Anda di halaman 1dari 19

ABORTU

SKelompok 3 :
Siti Hajrah
Della Juwita Zainuddin
Marwana
Sri Intalia
A.Pengertian

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat


belum mencapai 500 gram.Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya
perdarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan
Ultrasonografi (USG), sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena
kegagalan perkembangan janin dimana gambaran Ultrasonografi (USG)
menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang
kedua adalah abortus karena kematian janin dimana janin tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau
pergerakkan yang sesuai dengan usia kehamilan.
Klarifikasi Abortus
Berdasarkan pelaksananya Berdasarkan kejadian dibagi
dibagi menjadi : menjadi dua, yaitu:
Keguguran terapeutik (abortus Abortus buatan
01 therapeuticus)
Abortus terapeutik adalah
01 Merupakan tindakan abortus yang
sengaja dilakukan sehingga
terminasi kehamilan secara kehamilan dapat diakhiri Upaya
medis atau bedah sebelum menghilangkan hasil konsepsi
janin mampu hidup (viabel) dapat dilakukan berdasarkan -
dan hampir 60% abortus Indikasi medis
terapeutik dilakukan sebelum - Indikasi sosial
usia gestasi 8 minggu, dan
88% sebelum minggu ke-12 02 Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa
kehamilan (Handono, 2009).
tindakan mekanis atau medis
02 Keguguran buatan illegal (abortus provocatus
criminalis) Penguguran kehamilan tanpa untuk mengosongkan uterus
alasan medis yang sah dan dilarang oleh (Handono, 2009).
hukum (Prawirohardjo, 2008).
 
Berdasarkan gambaran klinis, abortus spontan dibagi
0 menjadi :
Keguguran mengancam (abortus
Keguguran tidak lengkap
imminens) Perdarahan
1 intrauterine pada umur kurang 03 (abortus inkompletus) Abortus
dari 20 minggu kehamilan yang terjadi sebelum usia gestasi
lengkap dengan atau tanpa 10 minggu, janin dan plasenta
kontraksi uterus tanpa dilatasi biasanya keluar bersama-sama .
serviks dan tanpa pengeluaran Bila kehamilan lebih besar akan
hasil konsepsi. terjadi sisa kehamilan.

0 Keguguran tak terhalangi


0
(abortus insipiens) Pada abortus
2 insipiens, kemungkinan terjadi
4
Keguguran lengkap (abortus
kompletus) Pengeluaran semua
pengeluaran sebagian atau hasil konsepsi dengan umur
seluruh hasil konsepsi dengan kurang dari 20 minggu kehamilan
cepat. lengkap.
Keguguran berulang (abortus
0 habitualis) Abortus spontan yang
Keguguran tertunda (missed

5 terjadi berturut-turut sebanyak 07 abortion)


Terhentinya proses kehamilan
tiga kali atau lebih tanpa
muda pada embrio atau janin
diketahui sebab yang jelas .
berumur kurang dari 20 minggu
Penyebab terjadinya abortus
tetapi hasil konsepsi tertahan
habitualis berkaitan dengan
dalam rahim selama lebih dari 6-
penyebab umum seperti faktor
8 minggu .
genetik, faktor hormonal, faktor
plasenta, dan faktor infeksi.
0 Keguguran dengan infeksi
0 Kehamilan Anembrionik (Blighted
Ovum) Kehamilan yang patologi
6
(abortus infeksiosa)
Akibat tindakan abortus
8 dimana mudigah dan kantong
kuning telur tidak terbentuk sejak
provokatus kriminalis oleh awal kehamilan namun kantong
tenaga yang tidak terlatih atau gestasi tetap terbentuk.
dukun.
Patofisiologi
Abortus
Rahmani (2014) mengemukakan bahwa pada
permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua
basalis yang diikuti nekrosis jaringan disekitarnya. Hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Hal ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus
desidua secara mendalam.
Faktor-faktor penyebab
terjadinya abortus
Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu
pertama, dan setelah itu angka ini cepat
menurun.
Faktor penyebab terjadinya abortus dibagi
menjadi beberapa faktor yaitu :
1. Faktor janin
2. Faktor maternal
3. Faktor paternal
Faktor Janin
Faktor janin merupakan penyebab yang
sering terjadi pada abortus spontan.
Kelainan yang menyebabkan abortus
spontan tersebut yaitu kelainan telur
(blighted ovum), kerusakan embrio
dengan adanya kelainan kromosom, dan
abnormalitas pembentukan plasenta
(hipoplasi trofoblas).
Faktor maternal
Faktor yang menyebabkan abortus terbagi
menjadi faktor internal dan faktor eksternal

Faktor internal : 4.Riwayat


abortus
2.Paritas sebelumnya

1.Usia 3.Jarak 5.Faktor


kehamilan genetik
9.Faktor penyakit
7.Faktor
debilitas kronik
immunologi

6.Faktor 8.Faktor infeksi 10.Faktor hormonal


anatomik
12.Faktor 14.Gamet yang
inkompeten menua

11.Faktor 13.Cacat uterus 15.Trauma fisik


hematologi
Faktor eksternal
Faktor lingkungan dan Pemakaian
obat

Faktor Sosial Budaya

Pendidikan
Status ekonomi
Pekerjaan Alkohol Merokok
(pendapatan)
Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang
faktor ayah dalam terjadinya abortus
spontan. Translokasi kromosom pada
sperma dapat menyebabkan abortus
dimana abnormalitas kromosom pada
sperma berhubungan dengan
abortus.
 
Komplikasi Abortus
komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan,perforasi,infeksi,dan
syok.
Perdarahan
Infeksi

Perforasi Syok
Penanganan Awal Pada Kasus Abortus
1. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Abortus 2. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Abortus
Imminens : Insipiens :
a. Penderita di minta untuk melakukan tirah baring a. Apabila bidan menghadapi kasus abortus
sampai perdarahan terhenti. insipiens segera berkonsultasi dengan dokter
b. Pasien diingatkan untuk tidak melakukan senggama ahli kandungan sehingga pasien mendapat
selama lebih kurang 2 minggu. penanganan yang tepat dan cepat.
c. Tidak ada pengobatan khusus hanya dapat di beri b. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, bahwa
sadativa, misalnya dengan codein atau morfin perforasi pada kerokan lebih besar, maka
(sesuai protaf dan intruksi dokter). sebaiknya proses abortus dipercepat dengan
d. Keluarnya janin masih dapat dicegah dengan pemberian infus oksitosin.
memberi obat-obatan hormonal misalnya c. Biasanya penatalaksanaan yang dilakukan
progesteron 10 mg setiap hari untuk terapi dan pada kehamilan kurang dari 12 minggu yang
mengurangi kerentanan otot-otot uterus. disertai perdarahan adalah pengeluaran janin
e. Pemberian analgetik agar uterus tidak terus atau pengosongan uterus memakai kuret
berkontraksi hingga rangsangan mekanik uterus vakum atau cunam abortus, disusul dengan
berkurang. kerokan memakai kuret tajam.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih
tertinggal dilakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
3. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Abortus 4. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Abortus
Inkomplit : Komplit :
a. Bila disertai syok karena perdarahan diberikan a. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
infuse cairan fisiologi NaCl atau Ringer Laktat dan tentang abortus komplit, bidan dapat
tranfusi darah selekas mungkin. berkonsultasi dengan dokter sehingga tidak
b. Setelah syok diatasi dilakukan kerokan dengan merugikan pasien.
kuret tajam dan diberikan suntikan untuk b. Tidak memerlukan terapi khusus tetapi untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus. membantu involusi uterus dapat diberikan
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih methergin tablet.
tertinggal dilakukan pengeluaran plasenta c. Bila pasien anemia dapat diberikan sulfat
secara manual. ferosus (zat besi) atau transfuse darah.
d. Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi. d. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin dan
mineral.
5. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Missed Abortion 6. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Abortus Infeksius
a.Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahaya a.Pemberian terapi antibiotika (penisilin, metrodazole,
adanya hipofibrinogenemia, sehingga sulit untuk mengatasi ampicillin, streptomycin, dan lain-lain) untuk
perdarahan yang terjadi bila belum dikoreksi menanggunglangi infeksi.
hipofibrigenemianya (untuk itu kadar fibrinogen darah perlu b.Bila perdarahan banyak dilakukan pemberian transfusi
diperiksa sebelum dilakukan tindakan). darah.
b.Pada prinsipnya penanganannya adalah : pengosongan c.Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan
kavum uteri setelah keadaan memungkinkan. antibiotika atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa
c.Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, dilakukan konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama kurang d.Pemasangan CVP (Central Venosus Pressure) untuk
lebih 12 jam ke dalam kavum uteri. pengontrolan cairan.
e.Pemberian kortikosteroid dan heparin bila ada
Disseminated Intravascular Coagulation.

7. Penanganan Awal Pada Ibu Dengan Abortus Habitualis


a. Memperbaiki keadaan umum.
b. Perbaikan gizi dan istirahat yang cukup.
c. Terapi hormon progesterone dan vitamin.
d. Kolaborasi untuk mengetahui faktor penyebab
(Mayunani,2009).
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai