Anda di halaman 1dari 4

Kearifan Lokal

Budaya Tabe’ Dalam Adat Daerah


Sulawesi Selatan

Nur Eimi

Fakultas Hukum, Institut Ilmu Sosial


Dan Bisnis Andi Sapada

Email: nureimi05@gmail.com

Latara Belakang Masalah

Budaya TABE’ (Permis) merupaan ialah budaya yang sangat indah yang
ditinggalan oleh leluhur, yang mewariskan sopan santun yang tidak hanya melalui
ucapan tetapi juga dengan gerakan tangan. Hal ini perlu tetap dijaga karena tidak
hanya diperuntukkan kepada yang muda melakukan ke yang lebih tua tetapi juga
sebaliknya. Budaya TABE’ pada umumnya adalah sikap menghargai orang lain yang
masih muda,sebaya atau lebih tua,nilai-nilai yang terkandung dalam budaya TABE’
adalah,sipakatau (Tidak membeda-bedakan semua orang/saling menghormati),
sipakalebbi (Saling menghargai), Sipakainge (Saling mengigatkan).
Sekarang ini perkembangan Budaya TABE’ perlahan-lahan mulai luntur
dalam masyarakat,khusunya pada kalangan anak-anak dan remaja.Mereka tidak
lagi memiliki sikap TABE’ dalam dirinya. Entah itu karena orang tua yang tidak
megajarkan sebelumnya ataukah karena faktor dari teman sebayanya. Mereka tidal
lagi menghargai orang yang lebih tua dari mereka,melewati tanpa mengatakan
TABE’ (permisi), atau melakukan dengan cara pergerakan.Bahkan yang sering
terjadi banyak anak-anak yang memanggil kata ‘BROO’ pada orang yang lebih tua
darinya.Padahal sopan santun itu jika digunakan akan mencegah banyak
keributan,akan mencegah keributan,melainkan akan memperar suatu rasa
persaudaraan (silahturahmi).
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya masyarakat yang tidak dapat di
pisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya
di wariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita mulut
ke mulut. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang di temukan oleh
masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan
integrasikan dengan pemahaman terhadap budya dan keadaan alam suatu tempat.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Budayya, yang
merupakan bentuk jamak dan buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah
kultur yang berasal dari bahasa latin culture

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode normatif, penelitian jenis normatif ini
menggunakan analisis kualitatif yakni dengan menjelaskan data-data yang ada
dengan kata-kata atau pernyataan bukan dengan angka-angka. Dimana metode
penelitian ini memahami perkembangan yang terjadi. Bisa di lihat dari aspek dan
konsep hukum yang melatarbelakanginya, yang mengguakan sumber bahan hukum
tersier.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Budaya Lokal dan Implementasi Tabe’ Sebagai Tata Krama Adat Masyarakat

Budaya lokal yang hidup di tengah masyarakat biasanya lahir lahir dari
dorongan spiritual masyarakat, budaya lokal memeiliki hubungan yang sangat erat
dengan masyarakat di suatu lingkungan dengan seluruh kondisi alam di ligkungan
tersebut. Ia di tampilkan dalam berbagai upacara adat suatu desa, bersih desa,
misalnya di lakukan untuk menghormati roh nenek moyang sebagai penunggu desa.
Maksud upacara agar desa di limpahi kesejahteraan oleh penunggu tesebut.
Terlepas dari kepercayaan tersebut, upacara yang dilakukan dengan cara
membersihkan desa menghasilkan dampak lingkunganyang baik. Apabila desa
bersih dari limbah apapun maka alirannya yang berfungsi mengaliri persawahan
akan lancar. Lingkungan desa akan menjadi bersih dan sehat sehingga panen
menjadi baik. menghasilkan dampak lingkungan yang baik.
Apabila desa bersih dari limbah apapun maka alirannya yang berfungsi
mengaliri persawahan akan lancar. Lingkungan desa akan menjadi bersih dan sehat
sehingga panen menjadi baik. menghasilkan dampak lingkungan yang baik. Apabila
desa bersih dari limbah apapun maka alirannya yang berfungsi mengaliri
persawahan akan lancar. Lingkungan desa akan menjadi bersih dan sehat sehingga
panen menjadi baik. menghasilkan dampak lingkungan yang baik. Apabila desa
bersih dari limbah apapun maka alirannya yang berfungsi mengaliri persawahan
akan lancar. Lingkungan desa akan menjadi bersih dan sehat sehingga panen
menjadi baik.
Implementasi Tabe’ dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adat Sulawesi
selatan, menerapkan budaya tabe dengan implementasi makna konseptual yaitu:
tidak menyeret sandal atau menghentakkan kaki, tetapi dengan mengucapkan salam
atau menyapa dengan sopan, juga bahwa sikap tabe adalah permohonan untuk
melintas. Tabe mengoptimasi untuk tidak berkacak pinggang, dan tidak usil
mengganggu orang lain. Tabe berakar sangat kuat sebagai etika dalam tradisi atau
sama halnya seperti pelajaran dalam hidup yang didasarkan pada akal sehat dan
rasa hormaat terhadap sesama. Budaya tabe’ sesunggunya sangat tepat diterapkan
dalam kehidupan sehari–hari, terutama dalam mendidik anak dengan cara
mengajarkan hal–hal yang berhubungan dengan akhlak sesama, seperti
mengucapkan tabe’ (permisi) sambil berbungkuk setengah badan bila lewat di depan
sekumpulan orang-orang tua yang sedang bercerita, mengucapkan iyé’ (dalam
bahasa Jawa nggih), jika menjawab pertanyaan sebelum mengutarakan alasan,
ramah, dan menghargai orang yang lebih tua serta menyayangi yang muda. Inilah di
antaranya ajaran–ajaran suku Bugis sesungguhnya yang termuat dalam Lontara‘
yang harus direalisasikan dalam kehidupan sehari–hari oleh masyarakat Bugis.
Tabe’ sebagai polah asuhan, Pola berarti corak, model, atau cara kerja,
sedangkan asuh berarti menjaga, mendidik, membimbing dan memimpin. Jadi pola
asuhan dalam budaya tabe adalah pengasuhan dengan menampilkan orang tua
sebagai model yang mengargai, menghormati, dan mengingatkakan, memimpin
sesuai dengan budaya tabe yaitu sopan mendidik anak, sehingga mencertak anak
yang berkarakter sopan pula. Sebenarnya, budaya tabe’ berperan besar dalam
pembentukan karakter anak dalam perkembangan sifat santun dan hormat. Oleh
karena mangaktualkan sikap tabe’ ini dalam menghormati orang yang lebih tua demi
nilai etika dan budaya yang harus diingat. Sebab tabe’ merupakan sejenis
kecerdasan sikap yang memungkinkan terbentuknya nilai-nilai luhur bangsa atas
anak didik atau generasi muda. Tabe menurut orang bugis merupakan nilai budaya
yang sudah menjadi sebuah karakter yang sarat dengan muatan pendidikan yang
memiliki makna anjuran untuk berbuat baik, bertata krama melalui ucapan maupun
gerak tubuh. Pola asuhan keluarga sangat mempengaruhi keawetan budaya tabe’
dalam masyarakat bugis. Didikan keluarga akan mencetak generasi yang beradat,
sopan, dan saling menghargai.
Adapun nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya tabe’ yaitu sipakatau:
mengakui segala hak tanpa memandang status social Ini bisa juga diartikan sebagai
rasa kepedulian sesame, Sipakalebbi: sikap hormat terhadap sesama, senantiasa
memperlakukan orang dengan baik. Budaya tabe menunjukkan bahwa
yang ditabe’ki dan yang men’tabe adalah sama-sama tau (orang) yang dipakalebbi.
Sipakainge: tuntunan bagi masyarakat bugis untuk saling mengingatkan.

KESIMPULAN
Budaya Tabe merupakan budaya yang sikap menghormati kepada orang
yang lebih tua.budaya Tabe bisa juga dilakukan dengan cara pergerakan atau
dengan cara memberikan senyuman kepada orang yang ingi kita sapa,bukan cuman
dengan cara memberikan senyuman tetapi sedikit menundukkan kepala juga
sebagian dari cara menghargai seseorang dalam budaya Tabe.Nilai yang
terkandung dalam budaya Tabe’ adalah, sipakatuo(Tidak membeda-bedakan semua
orang), Sipakalebbi (Salig Menghormati), Sipakainge (Saling mengingatkan).

REFERENSI

Asriani. (2010). Budaya Tabik Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan Yang
Perlahan Mulai Tergerus Oleh Waktu
http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/view/392/290
Koentjaraningrat. (2010). Manusia dan kebudayaan di indonesia. Jakarta:djambatan.
H.277
Setyaningrum, N. D. B. (2018). Budaya lokal di era global. Ekspresi Seni: Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 20(2), 102-112.
Suriasumantri, jujun. S.(2005) Filsafat ilmu. Jakarta: pustaka sinar harapan. H.261

Anda mungkin juga menyukai