Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM DI RUANG PERINATAL

RSUD SLEMAN

Dosen Pembimbing : Barkah Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

Nori Widya Ningrum

3120203674/3C

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada bayi dengan gangguan aman nyaman di Ruang Perinatal
RSUD Sleman. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik
Keperawatan Anak pada semester V, pada :

Hari : Senin
Tanggal : 17 Oktober 2022
Tempat : RSUD Sleman

Praktikan

( Nori Widya Ningrum)

Pembimbing Latihan (CI) Pembimbing Akademik

( ) ( Barkah Wulandari, M. Kep )

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah I yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Respiratory
Distress Syndrom (RDS) Di Ruang Perinatal RSUD Sleman ini dengan lancar. Penulisan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperwatan Anak. Asuhan
Keperawatn ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang peneliti peroleh dari
pengamatan dan wawancara dengan salah satu pasien yang telah peneliti pilih. Tak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing akademik, pembimbing lapangan
dan juga RSUD Sleman atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas, juga kepada
rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat menyelesaikan asuhan
keperawatan ini. Peneliti harap asuhan keperawatan ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Memang asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna, maka peneliti
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.

Yogyakarta, 17 Oktober 2022

(Nori Widya Ningrum)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................3
A. Definisi.................................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala..................................................................................................................3
D. Patofisiologi..........................................................................................................................4
E. Klasifikasi.............................................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................9
G. Penatalaksanaan..................................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................12
A. Pengkajian...........................................................................................................................12
B. Diagnosa.............................................................................................................................16
C. Intervensi............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Respiratory Distress Syndrome (RDS) ialah keadaan dimana terdapat


gangguan sistem respiratori pada neonatus yang disebabkan oleh kurangnya
surfaktan terlebih pada bayi yang kurang bulan. Surfaktan merupakan zat yang
mampu menurunkan tegangan pada dinding alveoli paru.Neonatus dengan
Respiratory Distress Syndromemasih menjadi masalah kesehatan dalam
masyarakat yang signifikan secara menyeluruh karena efek yang ditimbulkan,
baik efek dalam jangka yang pendek maupun dalam jangka panjang (Pp, Skp,
& Suminto, 2017).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012
pravelansi gangguan pernafasan pada neonatus mencapai 6% pada sejumlah
bayi baru lahir di Asia Tenggara. Respiratory Distress Syndrome ini 60%-80%
terjadi pada bayi yang kurang bulan dan 5% pada bayi cukup bulan
(Erlita,R,2013). Di Amerika Serikat RDS masih menjadi penyebab kematian
pada bayi, terdapat 40.000 bayi yang meninggal karena penyakit tersebut.
Hasil survei kesehatan Indonesia tahun 2012 menuturkan bahwa kematian
pada neonatus masih dalam angka 32per 1.000 kelahiran neonatus hidup, dan
hal tersebut dapat terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran, paling tinggi
disebabkan oleh gangguan pada sistem pernafasan yang mencapai 36,9%.
Salah satu penyebab gangguan pernafasan adalah Respiratory Distress
Syndrome yang bisa mencapai hingga 14%. Data yang diperoleh dari Dinas
Ksehatan Jawa Tengah pada tahun 2015 angka kematian neonatus sebesar 10
per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian Berat Badan Lahir Rendah atau
BBLR sebesar 28,7%, Respiratory Distress Syndrome sebesar 33,1%, Asfiksia
sebesar 2,6%, Ikterik 0,44%, Sepsis 1,3%, Kelainan kongenital sebesar 2,6%,

5
dan lain-lain sebesar 33,6% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,2015).
Berdasarkan data registrasi neonatologi bulan November 2020 sampai dengan
Januari 2021 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang didapatkan
Respiratory Distress Syndrome pada neonatus berjumlah 2 orang (3,92%)
diantara 51 neonatus yang dirawat.
Tenaga kesehatan harus paham kebutuhan pernafasan yang spesifik sesuai
dengan jenis dan derajat gangguan pernafasan. Terpenting dalam pemberian
terapi oksigenasi pada penanganan pertama bayi dengan RDS membutuhkan
dasar pengetahuan tentang ketepatan dalam mengevaluasi gangguan
pernafasan menggunakan pemberian terapi oksigen sesuai dengan derajat
kegawatan nafas. Berdasarkan pada hal tersebut perawat harus memahami
jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan, indikasi pemberian oksigen,
metode pemberian oksigen, dan bahaya-bahaya pemberian oksigen
(UCSF,2014). Oleh karena itu peran perawat dalam masalah Respiratory
Distress Syndrome yaitu dengan memonitor pola nafas (frekuensi napas,
kedalaman, usaha nafas), memonitor bunyi tambahan, mempertahankan
kepatenan jalan nafas dengan menggunakan cara head-tilt dan chin-lift,
memposisikan semi fowler atau fowler, memberikan terapi oksigen yang
memiliki tujuan untuk mencukupi kebutuhan oksigen bayi dan observasi
tanda- tanda vital (SIKI, 2018).
Berdasarkan dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penulisan mengenai studi kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada
bayi.Ny.F dengan Respiratory Distress Syndrome di Ruang Perinatal RSUD
Sleman

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini untuk meningkatkan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Pada Bayi Dengan
Respiratory Distress Syndrome Di Ruang Perinatal RSUD Sleman.

6
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam tugas makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada bayi dengan
Respiratory Distress Syndromedi ruang Perinatal

b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi dengan Respiratory


Distress Syndromedi ruang PerinataL

c) Menyusun rencana tindakan keperawatan pada bayi dengan


Respiratory Distress Syndromedi ruang Perinatal

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sindrom gangguan pernapasan / Respiratory Distress syndrome (RDS)


adalah gangguan pada sistem pernapasan neonatus, khususnya karena
kurangnya surfaktan yang efektif dan kurangnya tekanan permukaan alveoli
untuk mencegah kolaps pada alveoli. (S. Suminto, 2017)

B. Etiologi

Penyebab penyakit pernafasan yang paling umum ialah Respiratory


Distress syndrome (RDS). RDS sendiri ialah kurangnya surfaktan di paru-
paru. Surfaktan adalah cairan yang menutupi bagian dalam paru-paru. Paru-
paru janin mulai memproduksi surfaktan pada pertengahan ketiga kehamilan
(hingga minggu ke-26 persalinan).Surfaktan adalah zat di dalam kantung
udara pada paru-paru. Hal tersebut membantu menjaga paru-paru tetap
mengembang sehingga bayi bisa bernafas setelah dilahirkan (NHLBI, 2012).

C. Manifestasi Klinis

Kematangan paru sangat berpengaruh dengan tingkat keparahan RDS atau


beratnya gejala klinis. Gejala klinis akan semakin parah jika berat badan dan
usia kehamilan juga semakin rendah. Gejala akan muncul setelah beberapa
jam bayi dilahirkan. Bayi dengan RDS yang dapat mempertahankan hidupnya
pada 96 jam pertama memiliki prognosis yang lebih baik. Gejala umum yang
terjadi pada RDS adalah: sesak nafas (> 60x
/ menit), nafas pendek, ngorok, bibir keunguan, kulit pucat, kelelahan, apnea
dan pernafasan yang tidak teratur, suhu tubuh mengalami penurunan, retraksi

8
supra dan tulang dada bagian bawah, pernafasan lobus hidung (Surasmi dkk,
2013)

D. Patofisiologi

Neonatus yang lahir kurang bulan dengan keadaan paru-paru yang belum
siap seutuhnya untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal
tersebut merupakan faktor penting terjadinya RDS. Ketidaksiapan paru-paru
melakukan fungsinya tersebut terlebih lagi disebabkan oleh tidak adanya
surfaktan atau kurangnya surfaktan. Kekurangan atau ketidakefektifan fungsi
sufaktan menyebabkan ketidakseimbangan peningkatan pada saat inspirasi
dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Ketidak adanya surfaktan, janin tidak
mampu menjaga paru- parunya untuk tetap mengembang. Setiap kali bernafas
menjadi sulit dan memerlukan usaha yang keras untuk mengembangkan
parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi). Hal tersebut menyebabkan
bayi baru lahir lebih banyak menggunakan oksigen untuk menghasilkan
energi daripada menerima sehingga mengakibatkan bayi merasa kelelahan.
Jika bayi semakin merasakan kelelahan, alveoli pada bayi akan semakin
sedikit membuka.

Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat


menyebabkan atelektasis (Asrining Surasmi,2011). Kolaps paru dapat
menyebabkan terganggunya ventilasi pulmonal sehingga dapat
mengakibatkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksi vaskularisasi
pulmonal yang menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan kemudian dapat
menyebabkan metabolisme anaerobik. Metabolisme anaerobik menghasilkan
timbunan asam laktat sehingga terjadi asidosis metabolik pada neonatus dan
penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi ke organ fundamental.
Atelektasis dan asidosis juga dapat mengakibatkan aliran darah paru semakin
sedikit dan dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan zat surfaktan.

Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbon


dioksida dari sisa pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik. Penurunan

9
pH menyebabkan vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan menurunnya
sirkulasi pada paru-paru dan perfusi alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH
juga akan menurun drastis, serta materi yang diperlukan untuk produksi
surfaktan tidak mengalir ke dalam alveoli. Sintesis surfaktan dipengaruhi
sebagian oleh pH, suhu dan perfusi typical, asfiksia, hipoksemia dan iskemia
paru terutama berkaitan dengan hipovolemia, hipotensi dan stress dingin dapat
menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena injury
akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh penatalaksanaan pernapasan
yang mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut (Asrining Surasmi, Siti
Handayani 2011). Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel
duktus alveolus yang mengakibatkan terjadinya transudasi ke dalam alveoli
dan terbentuknya fibrin, selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan
epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin.
Membran hialin tersebut melapisi alveoli dan menghambat pertukaran gas
sehingga timbul masalah gangguan pertukaran gas.

Neonatus dengan gangguan pernapasan bisa menimbulkan efek yang


sangat berat bagi bayi itu sendiri yaitu kerusakan pada otak bahkan sampai
dengan kematian. Pengaruh dari gangguan sistem pernafasan adalah hipoksia
atau kekurangan oksigen pada tubuh bayi itu sendiri. Tubuh bayi akan
beradaptasi dengan hipoksia yaitu dengan mengaktifkan metabolisme
anaerob. Bilamana keadaan kekurangan oksigen semakin memburuk dan
dalam waktu lama, metabolisme anaerob akan mengeluarkan asam
laktat.Ketika asidosis memburuk dan aliran darah ke otak menurun, otak dan
organ lain dapat rusak karena hipoksia dan iskemia. Pada tahap awal, terjadi
hiperventilasi terlebih dahulu, lalu tahap apnea primer. Dalam hal ini, bayi
tampak ungu, tetapi peredaran darahnya relatif baik. Peningkatan curah
jantung dan kontraksi ringan pada pembuluh darah di sekitarnya dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan refleks bradikardia. Depresi
pernapasan dapat diobati saat ini dengan meningkatkan stimulasi seperti
impuls kulit yang masuk. Apnea normal berlangsung sekitar 1-2 menit, dan
apnea primer dapat berlangsung lama dan sistem peredaran darah

10
memburuk.Hipoksia dan asidosis miokard dapat memperburuk bradikardia,
vasokonstriksi, dan hipotensi. Kondisi ini dapat berlangsung hingga 5 menit,
dan kemudian terjadi apnea sekunder. Selama apnea berlangsung detak
jantung, tekanan darah dan kadar oksigen terus menurun. Bayi tidak merespon
stimulus dan tidak menunjukkan usaha untuk bernapas secara spontan. Jika
pernapasan buatan dan oksigen tidak segera dimulai, kematian akan terjadi
(Marmi & Rahardjo, 2012)

E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan pada RDS menurut Warman (2012), antara lain :

1) Tes kematangan pada paru

Tes biokimia: Paru-paru pada janin berkaitan pada cairan amnion maka dari
itu jumlah fosfilipid pada cairan amnion berguna untuk memperkirakan hasil
surfaktan, sebagaimana menjadi tolak ukur kematangan paru.
2) Analisa gas darah

Gas darah menentukkan respiratorik yang diiringi dengan kekurangan


oksigen dan asidosis metabolik. Asidosis terjadi akibat dari atelaksis alveolus
atau pembesaran pada jalan napas terminal.
3) Pemeriksaan radiografi dada

Pada neonatus yang mengalami RDS dibuktikan dengan tekanan saat respirasi
yang buruk,terdapat air bronchograms yaitu gambaran yang ditunjukkan dengan
bronkiolus yang terdapat udara di alveoli yang kolaps. Gambaran pada jantung
bisa saja membesar bahkan tidak terdapat apa-apa/normal. Penemuan ini bisa saja
berbeda hasil dengan dilakukannya terapi surfaktan sedini mungkin dan tambahan
ventilasi mekanik yang tepat.

11
G. Komplikasi

1. Komplikasi dalam waktu singkat


a) Ateletaktis atau paru-paru tidak terisi oleh udara

b) Adanya infeksi dikarenakan oleh keadaan klien yang menurun yang


dapat menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan jumlah leukosit
dan dapat mengakibatkan trombositopeni.

c) Leukomalacia periventikuler dan perdarah intrakranial, bayi RDS yang


lahir kurang bulan dapat terjadi perdarahan intrakranial sebesar 20%-
40%

2) Komplikasi dalam waktu lama

a) Komplikasi dalam waktu yang lama disebabkan oleh rusaknya


suatu zat, tekanan yang menetap didalam paru, berkurangnya
oksigen yang mengarah keseluruh organ dan otak. Komplikasi
dalam waktu lama yang sering terjadi
b) Bronchopulmonary Dsyplasia (BPD) adalah keadaan dimana
gangguan pada paru-paru kronik yang disebabkan oleh pemberian
oksigen pada neonatus dengan masa kehamilan 36 minggu. BPD
berkaitan dengan meningkatnya volume dan tekanan yang
dimanfaatkan pada saat memakai ventilasi mekanik,terdapat
infeksi, perdangan, dan kekurangan vitamin A. BPD dapat terjadi
lebih sering dengan menurunnya masa kehamilan.
c) Retinopathy prematur, ketidaksempurnaan pada fungsi neurologi.
(Respiratory, AcuteSyndrome, Distress, 2018)

12
H. Penatalaksanaan Medis

Bayi baru lahir yang menderita RDS harus dirawat secara cepat supaya tidak
mengakibatkan komplikasi yang tidak diharapkan (Fida & Maya, 2012). Berikut
beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan :
1) Lingkungan yang ideal
Usahakan selalu untuk menjaga suhu tubuh dalam kisaran normal (36,5-
37). Untuk mendapatkan suhu tersebut dapat dilakukan pemberian
fisioterapi. Kelembapan dalam ruangan juga harus mencukupi yaitu 70-
80%.
2) Memberikan oksigen
Dalam memberikan oksigen harus berhati-hati dikarenakan memiliki efek
yang buruk pada bayi yang lahir kurang bulan. Agar terhindar dari adanya
komplikasi, pemeriksaan analisis gas darah juga harus dilakukan untuk
mengiringi pemberian oksigrn. Dan untuk menghindari terjadinya
kehilangan volume saat ekspirasi diharuskan tekanan jalan napas positif
secara berlanjut menggunakan alat bantu pernapasan.
3) Pemeberian antibiotic
Memberikan antibiotic memiliki tujuan untuk mencegah infeksi minor.
Neonates dapat menerima penisilin dengan dosis 5.000-10.000 U/Kg
BB/hari bersamaan atau tidak dengan gentamicin 3-5/Kg BB/hari.
4) Pemberian surfaktan eksogen
Pemberian ini dapat melalui endotrakeal tube. RDS dapat diobati secara
efektif menggunakan obat ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. I., & Septira, S. (2016). Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir
Rendah ( BBLR ) untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Nutrition for
Low Birth Weight Infant to Optimize Infant Growth and Development.
Majority, 5(3), 151–155.
Kemenkes, P., & Jurusan, S. (2018). GANGGUAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) Wilantika Ida Wardani 1
, Yuyun Setyorini 2 , Akhmad Rifai 3. (November), 98–114.
Ii, B. A. B. (2017). Ikterik Fisiologis Dan Ikterik Patologis: 8. (2014), 8–20.
Pp, A., Skp, I. A. I., & Suminto, S. (2017). Peranan Surfaktan Eksogen pada
Tatalaksana Respiratory Distress Syndrome Bayi Prematur. 44(8), 568–
571.
Herawati, Y., & Indriati, M. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Kebidanan, 3(01),
67–72.
Yosefa Moi, M. (2019). Jurnal Respiratory Distress Syndrome dengan Pola
NapasTidak Efektif. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689 1699.
Pendamping, P., Pemberian, D., Kangaro, M., Care, M., Jurusan, D., Poltekkes,
K., & Semarang, K. (n.d.). Pengaruh Pendampingan dan Pemberian
Modul Kangaro Mother Care terhadap Kemandirian Ibu Nifas Merawat
BBLR di Rumah. (3), 55–60.
Hubungan Usia Ibu dan Asfiksia Neonatorum dengan Kejadian Respiratory
Distress Syndrome ( RDS ) npada Neonatus di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. (2020). 1(3), 1824– 1833.
Habibah, N., Joelantina, A., Keperawatan, J., & Kemenkes, P. (2014). BODY
TEMPERATURE DIFFERENCES IN LOW BIRTH WEIGHT INFANTS USING THE
INCUBATOR. VII(2), 51–54.
Nisa, S. (2019). Perpustakaan Universitas Airlangga. Toleransi Masyarakat
Beda Agama, 30(28), 5053156.
Respiratory, A., & Syndrome, D. (2018). Acute Respiratory Distress Syndrome.
4(2), 51–60.

14
1

Anda mungkin juga menyukai