik Departemen Anestesi dan Reanimasi


Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Fakultas Kedexamethasonkteran UPN “Veteran” Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik
Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta di
RSUP Persahabatan Jakarta periode Agustus - September 2018. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada dr. I Dewa Ketut Sidharta, Sp. An selaku
pembimbing makalah ini, dan kepada seluruh dokter yang telah membimbing selama
kepaniteraan. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Terimakasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang terkait dan kepada seluruh pembaca.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Rizky Harsya Maulana


NIM : 1620221195
Departemen : Instalasi Anestesi dan Reanimasi RSUP Persahabatan Jakarta
Instansi : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Periode : 9 Agustus – 8 September 2018
Pembimbing : dr. I Dewa Ketut Sidharta, Sp.An
Judul : Transfusi Darah pada Malunion Fraktur Ulna Dextra

Jakarta, Agustus 2018


BAB I
DESKRIPSI KASUS

I.1 Identitas Pasien


 Nama : Tn. W
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 65 tahun
 Tanggal Masuk RS : 13 Agustus 2018
 Agama : Islam
 Status : Menikah

I.2 Hasil Anamnesa


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 15
Agustus 2018, pukul 17.00 WIB di ruang perawatan Cempaka Atas

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan pergerakan lengan post operasi
terbatas
Keluhan Tambahan : Pasien juga merasakan ada benjolan-benjolan keras di lengan
kanan tempat bekas operasi

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan pergerakan lengan kanan terbatas. Selain itu,
pasien juga merasa terdapat benjolan-benjolan keras pada tempat bekas operasi.
Awalnya pasien tidak merasakan keluhan di lengan kanannya, namun mulai terasa
benjolan sejak 1 bulan SMRS. Pergerakan tangan pasien juga terbatas, tidak bisa
meluruskan lengan, hanya sebatas + 1200. Sebelumnya, pasien didiagnosa Fraktur
ulna dextra 2 bulan yang lalu akibat kecelakaan. Kemudian dilakukan ORIF 2 bulan
yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2. Gula darah pasien selama ini
terkontrol. Saat ini gula darah pasien sedang naik.

Riwayat Pengobatan
Pasien rutin meminum obat Glimperide 1x1 untuk mengontrol gula darahnya.

Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak pernah merokok, minum alcohol, ataupun mengkonsumsi obat-
obatan terlarang dan obat penenang.

Riwayat Operasi
Pasien pernah menjalani operasi ORIF 2 bulan yang lalu

I.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Berat Badan : 63 Kg BMI : 21,25
 Tinggi Badan : 172 Cm
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 94 x/menit
 Pernafasan : 16 x/menit
 Suhu : 36,9º C
Kepala
 Bentuk : Normocephale
 Rambut : Warna hitam, distribusi rambut merata, rambut tidak
mudah dicabut
 Mata : Palpebra tidak cekung dan tidak edema, konjungtiva
anemis (-/-), sklera tidak ikterik (-/-), pupil mata isokor kanan dan kiri, reflex
cahaya positif (+/+).
 Telinga : Normotia, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
 Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, tidak
hiperemis, dan tidak ada secret yang keluar dari lubang hidung.
 Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1.
 Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak sianosis.

Leher
 Inspeksi : Proporsi leher dalam batas normal, tidak terlihat adanya
massa atau benjolan, tidak ada hambatan dalam pergerakan.
 Palpasi : Trakea terletak ditengah, tidak teraba pembesaran
tiroid, KGB tidak teraba.

Thorax
1) Paru-paru
 Inspeksi : Bentuk dada normochest, pergerakan dinding dada
simetris,
tidak terlihat adanya luka/ massa didaerah dada
 Palpasi : Vocal fremitus sama antara dada kanan dan kiri.
 Perkusi : Suara perkusi sonor pada seluruh lapang paru.
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi (-/-), tidak ada
wheezing (-/-).
2) Jantung
 Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat.
 Palpasi : Tidak teraba pulsasi iktus kordis.
 Perkusi : batas jantung kanan pada ICS
Batas jantung kiri pada ICS
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur dan
tidak ada gallop.

Abdomen
 Inspeksi : Datar, dinding perut tidak tegang, tidak terlihat ada massa
 Auskultasi : Bising usus (+) normal.
 Palpasi : Perut supel, tidak teraba adanya massa, tidak teraba hati dan
lien, nyeri tekan tidak ada.
 Perkusi : Timpani pada seluruh region abdomen.

Kulit
Kulit tidak kering, tidak ada lesi, tidak sianosis dan tidak ikterik. Turgor kulit baik,
CRT <2 detik
Ekstremitas
 Superior : Deformitas (+/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), tremor
(-/-), edema (-/-), akral dingin (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan motoric baik.
 Inferior : Deformitas (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), tremor
(-/-), edema (-/-), akral dingin (-/-), kesemutan (-/-), sensorik dan motoric baik.

Kesulitan Airway
 Gigi : Tidak ada gigi yang hilang atau goyang. Tidak ada
pemakaian gigi palsu
 Malampati : 1 (tampak pilar faring, palatum mole, dan uvula).
 3-3-2 rules : Bukaan mulut (3), jarak mentum ke hyoid (3), jarak
tiroid ke hyoid (2).
 Mobilisasi leher : Baik
 Trauma cervical : Tidak ada
 Leher pendek : Tidak ada

I.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboraturium

Hasil Pemeriksaan Hematologi (22-04-2018)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
DARAH PERIFER
LENGKAP
Hb 12,2 13,0-16,0 g/dL
Ht 35,7 40,0-48,0 %
Eritrosit 4,53 4,50-5,50 juta/uL
Leukosit 6290 5000-10000 /uL
Trombosit 208000 150.000-400.000 /uL
MCV 78,8 82-92 fL
MCH 26,9 27-31 g/dL
MCHC 34,2 32-36 g/dL

HITUNG JENIS
Basofil 0.5 0-1 %
Eosinofil 2,7 1-3 %
Neutrophil 67.1 52,0-76,0 %
Limfosit 17.3 20-40 %
Monosit 12.4 2-8 %
RDW-CV 13.6 11,5-14,5 %
Hasil Pemeriksaan Hemostasis
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
PT + INR
PT pasien 10,3 9,8-11,2 detik
PT control 11,4
INR 0,91
APTT
APTT pasien 28.1 31,0-47,0 detik
APTT control 33,6

Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
SGOT (AST) 21 5-34 U/L
SGPT (ALT) 22 0-55 U/L
Albumin 3,60 3,5-5,2 g/dL
Ureum darah 28 21-43 mg/dL
Kreatinin darah 0,8 0,6-1,2 mg/dL
Glukosa sewaktu 291 70-200 mg/dL

Hasil Pemeriksaan Elektrolit (22-04-2018)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Natrium (Na) darah 138 135-145 mEq/L
Kalium (K) darah 3,40 3,50-5,00 mEq/L
Klorida (Cl) darah 104 99,0-107,0 mEq/L

Pemeriksaan Rontgen Antebrachii Dextra


- ORIF insitu pada ulna dan mid radiusdengan kedudukan fragmen terlihat baik
- Masih terlihat garis fraktur halus namun distribusi graft tampak merata. Tidak
tampak tanda-tanda osteomyelitis
- Persendian dan jaringan lunak normal
I.5 Diagnosis Klinis
Malunion ulna dextra
I.6 Tindakan
Revisi ORIF + bonegraft
I.7 Hasil Konsul
 Jantung : Toleransi operasi risiko sedang.
 Anestesi : Puasa 6 jam sebelum operasi dilaksanakan.
I.8 Kesimpulan
ASA 3 dengan diabetes mellitus, anemia, dan hipokalemia
BAB II
ANESTESI

II.1 Rencana Anestesi


General anestesi dengan intubasi

II.2 Tatalaksana
PREMEDIKASI
1) Midazolam
 Dosis : 0,2 - 0,4 mg/kgbb.
 Rentang dosis : 1,26 mg – 2,52 mg  2 mg
 Sediaan : 5 mg/ml  2 ml  dicairkan dalam 3 ml
akuades
2) Fentanyl
 Dosis : 1 – 5 mcg/ml.
 Rentang dosis : 63 mcg - 315 mcg  200 mcg
 Sediaan : 0,05 mg/ml  1 ampul @ 2 ml  1 ampul 0,1 mg
1 mg = 1000 mcq
2 ampul  200 mcq
INDUKSI
1) Propofol
 Dosis : 2 – 2,5 mg/kgbb
 Rentang dosis : 126 mg – 157,5 mg  150 mg
 Sediaan : 10 mg/ml  15 ml
RELAKSAN
1) Atracurium
 Dosis : 0,4 – 0,5 mg/kgbb
 Rentang dosis : 25,2 mg – 31,5 mg  30 mg
 Sediaan : 10 mg/ml  3 ml
MAINTENANCE
1) Inhalasi
 O2 : Udara = 1 : 1  kadar O2 60%
 Sevofluran 2 volum % (hipnotik)
2) Obat-obatan lain
 Dexamethasone 5 mg
 Ranitidine 50 mg
 Ondansetron 4 mg.
 Tranxamine 500 mg
 Fentanyl 200 mcq
 Atracurium 40 mg
 Metronidazole 1000 mg
 Ketorolac 30 mg
II.3 Tindakan
1) Intubasi
 Intubasi menggunakan ETT non king-king ukuran 7 dengan fiksasi
sedalam 20 cm.
 Intubasi dilakukan setelah pasien tidur.
 ETT disambungkan ke ventilator dengan Tidal volume 500, RR 14,
PEEP 4 cmH2O
2) Pemasangan 1 I.V line
II.4 Monitoring
1) Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi :
 Pemantauan tanda klinis  pergerakan dada, observasi reservoir
breathing bag, pastikan stabilitas ETT tetap terjaga.
2) Pemantauan oksigenasi selama anestesi :
 Pemantauan saturasi oksigen dilakukan dengan pemasangan pulse
oximetry dan pemantauan melalui monitor.
3) Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
 Pemantauan tekanan darah dan denyut jantung.
 Pemantauan EKG secara continue mulai sebelum induksi anestesi.
 Pemantauan kebutuhan cairan pasien selama anestesi :
- Input : Cairan infus (RL, asering, gelofusin, darah)

- Output: Perdarahan dan urin.

PEMANTAUAN TANDA VITAL


Hasil Pemantauan Tanda Vital Pasien Selama Operasi
Jam TD (mmHg) Nadi (x/menit) RR (x/menit) SpO2 (%)
10.15 130/90 70 18 100
10.30 130/90 75 14 100
10.45 120/80 75 14 100
11.00 120/80 76 14 100
11.15 120/80 70 14 100
11.30 120/70 73 14 100
11.45 120/70 70 14 100
12.00 120/70 70 14 100
12.15 110/60 70 14 100
12.30 110/60 76 14 100
12.45 100/60 75 15 100
13.00 100/60 76 14 100
13.15 100/60 74 14 100
13.30 90/60 70 14 100
13.45 90/60 75 13 100
14.00 90/60 75 14 100
14.15 90/70 78 14 100
14.30 90/60 77 14 100
14.45 90/50 75 15 100
15.00 90/50 76 16 100
15.15 100/70 74 14 100
15.30 100/70 72 15 100
15.45 90/60 74 13 100
16.00 90/60 73 14 100
16.15 90/60 70 14 100
16.30 90/70 71 15 100
16.45 100/70 70 14 100
17.00 100/70 70 13 100

PEMANTAUAN CAIRAN
 Pemberian cairan :
- Kebutuhan cairan :

 Maintenance : 2 ml/ kgbb  2 ml x 63 = 126 ml.


 Pengganti puasa : lama puasa x maintenance  6 jam x 100 ml
= 600 ml.
 Stress operasi : skala berat x BB  8 x 63 kg = 500 ml
- Pemberian cairan jam ke- :

 Jam ke I : maintenance + ½ pengganti puasa + stress operasi


126 ml + ½ (600) + 500 = 926 ml
 Jam ke II : maintenance + ¼ pengganti puasa + stress operasi
126 ml + ¼ (600) + 500 = 776 ml
 Jam ke III : maintenance + ¼ pengganti puasa + stress operasi
126 ml + ¼ (600) + 500 = 776 ml
 Jam ke IV : maintenance + stress operasi
126 ml + 500 ml = 625 ml
 Jam ke V : maintenance + stress operasi
126 ml + 500 ml = 625 ml
 Jam ke VI : maintenance + stress operasi
126 ml + 500 ml = 625 ml
 Jam ke VII : maintenance + stress operasi
126 ml + 500 ml = 625 ml

 Perdarahan : 1000 cc
 Urin output : 1200 cc
 Total kebutuhan cairan :
926 ml + 776 ml + 776 ml + 625 ml + 625 ml + 625 ml + 625 ml + 625 ml +
625 ml = 6228 ml
 Jumlah pemberian cairan :
Total pemberian cairan adalah 6500 cc, dengan rincian:
- Ringer laktat : 2500 cc

- Asering : 3000 cc

- Gelofusin : 500 cc

- Darah (PRC) : 500 cc

 EBV  75 x 63 kg = 4725 cc

II.5 Pasca Operasi


 Pasien dilakukan ekstubasi setelah operasi selesai  di rawat di Cempaka
 Pengelolaan nyeri:
Diberikan ketorolac 30 mg yang diberikan secara drip dalam paracetamol 1 gr
 Pengelolaan mual-muntah:
Diberikan ondansetron 4 mg dan ranitidine 50 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. DARAH
Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah
terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin
merupakan protein pengangkut oksigen.

1.1. KOMPONEN DARAH


Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah
merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain
berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang
disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
- Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap


sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang
yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa
sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah
yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar
120 hari.
- Keping-keping darah atau trombosit (0,6 – 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Normal


berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³
- Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk


memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk Fagosit
(pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Peningkatan
jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit
menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita
penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000
sel/cc darah.
- Plasma darah

Plasma darah adalah bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi


plasma darah :
1. Air
2. Protein
Protein plasma terdiri dari :
1. Albumin ( 57% )
- Menjaga tekanan osmotik koloid
2. Globulin ( 40% )
- Terdiri dari α1, α 2, ß , γ globulin.
- Berperan dlm kekebalan tubuh.
- Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam:
a. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen (Presipitin)
b. Antibodi yang dapat menguraikan antigen (Lisin)
c. Antibodi yang dapat menawarkan racun (Antitoksin)
3. Fibrinogen ( 3% )
-Mengandung faktor-faktor koagulasi
Serum adalah cairan berwarna kuning supernatan yg terdapat pada darah yg
mengalami koagulasi. Serum tidak mengandung fibrinogen, faktor koagulasi ( f. II,
f.V , f. VIII ).
1.2. FUNGSI DARAH
Fungsi Umum Darah adalah :
1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)
2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

2. TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke
dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan
ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih.
Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau
menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak
mencukupi.
Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan
sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic
adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan
transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang
diambil 3 unit beberapa  hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke
pasien.

2.1. TUJUAN TRANSFUSI DARAH


Tujuan dari transfusi darah atara lain :

1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).


2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
2.2. INDIKASI TRANSFUSI DARAH
Dalam pedoman WHO disebutkan :
1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang
hilang/kurang.
Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai
komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah
merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-
faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah :
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan
cairan.
2. Anemia kronis.
3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia.
5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit
saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu
dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.

2.3. JENIS TRANSFUSI DARAH


1. Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah
lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil
(V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain
250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap
berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan.
Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml
darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan
akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan.
Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui.
Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang
diperlukan untuk stabilisasi.
Indikasi:
- Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka
bakar
- Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari
volume darah total.
Rumus kebutuhan whole blood

6 x  ∆Hb (Hb normal -Hb


pasien) x BB

Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :

a. Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah
pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor
pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan
fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu
yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan
transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
penyakit relatif banyak.
b. Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah
diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan
juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
c. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.
Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan
sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan
terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi
oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb
terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke
jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar
kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
2. Sel darah merah 
a. Packed red cell
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran
plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga
hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang
dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah
24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit
yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang
lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama
talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan
lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi
jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di
atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4
ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.
Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit,
dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb


pasien) x BB

Ket :
- Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
- Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa
menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan
PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overload berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi: :
a. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
b. Hemoglobin <8 gr/dl.
c. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama :
(misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik)
d. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
 Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
 Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
 Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah
mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL

- Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang
Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah
merah yang menetap.

- Washed red cell


Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan
saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi
human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang
terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell
dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.
(3)
 Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma

- Darah merah pekat minim leukosit


Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi.
Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)
- White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu
diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam
dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan
antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).
- Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang
dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3)Transfusi
trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia.
Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
a. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah
trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada
trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC
dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor
ganas.
b. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi
portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3

Macam sediaan:

1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)


Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
2. Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan
20°±2°C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi
pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil,
demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6)
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet
Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan
kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma.
Masa simpan ± 48-72 jam.(3)
 Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah
(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada
nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah
faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3)
Macam sediaan plasma adalah:

1. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada
pembuatan packed red cell.
2. Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3
tahun).
3. Fresh Frozen Plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan
volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama
simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor
pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam
setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein
plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan
setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada
penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing
kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC,
saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai
suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah
besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP
mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan
system Rh.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi :
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
b. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat
perdarahan yang mengancam nyawa.
c. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang
abnormal setelah transfusi massif
d. Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor
pembekuan
4. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah
untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah
penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak
melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab
komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2)
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa
demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-
200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
1. Hemophilia A
2. Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
3. Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

5. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen
dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan
sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan
osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin

∆ albumin x BB x 0.8

2.4. GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH


Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh)
- Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
- Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen
B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A  hanya
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A atau O.
- Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima
darah dari orang dengan dolongan darah B atau O
- Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun,
orang dengan golongan darah AB  tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB.
- Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O
- Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah
kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti
serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah.
,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh
Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah
manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia
dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
1. Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada
permukaan sel darah merahnya
2. Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor
Rh pada permukaan sel darah merahnya
Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+)
atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah
dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk
operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan
pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus
memenuhi syarat sebagai berikut:[1]

1. calon donor harus berusia 17-60 tahun,

2. berat badan minimal 50 kg

3. kadar hemoglobin >12,5 gr%


4. tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).

5. Nadi 30-100x/menit teratur

6. menandatangani formulir pendaftaranan

7. tidak mengalami gangguan pada pembeku darah


8. lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan
pemeriksaan oleh dokter

9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh
dalam kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis,
diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi
mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influensa;
baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi
kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun menato,
menindik, atau akupunktur; hamil; atau sedang menyusui.
Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya. Denyut nadi,
tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk
mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang
menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.
Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu
misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan
perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS. Hepatitis, kehamilan,
pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak
terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk
sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan
darah. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1
kali setiap 2 bulan. Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah
aman.
Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya
sendiri hanya membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada
saat jarum dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang.
Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter. Darah segar yang
diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet
dan komponen anti pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari
adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitisvirus dan sifilis. Darah yang
didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu,
(misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa
dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya,
maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya;
apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan
pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes
darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini
disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak
sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:
1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan
serum resipien (aglutinin resipien)
2.  Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien)
dengan serum donor (aglutinin donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan
aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah
resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor
menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan hasil Crossmatch minor,
diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu
2. Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan
dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus
diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila
pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka
transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor
tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan
menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan.

2.5 PROSES TRANSFUSI DARAH

1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan


transfusi sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.

2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal
dan kemerahan dengan segera.
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed
concern.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

5. Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G).

6. Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl


0,9% untuk diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.

7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah.
Minta darah bila anda telah siap menggunakannya.

8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :

a. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan


informasi pada kantong itu sendiri.

b. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada


catatan klien.

c. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.

d. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.

e. Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.

f. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang


tangannya/gelang nama.

g. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien.

h. Mulai untuk mentransfusikan darah :

 Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.


 Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama
pada filter.
 Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit
pertama transfusi dan tetap bersama klien. Jika
ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram /
suntik jalur IV dengan normal saline secara lambat dan
beritahu dokter dan bank darah.
 Monitor tanda-tanda vital :
o Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama
15 menit pertama transfusi dan setiap jam untuk
yang berikutnya mengikuti kebijakan
institusi/rumah sakit.
o Observasi klien terhadap adanya kemerahan,
ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik merah di
kulit.
9. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
10. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.
11. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan
mengikuti kebijakan rumah sakit / institusi.
Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong plastik dan
selangnya ke bank darah.
2.6 REAKSI TRANSFUSI DAN PENCEGAHANNYA
Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :
I. Reaksi imunologi
II. Reaksi non imunologi

I. REAKSI IMUNOLOGI
A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius
dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara
reaksi transfusi hemolitik segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat
Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana,
misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah.
Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada
muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat
dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa
diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk
dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-
lain.
Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi,
perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.
Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika.
Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang
digunakan ialah :

1. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti


pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.
2. Furosemid
Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin
dan darah yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat
diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria
yang menetap perlu tindakan dialysis.
B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMOLITIK
1. Reaksi transfusi “febrile”
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut  : Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot,
mual.
2. Reaksi alergi
a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka
penderita sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.
II. REAKASI NON IMUNOLOGI
a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta
bakteri.
e. AIDS
Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan
beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan
diberikan memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut,
petugas secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam
atau lebih untuk setiap unit darah.
Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka
pada awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi
ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien Tn. W laki-laki berumur 65 tahun masuk ke rumah sakit pada tanggal 13
Agustus 2018. Pasien datang dengan keluhan pergerakan lengan kanan terbatas.
Selain itu, pasien juga merasa terdapat benjolan-benjolan keras pada tempat bekas
operasi. Awalnya pasien tidak merasakan keluhan di lengan kanannya, namun mulai
terasa benjolan sejak 1 bulan SMRS. Pergerakan tangan pasien juga terbatas, tidak
bisa meluruskan lengan, hanya sebatas + 1200.
Sebelumnya pasien didiagnosa Fraktur ulna dextra 2 bulan yang lalu. Kemudian
dilakukan ORIF 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2.
Gula darah pasien selama ini terkontrol. Saat pemeriksaan gula darah pasien sedang
naik. Selama ini pasien rutin meminum obat Glimperide 1x1 untuk mengontrol gula
darahnya. Pasien tidak pernah merokok, minum alcohol, ataupun mengkonsumsi
obat-obatan terlarang dan obat penenang.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik status generalis keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, tetapi unsur lainnya secara umum normal. Bentuk kepala pasien
normocephale dengan rambut warna hitam, distribusi rambut tidak merata, rambut
mudah dicabut. Namun organ-organ lainnya yang ada pada kepala yaitu mata, telinga,
hidung, tenggorokan, mulut dalam kategori normal. Proporsi leher dalam batas
normal, tidak terlihat adanya massa atau benjolan, tidak ada hambatan dalam
pergerakan. Hasil pemeriksaan thorax paru-paru secara umum normal. Jantung juga
baik tidak teraba pulsasi iktus kordis, bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada
murmur dan tidak ada gallop. Abdomen juga cukup baik, perut supel, tidak teraba
adanya massa, tidak teraba hati dan lien, nyeri tekan tidak ada. Kulit tidak kering,
tidak ada lesi, tidak sianosis dan tidak ikterik. Turgor kulit baik, CRT <2 detik. Juga
tidak ditemukan ekstremitas superior maupun inferior, hampir seluruhnya negative.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi ditemukan ada beberapa kondisi
yang berada dibawah rentang normal yaitu Hb 12,2, Ht 35,7, MCV 78,8, MCH 26,9
Limfosit 17,3 dan Monosit cukup tinggi yaitu 12,4. Hasil pemeriksaan hemostatis
PT+INR normal sementara itu APTT pasien relative rendah yaitu 28,1detik. Hasil
pemeriksaan kimia klinsi secara umum normal hanya glukosa sewaktu cukup tinggi
yaitu 291. Hasil pemeriksaaan elektrolit untuk Kalium (K) darah relatif rendah yaitu
3,40. Pemeriksaan Rontgen Antebrachii Dextra menunjukan ORIF insitu pada ulna
dan mid radiusdengan kedudukan fragmen terlihat baik. Masih terlihat garis fraktur
halus namun distribusi graft tampak merata. Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis.
Persendian dan jaringan lunak normal.
Pasien Tn. W usia 65 tahun didiagnosa mengalami Malunion Ulna Dextra dan
akan dilakukan tindakan Revisi ORIF + bonegraft. Hasil konsul jantung menyatakan
toleransi operasi risiko sedang dan anestesi puasa 6 jam sebelum operasi
dilaksanakan. Kesimpulannya ASA 3 dengan diabetes mellitus, anemia, dan
hypokalemia.
Untuk pasien Tn. W akan dilakukan general anestesi dengan intubasi. Untuk itu
tatalaksana yang dilakukan yaitu premedikasi, induksi, relaksan dan maintenance.
Premedikasi dilakukan dengan memberikan midazolam Dosis: 0,2 - 0,4 mg/kgbb.
Rentang dosis : 1,26 mg – 2,52 mg  2 mg, Sediaan: 5 mg/ml  2 ml  dicairkan
dalam 3 ml akuades. Selain itu diberikan pula Fentanyl Dosis: 1 – 5 mcg/ml. Rentang
dosis: 63 mcg - 315 mcg  200 mcg, Sediaan : 0,05 mg/ml  1 ampul @ 2 ml  1
ampul 0,1 mg, 1 mg = 1000 mcq , 2 ampul  200 mcq. Untuk induksi diberikan
Propofol Dosis : 2 – 2,5 mg/kgbb, Rentang dosis: 126 mg – 157,5 mg  150 mg,
dan Sediaan : 10 mg/ml  15 ml. Untuk relaksan diberikan Atracurium Dosis: 0,4 –
0,5 mg/kgbb, Rentang dosis: 25,2 mg – 31,5 mg  30 mg dan Sediaan : 10 mg/ml
 3 ml. Untuk maintenance diberikan inhalasi O2 : Udara = 1 : 1  kadar O2 60%
dan Sevofluran 2 volum % (hipnotik). Diberikan pula obat-obatan lain yaitu
Dexamethasone 5 mg, Ranitidine 50 mg, Ondansetron 4 mg, Tranxamine 500 mg,
Fentanyl 200 mcq, Atracurium 40 mg, Metronidazole 1000 mg dan Ketorolac 30 mg.
Tindakan yang dilakukan adalah intubasi. Intubasi menggunakan ETT non
king-king ukuran 7 dengan fiksasi sedalam 20 cm. Intubasi dilakukan setelah pasien
tidur. ETT disambungkan ke ventilator dengan Tidal volume 500, RR 14, PEEP 4
cmH2O, dan Pemasangan 1 I.V line.
Setelah dilakukan tindakan maka perlu dilakukan monitoring yaitu (1)
pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi. Hal ini dilakukan
dengan memantau tanda klinis berupa pergerakan dada, observasi reservoir breathing
bag, pastikan stabilitas ETT tetap terjaga. (2) Pemantauan oksigenasi selama anestesi
dilakukan dengan pemasangan pulse oximetry dan pemantauan melalui monitor. (3)
Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi pasien yaitu pemantauan tekanan
darah dan denyut jantung, pemantauan EKG secara continue mulai sebelum induksi
anestesi dan pemantauan kebutuhan cairan pasien selama anestesi. Selain itu
dilakukan pula pemantauan tanda vital selama operasi untuk setiap 15 menit.
Dilakukan pemantauan cairan.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah perlakuan setelah operasi selesai.
Pasca operasi pasien dilakukan ekstubasi setelah operasi selesai, pengelolaan nyeri
yaitu diberikan ketorolac 30 mg yang diberikan secara drip dalam paracetamol 1 gr,
dan pengelolaan mual-mual yaitu diberikan ondansetron 4 mg dan ranitidine 50 mg.
BAB V
KESIMPULAN
Pasien mengalami keluhan pergerakan lengan kanan terbatas, terdapat benjolan-
benjolan keras pada tempat bekas operasi. Untuk itu dilakukan pemeriksaan fisik
status generalis, kepala dan organ-organ yang ada di sekitarnya, pemeriksaan thorax,
abdomen, kulit. Selain itu dilakukan pula pemeriksaan hematologi, hemostatis, kimia
klinsi dan rontgen. Pasien didiagnosa mengalami Malunion Ulna Dextra dan akan
dilakukan tindakan Revisi ORIF + bonegraft.
Hasil konsul jantung menyatakan toleransi operasi risiko sedang dan anestesi
puasa 6 jam sebelum operasi dilaksanakan. Kesimpulannya ASA 3 dengan diabetes
mellitus, anemia, dan hypokalemia. Untuk itu akan dilakukan general anestesi dengan
intubasi. Untuk persiapan anestesi tatalaksana yang dilakukan yaitu premedikasi,
induksi, relakan dan maintenance.
Tindakan yang dilakukan adalah intubasi. Intubasi menggunakan ETT non
king-king ukuran 7 dengan fiksasi sedalam 20 cm. Intubasi dilakukan setelah pasien
tidur. ETT disambungkan ke ventilator dengan Tidal volume 500, RR 14, PEEP 4
cmH2O, dan Pemasangan 1 I.V line.
Setelah dilakukan tindakan maka perlu dilakukan monitoring yaitu (1)
pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi, pemantauan
oksigenasi selama anestesi dan pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi sirkulasi
pasien Selain itu dilakukan pula pemantauan tanda vital selama operasi untuk setiap
15 menit. Pasca operasi pasien perlu dilakukan ekstubasi setelah operasi selesai,
pengelolaan nyeri dan pengelolaan mual-mual.
DAFTAR PUSTAKA

1. Strauss RG, Transfusi Darah dan Komponen Darah, dalam Nelson Ilmu Kesehatan
Anak (Nelson Textbook of Pediatrics), 1996, Jakarta, EGC, volume 2, Edisi 15,
halaman: 1727-1732

2. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002

3. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan
Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates,
2005, Jakarta, IDAI cabang Jakarta, halaman: 21-30

4. Sudarmanto B, Mudrik T, AG Sumantri, Transfusi Darah dan Transplantasi dalam


Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak, 2005, Jakarta, Balai Penerbit IDAI,
halaman: 217-225

5. Hoffbrand, A.V. Kapita selekta Hematologi; oleh A.V Hoffbrand dan J.E. Pettit;
alih bahasa, Iyan Darmawan. Ed.2.-Jakarta:EGC 1996.

6. Palang Merah Indonesia. Pelayanan Transfusi Darah, 2002

7. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006

.8. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency Medicine, 2nd
edition. Boston: Mc Graw Hill, halaman: 527-529

9. E. Shannon cooper,1992, Clinic in Laboratory Medicine, Volume 12, Number 4,


Philadelphia: WB Saunders Company, halaman: 655-665

10. Dr. Husein Alatas. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Jakarta, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, halaman: 473-480

Anda mungkin juga menyukai