OLEH KELOMPOK XI :
TINGKAT 2 REGULER A
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya,
sehingga kelompok kami dapat menyusun makalah “patologis system indera pengelihatan. ”
ini guna memenuhi tugas kami kelompok kami untuk mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang
membangun dari berbagai pihak.
Tim penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................................3
1.1Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2Tujuan..................................................................................................................................5
1.3Manfaat................................................................................................................................5
2.1 Pengertian...........................................................................................................................6
2.2 Etiologi...............................................................................................................................7
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................................10
2.5 Patway..............................................................................................................................14
2.6 Pemeriksaan.....................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................37
4.1Kesimpulan.......................................................................................................................37
4.2Saran..................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................38
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan penglihatan masih menjadi sebuah masalah di dunia. Angka kejadian
gangguan penglihatan di dunia cukup tinggi yakni mencakup 4,25 % dari penduduk
dunia atau sekitar 285 juta orang yang mana 86% diantaranya mengalami gangguan
penglihatan lemah dan 14% sisanya mengalami kebutaan. Gangguan penglihatan itu
disebabkan berbagai macam penyakit seperti katarak (33%), glaukoma (2%), trakoma
(1%), Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi
pada lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler yang
disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.
Dari ceritra singkat diatas tim penulis membuat makalah ini untuk memnuhi
menyelesaikan tugas yang diberikan dan mampu menjelaskan kepda teman-teman
ataupun para pembaca makalah ini.
1.2 Tujuan
4
1.2.1 Tujuan Khusus
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
2.1.1 Glaucoma
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic dengan efek lapang
pandang anmata.(SidartaIlyas,2015).
Istilah glaucoma merujuk pada kelompok penyakit yang berbeda dalam hal
patofisiologi, presentasi klinis, dan penanganannya. Biasanya ditandai dengan
berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus. (Brunner & Suddarth,
2015)
2.1.2 Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau hilang transparansinya dimana
dalam keadaan normal jernih. Lensa yang transparan atau bening, dipertahankan
oleh keseragaman serat, distribusi dan komposisi protein kristalin dalam lensa.
Sifat transparansi lensa ini dapat menurun oleh karena lensa mengalami perubahan
ikatan struktur protein dan inti/nukleus lensa, sehingga terjadi peningkatan
kekeruhan inti lensa. (Khurana Ak,2017)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tetapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
konginital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes
melitus atau hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar
matahari(sinar ultra violet) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
(Brunner & Suddarth, 2015)
Katarak adalah kekeruhan atau kekeruhan lensa. Katarak bisa berkembang di
satu atau kedua mata dan pada usia berapa pun. Merokok; penggunaan
6
kortikosteroid jangka panjang, terutama pada dosis tinggi; sinar matahari dan
radiasi pengion; diabetes; kegemukan; dan cedera mata dapat meningkatkan risiko
katarak. Tiga jenis katarak senilis (berkaitan dengan usia) yang paling umum
ditentukan oleh lokasinya di lensa: nukleus, kortikal, dan subkapsular posterior.
Gangguan penglihatan tergantung pada ukuran, kepadatan, dan lokasi di lensa.
Lebih dari satu jenis dapat hadir dalam satu mata.
2.2 Etiologi
2.2.1 Glaucoma
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil
Faktor Resiko
a. Trauma mata
b. Hipertensi
c. Diabetes Melitus
2.2.2 Katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat
memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut: Penyakit
sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes melitus, dislpidemia.
Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C. Riwayat keluarga dengan katarak, Penyakit
infeksi atau cedera mata terdahulu, Pembedahan mata, Pemakaian obat-obatan
tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang , Faktor lingkungan, seperti trauma,
7
penyinaran, dan sinar ultraviolet. Efek dari merokok dan alkohol (Gin Djing, 2006
dan Ilyas, 2016)
2.3 Tanda dan Gejala
2.3.1 Glaucoma
1. Mual, muntah dan lemas hal ini sering berhubungan dengan nyeri
2. Penurunan visus secara cepat dan progresif , hiperemis, fotofobia,
3. TIO meningkat 50-100 mmHg
4. Edema kornea
5. Bola mata menonjol
2.3.2 Katarak
1. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri
2. Penglihatan baca yang buruk
3. Pandangan sialu yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar matahari
yang terang
4. Area berwarna putih dan keabu-abuan dibelakang pupil
2.4 Pathofisiologi
2.4.1 Glaucoma
Aqueus humor secara continue diproduksi oleh badan silier (sel epitel proses
usciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada lensa. Aqueua humor
mengalirmelaluijaring-jaringtrabekuler, pupil, bilikmatadepan, trabekuler mesh
work dankanalschlem. Tekana intraokuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21
mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) AqH di
bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah kesyaraf optic dan retina
sehingga dapat merusak serabut syaraf optic menjadi iskemik dan
mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimulai dari perifir
menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang
dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
2.4.2 Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus di perifer
ada kortesk dan yang megelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
8
kekuningan. Disekitar opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak
yang paling bermakna, Nampak seperti Kristal salju pada jendela. Perubahan fisik
dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada
serabut halus multiple (zunulla) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah
diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglohatan mengalami distorsi.
Perubahan komia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagolasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebabkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan menggangu
transmisi.
9
2.5 Pathway
2.5.1 Glaucoma
Kortikosteroidjangkapanjang
Miopia
Trauma mata
Obstruksijaringan peningkatantekanan
Trabekuler Vitreus
Memepetkan saraf
Nyeri
optik
Retina bergeser
Kebutaan
10
2.5.2 Katarak
11
2.7 Penatalaksanaan Medis
2.7.1 Glaucoma
Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
1. Obat-obat miotik
a.Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
b. Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %).
2. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
a.Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
b. Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3. Carbonucan hidrase intibitor
a.Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
b. Diklorfenamid (metazolamid)
4. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung
kejaringan trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran
dari humor Aguos dan iridektomi.
5. Tindakan bedah trabeculectomy.
6. Penyuluhan dan konseling. Pasien yang baru didiagnosa perlu bantuan dalam
mengerti ( memahami ) dan belajar hidup dengan penyakitnya. Perawat
hendaknya menjelaskan kepada pasien bahwa penglihatannya yang hilang
tidak dapat dipulihkan secara sempurna namun kehilangan yang berlanjut
dapat dicegah dan orang tersebut tetap kehilangan yang berlanjut dapat
dicegah dan orang tersebut tetap dapat beraktifitas bila pengobatannya terus
menerus.
2.7.2 Katarak
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser
baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula (Pokalo, 2010)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai
titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan
biasanya konservatif. pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-
hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan,
ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat
12
penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing
penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia
lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi
medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai
pada 95% pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual
sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus
dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau
peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat
diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping
bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak bisa menerima anestesi lokal,
yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang
tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak:
ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak
yang menyebabakan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan
okuler lain, seperti retinopatidiabetika.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Glaukoma
A.PENGKAJIAN
Anamnesis
Anamnesis mencakup data demografi yang melipitu :
a. Umur, glaucoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun
b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaucoma pa;ing sedikit 5 kali dari kulit
puti (dewit, 1998).
c. Pekerjaan, terutama yang berisiko besar mengalami teroma mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau yang ada saat ini, riwayat
penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akirnya dapat menyebabkan
angle-closure glau-coma), riwayat keluarga dengan glaucoma, riwayat terauma (terutama
yang mengenai mata), riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes mellitus
arteriosklerosis, myopia tinggi).
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah
berganti topic, sulit berkonsentrasi, dan sensitive; dan berduka karena kehilangan
penglihatan.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cuping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih
dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akeus humor keruh dan
pembulu dara keluar dari iris.
b. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun
secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
c. Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sclera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa
lebih keras dibandingkan mata yang lain.
d. Uji diagnostoik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau angle dapat dinilai
22-32 mmHg sedangkan keadaan akut atau angle closure > 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan goneoskopi akan didapat sudut normal pada glaucoma kronik. Pada
stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea
14
atau trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaucoma akut ketika TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu tio normal sudutnya sempit.
Diagnosis dan intervensi keperawatan
Diagnosis keperawatan yang terjadi adalah :
Perubahan sensori atau presepsi (visual) yang erhubungan dengan kerusakan saraf
akibat peningkatan TIO.
Tujuan,klien akan :
a. Mengidentifikasi tipe perubahan visual yang terjadi saat TIO meningkat diatas
level aman
b. Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual
c. Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan pengobatan.
Intervensi keperawatan :
a. Kolaborasi dalam pemberian :
Miotik, untuk kontriksi pupil dan kontraksi otot silier (seperti pilocarpin) yang
dapat menyebabkan pandangan kabur 1-2 jam setelah penggunaan dan
adaptasi pada lingkungan gelap mengalami kesulitan, karena konstriksi pupil.
Agens penghambat pembentuk akueus homor, seperti timolol. Dll.
Inhibitor karbonat anhidrase ( seperti asetazolamid) untuk mengurangi
produksi akues humor, dengan efek samping mati rasa, rasa gatal pada kaki
dan tangan, mual atau malaise.
Agens osmotic sistemik ( mis. Gliserin oral) untuk klien glaucoma akut untuk
mengurangi tekanan ocular.
b. Lakukan tindakan untuk mencegas semakin tingginya TIO, meliputi :
Diet rendah natrium
Pembatasan kafein
Mencegah konstipasi
Mencegah manufer valsalva
Mengurangi stress
c. Pantau kemampuan klien untuk melihat dengan jelas. Tanyai klien secara rutin
tentang terjadinya visual
Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan TIO
Tujuan, klien akan :
a, klien akan mengalami pengurangan nyeri.
15
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirabaring ketat pada posisi semi fowler dan cegah tindakan yang
dapat meningkatkan TIO( batuk , bersin, mengejan.). rasional : tekanan pada mata
meningkat jika tubuh datar dan manufer valsava diaktifkan seperti pada aktifitas
tersebut
b. Berikan lingkungan gelap dan tenang. Rasiona : stress dan sinar akan
meningkatkan TIO yang dapat mencetuskan nyeri
c. Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 24 jam jika klien tidak
menerima agens osmotic secara intravena. Rasiona : mengidentifikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
d. Observasi derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut. Rasional :
mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
e. Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat mata yang
diresepkan. Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasiil
yang diharapkan
f. Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaucoma dan beritau dokter jika terjadi
hipotensi, haluaran urin <24 mil/jam , nyeri pada mata tidak hilang dalam waktu
30 menit setelah terapi obat, tajam pengelihatan turun terus menerus. Rasional :
agen asmotik intravena akan menurunkan TIO dengan cepat. Agens osmotic
bersifat hiprosmolar dan dapat menyebabkan dehidrasi; monitol dapat
mencetuskan hiperglikemis pada klien diabetes mellitus, tetes mata miotik
memperlancar draenase akoushumor dan menurunkan produksinya. Pengontrolan
TIO adalah insensial umtuk memperbaiki penglihatan.
g. Berikan analgesic narkotik yang diresepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan
evaluasi keefektifannya. Rasional : mengontrol nyeri. Nyeri berat akan
mencetuskan manufer valsalva dan meningkatkan TIO.
Ketidakpatuhan ( pada program medikasi) yang berhubungan dengan efek samping
pengobatan, kurangnya motifasi, kesulitan mengingat regimen terapi atau implikasi
financial.
Deficit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana terapi dan
penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya informasi dan atau mispersepsi
informasi yang didapatkan sebelumnya.
Tujuan, klien akan :
16
Klien mengetahui penatalaksanaan penyakitnya dan mampu mengulang dan
mendemonstrasikan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan :
Jika gejala akut terkontrol, berikan informasi tentang kondisinya. Tekankan bahwa
glaucoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup, harus teratur dan tidak terputus.
Rasionl: meningkatkan kerja sama klien. Kegagalan klien untuk mengikuti
penatalaksanaan yang ditentukan dapat menyebabkan kehilangan pandangan
progresif dan bahkan kebutaan.
Instruksikan klien untuk mencari pertolongan medis jika ketidaknyamanan mata dan
gejala peningkatan TIO terulang saat menggunakan obat-obatan. Ajari klien tanda dan
gejala yang memerlukan perhatian medis dengan segera. Rasional : upaya tindakan
perlu dilakukan untuk mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut/komplikasi lain.
Perubahan visus mendadak, bahkan dengan kacamata yang beru tidak dapat melihat
dengan jelas.
Ajarkan klien dan keluarga serta ijinkan klien mempraktikan sendiri cara pemberian
tetes mata. Gunakan teknik aseptic yang baik saat menggunakan obat mata.
Rasional :meningkatkan keefektifan pengobatan, memberikan kesempatan untuk klien
menunjukan kompetensi dan mengajukan pertanyaan.
Berikan informasi tentang dosis, nama, jadwal,tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan dari semu obat-obatan yang diresepkan dirumah
Ingatkan klien agar menggunakan obat-obat resep dan jangan membeli obat-obat
bebas atau yang lain tanpa sepengetahuan dokter.
Jain semua instruksi dan informasi tentang obat yang diresepkan telah diberikan
secara tertulis.
Identifikasi efek samping atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.
Lakukan tindakan untuk mempertahankan keamanan seperti tidak berkendaraan saat
malam hari serta ajari anggota keluarga bagaimana memodifikasi lingkungan klien
untuk keamanan misalnya bersikan jalan yang dilewati klien dari objek berbahaya
dan reorientasikan klien ke ruangan yang ditempati.
Dorong klien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Anjurkan anggota keluarga untuk memriksa secara teratur tanda glaucoma .
Evaluasi
1. Klien dapat mempertahankan visus optimal
17
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Klien mapu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman
4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan
penatalaksanaanya.
3.2 Katarak
Pengkajian
Anamnesis
Umur,katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia alanjutan.
Riwayat trauma,trauma tembus atau tidak tembus dapat meusak kapsul lensa.
Riwat pekerjaan,pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan
kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X
Riwayat penyakit/ masalah kesehtan yang ada:berapa jenis katarak komplikata terjadi
akibat penyakit mata yang lain dan penyakit sistemik.
Riwayat penyakit obat-obatan.
Pemeriksaan fisik
Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri
Pandangan kabur
Klien melaporkan melihat glare di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam
hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering
memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan
pandangan pada cuaca cerah. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi
kabur atau tampak kekuningan atau kecoklatan.
Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin melaporkan dapat melihat
lebih baik pada cahaya suram daripada terang karena katarak yang terjadi di tengah
dan pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah disekitar kekeruhan.
Jika nucleus lensa terkena, kemmampuan refraksi mata (kemampuan memfokuskan
bayangan pada retina) meningkat.
Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa kebola mata, yang
menyebabkanpeningkatan. Tekanan intra okuler dan kemerahan pada mata.
Kaji visus, terdapat penurunan signifikan
Inspeksi dengan penlight menunjukan pupil pitih susu dan pada katarak lanjut
terdapat area keabu-abuan di belakang pupil.
18
Diagnosis dan intervensi keperawatan
Tujuan :
Klien tidak mengalami cedera atau ganguan visual akibat jatuh.
Klien mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan resiko cedera
Klien mapu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda berbahaya dari
lingkungan
Klien melaporkan tidak mengalami cedera
Klien mapu mencegah aktifitas yang meningkatkan resiko cedera
Klien mapu menggunakan peralatan untuk mencegah cedera
19
Intervensi keperawatan :
Evaluasi
1. klien mengatakan setelah dilakukan operasi matanya sudah dapat melihat walaupun
tampa baantuan kacamata katarak
2. klien sudah dapat melihat benda-benda disekitarnya
3. klien tampak rilex pasca dikoreksi, tetapi aktivitas klien masih dibatasi, seperti terlalu
banyak menggerakkan kepala dan menggaruk mata
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
A. Glaucoma
Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan papil syaraf optic sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. Penyakit ini ditandai dengan
nyeri, peningkatan tekanan intraokular, dan penurunan ketajaman penglihatan.
Diagnosa yang timbul pada otitis media supuratif kronik adalah
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO)
b. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan sensorik
c. Hiperthermi b.d proses infeksi
B. Katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat
memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut: Penyakit
sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes melitus, dislpidemia.
Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C. Riwayat keluarga dengan katarak, Penyakit
infeksi atau cedera mata terdahulu, Pembedahan mata, Pemakaian obat-obatan
tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang , Faktor lingkungan, seperti trauma,
penyinaran, dan sinar ultraviolet. Efek dari merokok dan alkohol (Gin Djing, 2006
dan Ilyas, 2016). Adapun diagnose keperawatan antara lain :
a. Gangguan sensori persepsi (penglihatan) berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indra pengelihatan
b. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan visual
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa jurusan keperawatan kita harus mampu memahami konsep teori
dan konsep asuhan keperawatan dari isi materi yang ada sehingga kita mapu menjadi
perawat yang berkompeten dan memiliki pemahaman yang lebih dalam melkukan proses
keperawatan pada kasus pasien gangguan indra penglihatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Ramatjamdra dan Sidarta Ilyas. 2017. Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit-
Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Ilyas,Sidarta.dkk.2015.Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran.Jakarta : Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC
Handbook for Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. 12 th ed.
22