S DENGAN DIAGNOSA
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) STAGE V
DI RUANG HCU INTERNA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Oleh :
Rino Mardani
J. 230. 145. 044
D. ETIOLOGI
1. Diabetess Melituss
2. Hypertensi
3. Glomerulonephritis
4. Primary (Immunoglobulin A nephropathy, postinfectious
glomerulonephritis)
5. Secondary (HIV nephropaty, lupus, cryglobulinemia,amyloidosis)
6. Interstitial nephritis (alergi)
7. Microangiopatic vascular disease (athereombolic disease)
8. Congenital disease
9. Genetic disease
10. Tumor
11. Penolakan transplant
12. Hepatorenal syndrome (Morton, 2013)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Anemia
2. Edema
3. Defisiensi hormone eritropoetin
4. Mual, muntah,
5. Stomatitis uremia
6. Pankreatitis
7. Gatal (Terutama pada klien dgn dialiss rutin karena: toksik uremia yang
kurang terdialisis, peningkatan kadar kalium phosphor & alergi bahan-bahan
dalam proses HD), kulit kering bersisik & kulit mudah memar(Setyohadi,
2012).
F. PATOFISIOLOGI
Terjadinya fibrosis, kehilangan sel-sel ginjal yang berperan penting, dan
terjadinya infiltrasi sel oleh monosit dan makrofag menyebabkan
keabnormalan proses hemodinamika glomelurus, hypoxia, proteinuria dan
substansi vasoaktif seperti angiotensin II. Saat terjadi proses hemodinamika
terjadi theory intact nephron yaitu dimana nephrons pada ginjal terdiri lebih
dari 1 juta unit yang menjalankan fungsi masing-masing sehingga saat
gangguan terjadi pada suatu nephron tertentu neprons papa proximal terdekat
akan mengkonpensasi aliran darah, tekanan darah, tekanan hidrostatik pada
kapiler glomelular, hal kompensasi yang paling parah adalah terjadinya respon
hyperfiltrasi yang terakselereasi hilangnya nephrons karena hyperfiltrasi
menyebabkan injuri pada endotel, stimulasi profribotik cytokine terganggu,
infiltrasi monosit dan makrofags (Morton, 2013).
Kemungkinan yang terjadi setelah proses kompensasi yang terus-menerus
adalah hypoxia dan angiotensin II, hilangnya kapiler peritubular menyebabkan
kurangnya perfusi kapiler tubulus, yang menyebbakan hypoxia dan mengarah
proinflammatori dan profibrotic sitokins menyebabkan fibrosis dan injuri sel.
Angiotensin II terstimulasi dari adanya faktor penumbuh seperti sitokin dan
fibrosis juga efek hemodinamika yang terjadi pada glomerulus.
Tekanan tinggi pada glomerular menyebabkan proteinuria diproduksi yang
mengandung banyak sitokin dimana jika terus menerus terjadi menyebabkan
fibrosis dan luka pada tubulus (tubulointerstitium). Proteinuria dalah penanda
yang sangat kuat dalam perkembangan CKD karena mengindikasikan
pathophysiology CKD (black & hawks, 2010).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urine
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urin tidak
ada (anuria)
b) Color : Abnormally cloudy urine disebabkan pus, bacteria, fat, colloidal
particles, phosphates, atau urates.
c) Specific gravity : < 1.015 (fixed at 1.010 reflects severe renal damage).
d) Osmolality : < 350 mOsm/mengindikasikan of tubular damage,
e) Creatinine clearance : (kurang dari 80 mL/min in early failure; less than
10 mL/min in ESRD).
f) Sodium : > 40 mEq/L
g) Protein : High-grade proteinuria (34+)
2. Blood
a) BUN/Cr: naik, level kreatinine of 12 mg/dL
b) CBC: Hb turun karena anemia, usually < 78 g/dL.
c) RBCs: turun karena erythropoietin deficiency, dan azotemia.
d) ABGs: pH turun. Metabolic acidosis (< 7.2)
e) Serum sodium: kurang
f) Potassium: naik
g) Magnesium, phosphorus: Elevasi
h) Calcium/phosphorus: turun
i) Proteins (especially albumin): turun
j) Serum osmolality: > 285 mOsm/kg
3. KUB x-rays : Demonstrasi ukuran ginjal
4. Retrograde pyelogram : Outlines abnormalitas renal pelvis & ureter
5. Renal arteriogram : Asses sirkulasi renal.
6. Voiding cystourethrogram : memperlihatkan bladder size, reflux into
ureters, retention.
7. Renal ultrasound : menentukan ukuran ginjal, masa
8. Renal biopsy : mengecek jaringan sel.
9. Renal endoscopy, nephroscopy : menghilangkan tumor
10. ECG : bisa abnormal, merefleksikan electrolyte and acid-base imbalances.
11. X-ray of feet, skull, spinal column, and hands
H. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT
a) Gangguan Kesadaran
Terapi Non Farmakologi
1) Life saving, bebaskan jalan nafas, berikan oksigen
2) Pantau tekanan darah, jantung, komponen darah
3) Jaga fungsi otak optimal
4) Pasang kateter
5) Perhatikan nutrisi
6) Pertahankan sirkulasi darah secara optimal
7) Turunkan tekanan intracranial
8) Perhatikan keseimbangan cairan elektrolit
9) Perhatikan suhu tubuh
Terapi Farmakologi
1)Tindakan operasi
2)Antibiotika dosis tinggi
3)Turunkan tensi
4)Diazepam
5)Bolus glucose
6)Adrenalin, epineprin
b) Syok
1) Nilai keadaan ABCDE (Airway, breathing, Circulation,Disability &
exposure)
2) Lakukan look, listen, feel jika tidak lebih dari 10 detik segera
lakukan basic life support.
3) Dapatkan akses vascular
4) Loading cairan cepat e.g hipovolaemik 2-3 liter cairan kristaloid
dalam 20-30 menit
5) Observasi vital signs
6) Resusistasi cairan sesuai kebutuhan
7) Cairan yang mengandung sel darah merah (packed red cell)
8) Cairan yang mengandung molekul besar disebut koloid berfungsi
meningkatkan volume plasma, misalnya larutan albumin, hetastarch,
dextran
9) Cairan yang mengandung elektrolit disebut kristaloid digunakan
untuk meningkatkan cairan ekstraseluler.
2. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Managemen terapi (pemeriksaan klinisa & penunjang)
b. Hemodialisis
c. Transplantasi ginjal
d. Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan
e. Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfuse, obat-obat local &
sistemik, anti hipertensi.
3. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Melakukan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan dengan
prioritas keperawatan :
a. Mempertahankan homeostasis
b. Mencegah komplikasi
c. Menningkatkan informasi berhubungan denga proses penyakir,
prognosis dan kebutuhan treatmen pasien
d. Mendukung penyesuaian perubahan lifestyle
I. KOMPLIKASI
1. Hipertensi
2. Hiperkalemia
3. Anemia
4. Asidosis metabolic
5. Osteodistropi ginjal
6. Sepsis
7. Neuropati perifer
8. Hiperuremia
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Assessment
a. Primary assessment
1) Airway
Pasien akan mengalami kesulitan komunikasi karena terdapat sputum,
dahak.
2) Breathing
a. Nilai AGGs dalam batas tidak normal
b. Saturasi oksigen menurun (SpO2 < 92%)
c. Suara nafas tidak jelas
d. RR tidak normal
e. Nafas dangkal
f. Hasil chest X-ray abnormal
3) Circulation
a. Nyeri dada
b. Palpitasu
c. Hypertensi
d. Jugular vena distensi ada
e. Edema kaki, tangan & lengan
f. Pucat, bronze-gray, kulit kuning.
g. Pendarahan dalam
h. Hemoglobin tidak adekuat
i. Urin output tidak optimal
j. Penurunan kesadaran s/d koma.
4) Disability
a. fatigue, insomnia, chest pain.
b. Penurunan kesadaran s/d koma.
c. Penurunan atau pergantian status mental.
5) Exposure
a. Ketakutan & kecemasan
b. Nyeri
c. Edema
d. Kelemahan umum
b. Secondary assessment
1) Sample
a. Sign and symptom
Anemia, Edema , Defisiensi hormone eritropoetin, Mual, muntah, ,
Stomatitis uremia, Pankreatitis & Gatal
b. Allergy
Alergi terhadap makanan, obat-obatan dan substans yang
menstimulasi workload kerja ginjal dan meningkatkan tekanan
darah serta proses infiltrasi glomerulus.
c. Medication
Collaborative :
1. Persiapan Dialisis
2. Pemberian IV line solutions
3. Pemberian prazosin (Minipress), captopril (Capoten), clonidine
(Catapres), hydralazine (Apresoline). Erythropoietin
preparations (Epogen, EPO, Procrit); Iron preparations: folic
acid (Folvite), cyanocobalamin (Rubesol-1000); Cimetidine
(Tagamet), ranitidine (Zantac); antacids;
Hemostatics/fibrinolysis inhibitors, e.g., aminocaproic acid
(Amicar); Stool softeners (e.g., Colace); bulk laxative (e.g.,
Metamucil).
4. Pemberian transfuse darah : RBCs (PRCs) sesuai indikasi
d. Past Illness
DM & hypertensi.
e. Last meal
1. Ketidakmampuan menelan & mengunyah
2. Albumin <3,5 g/dl
3. Level protein < 6 gr/dl
4. Intake minum & cairan dibatasi
f. Environment
Safety
1. Ketidaknyamanan
2. Edema
3. Kehilangan kesimbangan
4. Resiko jatuh tinggi
5. Resiko penyakit yang lebih parah terjadi
Interaksi sosial
1. Penurunan komunikasi karena penurunan kesadaran
2. Penurunan peran
Teaching and learning
a. Ketidaktahuan penyakit & prognosis
b. Discharge planning
Tertiary survey
1. pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan urin lengkap ,analisa gas darah
2. USG, Rontgen.
2. Pengkajian Head to toe
a) Head : pucat, sianosis
b) Neck : luka, JVP
c) Chest : akses HR,RR, kedalaman nafas, suara nafas, suara jantung ,
tambahan suara irregular.
d) Abdomen : nyeri tekan, asites
e) Pelvis : ketidakabnormalan pelvis, bentuk.
f) Extremities : edema
E. Intoleransi aktifitas
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
melanjutkan atau menyeleseikan aktifitas kehidupan sehari-
hari yang harus atau ingin dilakukan.
Nursing Outcome : Level toleransi meningkat
Kriteria hasil :
1. Klien meningkatkan aktfitas fisik
2. Klien dan keluarga mengeti dalam peningkatan mobilitas
3. Klien memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan aktiftas
Intervensi NIC
a. Observasi kondisi keadaan umum, kaji level ADL, monitor vital signs
sebelum dan sesudah latihan ADL.
R/ mengetahui kondisi dasar, menentukan intervensi selanjutnya.
b. Bantu klien saat melakukan ADL jika diperlukan, dekatkan alat dan
anjurkan meningkatkan ADL secara berkala.
R/ Meningkatkan ADL klien dan memandirikan klien.
c. Ajarkan bagaimana klien untuk merubah posisi, berikan posisi yang
nyaman dan latih kemampuan ambulasi.
R/ menekuk lutuh, mengangkat bokong akan memberikan ambulasi
yang signifikan saat miring kanan/kiri, sesuai prinsip mekanika hal ini
akan membantu meringankan pergerakan.
d. Edukasi tentang penggunaan alat bantu dan manfaat meningkatkan
ADL.
R/ klien dan keluarga dengan pengetahuan yang benar akan
meningkatkan kesadaran terhadap kondisi klien dan meningkatkan
komunikasi efektif dan tingkat kooperatif.
e. Kolaborasi physioterapi untuk melatih klien sesuai indikasi
R/ benar prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Black J.M & Hawks. (2010). Medical Surgical nursing. USA : Evolve sounder
elsiever.
Jones. J, & Fix. B. 2014. Erlangga Medikal Series (EMS) : Seri Panduan Klinis
Kritis. Surabaya : Penerbit Erlangga.
Morton. P. G & Fontaine. D.K (2013). Critical care nursing (10th ed). USA :
Wolter Kluwer lippsincot wiliams & Wilkins.
Williams, L & Wilkins. (2013). Medical Surgical Nursing made increadibly easy (
3th ed). USA : Wolters Klowers health.
Tank.P.W, Gest.T.R (2009). Lipincot William & Wilkins atlas of anatomy (1st
ed).USA: Lipincot Williams & Wikins.