Anda di halaman 1dari 2

Adat Sumang

Oleh: Hery Martha Saputra

“Lain air lain pula ikannya”, walaupun yang dimaksud sama-sama ikan, mungkin
begitulah istilah yang cocok untuk menggambarkan adat antara satu daerah dengan
daerah yang lainnya. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di
suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap perilaku yang
dianggap menyimpang. Aceh yang yang terbagi dari daerah pesisir dan daerah pantai
barat selatan memiliki corak budaya dan adat yang berbeda, di daerah pesisir corak
budaya dan adat hampir sama dan tidak terlalu jauh berbeda, sedangkan untuk daerah
tengah memiliki corak budaya, bahasa, dan adat yang berbeda dengan daerah pesisir.

Aceh Tengah yang beribukota Takengon merupakan salah satu kabupaten di


Provinsi Aceh yang berhawa sejuk terletak di salah satu punggung pegunungan bukit
barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatra memiliki adat yang menarik terkait
tata pergaulan masyarakat dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Adat
Sumang.

Adat sumang adalah sistem nilai adat Gayo yang masuk dalam sistem pendidikan
sosial kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-sehari. Sistem pendidikan ini telah
berjalan dalam kehidupan bermasyarakat, pun demikian pola pendidikan ini tidak
diperoleh melalui materi yang disampaikan dalam ruangan kelas atau pada forum-forum
ilmiah, tetapi pola pendidikan ini merupakan pola pendidikan masyarakat dalam bentuk
kontrol individu dan kelompok untuk membimbing masyarakat dalam menjalankan
kehidupan yang beradab. Masyarakat gayo dengan Sumang-nya bertujuan mendidik
generasi bangsa ini menjadi manusia yang berakhlak mulia. Dalam buku adat gayo,
Sumang terdiri dari empat macam, yaitu; Sumang Kenunulen, Sumang Percerakan,
Sumang Pelangkahan, dan Sumang Penengonen.

Sumang kenunulen (Sumang ketika duduk) yaitu seseorang yang bertingkah laku
tidak senonoh ketika duduk, seperti orang-orang dewasa berlainan jenis kelamin dan
bukan muhrimnya duduk berdua atau bertamu tanpa didampingi muhrimnya, orang
yang berlainan jenis kelamin dan bukan muhrimnya duduk di tempat yang sepi dan
perbuatan sambil duduk lainnya yang condong mengakibatkan terjadinya maksiat.

Sumang Percerakan (Sumang dan cara isi pembicaraan) yaitu cara atau tempat atau
isi pembicaraan yang nakal atau porno, seperti orang dewasa mengatakan sesuatu yang
tidak wajar kepada orang tua/mertuanya atau kepada orang yang lebih tinggi umurnya,
berbicara di antara orang yang berlainan jenis kelamin atau isi pembicaraan yang tidak
baik atau berbicara di tempat yang tertutup atau seperti cara berbisik dan terang
terangan.

Sumang Pelangkahan (Sumang perjalanan) yaitu pergi untuk melakukan atau


mendekati perbuatan maksiat, seperti orang menuju tempat maksiat atau laki-laki dan
perempuan yang bukan suami istri atau bukan muhrimnya pergi bersama-sama
ketempat terbuka atau ramai apa lagi ke tempat yang sepi.

Sumang Penengonen (Sumang penglihatan) yaitu cara atau sasaran melihat yang
tidak baik atau tidak pada tempatnya, seperti orang dewasa melihat dengan cara marah
(mujoreng) kepada orang tua atau yang lebih tinggi umurnya, melihat aurat laki-laki
atau perempuan atau laki-laki melihat atau mengintip tempat pemandian (mck) yang
diperuntukkan bagi perempuan atau sebaliknya, atau laki-laki memandang perempuan
dan sebaliknya secara nakal seperti megedip mata atau isyarat-isyarat lainnya untuk
merayu orang lain dalam proses percintaan atau untuk melakukan maksiat.

Sumang di Gayo dianggap pola dasar sebagai landasan hidup dalam masyarakat,
dikarenakan di dalam Sumang tertulis aturan-aturan dalam bertingkah laku bila
bertindak melakukan sesuatu yang berlainan, yang bersifat negatif maka jelas
masyarakat pasti menolak atau tidak dapat menerimanya. Sebenarnya Sumang itu apa
dilihat dari tingkah laku manusia sehari-hari.

Sesuatu yang dilakukan tetap dikelilingi aturan, dan selalu dikontrol (diawasi) oleh
Sumang secara langsung atau tidak langsung menilai Sumang. Perlu dilihat dalam
penjelmaan suatu sifat lewat perbuatan, gerak gerik yang dapat dipandang tidak serasi
dengan kebiasaan-kebiasan yang ada pada suku Gayo orang-orang yang melakukan
perbuatan Sumang dinilai tidak sopan dan salah karna perbuatan yang ia lakukan sangat
memalukan.

Di dalam masyarakat Gayo Sumang lahir pada saat masyarakat sudah


meninggalkan adat istiadat yang berlaku pada saat itu, terjadi Sumang itu terlihat jelas
dari penampilan-penampilan manusia yang tidak sesuai dengan aturan-aturan dalam
masyarakat baik atau buruknya. Dimana Sumang dilihat dari tingkah laku
masyarakatnya sehari-hari baik itu di lingkungan maupun di luar lingkungan.

Pudarnya Sumang di dalam masyarakat Gayo di sebabkan karena masuknya


budaya luar yang mempengaruhi orang Gayo itu sendiri. Di samping itu juga hukum
Sumang menjadi luntur pada masyarakat Gayo karena kurangnya kesadaran akan
menjaga serta memelihara betapa pentingnya hukum adat itu.

Anda mungkin juga menyukai