DISUSUN OLEH:
IRFAN EFENDI
009SYE19
Kardiovaskular a) Hipertensi
b) Retinopati dan enselopati hipertensif
c) Beban sirkulasi berlebihan
d) Edema
e) Gagal jantung kongestif
f) Perikarditis (friction rub)
g) Disritmia
6. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari
pada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu
(Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah,
akan semakin berat (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal (Cahyaningsih, D.
Niken, 2011)
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut
filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan
menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen
urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin seru.m merupakan indicator
yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan
oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.
Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi
akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan
untuk kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan
asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan
mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) .penurunan ekskresi fosfat dan asam
organic lain juga terjadi (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari
saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan
anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas (Cahyaningsih,
D. Niken, 2011)
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka
yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal,
terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar
serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak
berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan
mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga
metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal
dibuat di ginjal menurun (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
7. Edema
Dampak yang signifikan dari proses filtrasi glomerulus yang sangat
rendah menyebabkan terjadinya retensi Na+ dan H2O sehingga terjadi osmosis
dari laju glomelurus yang menurun masuk kedalam sel atau jaringan tubuh
sehingga menyebabkan edema. (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
7. WOC/ PATHWAY
Infeksi saluran kemih Penyakit peradangan Penyakit vaskuler hipersensitif : Gangguan jaringan Penyakit congenital dan Penyakit metaolic : DM, Neuropati obstruktif :
(pielonefritis krinis) (glomerululonefritis) nefrosklerosis, sterosis arteri renalis penyambung : sklerosis sistemik herediter : polisklik, asidosis Hiperparatiroidisme. batu saluran kemih
tubulus ginjal
Produksi SDM Filtrasi glomelurus Protein/albumin dapat Produksi sampah dialiran darah
melewati membranglomelurus
Gangguan nutrisi
Gangguan perfusi jaringan Fatigue/ malaise Edema Gangguan < dr kebutuhan
System imun integritas kulit tubuh
Beban jantung
Kompensasi
Depresi SSP respiratorik
Deficit nutrisi Hematemasis/melena Aldosteron
Disorientasi Hiperventilasi
Edema
Kerusakan
Kulit kering
integritas
dan pruritus
kulit
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnostik (Cahyaningsih, D. Niken, 2011)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Pasien menyatakan
kesulllitan bernfas
2. Pasien menyatakan GFR
kembung di daerah
abdomen
DO:
Retensi Na, H2O
1. Edema
2. Tekanan darah tinggi
3. Perubahan turgor kulit
4. Distensi
abdomen/asites Edema
Hipervolemia
2 DS: Kerusakan glomelurus Defisit Nutrisi
1. Mual
2. Tidak Adanya Nafsu
Makan Albumin melewati membran
3. Pasien Menyatakan glomelurus
Nyeri Ulu Hat
DO:
produksi asam
Deficit Nutrisi
1. Pasien menyatakan
kesulitan bernafas
DO: Albumin melewati membran
glomelurus
1. Sesak
2. Nafas Dangkal
3. Pembesaran Pada
Abdomen proteinuria
4. Pengembangan Paru
Tidak Sempurna
hipoaluminemia
katabolisme protein dalam sel
Ureum naik
Asidosis metabolik
Kompensasi respiratorik
Hiperventilasi
1. Pasien mengatakan
lemas
DO: Sekresi eritropoietin
1. Tampak lemas
2. HB dibawah normal
(<12 pada perempuan, Produksi SDM menurun
<13 pada laki-laki)
3. Peningkatan TD, RR,
dan Nadi
Oksihemoglobin
4. Ketidakmampuan
melakukan ADL
Fatigue/malaise
Intoleransi aktivitas
1. klien mengatakan
batuk
2. klien mengatakan Sekresi eritropoietin
susah mengeluarkan
dahak
DO:
Produksi SDM menurun
1. Peningkatan TD, RR,
dan Nadi
2. Batuk
3. Suara nafas tidak Oksihemoglobin
bersih
4. Sianosis
5. Dyspneu Suplai O2 ke jaringan menurun
6. Tidak bisa
mengeluarkan sputum
7. Adanya tanda distres
pernafasan
8. Oksigenasi tidak
adekuat Gangguan perfusi jaringan
1. Pasien mengatakan
mudah lelah
DO: GFR
Edema
Preload meningkat
COP
Penurunan curah jantung
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia berhubungan dengan mekanisme pengaturan
melemah
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema paru, asidosis
metabolic, pneumonitis, perikarditis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan/kelemahan,
anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler-alveolar
6. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
afterload dan sepsis
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah
dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien (Colvy, Jack, 2010).
5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan pada klien gagal ginjal kronik menurut (Colvy, Jack,
2010) adalah:
a. Intake out put seimbang
b. Status nutrisi adekuat
c. Curah jantung adekuat
d. Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
e. Tidak terjadi perubahan atau gangguan konsep diri
f. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak terjadi
g. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA