Di Susun Oleh:
1. Meriyatul Qibtiyah (20191660018)
2. Khoirun Nisa (20191660049)
3. Befiarisa Dewi R. (20191660103)
4. Galuh Ivani Aprilia P (20191660149)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021/2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BRLAKANG
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit autoimun berupa
inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015). Rasa nyeri pada penderita
RA pada bagian sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa akan mengalami penebalan
akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi
(Syamsuhidajat, 2010) hingga dapat menyebabkan kecacatan (Yazici & Simsek, 2010).
Namun demikian, kebanyakan penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan
kambuh kembali secara berulangulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara
menetap pada penderita RA (Muchid, 2006). Menurut Arthritis Foundation (2015),
sebanyak 22% atau lebih dari 50 juta orang dewasa di Amerika Serikat berusia 18
tahun atau lebih didiagnosa arthritis. Dari data tersebut, sekitar 3% atau 1,5 juta orang
dewasa mengalami RA (Arthritis Foundation, 2015). RA terjadi pada 0,5-1% populasi
orang dewasa di negara maju (Choy, 2012). Prevalensi RA di Indonesia menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2010), jumlah penderita RA di Indonedsia
tahun 2009 adalah 23,6% sampai 31,3%. Pemahaman terhadap RA berkaitan dengan
komorbiditas dan mortalitas dini (Sokka et al., 2008), membuat penatalaksanaan RA
harus agresif dan sedini mungkin sehingga mampu meningkatkan hasil jangka pendek
maupun panjang penderita (Yazici et al., 2005). Hal ini dapat diakibatkan oleh stres,
merokok, faktor lingkungan dan dapat pula terjadi pada anak karena faktor keturunan
(Brooke, 2014). Pengobatan saat ini menunjukkan kurang efesiennya terapi,
menghasilkan efek samping yang cukup besar, dan biaya cenderung mahal (Aggarwal
& Harikumar, 2009). Perlu alternatif pengobatan yang dapat dijadikan salah satu
pilihan dalam penanganan RA. Alternatif pengobatan dapat bersumber dari bahan
alam, maupun turunan dari senyawa bahan alam, salah satunya tanaman yang banyak
diteliti yaitu kunyit yang mengandung senyawa kurkumin. Obat yang digunakan tidak
hanya berfokus pada kemampuan kimiawi obat tersebut, tetapi secara fisik mampu
mencapai target terapi. Sistem nanopartikel banyak digunakan dalam memodifikasi
sifat fisik suatu senyawa. Nanopartikel juga mampu meningkatan efektifitas dalam
pengobatan, terutama RA.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah memperkenalkan pada masyarakat luas
mengenai penyakit RA baik itu dari definisi, penyebab dan perjalanan penyakitnya,
insidensinya, tanda dan gejala klinik, penatalaksanaan dan pengobatan dari penyakit
tersebut. Adapun kegunaan dari penulisan ini, diharapkan bahwa masyarakat akan
3
dapat lebih mengenal tentang penyakit RA terutama bagaimana tanda dan gejala
penyakit serta pengobatannya secara dini dan tepat sehingga diperoleh suatu
pemahaman yang lebih baik tentang penyakit RA. Adapun pendekatan metodologis
yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah studi kepustakaan, dimana
penulis mencoba mengumpulkan data-data berupa teori-teori dasar mengenai penyakit
RA dari beberapa teks book, jurnal-jurnal internet, dan beberapa surat kabar.
Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah adanya tambahan referensi dari pembaca
tentang penyakit RA dan juga dapat menambah wawasan atau ilmu yang berguna
mengenai penyakit RA hi, dimana penyakit ini bukan hanya penyakit encok atau pegal
linu yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat luas tetapi juga merupakan penyakit
kompleks, dimana organ lain pun dapat diserang. Adapun tujuan penulisan karya tulis
hi adalah untuk memperkenalkan pada masyarakat luas mengenai penyakit RA, baik
itu definisinya, penyebab dan perjalan penyakit, insidensinya, tanda dan gejala kIinik
dan penatalaksanaan serta pengobatan dari penyakit RA tersebut, hingga akan
diperoleh suatu pemahaman yang baik mengenai penyakit RA tersebut.
C. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian adalah cukup besar, terutama bagi:
1. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan untuk
menambah pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang masih sering terjadi di
masyarakat.
2. Profesi Keperawatan
Bagi ilmu Keperawatan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
keilmuwan serta memperdalam pengetahuan tentang penyakit reumatik yang terjadi
pada Lansia dan masukan sebagai profesi dalam mengembangkan perencanaan yang
akan dilakukan dalam memberikan penangan pada penyakit reumatik
3. Peneliti
Penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti yaitu menjadi sebuah
pengalaman yang berharga dan menjadi sebuah kebanggan dan kepuasan tersediri
ketika mampu memberikan suatu hal yang berarti bagi perkembangan ilmu
Keperawatan
4
BAB II
STUDI LITERATUR
A. DEFINISI
Definisi Rheumatoid Arthritis Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun
yang etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan
pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Perjalanan penyakit
RA ada 3 macam yaitu monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus
perjalananya kronik kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi
Indonesia,2014). Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi,
dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi.
Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak mengenai
penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak sosial dan ekonomi yang
besar. Diagnosis dini sering menghadapai kendala karena pada masa dini sering belum
didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan waktu
dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat
(Febriana,2015).
B. ETIOLOGI
Etiologi Penyebab Artritis Rheumatoid belum diketahui dengan pasti. Namun
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan (Suarjana, 2009). a. Genetik, berupa hubungan dengan HLH-DRBI dan
faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% ( Suarjana,
2009). b. Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Plasental
kortikotraonim Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron (DHEA),
yang merupakan substrat penting dalam sintesis esterogen plasenta. Dan stimulasi
esterogen dan proggesteron pada respon imun humoral ( TH2) dan menghambat
respon imun selular ( TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen
dan progresteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan
penyakit ini ( Suarjana, 2009). c. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa
seinduk semang (host) dan merubah reakrifitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009). d. HeatShockProtein (HSP) Merupakan
protein yang diproduksi sebagai respon terhadap stress. Protein ini mengandung
untaian ( sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan
5
molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitok HSP Pada agen infeksi dan sel
Host. Sehingga bisa mencetuskan terjadinya reaksi silang Limposit dengan sel Host
sehingga mencetuskan reaksi imunologis ( Suarjana,2009).
C. KLASIFIKASI
Buffer (2010) dalam Wahyuni (2016) mengklasifikasikan rheumatoid
arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis classic
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu harus terdapat enam kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
2. Rheumatoid arthritis deficit
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu terdapat empat kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
3. Rheumatoid arthritis probable
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu enam minggu terdapat tiga kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
4. Rheumatoid arthritis possible
Pada tipe ini, paling sedikit dalam waktu tiga bulan terdapat dua kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus.
D. PATOFISIOLOGI
Pada arthritis rheomatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Arthritis rheomatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikroplasma atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara
antigenik. Biasanya respons antibodi awal terhadap mikroorganisme diperantai oleh
IgG. Walaupun respons ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang
mengalami RA mulai membentuk antibodi lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap
antibodi IgG awal.
E. MANISFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu
atau bulan. Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan
6
tersebut dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi
(Putra dkk,2013).
1. Keluhan umum Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan
menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan sendi Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat
terkena seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki.
Kelainan tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan sering berupa kaku sendi di
pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun
40% pada autopsi RA didapatkan kelainan perikard
c. Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering
terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan
gejala foot or wrist drop
e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa
kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans 11
f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali,
limpadenopati, anemia, trombositopeni, dan neutropeni
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. LABORATORIUM
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif
tidak menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas
70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak
konsisten
2. RADIOLOGI
Radiologis Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan
ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau
subluksasi sendi.
7
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah remisi dengan menekan
aktivitas penyakit sepenuhnya melalui penatalaksanaan sinovitis, menghilangkan nyeri,
menjaga kemampuan fungsional, meningkatkan kualitas hidup, meminimalisir kejadian
tidak diinginkan, serta memberikan tata laksana yang efektif. Beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut.
Edukasi Pasien
Terapi Okupasional
Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah deformitas,
memaksimalkan fungsi serta meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan tonus
otot. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif seperti latihan dan edukasi,
maupun secara pasif melalui latihan rentang gerak dan isometrik, termoterapi,
elektroterapi, serta terapi ultrasonografi.
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang dapat digunakan di antaranya adalah :
Analgesik
Analgetik dapat berupa paracetamol dan obat anti inflamasi non steroid seperti
ibuprofen. Dapat juga diberikan agen cyclo-oxygenase-2 (COX2)
inhibitor seperti celecoxib.
Paracetamol dosis : 3 x 500 mg digunakan bila perlu
Celecoxib dosis : 2 x 100 – 200 mg digunakan bila perlu
Ibuprofen dosis : 3- 4 x 400 – 800 mg, maksimal 3.2 gram per hari, digunakan
bila perlu
Agen Biologik
Agen Biologik, merupakan golongan obat yang menghambat reaksi inflamasi pada
beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor nekrosis tumor (TNFAs) dan
inhibitor sitokin. Dapat digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan DMARDs,
seperti methotrexate. Preparat yang paling umum digunakan adalah:
Steroid
Karena adanya dugaan keterlibatan sistem imun, steroid juga diduga bermanfaat
dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis. Dapat diberikan prednisone 5-10 mg
per hari sebagai terapi kombinasi dengan regimen terapi lainnya.
Terapi Pembedahan
H. PROGNOSIS
Prognosis rheumatoid arthritis didasarkan pada beberapa penanda prognostik, dengan
pasien yang mendapat terapi dini dan agresif memiliki prognosis keseluruhan yang
lebih baik. Selain itu prognosis rheumatoid arthritis dapat ditentukan dengan
pengembangan komplikasi rheumatoid arthritis, dengan komplikasi ini yang berkaitan
dengan penyakit dan beberapa berhubungan dengan obat-obatan rheumatoid arthritis.
Komplikasi
Beberapa komplikasi rheumatoid arthritis adalah :
Penyakit Jantung Iskemik
Penyakit jantung menyebabkan kematian pada lebih dari separuh pasien
rheumatoid arthritis. Terdapat kecurigaan bahwa inflamasi kronik, DMARD
(terutama obat anti-TNF) dan obat anti inflamasi non steroid menjadi faktor
10
kontributif pada keadaan ini. Aterosklerosis lebih cepat terjadi pada pasien
dengan artritis rheumatoid dibandingkan populasi umum.
Infeksi
Dapat diakibatkan oleh proses inflamasi, keterlibatan imun, serta efek
medikamentosa seperti DMARD dan agen biologik. Terjadi peningkatan risiko
infeksi dua kali lipat setelah inisiasi obat golongan tersebut.
Penyakit Paru
Disebabkan oleh kerusakan paru secara langsung akibat rheumatoid arthritis atau
peningkatan risiko infeksi thorakal. Scarring pada paru akibat efek samping
beberapa obat juga dapat menjadi faktor yang menimbulkan keadaan ini.
[15,19,22]
Prognosis
Pasien dengan faktor rheumatoid seropositif memiliki morbiditas yang lebih berat.
Remisi spontan umum ditemukan dalam dua tahun pertama. Remisi total jarang
ditemukan pada 50-90% pasien dengan penyakit progresif dan setelah lima tahun
pemberian terapi obat anti-rematik.
Lima puluh persen skor maksimum untuk penyempitan sendi dan erosi radiografik
ditemukan dalam lima tahun perjalanan penyakit.
Pasien dengan tingkat edukasi formal tinggi memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas
yang lebih baik.
Mortalitas
11
Rheumatoid arthritis menyebabkan penurunan usia harapan hidup 5-10 tahun yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
Usia onset yang muda
Durasi penyakit yang lama
Adanya komorbiditas
Derajat keparahan penyakit yang berat
Kerusakan sendi signifikan
Keterlibatan organ selain sendi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misalnya,
tanda vital, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi
riwayat pasien pada rekam medik. Perawat juga mengumpulkan informasi tentang
kekuatan (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko (area
yang perawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda).. Pengkajian
dapat didasarkan pada teori keperawatan tertentu seperti yang dikembangkan oleh
Sister Callista Roy, Wanda Horta, atay Dorothea Orem, atau pada kerangka
pengkajian standar seperti Pola Kesehatan Fungsional Menurut Marjory Gordon.
Kerangka ini 1 menyediakan cara mengategorikan data dalam jumlah besar ke dalam
jumlah yang dikelola berdasarkan pola atau kategori data terkait. Dasar dari
diagnosis keperawatan adalah penalaran klinis. Penalaran klinis diperlukan untuk
membedakan yang normal dari data abnormal, mengelompokkan data terkait,
menyadari data yang kurang, mengidentifikasi data yang tidak konsistensi, dan
membuat kesimpulan (Alfaro Lefebre,2004). Penilaian klinis adalah “interpretasi
atau kesimpulan tentang kebutuhan pasien, keprihatinan, atau masalah kesehatan,
dan atau keputusan untuk mengambil tindakan (Tanner,2006, hal.204). Isu-isu kunci,
atau fokus, mungkin jelas di awal penilaian (misalnya integritas kulit diubah,
kesepian) dan memungkinkan perawat untuk memulai proses diagnostik. Sebagai
contoh, pasien dapat melaporkan rasa sakit atau menunjukkan agitasi sambil
memegang bagian tubuh. Perawat akan mengenali ketidaknyamanan klien
berdasarkan laporan klien atau prilaku sakit. Perawat ahli dapat dengan cepat
mengidentifikasi kelompok karateristik klinis dari data pengkajian dan mulus maju
ke diagnosis keperawatan. Perawat pemula mengambil proses yang lebih berurutan
dalam menentukan diagnosis keperawatan yang tepat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d kondisi muskuloskeletal kronis.
b. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.
c. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal.
d. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit.
e. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal.
14
C. INTERVENSI
No Standar Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intrevensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut b/d kondisi Setelah dilakukan tindakan Observasi manajemen
muskuloskeletal kronis keperawatan 1x 24 jam nyeri
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun karakteristik, frekuensi,
Kriteria Hasil: intensitas nyeri.
Keluhan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
Tampak meringis 3. Indentifikasi factor
menurun penyebab nyeri
Sikap protektif menurun. 4. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Teraupeutik
1. Berikan teknik non
farmakologi (kompres
jahe merah)
2. Kontak lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
2. Jelasakan strategi
pereda nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
amalgetik (jika perlu)
15
Terapeutik
1. Lakukan penguatan
potensi pasien dan
kleuarga untuk menerima
informasi
2. Libatkan pengambilan
keputusan dalam untuk
menerima informasi
3. Fasilitasi mengenali
kondisi tubuh yang
membutuhkan layanan
keperawatan
4. Berikan nomor kontak
yang dapat dihubungi ika
pasien membutuhkan
bantuan
5. Catat identitas dan
nomor kontak pasien
untuk mengingatkan atau
follow up kondisi pasien
6. Fasilitasi akses
pelayanan pada saat
dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi
berupa alur, leafket atau
gambar untuk
memudahkan pasien
mendapatkan informasi
kesehatan
16
2. Anjurkan keluarga
mendampingi pasien
3 Gangguan mobilitas Setealh dilakukan tindakan Observasi
fisik perawatan selama 1x 24 1. identifikasi kesiapan
b/d gangguan jam didapatkan mobilisasi dan kemampuanmenerima
muskuloskeletal fisik meningkat
Kriteria Hasil: informasi
- Pergerakan sendi 2. identifikasi indikasi dan
meningkat
- Status neurologi kontra indikasi mobilisasi
membaik 3. monitor kemajuan
- Aktivitas tidak dibantu pasien/ keluarga dalam
lagi melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. persiapan materi,
media, dan alat-alat
seperti bantal, gait belt
2. jadwalkan waktu
pendidikan kesehatan
sesuai sekepakatan
dengan pasien dengan
keluarga
3. berikan kesempatan
pada pasien dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi
1. jelasakan prosedur,
tujuan, indikasi, dan kotra
indikasi mobilisasi serta
dampak imobilisasi
2. ajarkan cara
mengidentifikasi sarana
dan prasarana yang
mendukung untuk
mobilisasi di rumah.
3. Demotrasi cara melatih
rentang gerak (misalkan
gerakan dilaukan dengan
perlahan, dimulai darai
17
kepala ke esktremitas,
gerakan semua persendian
Teraupetik
1. Diskusiakn perubahn
tubh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
3. Diskusikan perubahn
akibat pubertas kehamilan
dan penuaan
4. Diskusikan kondisi
stress yang
18
memperngaruhi cintra
tubuh (luka,penyakit,
pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara relitis
6. Diskusiakn persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahn citra
tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan citra
tubh
2. Ancurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
3. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
(misal kelompok sebaya)
4. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
5 Defisit perawatan diri Setalh dilakukan tindkan Observasi
b/d gangguan keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi
musculoskeletal jam di harapkan pengetahuan tentang
keberishan diri meningkat perawatan diri
Kriteria Hasil 2. Identifikasi
- Kenyaman meningkat masalah dan hambatan
- Kebersihan diri perawatan diri yang
meningkat dialami
3. Identifikasi metode
pembelajaran yang sesuai
(diskusi, tanya jawab,
penggunan alat
bantu,audio atau visual,
lisan, tulisan)
19
Teraupetik
1. rencanakan strategi
edukasi, termsuk tujuan
yang realitis
2. jadwalkan waktu dan
intensitas
pembelajaran sesuai
penyakit
3. berikan penguatan
positif terhadap
kemampuan yang di dapat
edukasi
1. ajarkan perawatan diri,
praktek keperawan diri,
dan aktivitas kehidupan
sehari-hari
2. anjurkan
mendemostrasikan
praktek perawatan diri
sesuai kemampuan
3. anjurkan mengulang
kembali informasi edukasi
A. Latar Belakang
Artritis reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis reumatoid
sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1.
Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur. Walaupun belum dapat
dipastikan penyebab, faktor genetik, hornonal dan infeksi telah diketahui pengaruh kuat
dalam pembentukan pola morbiditas penyakit.
B. Tujuan Penyuluh
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, peserta mampu
memahami penyakit Artritis Reumatoid.
2. Tujuan Khusus:
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, peserta mampu:
a. Mengetahui pengertian artritis rheumatoid
b. Mengetahui penyebab artritis reumatoid
c. Mengetahui tanda dan gejala artritis reumatoid
d. Mengetahui penatalaksanaan artritis reumatoid
e. Mengetahui pengobatan artritis reumatoid
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Artritis Reumatoid
2. Sasaran : Masyarakat di desa Buncis
3. Metode
Ceramah
Tanya jawab
4. Media dan Alat
Leaflet
Powerpoint
Laptop & LCD
5. Waktu dan Tempat
a. Hari dan Tanggal : Sabtu, 26 November 2011
b. Pukul : 09.00-10.00
c. Tempat : Balai Desa Buncis
21
D. Pengorganisasian
1. Moderator (Tiara Ayu Lestari) Tugas :
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan palaksanan
c. Membuat kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan penyuluh
e. Melaksanakan kegiatan dengan sepenuhnya
E. Susunan Acara
N Acara Waktu
o
1 Pembuka 5 menit
2 Penyuluhan/materi 10 menit
3 Diskusi 5 menit
4 Evaluasi 5 menit
5 Penutup 5 menit
22
F. Kegiatan penyuluhan
N Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta waktu
o
1 Pembuka 5 menit
Mengucap salam Menjawab salam
Perkenalan Memperhatikan
Kontrak waktu Menyetujui
Menjelaskan tujuan memperhatikan
2 Penyuluhan/Materi Mengemukan 10 menit
Menggali persepsi pendapat
peserta tentang
pengertian arthritis
rheumatoid
Memberi
reinforcement
positif Mendengarkan dan
memperhatikan
Menjelaskan
pengertian
artritisreumatoid
Menggali persepsi
peserta tentang Mengemukan
penyebab artritis pendapat
rheumatoid
Memberi
reinforcement
positif
Menjelaskan
penyebab arthritis Mendengarkan dan
memperhatikan
reumatoid
Menggali persepsi
peserta tentang
tanda dan gejala
artritis rheumatoid Mengemukan
Memberi pendapat
reinforcement
positif
Menjelaskan
tentang tanda dan
23
gejala artritis
rheumatoid Mendengarkan dan
memperhatikan
Menggali persepsi
peserta tentang
penatalaksanaan
arthritis
rheumatoid Mengemukakan
Memberi pendapat
reinforcement
positif
Menjelaskan Mendengarkan dan
tentang memperhatikan
penatalaksanaan
artritis rheumatoid
Menggali persepsi
peserta tentang
pengobatan artritis Mendengarkan dan
rheumatoid memperhatikan
Memberi
reinforcemen
positif
Mendengarkan dan
Menjelaskan memperhatikan
tentang
pengobatan artritis
reumatoid
3 Diskusi Memberi 5 menit
Memberika pertanyaan
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
tentang
penyuluhan yang
diberikan
Mendengarkan dan
Menjawab
memperhatikan
pertanyaan peserta
4 Evaluasi
Menanyakan
kembali tentang Menjawab 5 menit
pertanyaan
pengertian arthritis
24
rheumatoid
Memberi
reinforcement
Menjawab
positif
pertanyaan
Menanyakan
kembali tentang Menjawab
penyebab atritis pertanyaan
rheumatoid
Menanyakan
penatalaksanaan Menjawab
artristis pertanyaan
rheumatoid
Menanyakan
pengobatan Menjawab
pertanyaan
arthritis reumatoid
5 Penutup
Menyimpulkan 5 menit
materi Mendengarkan
Memperhatikan
Menutup Menjawab salam
penyuluhan
Mengucapkan
salam
A. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta datang 15 menit sebelum penyuluhan dilaksanakan
b. Peserta aktif dan menjawab
2. Evaluasi Proses
a. Moderator menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya
b. Penyaji menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya
c. Fasilitator menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya
d. Peserta ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaannya
e. Waktu yang direncanakan sesuai dalam pelaksanannya
f. Suasana mendukung
3. Evaluasi Hasil
Materi Penyuluhan
1. Pengertian Artritis Reumatoid
Penyakit sistemik kronis terutama pada sendi, biasanya mengenai banyak sendi, yang
ditandai dengan peradangan pada membran sinovial dan struktur berkenaan dengan sendi,
adanya pengecilan suatu sel dan penipisan tulang. (Dorland)
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
h. Lelah
i. Demam
j. Anemia
k. Pembesaran kelenjar limfe
l. Fenomena Raynaud (vasospasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stress
sehingga jari-jari menjadi pucat atau sianosis
d. Mencegah cacat
e. Memperbaiki fungsi sendi
f. Memperbaiki kualitas hidup
g. Mencegah kematian
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. Keprawatan Medikal-Bedah vol.1, edisi 8. EGC: Jakarta. 2001 Kamus
Kedokteran Dorland
28
Leaflet
29
ABSTRAK
Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melibatkan
proses fagositosis. Tujuan dari pengobatan rheumatoid arthritis tidak hanya mengontrol
gejala penyakit, tetapi juga penekanan aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan
permanen. Penderita RA memulai pengobatan mereka dengan DMARDs (Disease
Modifying Anti-Rheumatic Drugs) seperti metotreksat, sulfasalazin dan leflunomid.
Alternatif pengobatan yang dapat dijadikan salah satu pilihan dalam penanganan RA yaitu
senyawa kurkumin dan analognya. Sistem nanopartikel mampu meningkatan efektifitas
dalam pengobatan terutama keadaan RA.
ABSTRACT
Perhimpunan Reumaologi
Indonesia, Bandung.
Petri M. 2007. Hopkins Lupus Pregnancy
Centre: Ten Key Issues in
Villar, A. M., Naveros, B. C., Campmany,
A. C., Trenchs, M. A., Rocabert, C.
B. & bellowa, L. H. 2012. Design
and optimization of self
nanoemulsifying drug delivery
systems (SNEDDs) for enhanced
dissolution of gemfibrozil. Int J
Pharm.
Yazici, Y & Simsek I. 2005. Traetment
Options for Rhematoid Arthritis
Beyond TNF-Alpha Inhibitors.
Expert Rev Clin Phamrcol. 3: 663-
666.
Yazici Y., T. Sokka, H. Kautiainen,
Swearingen, I. Kulman, Pincus.
2005. Longterm Safety of
Methotrexate in Routine Clinical
Care: Discontinuation Is Unusual
and Rarely Due to Laboratory
Abnormalities. Ann Rheum Dis.
64: 207-211
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif denganinflamasi
kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan
sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi
serta destruksi jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan diikuti dengan
kematian prematur. Terdapat banyak faktorrisiko terjadinya RA diantaranya ada
yang bersifat tidak dapat dimodifikasi (genetik, ras, jenis kelamin, dan usia) dan
yang dapat dimodifikasi (gaya hidup, infeksi, dan bentuk tubuh). Manifestasi klinis
RA dapat berupa keluhan umum, kelainan sendi, dan kelainan diluar sendi. Dengan
penegakkan diagnosis berdasarkan kriteria ARA tahun 1987 ataupun ACR tahun
2010 dimana meliputi dari hasil anamnes.
b. Saran
1. Bagi Keluarga Klien
Disarankan keluarga mampu memberikan perawatan yang baikdirumah, juga
untuk terus mempraktekan tindak lanjut yang telahdiberikan, serta mampu
memberikan dukungan moril dan pemulihankesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar menambah referensitentang buku
keperawatan Artritis Rheumatoid, keperawatankeluarga, dan asuhan
keperawatan keluarga secara teoritis.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Disarankan bagi pihak puskesmas untuk melakukan kunjunganrumah dan
memberikan penyuluhan secara terstruktur mengenaiArtritis Rheumatoid kepada
keluarga dan klien di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah, sehingga klien
mempunyai pengetahuantinggi dan motivasi tinggi dalam mencegah penyakit.
4. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman,memberikan dan
menyusun asuhan keperawatan pada klien ArtritisRheumatoid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muchid A. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Arthiritis Rematik. Izkafiz.
Direkloral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Jakarta.
2. Nainggolan, O. 2009. Prevalensi dan Determinan Penyakit Rheumatik di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia 59: 587-594.
3. Perhimpunan Rematologi Indonesia, 2014. Diagnosis dan Pengelolaan Artritis
Reumatoid. Perhimpunan Reumaologi Indonesia, Bandung
4. Smeltzer, Suzanne. dan Bare, Brenda, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth Ed.8. EGC, Jakarta
5. Johns Hopkins Arthritis Center [Internet]. USA: Johns Hopkins Medicine; 2017.
Rheumatoid Arthritis Signs and Symptoms [revised Aug 16th 2017]; [6 p.]. Available
from https://www.hopkinsarthritis.org/arthritis-info/rheumatoid-arthritis/ra-symptoms/
6. Kimball HL, Terrono AL, Feldon P, Zelouf DS. Intstr Course Lect. 2003; 52: 163-74
7. Aletaha D, Neogi T, Silman AJ, et al. 2010 Rheumatoid arthritis classification criteria:
an American College of Rheumatology/European League Against Rheumatism
collaborative initiative. Arthritis Rheum. 2010 Sep. 62(9): 2569-81
8. Rheumatoid Arthritis [Internet]. Spanyol: Atos Healthcare; 2015. Rheumatoid Arthrits
[revised Aug 15th 2016]; [55p.]. Available from
http://www.welfare.ie/en/downloads/protocol14.pdf
9. http://repo.stikesperintis.ac.id/936/1/39%20YULIA%20PUTRIANI.pdf
10. http://eprints.ums.ac.id/60204/1/BAB%20I.pdf