Disusun Oleh :
1. Adelia Anwar Safitri (20191660114)
2. Lutfi Alfi Tyas Sukma (20191660105)
3. Nurul Qomariyah (20191660017)
BAB 1. Pendahuluan
a. Latar Belakang ………………………………………………………………….
b. Tujuan …………………………………………………………………………..
BAB 2. Pembahasan
A. Definisi penyakit …………………………………………………………………
B. Etiologi penyakit …………………………………………………………………
C. Manifestasi Klinis penyakit ……………………………………………………….
D. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………………………..
E. Penatalaksanaan Medis ……………………………………………………………
F. WOC….....................................................................................................................
BAB 3. Asuhan Keperawatan ………………………………………………………..
Pengkajian…................................................................................................................
G. Masalah Keperawatan..............................................................................................
H. Intervensi Keperawatan...........................................................................................
I. Edukasi Pada Pasien GNC .......................................................................................
J. Discharge Planning GNC..........................................................................................
BAB 4.Penutup ……………………………………………………………………....
a.Kesimpulan ………………………………………………………………………...
b.Saran ………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Glomerulonfritis berdasarkan definisi dari International Collaboratif Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC) pada tahun 2003 adalah sekumpulan gejala – gejala yang
timbul mendadak, terdiri dari hematuria, proteinuria, silinderuria (terutama silinder eritrosit),
dengan atau tanpa disertai hipertensi, edemam gejalagejala dari kongesti vaskuler atau gagal
ginjal akut, sebagai akibat dari suatu proses peradangan yang ditimbulkan oleh reaksi
imunologik pada ginjal yang secara spesifik mengenai glomerulus (Aditiawati et al, 2011).
Glomerulonefritis umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-anak,
seperti infeki traktus respiratorius.
Glomerulonefritis dapat terjadi secara epidemik atau sporadik, paling sering pada
anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5–8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan anak
perempuan Di Indonesia, penelitian multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988 melaporkan
170 orang pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan, terbanyak di Surabaya (26,5%)
diikuti oleh Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Perbandingan pasien
laki-laki dan perempuan 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak usia 6–8 tahun (40,6%) (Alatas
et al, 2012).
WHO mempekirakan 472.000 kasus GNAPS terjadi setiap tahunnya secara global
dengan 5.000 kematian setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan di Sri Manakula
Vinayagar Medical College and Hospital India pada periode waktu Januari 2012– Desember
2014 ditemukan 52 anak dengan diagnosis GNAPS. Dari 52 pasien ditemukan 46 anak
(88,4%) dengan GNAPS, usia pasien berkisar antara 2,6–13 tahun, 27 anak (52%) pada
kelompok usia 5-10 tahun. Di Indonesia pengamatan mengenai GNA pada anakdi sebelas
universitas di Indonesia pada tahun 1997-2002, lebih dari 80% dari 509 anak dengan GNA
mengalami efusi pleura, kardiomegali 19 serta efusi perikardial, dan 9,2% mengalami
ensefalopati hipertensif. Selama 5 tahum sejak 1998-2002, didapatkan 45 pasien GNA (0,4%)
yaitu diantara 10.709 pasien yang berobat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM.
Empat puluh lima pasien ini terdiri dari 26 laki–laki dan 19 perempuan yang berumur antara
4-14 tahun, dan yang paling sering adalah 6–11 tahun. Angka kejadian ini relatif rendah,
tetapi menyebabkan morbiditas yang bermakna.
Dari seluruh kasus, 95% diperkirakan akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama
fase akut dari penyakit, dan 2% menjadi glomerulonefritis kronis. ( Jurnal e-Clinic (eCl),
Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 ). Data yang diambil dari RSUD Prof. Dr. W. Z
Johannes Kupang, diruang anak, jumlah pasien yang masuk dari bulan januari sampai 30 mei
2019 sebanyak 308 pasien, jumlah pasien diruang anak yang terdiagnosis Glomerulus nefritis
akut terhitung dari bulan januari 2019 sampai mei 2019 sebanyak 4 pasien dengan laki – laki
3 orang dan perempuan 1 orang.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud glomerulonefritis
2. Apakah penyebab glomerulonefritis
3. Bagaimana tanda gejala glomerulonefritis
Tujuan
1. Mengetahui definisi glomerulonefritis
2. Mengetahui etiologi glomerulonefritis
3. Mengetahui manifestasi klinis glomerulonefritis
4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik glomerulonefritis
5. Mengetahui penatalaksaan glomerulonefritis
6. Mengetahui diagnosa glomerulonefritis
7. Mengetahui edukasi glomerulonefritis
8. Mengetahui discharge planning glomerulonefritis
BAB 2 PEMBAHASAN
Konsep Dasar
A. Definisi
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa (Buku Ajar Nefrologi
Nefrologi Anak, edisi 2, hal.323, hal.323, 2002). Terminologi Terminologi glomerulonefritis
glomerulonefritis yang dipakai dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan
yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri
atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi proliferasi dan inflamasi
glomerulus yang glomerulus yang disebabkan disebabkan oleh suatu oleh suatu mekanisme
imunologis.
B. Etiologi
Penyakit ini sering di temukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria di bandingkan anak wanita. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi
ekstra-renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman Streptococcus
beta hemolyticus golongan A,tipe 12,4,16,25 dan 49. Hubungan antara GNA dan infeksi
streptococcus ini di kemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan
bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina.
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita. Antara infeksi bakteri dan
timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih kurang 10 hari. Dari pada tipe tersebut di
atas tipe12 dan 25 lebih bersifat nefritogen dari pada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih
bersifat nefritogen dari pada yang lain tidaklah di ketahui. 20 Mungkin faktor iklim, keadaan
gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan
kuman Streptococcus.
C. Manifestasi Klinis
1. Hematuria (kencing berwarna seperti air cucian daging). Hematuria dapat terjadi karena
kerusakan pada rumbai kapiler glomerulus).
2. Proinuria (protein dalam urine) adalah suatu kondisi dimana urine mengandung jumlah
protein yang tidak normal.
3. Oliguria dan anuria. Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriol glomerulus yang
mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan filtrasi
glomerulus juga berkurang. Filtrasi air, garam, ureum dan zat-zat lainnya berkurang dan
sebagai akibatnya kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus relatif
kurang terganggu, ion natrium dan air diresorbsi kembali sehingga diuresis berkurang maka
timbul oliguria dan anuria.
4. Edema. Reabsorbsi Na Edema anasarka Kelebihan volume cairan Edema pada wajah dan
seluruh tubuh , pitting udema > 2 detik Menekan gaster Mual muntah anoreksia Intake nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Ekspansi dada parudan paru
Ventilasi tidak adekuat, napas sesak Hambatan pertukaran gas - Tkipneu - Penurunan
ventilasi - Napas sesak Hematuria Gangguan eliminasi urine Perfusi jaringan renal tidak
efektif 25 Edema yang biasanya dimulai pada kelopak mata dan bisa ke seluruh tubuh.
Edema dapat terjadi karena adanya akumulasi cairan akibat penurunan fungsi ginjal, dimana
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat
nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi edema.
5. Hipertensi. Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi
selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis.
Hal ini disebabkan akibat terinduksinya sistem renninangiotensin.
6. Hipertermi/suhu tubuh meningkat. Dikarenakan adanya inflamasi oleh strepkokus.
7. Menurunya out put urine ( pengeluaran urine ) adalah keadaan dimana produksi urine
seseorang kurang dari 500 mililiter dalam 24 jam.
8. Anak pucat dan lesu.
9. Mual muntah.
10. Fatigue ( keletihan atau kelelahan ) adalah suatu kondisi yang memiliki tanda
berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan mengurangi efisiensi
prestasi dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah.
11. Demam.
12. Sesak napas.
13. Anoreksia (penurunan nafsu makan).
D. Pemeriksaan Diagnostik
1.Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis akut. Volume urin
sering berkurang dengan warna gelap atau kecoklatan seperti air cucian daging.
2. Tes darah : Bun (bloot urea nitrogen : nitrogen urea darah) dan creatinine meningkat
kreatinin serum menigkat bila fungsi ginjal mulai 26 menurun.Albumin serum dan protein
total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi).
3. Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam
dan air). Pada pemeriksaan urin di dapatkan jumlah urin mengurang, berat jenis
meninggi.Hematuria makroskopis ditemukan pada 50% penderita.Ditemukan pula albumin
(+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, dan hialin.
4. Biopsi ginjal dapat di indikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah
menningkatnya jumlah sel dalam setiap.
E. Penatalaksanaan
Atasi gejala klinis dengan gangguan elektrolit.Anak boleh melakukan kehidupan sehari-hari
sebagaimana biasa dalam batas kemampuannya.Lakukan pengawasan hipertensi dengan obat
hipertensi, koreksi anemia, obati infeksi dengan antibiotik. Dialisis berulang merupakan cara
efektif untuk memperpanjang umur.
F. Phatway
Nyeri Akut
Cemas Edema Ketidakseimbangan
Sakit Kepala,Pusing
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Kelebihan
Volume Cairan Intorensai Aktivitas
Kerusakan
Integritas Kulit
3. Riwayat Penyakit
1) Sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus (penyakit autoimun lain).
2) Sekarang :
Adanya keluan kencing berwarna seperti cucian daging bengkak sekitar mata dan
seluruh tubuh , tidak nafsu makan , mual , muntah dan diare yang dialami klien
4. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan (malaise)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2) Sikulasi
Tanda : hipertensi,pucat,edema
3) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda : perubahan warna urine (kuning pekat ,merah )
4) Makanan atau cairan
Gejala : edema,anoreksi,mual,muntah
Tanda : penurunan keluaran urine
5) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Tanda : Takipnea ,dyspnea,peeningkatan frekuensi,kedalaman (pernafasan
kusmaul)
6) Nyeri(kenyamanan)
Gejala : nyeri pinggang, sakit kepala
Tanda : perilaku berhati hati/distraksi,gelisah
5. Pengkajian berpola
1) Pola nutrisi dan metabolic :
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
siskulasi karena adanya retensi natrium dan air,edema pada sekitar mata dan
seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi kareana uremia
2) Pola eliminasi :
Gangguan pada glomerulus menyababkan sisa – sisa metabolism tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak
mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria,anuria,proteinuria,hematuria.
3) Pola Aktifitas dan latihan :
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hyperkalemia. Dalam
keperawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah
sudah normal selama 1 minggu
4) Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia.Keletihan ,kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5) Kognitif dan perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi .
6) Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan
yang lama.
7) Hubungan peran :
Anak dibesuk oleh teman temannya karena jauh serta anak mengalami kondisi
kritis menyebabkan anak banyak diam
8) Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan kepada tuhan.
6. Pemeriksaan diagnostik
Hasil yang didapat pada laboratorium :
1) Hb menurun (8-11)
2) Ureum dan serum keratin meningkat
a. Ureum
Laki – laki : 8,24 - 24,7mmol/24jam atau 1-2.8mg/24jam
Wanita : 7,9 - 14,1 mmol/24jam atau 0,9 -1,6 mg / 24jam
b. Serum kreatinin
Laki – laki : 55-123 mikromol/L atau 0,6 -1,4 mg/dl
3) Elektrolit serum (natrium meningkat,normalnya 1100g)
4) Pada rontgen : IVP abnormalitas pada system penampungan (ductus koligentes)
5) Urinalisis (BJ, urine meningkat :1,015 – 1,025 , albumin +, eritrosit +, leukosit +)
6) Pemeriksaan darah
a. LED meningkat
b. Kabar Hb menurun
c. Albumin serum menurun (++)
d. Ureum dan keratinin meningkat
e. Titer anti streptolisin meningkat
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d hipertensi
2. Kerusakan Integritas kuiit b/d edema
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d proteinuria dan
hematuria
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intrvensi Luaran
Keperawatan
Nyeri akut A. MANAJEMEN NYERI (I. A.Tingkat Nyeri
08238) (L.08066)
1. Observasi Keluhan nyeri
lokasi, karakteristik, menurun
durasi, frekuensi, kualitas, Meringis
intensitas nyeri menurun
Identifikasi skala nyeri Sikap protektif
Identifikasi respon nyeri menurun
non verbal Gelisah
Identifikasi faktor yang menurun
memperberat dan Kesulitan tidur
memperingan nyeri menurun
Identifikasi pengetahuan Perasaan
dan keyakinan tentang depresi
nyeri menurun
Identifikasi pengaruh
Krtegangan
budaya terhadap respon
otot menurun
nyeri
Frekuensi nadi
Identifikasi pengaruh
membaik
nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan Pola napas
terapi komplementer yang membaik
sudah diberikan TD membaik
Monitor efek samping Proses berpikir
penggunaan analgetik membaik
2. Terapeutik Fungsi
Berikan teknik berkemih
nonfarmakologis untuk membaik
mengurangi rasa nyeri Prilaku
(mis. TENS, hypnosis, membaik
akupresur, terapi musik, Nafsu makan
biofeedback, terapi pijat, membaik
aroma terapi, teknik Pola tidur
imajinasi terbimbing, membaik
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
B. PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
1. Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
Identifikasi riwayat alergi
obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
2. Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
3. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement(mis:
enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
1. Observasi
Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan
muntah
Monitor jumlah
kalorimyang dikomsumsi
sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin, limfosit,
dan elektrolit serum
2. Terapeutik
Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan, jika
perlu
Sediakan makan yang
tepat sesuai kondisi pasien( mis.
Makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau Gastrostomi,
total perenteral nutritition sesui
indikasi)
Hidangkan makan secara
menarik
Berikan suplemen, jika
perlu
Berikan pujian pada
pasien atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namuntetap
terjangkau
Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang dibutuhkan
Implementasi keperawatan
Pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien
Elevaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang kemungkinan perawat untuk menentukan
intervensi keperawatan telah berhasil memungkinkan kondisi klien. Evaluasi merupakan
lagkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidaknya.
I. Edukasi Pada Pasien GNC
Diet rendah garam, gula, dan lemak
Kontrol rutin ke fasilitas kesehatan untuk memantau tekanan darah dan progresi
penyakit, serta untuk menilai fungsi ginjal dan kadar protein pada urin
Lakukan gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, berhenti merokok, dan menjaga
kebersihan tangan dan diri
Pengobatan glomerulonefritis terkadang membutuhkan waktu yang panjang, terutama
pada pasien yang memerlukan terapi kortikosteroid dan imunosupresif. Kepatuhan
terhadap terapi sangat penting agar prognosis pasien membaik
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan
Glomerolusnefritis Kronis adalah suatu kondisi perdangan yang lama dari sel
glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut yang tidak membaik atau
timbul secara spontan.(Muttaqin,Arif dan Sari,Kumala,2011)
Gejala glomerulonephritis bisa berlangsung secara mendada(akut) atau secara
menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual – mual,kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata,kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya diserta hipertensi
Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini mengetahui baha makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari Ibu Dosen sangat kami harapkan. Agar
makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk kami dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA