NIM: 20191660006
RANGKUMAN HASIL PENELITIAN DENGAN TOPIK TERAPI OKUPASI PADA ANAK AUTIS
2 Evi Hasnita* 2015 TERAPI Terapi okupasi perkembanga hasil bobot point Dari hasil penelitian
, Tri Riska OKUPASI n terapi okupasi yang telah dilakukan
Hidayati PERKEMBANG motorik halus dimana maka dapat diambil
AN MOTORIK pada anak bobot point ≥ 10 kesimpulan bahwa
HALUS ANAK autisme (berhasil). Dari 13 efektifitas terapi
AUTISME anak yang okupasi terhadap
dilakukan terapi perkembangan motorik
okupasi selama 6 halus anak autis di SLB
harididapat rata- Khusus Autis Al-Ikhlas
rata anak dengan Bukittinggi Tahun
bobot point ≥ 2014. Sebelum
10 (berhasil) ada 10 diberikan terapi okupasi
orang (76%) dan rata-rata perkembangan
tidak berhasil < 10 motoric halus anak
ada 3 orang (24%). yaitu 3,62 (diragukan).
Terapi 1 Sesudah diberikan
(mereaksi dan terapi okupasi rata-rata
memanggil nama) perkembangan motorik
rata-rata anak halus anak yaitu 7,85
sudah mampu (sesuai tahap
melakukan tanpa perkembangan).
bantuan pada hari Didapatkan adanya
ke 4 (92.3%) efektifitas pemberian
sebanyak 12 anak, terapi okupasi terhadap
Terapi 2 (lat. perkembangan motorik
Berjalan garis halus pada anak autis (p
lurus) rata-rata value= 0.001) dengan
anak sudah mampu taraf kesalahan (α) 0.05
melakukan tanpa di SLB Khusus Autis
bantuan pada hari Al Ikhlas Bukittingi
ke 6 (84,6%) Tahun 2014.
sebanyak 11 anak,
Terapi 3 (membuat
bentuk sederhana)
rata-rata anak
sudah mampu
melakukan tanpa
bantuan pada hari
ke 6 (84,6%)
sebanyak 11 anak,
Terapi 4
(menyusun kubus)
rata-rata anak
sudah
mampu melakukan
tanpa bantuan pada
hari ke 5 (84,6%)
sebanyak 11 anak,
Terapi 5
(memungut benda
kecil) rata-rata anak
sudah mampu
melakukan tanpa
bantuan pada hari
ke 5 (69,2%)
sebanyak 9 anak,
Terapi 6
(menggambar) rata-
rata anak sudah
mampu melakukan
tanpa bantuan pada
hari ke 4 (84,6%)
sebanyak 11 anak,
Terapi 7
(merangkai benda
kecil) rata-rata anak
sudah mampu
melakukan tanpa
bantuan
pada hari ke 5
(92,3%) sebanyak
12 anak.
3 Desta Sarasati 2014 Pengaruh Terapi Terapi Peningkatan Berdasarkan Sebagian besar
Raharjo*) Bermain Bermain Motorik Halus Karakteristik responden adalah anak
, Dera Menggunting Menggunting Pada Anak responden penderita autis pada
Alfiyanti**) Terhadap Autisme Usia berdasarkan jenis Sekolah Luar Biasa
. S Eko Peningkatan 11 – 15 Tahun kelamin dan usia (SLB) Negeri Semarang
Purnomo***) Motorik Halus menunjukkan yang berusia 11 tahun
Pada Anak bahwa jenis yaitu sebanyak 9
Autisme Usia 11 – kelamin responden responden (30%) dan
15 Tahun di yaitu anak autism jenis kelamin responden
Sekolah Luar di Sekolah Luar terbanyak
Biasa Negeri Biasa (SLB) Negeri adalah penderita autis
Semarang Semarang yang pada Sekolah Luar
menempati urutan Biasa (SLB) Negeri
terbanyak adalah Semarang yang berjenis
laki-laki dengan kelamin laki-laki
jumlah 21 orang sebanyak 21 responden
atau sebanyak 70% (70%). Berdasarkan
dan yang hasil distribusi motorik
menempati urutan halus
kedua adalah responden sebelum
perempuan dilakukan terapi
dengan jumlah 9 bermain : menggunting
orang atau terlihat responden
sebanyak 30%. cenderung didominasi
Berdasarkan oleh responden yang
Distribusi frekuensi merupakan penderita
motorik halus autis pada Sekolah
responden sebelum Luar Biasa (SLB)
diberikan intervensi Negeri Semarang yang
menunjukkan memiliki motorik halus
bahwa sebelum kurang baik.
dilakukan terapi Berdasarkan hasil
bermain : distribusi motorik halus
menggunting, responden setelah
jumlah responden dilakukan terapi
yang memiliki bermain menggunting
motorik halus terlihat semua anak
kurang baik adalah penderita autis pada
27 orang (90%), Sekolah Luar Biasa
dan yang memiliki (SLB) Negeri Semarang
motorik halus baik memiliki motoric halus
adalah 3 orang yang baik. Hal ini
(10%). menunjukkan adanya
Berdasarkan peningkatan dari
penelitian ketiga, motorik halus
terlihat bahwa kurang baik menjadi
responden baik.
cenderung
didominasi oleh
responden yang
memiliki motorik
halus kurang baik.
Berdasarkan
Distribusi frekuensi
motorik halus
responden sebelum
diberikan intervensi
menunjukkan
bahwa setelah
dilakukan terapi
bermain
menggunting, 3
orang responden
(10%)
yang memiliki
motorik halus
kurang baik, dan
yang memiliki
motorik halus baik
adalah 27 orang
(90%). Berdasarkan
hasil tersebut,
terlihat bahwa
semua responden
memiliki motorik
halus yang baik.
Berdasarkan
Analisa motorik
halus responden
sebelum
dan sesudah
diberikan intervensi
menunjukkan
bahwa terdapat
perbedaan
perkembangan
motorik halus anak
autisme sebelum
dengan setelah
terapi bermain
menggunting
di Sekolah Luar
Biasa (SLB)
NegeriSemarang.
Terbukti dari Z
(4,899) dan nilai
signifikansi = 0,000
< 0,05. Hal
inimembuktikan
bahwa ada
pengaruh terapi
bermain
menggunting
terhadap
perkembangan
motorik halus anak
autisme
di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Negeri
Semarang.
Berdasarkan hasil
uji Wilcoxon,
positive ranks
menunjukkan
bahwa terdapat 24
anak yang
mengalami
peningkatan dari
motorik halusnya
kurang baik, dan
setelah dilakukan
terapi, respon
motorik halusnya
menjadi baik, Hal
ini menunjukkan
bahwa
terapi ini
berpengaruh
terhadap
perkembangan
motorik halus.
4 RATNA 2016 TERAPI TERAPI penanganan Identitas subyek Penanganan Anak Autis
SUGIART OKUPASI OKUPASI anak autis pada penelitian ini Dengan Terapi Okupasi
DALAM dengan terapi yaitu seorang siswa Pada Anak Kelompok B
PENANGANAN okupasi Pra TK – TK Di Pra TK – TK
ANAK AUTIS Lazuardi Kamila Lazuardi Kamila GIS
GIS yang bernama Tahun Ajaran
Muhammad Bagus 2015/2016 ini dapat
Wicaksana yang disimpulkan bahwa
akrab dipanggil anak autis
Bagus.Bagus lahir dalam melakukan
di Purwakarta pada kegiatannya tidak sama
tanggal 26 April dengan anak normal
2008. Hasil respon lainnya, oleh sebab itu
anak : Ananda anak
Bagus mampu autis perlu dibina,
menangkap dan dididik, dan
melempar bola diperlakukan sama
basket dan bola seperti anak normal
yoga tetapi lainnya. Dalam hal ini,
jaraknya untuk mengatasi dan
diperpendek. Jika mendidik anak autis
terapis melangkah diperlukan adanya
mundur untuk terapi, salah satunya
member jarak, adalah
ananda Bagus terapi okupasi. Kegiatan
malah maju untuk terapi okupasi
lebih mendekati divariasikan sesuai
terapis. Saat dengan umur dan
melempar bola dan kondisi anak.
menangkap, kadang Kegiatan terapi okupasi
ananda Bagus tidak pada anak-anak berbeda
mendengarkan dan lebih ringan
arahan dari terapis. daripada terapi okupasi
Seperti saat terapis untuk orang yang lebih
mengarahkan dewasa. Kegiatan
“Baguus mundur tersebut diantaranya
dan lempar yaitu melempar bola
bolanya”, akan kecil,
tetapi yang besar dan sedang
dilakukan ananda sehungga dapat
Bagus yaitu maju menguatkan otot pada
kedepan dan lengan dan otot tidak
memberikan bola lemas.Kegiatan
kepada terapis ini dapat diaplikasikan
tanpa dalam kegiatan sehari-
melemparnya. hari seperti memegang
Ananda Bagus pensil, menulis, dan
sudah dapat memegang benda
mengangkat bola lainnya dengan kuat.
dengan kedua Kegiatan terapi lain
tangannya diatas yang dapat dilakukan
kepala selama ± 20 dengan
detik, tetapi ananda mengandalkan kekuatan
Bagus belum dapat otot kaki, seoerti
mengangkat bola melompat, meloncat,
yoga berdiri dengan satu
kaki, berjalan, jongkok,
berlari dll.
5 Dinar Rapmauli 2015 Pengaruh Terapi Terapi Meningkatkan Hasil dari Selama terapi
T & Andik Bermain Bermain Interaksi penelitian ini dilaksanakan pada
Matulessy, Flashcard Untuk Flashcard Sosial menunjukkan kurun
Persona, Jurnal Meningkatkan Pada Anak bahwa dimensi waktu 2 minggu,
Psikologi Interaksi Sosial Autis kepatuhan kontak diketahui bahwa siswa
Indonesia Pada Anak Autis mata saat sebelum belum
di Miracle Centre dilakukan terapi terlihat mengalami
Surabaya flashcard memiliki perubahan dalam
rata-rata kemampuan ekspresif
keseluruhan ini terjadi disebab
sebesar 0,333 rata- karena
rata pemberian perlakuan
tersebut meningkat yang kurang lama
menjadi 0,75. Nilai sehingga perubahan
Z sebesar - 2,032 tidak signifinakan.
dengan dukungan Perlakuan yang
signifikan diberikan oleh terapis
0,042, hasil adalah
tersebut mengintruksi siswa
menunjukkan autis untuk
signifikan. mengindentifikasi
Pada dimensi flashcard (mama, papa,
menirukan nilai kakak, adek dll) sesuai
rata-rata program harian
keseluruhan pelatihan. Setelah anak
sebesar 0,315 mengambil flashcard
meningkat menjadi yang dimaksud oleh
0,667. Nilai Z terapis siswa
sebesar -1,363 diharapkan
dengan dukungan mampu menirukan kata
signifikansi 0,173, pada flashcard, sampai
hasil tersebut siswa spontanitas
menunjukkan mengucapkan dan
tidak signifikansi. mengekspresikan
Dimensi bahasa keinginan kepada orang
reseptif nilai rata- yang
rata keseluruhan disekitarnya. Namun
sebesar 0, 288 pada perlakuan ini anak
meningkat menjadi siswa terlihat belum
0,689. Z sebesar mampu merespon
-2,201 dengan dengan,baik, oleh
dukungan karena itu dibutuhkan
signifikansi 0,028, waktu yang lama
hasil tersebut sampai siswa merespon.
menunjukkan
signifikan. Dimensi
bahasa
ekspresif nilai rata-
rata keseluruhan
sebesar
0,250 meningkat
menjadi 0,583.
Nilai Z sebesar
-1,841 dengan
dukungan
signifikansi
0,066, hasil
tersebut
menunjukkan tidak
Signifikan