Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN

ASFIKSIA BERAT DI RSUD


ZAINOEL ABIDIN DI RUANG IGD

Disusun Oleh :

PUTRI DHEA (P07124120018)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN BANDA ACEH
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan praktikum di RSUD Zainal Abidin Pada tanggal
14 mei 2022 yang berjudul
“Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Berat di RSUD Zainoel Abidin
di ruang IGD ”.

Mahasiswa:
Putri Dhea (P07124120018)

Laporan ini di sahkan oleh:

Dosen pembimbing Preseptor

Cut nurhasanah,SST,M.Kes Maya Sartika S.Tr.Keb


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halanganyang amat berarti. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Berat di RSUD Zainoel Abidin ruang
IGD”. Yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing lahan yang telah
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari kata sempurna,untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran,baik dari dosen pembimbing maupun teman teman atau
pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan
semoga dengan adanya tugas ini Allah swt senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa
hikmah untuk semuanya.

Wassalamualaikum wr wb

Banda Aceh, 14 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 3

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 4

BAB I ......................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 5
B. Tujuan ........................................................................................................................... 5
C. Manfaat ......................................................................................................................... 6

BAB II ....................................................................................................................................... 7

LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 7


A. ASFIKSIA BERAT ...................................................................................................... 7
1. Definisi Asfiksia berat.............................................................................................. 7
2. Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir ......................................... 8
3. Tanda dan gejala Asfiksia berat pada bbl ............................................................. 9
4. Klasifikasi asfiksia berat pada bayi baru lahir ................................................... 10
5. Etiologi .................................................................................................................... 10
6. Patofisiologi ............................................................................................................ 11
7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................ 12
B. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT . 12
C. PENATALAKSANAAN RIWAYAT ASFIKSIA BERAT PADA BBL ............... 12
D. MENILAI APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR .................................... 13

BAB III.................................................................................................................................... 15

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 15

TINJAUAN KASUS............................................................................................................... 19
SOAP BBL .......................................................................................................................... 19

BAB IV .................................................................................................................................... 21

PENUTUP ............................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan pernapasan neonatus merupakan penyebab sebagian besar rawat inap di unit
perawatan intensif pada periode bayi baru lahir. Bayi baru lahir dengan gangguan pernapasan
harus dievaluasi segera dan akurat; kadang-kadang, gangguan pernapasan neonatus
mengancam jiwa dan memerlukan intervensi segera. Penyebab distres pernapasan pada bayi
baru lahir sangat banyak dan disebabkan oleh proses pulmonal atau nonpulmonal. Stabilisasi
awal neonatus, melalui pengelolaan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi, lebih diutamakan
daripada menentukan penyebabnya. Pengkajian awal yang menyeluruh, termasuk riwayat ibu
dan bayi baru lahir, pemeriksaan fisik, dan penggunaan tes diagnostik yang tepat, sangat
penting untuk mendiagnosis penyebab distres pernapasan.
Jam-jam dan hari-hari pertama kehidupan sangat penting bagi bayi baru lahir karena bayi
beradaptasi dengan lingkungan ekstra-uterin. Bayi yang baru lahir rentan terhadap berbagai
penyakit pernapasan, banyak yang unik pada periode awal kehidupan ini karena paru-paru
janin yang berkembang berisi cairan beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin. Tanda-tanda
klinis gangguan pernapasan penting untuk dikenali dan diselidiki lebih lanjut, untuk
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. Epidemiologi, fitur diagnostik, dan
pengelolaan kondisi pernapasan neonatus yang umum. Secara klasik, RDS diamati pada bayi
prematur, namun, 6,4% hingga 7,8% kasus dengan RDS didiagnosis pada bayi yang lahir di
⩾Usia kehamilan 37 minggu, banyak yang melahirkan melalui operasi caesar.
Kematian neonatus masih menjadi masalah global yang penting. Setiap tahun
diperkirakan 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama dengan 85% kematian terjadi
dalam 7 hari pertama kehidupan. Terkait masalah ini, World Health Organization (WHO)
menetapkan penurunan angka kematian bayi baru lahir dan anak di bawah usia 5 tahun (balita),
sebagai salah satu sasaran Sustainable Development goals. Target untuk menurunkan angka
kematian hingga sebesar 12 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dan kematian dibawah 5
tahun hingga setidaknya 25/1000 kelahiran hidup diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030 .
Namun, angka kematian bayi berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 masih cukup tinggi dibandingkankan target tersebut, yaitu 34 per 1000 kelahiran
hidup.
WHO melaporkan komplikasi intrapartum, termasuk asfiksia, sebagai penyebab tertinggi
kedua kematian neonatus (23,9%) setelah prematuritas dan berkontribusi sebagai 11%
penyebab kematian balita di seluruh dunia. Di Asia Tenggara, asfiksia merupakan penyebab
kematian tertinggi ketiga (23%) setelah infeksi neonatal (36%) dan prematuritas / bayi berat
lahir rendah (BBLR) (27%). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 di Indonesia turut
melaporkan asfiksia sebagai 27% penyebab kematian bayi baru lahir. Selain itu, asfiksia juga
berkaitan dengan morbiditas jangka panjang berupa palsi serebral, retardasi mental, dan
gangguan belajar pada kurang lebih 1 juta bayi yang bertahan hidup.

B. Tujuan

a. Tujuan umum
Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
di RSUD Zainal Abidin
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat di RSUD Zainal Abidin
2. Mahasiswa dapat melakukan kajian data objektif pada bayi baru lahir dengan
asfiksia berat di RSUD Zainal abidin
3. Mahasiswa dapat melakukan analisa data pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat di RSUD Zainal Abidin
4. Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan kasus pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat di RSUD Zainal Abidin.

C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui dan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat

2. Bagi petugas
Agar dapat meningkatkan kualitas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat
BAB II
LANDASAN TEORI

A. ASFIKSIA BERAT
1. Definisi Asfiksia berat

Kemampuan bayi baru lahir untuk beradaptasi dengan lingkungan ekstra-uterin sangat penting
untuk kelangsungan hidup. Semua sistem tubuh mengalami perubahan fisiologis yang penting
pada saat melahirkan. Diperdebatkan tidak ada yang lebih penting untuk kelangsungan hidup
daripada adaptasi paru-paru .Dalam kandungan, janin menerima pasokan oksigen dan nutrisi
yang konstanmelaluiplasenta dan pembuluh darah pusar, dengan ekskresi karbon dioksida juga
berhasilmelaluisirkulasi ibu. Paru-paru diisi dengan cairan yang disekresikan oleh epitel
pernapasan yang penting untuk mendorong pertumbuhan paru-paru. Beberapa malformasi
kongenital paru-paru atau saluran udara mungkin tidak mempengaruhi janin atau
perkembangannyadalam kandungan, bahkan anomali yang tidak sesuai dengan kehidupan di
luar rahim. Hidrops fetalis merupakan komplikasi yang dikenali dari lesi yang lebih besar,
termasuk yang mempengaruhi sirkulasi arteri. Selama napas pertama segera setelah lahir,
neonatus mengisi jalan napas sampai ke tingkat alveolus dengan udara untuk mencetuskan
pertukaran gas ekstra-uterin secara bersamaan, penurunan tekanan pembuluh darah paru untuk
memungkinkan peningkatan aliran darah ke paru-paru selain itu, terjadi reabsorpsi cairan paru
janin . Neonatus prematur yang lahir pada usia kehamilan 32 minggu. Sindrom gangguan
pernapasan (RDS) terlihat terutama pada bayi prematur karena kekurangan surfaktan di paru-
paru. Sering juga disebut penyakit membran hialin, yang lebih tepat merupakan diagnosis
histologis.
Distres pernapasan pada neonatus paling sering muncul sebagai satu atau semua tanda fisik
berikut: takipnea, grunting, hidung melebar, retraksi, dan sianosis. Frekuensi pernapasan
normal pada bayi baru lahir adalah antara 30 dan 60 kali/menit, takipnea diklasifikasikan
sebagai tingkat pernapasan lebih besar dari 60 napas / menit. Bayi yang mengalami
peningkatan resistensi saluran napas, seperti mereka yang memiliki stenosis subglotis,
biasanya menunjukkan pernapasan dalam yang lebih lambat (hiperpnea). Takipnea terisolasi
dapat terlihat pada penyakit jantung bawaan, tetapi bila disertai dengan tanda-tanda lain dari
gangguan pernapasan, takipnea harus dievaluasi secara hati-hati untuk membedakan paru dari
penyebab jantung dan metabolik. Grunting, suara yang dibuat saat ekspirasi terhadap glotis
yang tertutup sebagian, menghasilkan tekanan transpulmonal yang meningkat dan
memfasilitasi pemeliharaan kapasitas residu fungsional dengan mengecat alveoli dengan cara
yang mirip dengan tekanan distensi yang terus menerus. Grunting sering terlihat pada keadaan
penyakit di mana alveoli cenderung kolaps, seperti defisiensi surfaktan.
Di antara bayi prematur, insiden bervariasi dengan kehamilan dengan peningkatan insiden
dengan penurunan kehamilan. Bayi dari ibu dengan diabetes juga berisiko lebih tinggi terkena
RDS. Surfaktan diproduksi oleh pneumosit tipe 2 dari minggu ke-24 kehamilan dan kadarnya
meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Ukuran kolam alveolus fosfolipid surfaktan
pada bayi cukup bulan yang sehat telah diperkirakan 100 mg/kg, sekitar sepuluh kali lebih
besar dari jumlah yang tercatat di paru-paru bayi yang mengembangkan RDS. Surfaktan
eksogen secara rutin diberikan sebagai profilaksis pada bayi prematur yang memerlukan
intubasi trakea saat lahir untuk mencegah RDS. Teknik baru pemberian surfaktan dengan
hanya waktu intubasi minimal, atau bahkan tanpa perlu pipa endotrakeal semakin
dipertimbangkan dalam pengelolaan bayi prematur yang berisiko mengalami RDS.
Hidung melebar menghasilkan penurunan resistensi hidung yang nyata, yang dapat
mengurangi resistensi paru total dan menurunkan kerja pernapasan.
Riwayat gangguan medis pada ibu dapat membantu dalam mendiagnosis penyebab distres
pernapasan neonatus. Misalnya, seorang ibu yang memiliki diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik mungkin memiliki bayi yang rentan terhadap hipoglikemia, polisitemia, atau
defisiensi surfaktan relatif, yang semuanya dapat menyebabkan distres pernapasan neonatus.
Riwayat kehamilan juga bisa menjadi penting. Perkiraan tanggal persalinan dapat
memungkinkan perkiraan usia kehamilan bayi. Riwayat polihidramnion dapat
mengkhawatirkan untuk fistula trakeoesofageal, oligohidramnion bisa menjadi tanda paru-paru
hipoplastik. Studi bermanfaat lainnya yang dilakukan selama kehamilan termasuk pemeriksaan
tiga kali (alpha-fetoprotein ibu, human chorionic gonadotropin, dan estriol), yang hasilnya
dapat membantu menilai terjadinya cacat genetik dan perkembangan; ultrasonografi prenatal,
dan profil biofisik (pengukuran detak jantung janin, tonus otot, gerakan, pernapasan, dan
indeks cairan ketuban).

2. Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir

Penyebab distres pernapasan pada bayi baru lahir adalah beragam dan multisistem. Penyebab
paru mungkin berhubungan dengan perubahan perkembangan paru normal atau selama
kehidupan ekstra uteri. Perkembangan paru-paru normal terjadi dalam 5 fase. Penyakit saluran
pernafasan dapat disebabkan oleh kelainan perkembangan yang terjadi sebelum atau sesudah
kelahiran. . Malformasi perkembangan awal meliputi: trakeoesofageal hiliran, bronkopulmoner
sekuestrasi (massa jaringan paru abnormal tidak terkait dengan jaringan trakeobronkial), dan
kista bronkogenik (percabangan abnormal dari pohon trakeobronkial). Malformasi parenkim
paru seperti malformasi adenomatoid kistik kongenital, hernia diafragma kongenital atau
oligohidramnion berat menyebabkan hipoplasia paru yang berkembang di kemudian hari
kehamilan. Penyakit pernapasan yang lebih umum seperti: TTN, RDS, pneumonia neonatus,
dan penyakit paru persisten Hipertensi pada bayi baru lahir (PPHN) disebabkan oleh
komplikasi pada masa transisi postnatal. Meskipun alveolus matur muncul pada usia kehamilan
36 minggu, sebagian besar septasi alveolus dan pematangan mikrovaskuler terjadi pada periode
pascapersalinan. Paru-paru belum berkembang sempurna sampai usia 2 sampai 5 tahun. Oleh
karena itu, pascakelahiran perkembangan penyakit paru-paru juga dapat terjadi. Displasia
bronkopulmonalis (BPD) adalah penyakit paru-paru yang penting penyakit yang memperumit
alveolarisasi prematur selama perkembangan alveolus saat terkena paparan mekanik ventilasi,
oksigen, dan mediator inflamasi lainnya sebelum perkembangan normal. Seperti yang
didefinisikan, BPD mempengaruhi 32% bayi prematur dan 50% bayi berat lahir rendah.

Perbedaan diagnosa
Penyebab yang mendasari gangguan pernapasan bervariasi dalam baru lahir dan tidak selalu
disebabkan oleh sistem pernapasan. Oleh karena itu penting untuk menggunakan riwayat rinci,
pemeriksaan fisik, radiografi dan temuan laboratorium untuk menentukan diagnosis yang lebih
spesifik dan tepat manajemen setelah resusitasi awal dan stabilisasi. Pemeriksaan fisik rinci
harus fokus di luar paru-paru untuk mengidentifikasi penyebab non-paru seperti jalan napas
obstruksi, kelainan dinding dada, kardiovaskular penyakit, atau penyakit neuromuskular yang
awalnya mungkin terjadi sebagai gangguan pernapasan pada bayi baru lahir. Temuan radiografi
dapat mengidentifikasi kelumpuhan diafragma, malformasi paru kongenital, dan intratorakal
lesi, seperti pneumotoraks, massa mediastinum dan hernia diafragma kongenital yang
mengganggu paru-paru ekspansi. Takipnea signifikan tanpa kesulitan dalam pernapasan
membutuhkan penelitian laboratorium tambahan untuk mengidentifikasi asidosis metabolik
atau sepsis. Hipoglikemia, hipomagnesemia, dan kelainan hematologi dapat mengakibatkan
penekanan pernapasan atau dapat mencegah oksigen transportasi ke jaringan perifer, oleh
karena itu laboratorium evaluasi harus dipertimbangkan dengan temuan klinis ini.
Hipermagnesemia dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan dapat mempengaruhi
kemampuan bayi baru lahir untuk merespons resusitasi karena hipotonia dan penekanan jalan
napas atau apnea. Mungkin sulit untuk membedakan penyakit kardiovaskular dari penyebab
paru dari gangguan pernapasan. Paling Cacat jantung bawaan berhubungan dengan sianosis,
takipnea, atau gangguan pernapasan karena gagal jantung. Waktu dapat menjadi petunjuk
penting untuk membedakan, karena ada sangat sedikit cacat jantung bawaan yang muncul
segera setelah lahir, melainkan mereka menjadi jelas beberapa jam sampai beberapa hari
setelah lahir ketika duktus arteriosus menutup. Hipertensi pulmonal harus dipertimbangkan
dalam setiap bayi dengan gangguan pernapasan dan sianosis. Ini terjadi ketika ada kegagalan
transisi dari sirkulasi uteroplasental ke paru postnatal sirkulasi setelah lahir. Resistensi
pembuluh darah paru tetap tinggi; gangguan aliran darah paru menyebabkan sianosis dan
persistensi foramen ovale dan duktus arteriosus menyebabkan aliran darah dari kanan ke kiri.
pernapasan Distres yang terkait dengan PPHN dapat bersifat primer atau sekunder karena
secara khusus kehadiran diafragma kongenital hernia, MAS atau RDS. Ketika PPHN terjadi
tanpa bersamaan penyakit paru-paru, sulit untuk membedakannya dari penyakit jantung
sianotik. Respon terhadap ventilasi dengan 100% oksigen (pengujian hiperoksia) dapat
membantu membedakan keduanya.

3. Tanda dan gejala Asfiksia berat pada bbl

Distres pernapasan pada bayi baru lahir dianggap sebagai peningkatan satu atau lebih faktor
berikut yang menunjuk peningkatan upaya pernapasan takipnea, pilek, retraksi atau
mendengus. Biasanya, laju pernapasan bayi baru lahir adalah 30 sampai 60 napas per menit.
Takipnea adalah didefinisikan sebagai laju pernapasan lebih besar dari 60. Takipnea
sebenarnya merupakan mekanisme penstabil untuk hiperkarbia, hipoksemia atau asidosis (baik
metabolik maupun respiratorik), menjadikannya temuan yang umum tetapi tidak spesifik
dalam banyak hal berbagai pernapasan, kardiovaskular, metabolik atau sistemik penyakit.
Penyakit paru dapat memicu takipnea terutama pada bayi baru lahir. Dinding dada bayi baru
lahir lebih fleksibel karena sifat tulang rawan dan paru-paru neonatus rentan terhadap
atelektasis dan penurunan FRC. Jika komplians paru adalah berkurang pada penyakit seperti
Transient Tachypnea of the Bayi Baru Lahir (TTN), Sindrom Gangguan Pernafasan (RDS),
Pneumonia atau Edema Paru, terjadi penurunan volume pasang surut. Untuk mencapai
ventilasi semenit yang memadai, frekuensi pernapasan meningkat. Hipoksemia meningkatkan
takipnea lanjut. Peningkatan gangguan pernapasan muncul dari peningkatan resistensi jalan
napas, penurunan kepatuhan paru-paru, atau mekanisme paru yang independen dari keduanya.
Hambatan aliran udara meningkat ketika ada kemacetan di aliran udara. Jika jari-jari saluran
napas dibelah dua, resistensi meningkat 16 kali lipat. Hidung melebar adalah gejala kompensasi
yang meningkatkan diameter saluran napas atas dan mengurangi resistensi dan kerja
pernapasan. Retraksi disebabkan oleh penggunaan aksesori otot di leher, tulang rusuk, tulang
dada atau perut, saat paru-paru kepatuhan buruk atau resistensi jalan napas tinggi. mengi dapat
menunjukkan peningkatan resistensi jalan napas. Sebuah nada tinggi, suara nafas monophonic,
stridor menunjukkan obstruksi laring, glotis atau daerah subglotis. Mengi juga mungkin
bernada tinggi, tetapi biasanya polifonik, ekspirasi, dan menunjukkan obstruksi trakeobronkial.
Menggerutu adalah suara ekspirasi yang disebabkan oleh penutupan glotis secara tiba-tiba
selama ekspirasi untuk melindungi FRC dan mencegah atelektasis. Penting untuk
dipertahankan dan dipertahankan FRC fisiologis pada pernapasan yang tidak kompatibel
gangguan, seperti RDS atau TTN karena kepatuhan paru-paru yang buruk dalam FRC yang
sangat rendah atau sangat tinggi. Aspirasi mekonium syndrome (MAS) di ujung lain spektrum
adalah contoh obstruksi jalan napas bawah dengan air trapping. Neonatus ini sering memiliki
volume paru-paru yang tinggi mempengaruhi komplians paru. Terlepas dari penyebabnya, itu
sangat penting untuk mengenali gejala dan bertindak cepat. Jika bayi baru lahir tidak dapat
mempertahankan kerja pernapasan untuk memenuhi kebutuhan pernapasan, ia mengalami
gagal napas. Kegagalan ini dapat terjadi sebagai gangguan oksigenasi (sianosis) atau ventilasi
(pernapasan).

4. Klasifikasi asfiksia berat pada bayi baru lahir

a. Sindrom aspirasi mekonium (Meconium Aspiration Syndrom, MAS) Biasanya


muncul sebagai gawat pernapasan dan sianosis segera setelah lahir. Pada radiografi
dada menunjukkan infiltrate kasar, konsolidasi yang tersebar luas, dan daerah
hiperaerasi. Beratnya kelainan ini dapat tidak berkolerasi dengan beratnya penyakit
klinis. Diagnosis prenatal dan pengobatan asfiksia fetal penting dilakukan untuk
mencegah sindrom aspirasi mekonium, seperti dengan mengisap mekonium dari
faring dan trakea segera setelah lahir.
a. Hipertensi Pulmonar Persisten Pada bayi baru lahir berkaitan dengan kegagalan
penurunan resistensi pembuluh darah pulmonary (yang secara normal terjadi setelah
lahir). Hal ini dapat terjadi sebagai respons terhadap hipoksia akut (missal, hipoksia
perinatal, sindrom gawat pernapasan), hipoksia kronis (missal, influenza plasenta), atau
penurunan daerah persilangan pada bantalan pembuluh darah pulmonary (missal,
herniadiafragmatika dan hipoplasia paru kongenital). Hipertensi pulmonar persisten
pada bayi baru lahir muncul sebagai hipoksemia labil yang tidak seimbang sampai
penyakit hipertensi parenkim paru yang luas. Sebagian besar neonates ini tidak
premature tetapi mengalami asfiksia perinatal. Bayi-bayi ini biasanya mudah diberi
ventilasi tetapi sulit dioksigenasi. Secara khas, biasanya nila PO2 tidak meningkat
selama tes hiperoksia. Akan tetapi nilai peningkatan PO2 terlihat pada hiperventilasi
(frekuensi napas 100-150x/menit), yang menyebabkan turunnya nilai PO2 hingga kira-
kira 25mmHg. Selain terapi suportif, dapat digunakan induksi alkalosis respiratorik
atau alkalosis metabolic (atau keduanya) dan vasodilator pulmonar (tolazoline
hidroklorida). Pada kasus yang paling berat digunakan oksigenasi membrane
ekstrakorporeal.
b. Dysplasia Bronkopulmonar (Bronchopulmonary Dysplasia, BPD) Adalah penyakit
paru kronis pada bayi baru lahir yang diobati dengan oksigen dan ventilasi mekanis
tekanan positif untuk gangguan paru primer. Dysplasia bronkopulmonar biasanya
memiliki perjalanan penyakit berlarut-larut yang diperberat dengan berbagai
komplikasi (infeksi paru, gagal jantung kongestif, dan atelektasis) yang menyebabkan
ekaserbasi gejala respirasi, termasuk sianosis. Kebanyakan bayi-bayi ini mengalami
penyembuhan fungsi paru secara perlahan dalam 2 tahun pertama kehidupan.

5. Etiologi

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan.
Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan,
makin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang
matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi
udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya
muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. RDS merupakan penyebab utama
kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar
paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum, penyakit membran
hialin (PMH), pneumonia, aspirasi. Faktor-faktornya antara lain :
a. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida emmpat atau lebih, sosial ekonomi
rendah maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin
seperti hipertensi, penyakit diabetes mellitus, dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta
tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
c. Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, kelainan kongenital pada neonaatus dan
lain-lain.
d. Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
e. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek

6. Patofisiologi

Patofisiologi Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan
oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti
hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang.
Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan
edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel
sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau
volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial
sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal
dari darah. Membran hyaline yang meliputialveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktanmulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu denganchorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
7. Pemeriksaan Penunjang

Tes hiperoksia Tes hiperoksia dapat membantu membedakan sianosis akibat kelainan jantung
atau paru. Pulse Oxymeter (oksimeter nadi) dapat membantu apakah tes hiperoksia ini berguna.
Bayi yang mengalami sianosis tanpa distress respirasi yang jelas dan memiliki SaO2 <85%
pada udara kamar dan oksigen 100% mempunyai pirau intrakardial. Bila SaO2 >85% oksigen
100% maka harus dilakukan tes hiperoksia. Tes hiperoksia terdiri pengambilan data dasar
tentang analisis gas darah dari arteri radialis dekstra (preduktal) pada bayi yang bernapas
dengan udara kamar yang diulang dengan bernapas pada oksigen 100%. Tes hiperoksia
berlangsung selama 10 menit. Bila PaO2 mmHg pada oksigen 100% berarti normal. Bila PaO2
>150 mmHg curiga penyakit paru. Bila PaO2 50-150 mmHg curiga penyakit jantung atau
hipertensi pulmonal berat. Untuk memastikan hal-hal tersebut dapat dilakukan ekokardiografi.

B. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA


BERAT

Pemeriksaan fisik menyeluruh berulang pada bayi harus mengikuti stabilisasi dan penilaian.
Tanda-tanda vital diperlukan dalam setiap pemeriksaan objektif dan harus sering dinilai.
Ketidakstabilan suhu dapat menjadi tanda infeksi, dan takikardia mungkin merupakan tanda
hipovolemia. Penting juga untuk memeriksa bayi. Banyak dari tanda-tanda distres pernapasan
yang terlihat daripada terdengar, termasuk pelebaran hidung, retraksi, dan sianosis. Perut
skafoid mungkin merupakan tanda hernia diafragma bawaan. Gerakan dada asimetris mungkin
merupakan tanda visual dari tension pneumothorax. Terakhir, pemeriksa harus mendengarkan
bayi. Bunyi napas asimetris dapat menjadi diagnosis tension pneumotoraks. Stridor, sebuah
ekspirasi Suara yang terdengar dengan obstruksi jalan napas atas, dapat menunjukkan stenosis
subglotis pada bayi yang sebelumnya diintubasi. Mengumpulkan informasi dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan studi diagnostik harus mempersempit diagnosis banding.

C. PENATALAKSANAAN RIWAYAT ASFIKSIA BERAT PADA BBL

Penatalaksanaan secara umum (Sudarti dan Endang Khoirunnisa, 2021)


a) Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5%
b) Pantau selalu tanda vital
c) Jaga kepatenan jalan nafas
d) Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
e) Jika bayi mengalami apneu
f) Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
g) Lakukan penilaian lanjut
h) Segera periksa kadar gula darah
i) Pemberian nutrisi edekuat
Setelah manajemen umum segera lakukan manajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Manajemen spesifik dan manajemen lanjut
antara lain:
a) Pentalaksanaan pada gangguan nafas ringan (Sudarti dan Endang Khoirunnisa, 2021)
Gangguan nafas ringan pada bayi yang mengalami gangguan nafas ringan disebut
Transient Tacypnea of the Newborn (TTN) yang biasanya terjadi karena bedah sesar.
Kondisi ini dapat normal kembali tanpa adanya pengobatan. Gangguan nafas ringan
merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
1. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
2. Bila pernafasan memburuk atau timbul gejala sepsis, terapi untuk mengurangi
sepsis.
3. Berikan ASI bila bayi mampu menyusui, jika tidak mampu peras ASI
4. Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan nafas,
hentikan pemberian 02 jika frekuensi nafas antara 30-6- kali/menit.
5. Amati bayi selama 24 jam selanjutnya, jika frekuensi nafas menetap antaran 30-
60 kali/menit, tidak ada sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan bayi dapat dipulangkan.

b) Gangguan nafas sedang (Sudarti dan Endang Khoirunnisa, 2021)


1. Lanjutkan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang
2. Bayi tidak diberikan minum
3. Ambil sampel darah untuk kultur dan berikan antibiotic (ampisilin dan
gentamisin) untuk terapi kemungknan besar sepsis jika tidak ada tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Suhu aksiler <35°C atau >39°c
2) Air ketuban bercampur meconium
3) Riwayat infeksi intrauterine, demam curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (>18 jam)

D. MENILAI APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR

Skor APGAR adalah suatumetode yang di pakai untuk memeriksa keadaan bayi yang baru
lahir, skor apgar untuk menilai status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan menilai
status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan menilai kebutuhan intervensi segera
untuk merangsang pernapasan. Komponen dari skor APGAR (Baiq ricca afrida,dkk.2022)
adalah :
1. A= appearance (warna kulit)
2. P= pulse (denyut jantung)
3. G= grimance (refleks)
4. A= activity (tonus otot)
5. R= respiration (pernapasan)

Skor APGAR dihitung pada menit ke-1 dan ke-5 untuk semua bayi, kemudian dilanjutkan
setiap 5 menit sampai menit ke-20 untuk bayi dengan skor APGAR kurang dari 7. Skor
APGAR menghitung kuantitas dari tanda-tanda klinis depresi neonatal seperti sianosis atau
muka pucat, bradikardi, depresi refleks terhadap stimulus taktil, hipotonus, dan apnea atau
respirasi yang terganggu. Penilaian skor APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna
kulit, denyut jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernapasan. Masing-
masing aspek akan diberikan poin yang bervariasi antara 0-2 poin tergantung kondisi bayi.
(Baiq ricca afrida,dkk.2022)

Interpretasi skor APGAR


Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen.beberapa hal yang perlu
diketahui saat melakukan perhitungan skor APGAR adalah:
1. Skor terbaik adalah 10, namun skor 7,8, dan 9 adalah normal dan bayi dapat dikatakan
sehat.
2. Skor 10 sangat jarang didapatkan karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit.
3. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan pada tangan
dan kaki.

Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:


1. Proses kelahiran yang sulit
2. Section caesarea
3. Cairan pada saluran pernapasan bayi

Bayi dengan skor APGAR yang rendah mungkin membutuhkan (Baiq ricca afrida,dkk.2022):
1. Oksigen dan pembersihan saluran napas. Pembersihan saluran napas dapat dilakukan
dengan menggunakan bulb syringe. Penyedotan dilakukan melalui mulut terlebih
dahulu, kemudian melalui hidung. Urutan ini bertujuan mencegah bayi menghirup
cairan sekresi
2. Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung yang normal

Keterbatasan skor APGAR


Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru lahir pada suatu waktu
tertentu dan memilikibeberapa komponen yang bersifat subjektif. Ada banyak faktor yang
dapat memengaruhi penilaian skor APGAR, seperti:
1. Sedasi maternal atau anestesi
2. Malformasi kongenital
3. Usia gestasi
4. Trauma
5. Veriasi antarpenilai
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

FORMAT NIFAS
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
Tanggal masuk : 12 MEI 2022 Tgl pengkajian : 12- 05- 2022
Jam masuk : 12.00 WIB Jam pengkajian : 14.56 WIB
Tempat : RSUDZA BANDA ACEH

I. PENGUMPULAN DATA
A. BIOADATA
1. Identitas pasien
Nama : By.Ny. Umul
Umur : 3 jam
Tgl/jam lahir : 12 mei 2022/12.00WIB
Jenis kelamin : Perempuan
BB lahir : 2250 gr
Panjang badan : 50 cm
2. Ientitas ibu Identitas ayah
Nama ibu : Ny. umul nama suami : Tn. Abu bakar
Umur : 25Tahun umur : 28 tahun
Agama : islam agama : Islam
Suku/bangsa : aceh suku/bangsa : Aceh
Pendidikan : S1 pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru pekerjaan : Guru
Alamat : Lamgugop alamat : Lamgugop

B. ANAMNESA ( DATA SUBJEKTIF )


1. Riwayat kesehatan ibu
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Riwayat operasi abdomen/SC : Ada
2. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi : ada
DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Lain-lain : ada/ tidak riwayat kembar

3. Riwayat persalinan sekarang


Tanggal/ jam persalinan : 12-05-2022/12.00 WIB
Tempat persalinan : RS Cempaka
Penolong persalinan : Dokter,bidan
Jenis persalinan : SC
Komplikasi persalinan :
Ibu : hipertensi
Bayi : BBLR, Asfiksia berat
Ketuban pecah :
Keadaan plasenta : Normal, lengkap
Tali pusat : Normal
Lama persalinan : kala I: kala II: kala III:
kalaIV:
Jumlah perdarahan : kala I: kala II: kala III:
kala IV:
Selama operasi :
4. Riwayat kehamilan
a. Riwayat komplikasi kehamilan : hipertensi
Perdarahan : Tidak ada
Preeklamsia/eklamsia : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
b. Kebiasaan ibu waktu hamil
Makanan : Nasi+ Ikan+ Sayur
Obat-obatan : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
Merokok : Tidak ada

Kebutuhan bayi
Intake :
Eliminasi :
Miksi : Tidak ada tanggal:
Mekonium : Tidak ada
Warna : tanggal:

C. DATA OBJEKTIF
Antropometri
1. Berat badan : 2250 gr
2. Panjang badan : 50 cm
3. Lingkar kepala : 34 cm
4. Lingkar dada : 32 cm
5. Lingkar perut(jika ada komplikasi):

Pemeriksaan umum
1. Jenis kelamin : Perempuan
2. APGAR score : 3/10
3. KU bayi : Lemah
4. Suhu : 36°C
5. Bunyi jantung : Megap-megap
6. Frekuensi : 170 x/i
7. Respirasi : 62x/i
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Fontanel anterior : Datar
Sutura sagitalis : Datar
Caput succedabneum: Tidak ada
Cepal hematoma : Tidak ada
2. Mata : Simetris
Letak : Sejajar dengan mata
Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Conjungtiva : Tidak anemia
Sclera :Tidak kuning
3. Hidung
Bentuk ; Simetris
Sekret : Tidak ada
4. Mulut
Bibir : Simetris, tidak ada labioskisis
Palatum : utuh
5. Telinga
Bentuk : simetris
Semetris : ya
Sekret : tidak ada
6. Leher
Pergerakan : aktif
Pembengkakan : tidak ada
Kekakuan : tidak ada
7. Dada
Bentuk : ya
Retraksi dinding dada: ada
8. Paru-paru
Suara nafas kanan dan kiri : sama
Suara nafas : tertahan
Respirasi : 62 x/i
9. Abdomen
Kembung : Tidak ada
Tali pusat : Normal
10. Punggung
Ada/ tidak tulang belakang
11. Tangan dan kaki
Gerakan : lemah
Bentuk : Simetris
Jumlah : Lengkap
Warna : Kemerahan

Reflek
Refleks morro : Ada
Reflek rooting : Ada
Reflek walking : Ada
Reflek babinski: Ada
Reflek graping : Ada
Reflek sucking : Ada
Reflek tonic neck: Ada
TINJAUAN KASUS

SOAP BBL

Hari/tanggal : Kamis/12 mei 2022


Pukul : 12.56 Wib
Tempat : RSUDZA Ruang IGD

Bayi Ny.U baru saja lahir 3 jam yang lalu di RS cempaka lalu di rujuk ke RS
S Zainal abidin di ruang IGD dikarenakan bayinya memiliki riwayat asfiksia
berat. Ibu mengatakan selama hamil tekanan darah ibu tinggi,dan berat badan
bayi lahir juga rendah.

O Keadaan umum: lemah


Kesadaran: Composmentis
TTV
Hr: 170 x/menit
Rr: 62 x/menit
T: 36°C
SPO2: 98%
JK: Laki-laki

APGAR SCORE: 3/10

Pemeriksaan fisik bayi


Bb: 2250 gr
Pb: 50 cm
Lk: 34 cm
Ld: 32 cm

Pemeriksaan head to toe


Tonus otot : Tonus otot lemah
Kulit : Kulit sianosis atau kebiruan
Kepala : Tidak ada pembengkakan
Telinga : Simetris letak dengan mata dan kepala
Mata : Pada pupil terjadi miosis saat di berikan cahaya
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Mulut : Tidak ada labioskizi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada : Dada simetris,frekuensi bunyi jantung cepat
Abdomen : Tidak ada pembesaran hati dan limpa
Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora
Ekstremitas : Tidak ada oedema, ada tanda sianosis.
Anus : Anus berlubang
A Bayi usia 3 jam dengan riwayat Asfiksia berat, keadaan umum lemah

P 1.
2.
3.
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Melakukan pemeriksaan antropometri
Melakukan pemberian Vit.K
4. Melakukan intubasi
5. Melakukan perawatan tali pusat
6. Rawat inkubator
7. Kolaborasi dengan dokter anak untuk anjuran
Pemberian Nacl
Pemasangan NGT
Pemasangan oksigen
Drip aminosted 1 gr/kg bb
Pemberian cefotaxime 110 mg/12jam
Iufd dex 10% x cc/jam
8. Melakukan pemantauan TTV setiap 15 menit sekali
9. Bayi di bawa ke ruang NICU pada pukul 14.57 untuk dilakukan
tindakan selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia atau asfiksia neonatorum merupakan gangguan kesehatan yang dialami oleh bayi
baru lahir, dimana tubuh bayi kekurangan oksigen sehingga mengakibatkan kesulitan bernafas
dan kondisinya juga tampak lemah. Keadaan asfiksia biasanya sudah terindikasi sejak bayi di
dalam rahim. Penyebabnya bisa dikarenakan adanya kelainan pada rahim, gangguan kesehatan
ibu atau proses persalinan yang berat. Berdasarkan data subjektif di dapatkan Bayi Ny.U baru
saja lahir 3 jam yang lalu , bayi ny.U di rujuk ke rs zainal abidin bayi dengan riwayat asfiksia
berat Ibu juga mengatakan selama hamil tekanan darah ibu tinggi,dan berat badan bayi lahir
juga rendah, keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital Hr 170
x/menit, Rr 62 x/menit, Temp 36°C, BB 2250 gr, pb 50 cm SCORE APGAR 3/10. Ditegakkan
diagnosa bayi usia 3 jam dengan riwayat asfiksia berat. Dan bidan memberikan
penatalaksanaan seperti melakukan pemeriksaan antropometri, pemberian vit.k, melakukan
perawatan tali pusat, melakukan intubasi, dan kolaborasi tindakan dan pemberian obat lainnya
dengan dokter anak, selanjutnya bayi di bawa ke ruang NICU untuk dilakukan perawatan
lainnya.

B. Saran
a. Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui dan menerapkan asuhan bayi baru lahir dengan asfiksia berat
tersebut.

b. Bagi petugas
Diharapkan untuk meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat

DAFTAR PUSTAKA
World health organization. Maternal and perinatal health profile.pdf.2014
Gallacher Dj, Hart K, kotecha S. Common.2018.kondisi pernapasan bayi baru
lahir;12:30-42
Jamie B.warren dan JoDee M.Anderson.2020.Gangguan pernafasan bayi baru
lahir.pir 31:487-496
Aegean J Med Sci.2019.Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir. 1:38-41
Sulfianti dkk.2022.Gawat darurat mertenal neonatal.Yayasan kita menulis.
Baiq ricca afrida,dkk.2022. buku ajar asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita,
dan anak prasekolah.penerbit NEM.

Anda mungkin juga menyukai