Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI SOLUSI PENYIMPANGAN SOSIAL

DOSEN PEMBIMBING

Muhammad Subekhi, S.Pd., M.Pd.I

DISUSUN OLEH

Muhamad Saddam Ashari

202110050311030

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
ISLAM SEBAGAI SOLUSI PENYIMPANGAN SOSIAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Penyimpangan atau perilaku menyimpang bisa menunjuk pada berbagai
macam aktivitas yang oleh mayoritas masyarakat dianggap eksentril, berbahaya,
menjengkelkan, ganjil, asing, kasar, menjijikan dan lain sebagainya. Istilah ini
menunjuk pada perilaku yang berada diluar toleransi ke masyarakat normal.
Semua masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya-praktik dan kepercayaan yang
dihargai atau menguntungkan suatu kelompok.
Manusia adalah makhluk religius berkedudukan sebagai abidullah dan
khalifatullah di muka bumi. Tugas manusia untuk mengolah dan memakmurkan
alam ini sesuai dengan kemampuannya untuk kesejahteraan umat manusia, serta
menjadi rahmat bagi orang lain atau yang disebut rahmatan lil‟alamin. Berbagai
penemuan dan kemajuan teknologi berperan besar terhadap perubahan
kebudayaan dan sikap manusia.
Perkembangan agama dan kehidupan umat manusia dalam proses sejarah
yang panjang tersebut dapat dilihat secara selintas pada pertumbuhan dan
perkembangan manusia secara individual. Setelah akal pikiran dan kemampuan
budi dayanya tumbuh dan berkembang, maka sifat ketergantungan itu semakin
berkurang, dan setelah menginjak dewasa sifat kemandiriannya lebih menonjol.
Dalam kemandiriannya inilah manusia memerlukan adanya pedoman hidup,
karena tanpa pedoman/tujuan yang pasti, maka kemandirian akan menimbulkan
kekacauan dan malapetaka dalam kehidupan manusia.
Penyimpangan sosial sangat marak dewasa ini, penyimpangan sosial
mulai dari seksual, radikalisme, dan lain sebagainya sangat mempengaruhi
kehidupan dinamika saat ini. Untuk itu perlu adanya solusi untuk mengatasi
penyimpangan sosial.
Agama berfungsi mengesahkan keberadaan dan tindakan-tindakan yang
bisa terjadi menyimpang dari substansi ajaran karena citra telah mewakili suatu
realitas keagamaan itu sendiri. Agama dipraktikkan sebagai bagian dari
pengendalian sosial dan identifikasi diri untuk pemosisian individu, kelompok,
dan institusi dalam serangkaian transaksi sosial yang dinamis dan kontekstual.
(Hagan et al., n.d.)
Adapun kehidupan di zaman sekarang, nilai-nilai keagamaan sudah
banyak sekali dilupakan. Sehingga menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
pada masyarakat dan kriminalitas yang semakin meningkat dalam mencari
nafkah untuk keluarga.Dengan adanya sunnatullah dalam kehidupan manusia
yang dinyatakan oleh Al-Qur‟an, jelas Islam mengakui adanya kebiasaan-
kebiasaan dan keteraturanketeraturan dalam fenomena sosial. Bahkan ada pula
yang dinyatakan tidak berubahubah atau tidak berganti.
Maka dari itu dalam makalah ini, akan membahas mengenai “Islam
sebagai Solusi Penyimpangan Sosial”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana Islam dapat
dijadikan solusi dari penyimpangan sosial?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Islam sebagai solusi dari
penyimpangan sosial yang terjadi saat ini.
D. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah
1. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum dan khususnya
pembaca agar dapat memberikan inspirasi bahwa penyimpangan sosial dapat
dicegah melalui pemahaman Al – Quran dan Hadits.
2. Dapat menjadi sumber bacaan terkait solusi dari perilaku penyimpangan
sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENYIMPANGAN SOSIAL
Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari
nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku enyimpang dapat dianggap sebagai
sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Secara
umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif
maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan.
Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan
dari abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak
berarti menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang
ini juga perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan
yang menyimpang. Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan
menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu
perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan. Jadi konsep
perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan-
aturan normatif. Konsep ini akan dibedakan dari gejala-gejala lain yang sering
sekali diklasifikasikan sebagai perilaku menyimpang seperti kelainan dalam
pribadi seseorang, tingkah laku yang statis abnormal, tingkah laku yang kurang
diinginkan secara sosial dan peranan yang menyimpang.
Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri demi kepentingan
pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat mengganggu dan
merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas. Deviasi tingkah laku
ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi sentral atau
menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan. Deviation merupakan
penyimpangan terhadap kaidah atau normanorma dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai
pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang
dengan masyarakatnya.(Daulay, 2014)

B. BERAGAM PENYIMPANGAN SOSIAL


Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan
primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk
perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-
menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu
lintas,buang sampah sembarangan dll. Sedangkan penyimpangan seksunder
yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai
narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain-lain.(Daulay, 2014)
C. KONSEP ISLAM SEBAGAI SOLUSI PERILAKU PENYIMPANGAN
SOSIAL
Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt., berupa wahyu yang
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. dan merupakan
pedoman hidup bagi seluruh umat Islam di dunia. Di dalamnya terkandung
ajaran-ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui ijtihad.
Fungsinya sebagai hudan li al-nâs (petunjuk untuk seluruh umat
manusia) telah dijelaskan dalam firman-Nya surat al-Baqarah/2: 213 yang
artinya “Kitab suci diturunkan untuk memberi putusan (jalan keluar) terbaik bagi
problem-problem kehidupan manusia”. Kita yakin bahwa para sahabat nabi
Muhammad Saw., seandainya hidup pada saat ini, pasti akan memahami
petunjuk-petunjuk Al-Quran sedikit atau banyak-berbeda dengan pemahaman
mereka sendiri yang telah tercatat dalam literature keagamaan. Karena
pemahaman manusia terhadap sesuatu tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial
masyarakat, perkembangan ilmu pengethuan dan teknologi, pengalaman-
pengalaman, di samping kecenderungan dan latar belakang pendidikannya.
(Abadi, 2016)
Sebagai agama yang cinta akan perdamaian Islam mengajarkan manusia
untuk hidup secara baik dan damai. Dan Islam telah memberikan solusi orang –
orang yang melakukan penyimpangan sosial, diantaranya :
1. Penyimpangan sosial dalam seksualitas
Dalam hal ini, Al-Qur’an memperkenalkan dan menuntut ihsan
(kesucian), yaitu suatu kondisi “keterjagaan” seksual yang harus
dimilki suami istri melalui perkawinan yang sah. Konsep
“keterjagaan” seksual ini termaktub dalam surat Al-Mukminun/23: 5-
7, yang berbunyi:
‫أو َما َملَ َكتْ َأ ْي َمانُ ُه ْم فَِإنَّ ُه ْم‬
ْ ‫اج ِه ْم‬ ِ ‫ ِإال َعلَى َأ ْز َو‬. َ‫َوالَّ ِذينَ ُه ْم لِفُ ُرو ِج ِه ْم َحافِظُون‬
َ‫فَ َم ِن ا ْبتَ َغى َو َرا َء َذلِكَ فَُأولَِئكَ ُه ُم ا ْل َعادُون‬. َ‫َغ ْي ُر َملُو ِمين‬
“Mereka ( orang-orang yang beruntung ) adalah orang-orang yang
menjaga kemaluan mereka . Kecuali kepada pasangan atau hamba
sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Maka barang siapa mencari di balik itu, maka merekalah orang-
orang yang melampaui batas”
Kondisi “keterjagaan” seksual dan tidak melampaui batas,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut merupakan langkah
antisipasi sekaligus solusi Al-Qur’an untuk menghindarkan manusia
dari perilaku seksual menyimpang.
2. Perilaku menyimpang dalam hal kesesatan
sebagaimana tercantum dalam surat al-A’râf/7: 179,
‫وب اَل يَ ْفقَهُونَ بِ َها َولَ ُه ْم‬ ِ ‫َولَقَ ْد َذ َرْأنَا لِ َج َهنَّ َم َكثِريًا ِمنَ ا ْل ِجنِّ َواِإْل ْن‬
ٌ ُ‫س لَ ُه ْم قُل‬
َ ‫س َمعُونَ بِ َها ُأولَِئ َك َكاَأْل ْن َع ِام بَ ْل ُه ْم َأ‬
‫ض ُّل‬ ْ َ‫صرُونَ بِ َها َولَ ُه ْم آ َذانٌ اَل ي‬ ِ ‫َأ ْعيُنٌ اَل يُ ْب‬
َ‫ُأولَِئ َك ُه ُم ا ْل َغافِلُون‬
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayatayat Allah). Mereka
itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.”
Dalam ayat ini Allah menerangkan, bahwa kebanyakan jin dan
manusia itu masuk ke dalam neraka, karena mereka tidak
mempergunakan akal dan pikirannya untuk memperhatikan dalil-
dalil Allah dan mengetahui kebenaran , tiada menggunakan matanya
untuk melihat makhluk Allah buat jadi pelajaran dan pengajaran dan
tiada mempergunakan telinganya untuk mendengar ayat-ayat Allah
dan riwayat-riwayat dahulu untuk menjadi petunjuk ke jalan yang
benar. Mereka itu laksana hewan, karena sama-sama tiada
mempergunakan akal dan pikiran, bahkan mereka lebih sesat dari
pada hewan, karena hewan memang tiada mempunyai akal dan
pikiran.(Hamzah, 2018)
3. Penyimpangan sosial Kezaliman
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Jumu’ah/62:5
‫ْئس َمثَ ُل‬ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ ُح ِّملُوا الت َّْو َراةَ ثُ َّم لَ ْم يَ ْح ِملُوهَا َك َمثَ ِل ا ْل ِح َما ِر يَ ْح ِم ُل َأ‬
َ ِ‫سفَا ًرا ب‬
َ ‫ت هَّللا ِ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ا ْلقَ ْو َم الظَّالِ ِم‬
‫ني‬ ِ ‫ا ْلقَ ْو ِم الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَا‬
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan Taurat kemudian
mereka tidak memikulnya, adalah ibarat keledai yang mengangkut
kitab-kitab. (itulah) seburuk-buruk perumpamaan bagi kaum yang
mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kaum yang zalim.”
Ayat yang lalu melukiskan betapa besar nikmat dan karunia Allah
yang telah dianugerahkan-Nya kepada masyarakat Ummiyin dan
generasi serta bangsa-bangsa sesudah mereka. Anugerah yang berupa
kehadiran nabi, pengajaran kitab suci dan sebagainya, haruslah
disyukuri dengan memanfaatkannya, karena kalau tidak bencana
dapat jatuh atas mereka. Ayat di atas memberi contoh sekelompok
manusia yang juga diutus kepada mereka rasul serta dianugerahi
kitab suci tetapi tidak memanfaatkannya. Mereka adalah orang-orang
Yahudi. Allah mengecam mereka sebagai peringatan kepada umat
islam agar tidak melakukan apa yang mereka lakukan. (Damayanti,
2003)
Kezhaliman dapat memengaruhi budaya masyarakat. Sebab,
manusia biasanya menghindari sesuatu yang buruk untuk menjaga
namabaik mereka. Tapi, jika sesuatu sudah disenangi oleh banyak
orang, maka mereka akan melakukannya. Begitu juga hal-hal yang
telah diharamkan Allah. Jika itu dianggap buruk oleh suatu
masyarakat, maka masyarakat itu akan menghindarinya. Tapi,
keharaman itu jika sudah dianggap sesuatu yang biasa, disenangi,
maka orang-orang yang lemah imannya akan mengerjakannya.
Akibatnya, keharaman itu semakin tersebar. Karena itu, Islam tidak
hanya melarang penyebaran perbuatan keji, tapi juga segala hal yang
mengantarkan kepadanya. Sehingga perbuatan-perbuatan zhalim
yang dilakukan manusia akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
(Sholeh, 2018)
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas Al – Quran sebagai pedoman manusia dan Islam menjadi solusi
yang jitu untuk memberantas perilaku menyimpang. Kuncinya manusia harus
menghayati dan memahami maksud dari Al- Quran dan firman Allah SWT. Dengan
agama Islam perilaku menyimpang dapat diatas, sehingga manusia dapat menjadi
manusia yang berkarakter baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, H. N. (2016). Konsep Al-Quran dalam Mencegah Penyimpangan Al-Qur’an.


Tesis, 1–171.

Damayanti, N. (2003). RADIKALISME AGAMA SEBAGAI SALAH SATU


BENTUK PERILAKU MENYIMPANG: Studi Kasus Front Pembela Islam.
Jurnal Kriminologi Indonesia, 3(1), 43–57.

Daulay, M. (2014). Bimbingan Konseling Islam Bagi Perilaku Menyimpang.


FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 8(1), 47.
https://doi.org/10.24952/fitrah.v8i1.338

Hagan, F. E., Teori, P. K., & Group, P. (n.d.). Frank E. Hagan, Pengantar Kriminologi
Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h,6.
1 1. 1–99.

Hamzah, G. (2018). Prostitusi dan Trafficking dalam Perspektif al-Quran. Tafrese, 6(2),
129–144.

Sholeh, M. M. A. (2018). POLA PENYIMPANGAN MUSLIM TERHADAP AJARAN


AGAMANYA ( Perspektif Pendidikan Islam). Al-Fikri: Jurnal Studi Dan
Penelitian Pendidikan Islam, 1(1), 1. https://doi.org/10.30659/jspi.v1i1.2429

Anda mungkin juga menyukai