Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BOUNDING ATTACHMENT

OLEH

1. MARGARETHA T. NAISABAN ( PO530320119126)


2. MARIA I.L AMNANU ( PO530320119127)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TOPIK : Bounding Attachment

SUBTOPIK : Pencengahan Bounding Attchment

Hari/tanggal : Senin, 24 Mei 2021

Waktu : 60 menit

Penyuluh/ pembicara : Margaretha T Naisaban

Peserta/ sasaran : Mahasiswa

Jumlah :100

Tujuan Umum :

Mahasiswa-mahasiswi mampu mengetahui pengetahuan Bounding attachment

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Bounding Attchment


2. Mahasiswa dapat menjelaskan Faktor-Faktor Bounding Attchment
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Tahapan Bounding Attchment
4. Mahasiswa dapat menjelaskan Cara Melakukan Bounding Attchment
5. Mahasiswa dapat menjelaskanPrinsip Bounding Attchment
6. Mahasiswa dapat menjelaskan HambatanBounding Attchment
7. Mahasiswa dapat menjelaskan Masalah Bounding Attchment
8. Mahasiswa dapat menjelaskan Tanda-Tanda Bounding Attchment
Pada akhir pertemuan peserta dapat :

Metode : Ceramah, Tanya jawab

Media : Poster dan Liflet

Kegiatan:

No Materi Kegiatan
1. Pembukaan (5 menit) 1. Mengucapkan salam dan menjelaskan pertemuan
2. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pertemuan
ini
3. Menyampaikan waktu dan kontrak waktu yang akan
digunakan
4. Menyelesaikan media yang digunakan
2. Proses (40 menit) Isi materi penyuluhan:
1. Menjelaskan pengertian Bounding Attchment
2. Menjelaskan Faktor-Faktor Bounding Attchment
3. Menjelaskan Tahapan Bounding Attchment
4. Menjelaskan Cara Melakukan Bounding Attchment
5. MenjelaskanPrinsip Bounding Attchment
6. Menjelaskan HambatanBounding Attchment
7. Menjelaskan Masalah Bounding Attchment
8. Menjelaskan Tanda-Tanda Bounding Attchment

3. Evaluasi (10 menit) Kegiatan :


1. Memberikan pertanyaan kepada peserta secara bergantian
2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
3. Peserta mengerti seluruh materi penyuluhan yang telah
disampaikan
4. Penutup (5 menit) 1. Penyuluh mengucapkan terima kasih atas perhatian peserta
2. Mengucapakan salam penutup

Materi Penyuluhan

Lampiran materi

Pendahuluan

2.1 Pengertian Bounding Attachmen


Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonates, sedangkan
attachment adalah sentuhan. Bounding attachment adalah istilah dalam psikologi yang
artinya ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian.Bounding
attachment adalah sentuhan awal atau kontrak kulit anatar ibu dan bayi pada menit-menit
pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Konsep ikatan perlahan
berkembang mulai dari awal kehamian dan berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-
tahun dan mungkin seumur hidup setalah melahirkan. Bounding bukan sebuah proses
magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut permintaan atau pesanan. Perasaan
kehangatan yang dimulai kadag sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu
selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun
setelah keahiran.( Elisaberth, Endang 2015 ).
Klause dan Kennel dalam Riordan ( 2009 ), bounding attachment adalah interaksi orang
tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam
perta segera sesudah bayi lahir. Nelson dalam Pitriani ( 2014), bonding adalah
dimulainya interaksi emosi sensori fisik anata orang tua dan bayi segera lahir, sedangkan
attachment adalah ikatan yang terjalin di anata individu yang meliputi pencurahan
perhatian, yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab. Jadi dapat disimpulkan oleh
peneliti bahwa bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi antara orang tua
dan bayi baru lahir, yang meliputi pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian
yang saling tarik-menarik.
2.2 Faktor-Faktor Bounding Attachment

Menurut Elisabeth dan Endang ( 2015) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Bounding


Attchment antara lain :
a. Kesehatan Emosional Orang Tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak mengiginkan kelahiran
bayi tersebut. Respon emosi yang positif ini dapat membantu tercapainya proses bounding
attachment ini.
b. Tingkat kemampuan, kominikasi dan keteramplan untuk merawat anak Dalam
berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orangtua satu dengan yang lain tentu
tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang
tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudahnya bounding attachment terwujud.
c. Dukungan Sosial
Dukungan dari keluarga teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatau semangat atau dorongan positif yang kuat bagi iub untuk memnerikan
kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
d. Kedekatan Orang Tua dan Anak
Dengan metode rooming kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara
langsung dan menjadikan cepatnya ikatan terwujud diantara keduanya.
e. Kesesuaian antara orang tua dan anak ( Keadaananak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak
sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengn diharapkan.Pada awal kehidupan, hubungan ibu
dan bayi lebih dekat dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati
Sembilan bulan bersama dan melewati saat-saat kritis dalam proses persalinan membuat
keduanya memiliki hubungan yang unik.
2.3 Tahapan Bounding Attachment
Tahap-tahap bounding attachment menurut Elisabeth dan Endang ( 2015) yaitu :
1. Perkenalan ( acquanintace) dengan melakukan kontrak mata, menyentuh, berbicara,
dan mengeksplorasi segera setalah mengenal bayinya.
2. Bounding ( keterikatan ). Sejak bayi masih dalam kandungan sebenarnya iaktan batin
ini sudah terbentuk, Ikatan ini terjadi apabila ada ketertarikan respond an kepuasan serta dapat
dikembalikan dengan interaksi yang terus menerus setelah bayi dilahirkan.
3. Attachment, Kasih sayang merupakan hasil dari interaksi saat ibu hamil dan terus
menerus konsistensi anatar orng tua dan bayi serta semakin menguat pada periode awal
pascapartum.
Adapun interaksi yang menyenagkan,misalnya :
a. Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan inu
b. Sentuhan pada pipi dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya gerakan
muka bayi kea rah muka inu atau payudara sehingga bayi akan mengusap-usap
menggunakan hidung serta menjilat putingnya dan terjadilah rangsangan untuk
seksresi prolaktin
c. Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang menimbulkan perasaan saling memiliki
antara ibu dan bayi.
d. Tangis bayi

2.4 Cara Melakukan Bounding Attachment


Terdapat beberapa cara untuk membangun bounding attachment, antara lain :
a. Pemberian ASI Ekslusif
Dengan dilakukan pemberian ASI secara eksklusif segera setelah lahir, secara langsung
bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga
dan diperlukan, rsa yang dibutuhkan oleh semua manusia ( Elisabeth, Endang 2015)
b. Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antar ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu
dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya
karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulus mental yang mutlak dibutuhkan oleh
bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindunggi merupakan dasar terbentuknya rasa
percaya diri dikemudian hari ( Elisabeth, Endang 2015 )
c. Kontak Mata
Kontak mata merupakan komunikasi verbal yang dilakukan oleh dua orang dengan
saling melihat satu sama lain dan sangat diperlukan ibu dalam mengembangkan
komunikasi dengan bayinya. Kontak mata yang dilakukan oleh ibu dan bayinya akan
membuat mereka lebih dekat sehingga bayi dapat mengenali ibunya dan sebaliknya
( Lowdemilk,dkk.2013)
d. Suara
Mendengar dan merespon suara anatar orang tua dan bayinya sangat penting.Orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut, membuat
mereka yakin bahwa bayinya dalamkeadaan sehat.Tangis tersebut membuat mereka
melakukan tindakan menghibur, bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak
mengherankan jika ia dapat ,mendengar suara-suara dan membedakan nada kekuatan
sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selam beberaoa hari oleh cairan amniotic
dari rahim yang melekat pada telinga ( Elisabeth,Endang 2015).
e. Aroma
Orang tua dan bayi akan melakukan perilaku untuk menjalin kedekatan yaitu dengan
cara merespon bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa anaknya memiliki aroma
yang unik dan bayi belajar mengetahui bau.ibu dengan cepat dari aroma air susunya
( Stainton dalam Lowdemik,dkk, 2013 ).Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah
berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk
mempertahankan hidup.
f. Gaya Bahasa ( Entrainment)
Setiap bayi yang baru lahir akan bergerak mengikuti struktur pembicaraan orang yang
didengarnya. Bayi akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya seperti
menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendangkan kaki seperti sedang
berdansa, saat itulah bayi telah dapat berkomunikasi secara nonverbal kepada orang
tuanya. Hal tersebut sangat positif dalam proses pembentukan karakter seorang anak
( Lowdemilj,dkk 2013 )
g. Bioritme
Anak yang masih berada di dalam kandungan dan ketika baru lahir akan senada dengan
ritme alamiah seorang ibunya. Karenanya, salah satu adaptasi fisiologis bayi dengan
cara menangis dan dapat ditenangkan dengan dipeluk sehingga dapat mendengar denyut
jantung ibunya. Salah satu tugas bayi yang lahir adalah membentuk ritme personal
( bioritme ). Kasih sayang yang konsstn dari orang tua dapat membantu proses ini
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive
shingga dapat meningkatkan interkaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar
( Lowdermilk,dkk.2013).
h. Kontak Dini
Kontak dini merupakan, suatu yang penting baggi orang tua dan anak untuk mbangun
suatu pola hubungan namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mampu
membuktikaan, diketahui bahwa kontak dini memiliki banyak manfaat diantarnya yaitu
fisiologis, dapat meningkatkan kadar oksitosit dan prolaktin, merangsang reflek hisap
sejak dini , akan munculnya kekebalan aktif, dan dapat mempercepat bonding atau
ikatan batin antara orang tua dan anak. Kontak dini juga berfungsi sebagai body warm
( kehagantan tubuh ), dimana ada kontak langsung antara ibu dan bayi sehingga bayi
merasa kehangatan saat berada dalam dekapanibu, serta akan menambah lebih banyak
kasih sayang ibu dan sebagai stimulasi hormone. ( Klaus, Kenel dalam Wahyuni, 2018).
i. Timbal Balik dan Sinkroni
Timbal balik adalah gerakan tubuh atau perilaku yang memberikan isyarat kepada
pengamat. Pnegamat akan mengartikan petunjuk tersebut dan meresonya. Timbal balik
sering kali butuh beberapa minggu untuk berkembang pada bayi. Contohnya ketika bayi
rewel dan menangis, ibu akan merespon dengan mengangkat dan menimbang bayi, bayi
akan diam, bangun dan melakukan kontak mata, ibu akan bicara, berdecak dan menyayi
sementara bayi menjaga kontak mata. Istilah sinkron menunjukkan kecocokan isyarat
bayi dan respon orang tua. Ketika orang tua bayi mengalami interaksi yang sinkron, hal
ini akan sanagt membanggakan bagi keduanya. Orang tua butuh waktu untuk
mengisyaratkan bayi dengan benar ( Lowdemilk,dkk 2013).

2.5 Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment


Menurut Elisabeth dan Endang ( 2015) upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
bounding attachment adalah :
a) Dilakukan segera ( menit pertama jam pertama )
b) Sentuhan orang tua pertama kali
c) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak
d) Kesehatan emosional orang tua
e) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan
f) Persiapan PNC ( post natal care ) sebelumya
g) Adptasi
h) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak
i) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu daam memberikan kehangatan ada
bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman
j) Fasilitas untuk kontak lebih lama
k) Penekanan pada hal-hal positif
l) Perawat maternitas khusus atau bidan
m) Libatkan anggotan keluarga lanyya atau dukungan sosial dari keluarga, teman, dan
pasangan
n) Informasi bertahap mengenai bounding attachment

2.6 Hambatan Bounding Attachment

Ada beberapa hal yang dapat menghambat proses bounding attachment anata lain
( Elisabeth, Endang 2015 )

a. Kurangnya support system


b. Ibu dengan risiko ( ibu saki )
c. Bayi dengan risiko ( premature, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik )
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan
2.7 Manfaat Bounding Attachment

Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik
( Elisabeth, Endang 2015 ), yaitu :

a) Bayi merasa dicintai, diperhatikan,mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.


b) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
c) Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi
kelak.

2.8 Tanda-tanda Bounding Attachment Yang Baik

Menurut Lestari Okta dan Sumiati ( 2013) hasil penelitian didaptkan inu nifas yang yang
memberikan perlakuan inisiasi menyusu dini 47 % yang mempunyai interaksi positf pada
bounding attachment dan 3 % yang mempunyai interaksi negative, sedangkan ibu nifas yang
tidak memberikan perlakuan inisiasi menyusui dinin 7 % mempunyai interaksi positif pada
bounding attachment dan 34 % yang mempunyai interaksi negative Interaksi positif dan
negative ini dapat dilihat dari hasil pengamatan langsung yang dapat diketahui dari interaksi ibu
terhadap banyinya.Tindakan ibu digolongkan menjadi tiga yaitu :

1. Memandang ( ibu terlihat sangat gembira, bahagia, tersenyum dan antusias dengan
kehadiran banyinya )
2. Berkata ( ibu berbicara langsung menggunakan nama bayinya, memperlihatkan reaksi,
memuji bayinya, serta membuat sebutan bagi bayi )
3. Melakukan sesuatu ( mengulurkan tangan ingin memegang bayinya, memeriksa bayinya,
membuat kontak mata dengan bayinya dan mencium.
 EVALUASI
1. Evaluasi structural
 Membuat SAP
 Kontrak Waktu
 Menyiapkan Peralatan
Peralatan atau media yang digunakan adalah leaflet
 Setting Tempat penyuluhan
2. Evaluasi Proses
 Peserta
 Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan sampai selesai
 Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses
penyuluhan
 Pertemuan berjalan dengan lancar.
 Penyuluh
 Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan.
 Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab.
 Suasana selama kegiatan penyuluhan kondusif
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1269/2/12%20BAB%20I.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1536/6/6.BAB%20II.pdf
https://sg.docworkspace.com/d/sIJGT97VZyozihAY

Anda mungkin juga menyukai