GLOMERULONEFRITIS
Disusun Oleh :
Kelompok IV
PROGAM STUDIS1FARMASI(KELAS 2B )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin
2.1.3 Fungsi Nefron
Fungsi dasar nefron adalah membersihkan atau menjernihkan plasma
darah dan substansi yang tidak diperlukan tubuh sewaktu darah melalui ginjal.
Substansi yang paling penting untuk dibersihkan adalah hasil akhir
metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat dan lain-lain. Selain itu ion-ion
natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung untuk berakumulasi
dalam tubuh secara berlebihan.
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang
tidak diperlukan dalam tubuh adalah :
1. Nefron menyaring sebagian besar plasma di dalam glomerulus yang akan
menghasilkan cairan filtrasi.
2. Jika cairan filtrasi ini mengalir melalui tubulus, substansi yang tidak
diperlukan tidak akan direabsorpsi sedangkan substansi yang diperlukan
direabsorpsi kembali ke dalam plasma dan kapiler peritubulus.
Mekanisme kerja nefron yang lain dalam membersihkan plasma dan
substansi yang tidak diperlukan tubuh adalah sekresi. Substansi-substansi
yang tidak diperlukan tubuh akan disekresi dan plasma langsung melewati
sel-sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan tubulus. Jadi urine
yang akhirnya terbentuk terdiri dari bagian utama berupa substansi-
substansi yang difiltrasi dan juga sebagian kecil substansi-substansi yang
3
disekresi.
2.4.1 Definisi
Nefrotik Syndrom adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno dkk, 2000).
Nefrotik sindrom adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai
oleh proteinuria masif yang keluar lebih dari 3,5 gram per hari/ 1,73m luas
permukaan tubuh, hipoalbuminemia (kurang dari 3,5 g/dl), edema,
hiperlipidemia, lipiduria, hiperkoagulabilitas. Status klinis yang ditandai
dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang
menyebabkan kehilangan protein yang masif, hal ini adalah pengertian sindrom
nefrotik (Wong, D L, 2004)
Nefrotik sindrom adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Membran dari saringan glomerulus
pada penderita menjadi sangat permeabel (mudah dilewati) oleh molekul
protein (Naga, 2012).
Hipoalbuminemi
Keadaan ini disebabkan oleh kehilangan sejumlah protein tubuh melalui urine
(proteinuria) dan usus (protein loosing enteropathy), katabolisma
albumin, pemasukan protein yang kurang kerana nafsu makan yang menurun
dan utilisasi asam amino yang menyertai penurunan faal ginjal. Jika
kompensasi hepar dalam mensintesa albumin tidak adekuat, akan terjadi
hipoproteinemi.
Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh asupan protein, sintesis
albumin hati dan kehilangan protein melalui urin. Pada SN, hipoalbuminemia
disebabkan oleh protenuria massif dengan akibat penurunan tekanan onkotik
plasma. Oleh itu, untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma, maka hati
berusaha meningkatkan sintesis albumin. Peningkatan sintesis albumin hati
tidak berhasil menghalangi timbulnya hipoalbuminemia. Diet tinggi protein
dapat meningkatkan sintesis albumin hati. Akan tetapi tetap dapat mendorong
peningkatan ekskresi albumin melalui urin. Hipoalbuminemia dapat pula
terjadi akibat peningkatan reabsorbsi dan katabolisme albumin oleh tubulus
proksimal.
Hiperlipidemi
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density
lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein
(HDL) dapat meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan
sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di perifer (penurunan
pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan intermediate density
lipoprotein dari darah).
Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan
albumin serum dan penurunan tekanan onkotik.
Lipiduri
Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin.
Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis
glomerulus yang permeabel.
A. STRATEGI TERAPI
Diagnosis Glomerulonefritis
Kondisi ini umumnya diketahui melalui hasil tes urine yang
abnormal. Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya akan
menganjurkan beberapa pemeriksaan lebih mendetail seperti:
Patogen-patogen :
Bakteri : streptokokus, endokarditis, diplococcal,
streptococcal, staphylococcal, or mycobacterial. Salmonella
typhosa, Brucella suis, Treponema pallidum, Corynebacterium
bovis, and actinobacilli dll
Virus : Cytomegalovirus, coxsackievirus, Epstein-Barr virus,
hepatitis B, rubella
Fungi/parasit : Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum,
Schistosoma mansoni, Toxoplasma gondii, filariasis,
trichinosis, and trypanosomes.
Imnosupresif, digunakan pada kasus gromerulonefritis yang
disebabkan kelainan aktifitas imunologi tubuh yang merusak
gromerulus misalnya
Gromerulonefritis lupus, goodpasture. Agent
imunosupresif : Kortikosteroid dosis tinggi dan sitotoksik.
Pemeriksaan Fisik
Riwayat SLE ( Systemic Lupus Erythematus )
Algoritma gromerulonefritis dengan riwayat penyakit lupus
Dengan Steroid
Organ Lain Kulit Ginjal
Pertimbangkan
Terapi lanjut menaikkan dosis / terapi tambahan
BAB IV
DESKRIPSI KASUS
Urinalis
12. PH 5,3 4,8-7,4 normal
13. Protein +3 <1 abnormal
Pengumpulan urin 24 jam
14. Urin total 2,1 L
15. Kreatinin urin 54,4 L=600-
mg/dL
1800
P=800-
2000
16. Protein urin 603
mg/dL
Vital sign
17. Tekanan darah 160/11 <120/<80m abnormal
5 mHg
18. RR(respiratory 18x 16- normal
rate/frekuensi permen 20xpermeni
napas) it t
19. Suhu 36,50C 36,60-37,20 normal
C
Diagnosa : lupus induced glomerulonefritis
BAB V
ANALISIS
5.1 SUBYEKTIF
Nama : NN RT
Umur : 23 thn
Jenis kelamin : perempuan
Gejala : riwayat penyakit Lupus induced DPNG 10 tahun, hipertensi.
5.2 OBYEKTIF
Data laboratorium dan vital sign
5.3 ASSESMENT
a. Berdasarkan pemeriksaan vital sign yaitu pengukuran tekanan darah pasien yaitu
160/115 mmHg, maka pasien di diagnosa menderita hipertensi stage II
(JNC,2003).
b. Pasien menderita kolesterol yang di dasarkan pada kadar kolesterol yang melebihi
batas normal (<200 mg/dL) dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) melebihi batas
normal (<100 mg/dL). Menurut US National Cholesterol Education Program
(NCEP)hasil revisi th 2001. Untuk pasien di atas kolesterol termasuk kategori
buruk/tinggi dan kolesterol LDL termasuk sangat buruk/sangat tinggi.
c. Ratio kadar kolesterol total terhadap HDL (kolesterol baik) juga penting
diperhatikan karena nilainya lebih bermakna terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit jantung koroner.Menurut Framingham Hearth Study, rasio yg ideal
antara kolestrol total : HDL yaitu 3,5-4,5. Nilai rasio 3,5-4,5 masih ditoleransi
namun harus diwaspadai. Nilai diatas itu mempunyai resiko mendapat serangan
jantung dua kali lebih besar.
Pasien tsb mempunyai ratio kadar kolesterol:HDL=400/34=11,7 (sangat buruk).
d. Berdasarkan kadar kreatinin,BUN yang melebihi normal, maka pasien bisa juga di
diagnosa mengalami gromerulonefritis ataupun bahkan bisa menjadi gagal ginjal.
Hal itu bisa terjadi dikarenakan adanya riwayat penyakit (Lupus)yang dapat
memicu terjadinya peradangan pada gromeruli yang bisa mengakibatkan
peny.ginjal (perlu dihitung klirens creatinin).
e. Pada pengumpulan urin 24 jam menunjukan vol urin total melebihi batas normal
(0,6-1,6 L) yang di sebut poliuri.
f. Proteinuria yang persistent (tetap +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya
menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi
hasil +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine sewaktu
setelah melakukan aktivitas.
5.4 PLANNING
Tata laksana terapi :
A. Terapi suportif
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk melindungi fungsi ginjal dan
menangani komplikasi dengan tepat jika terjadi.
a. Medis
1) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi
beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi
Streptococcus yang mungkin masih, dapat dikombinasi dengan amoksislin 50
mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin,
diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis. Dan dilanjutkan per
oral 2 x 200.000 IU selama fase konvalesen.
C. Terapi farmakologi
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi
dan forum terbuka.
DAFTAR PUSTAKA