Anda di halaman 1dari 16

Riwayat: Educational Journal of History and Humanities

Paramita: Historical
Volume 2 NoStudies
(2),Journal,
2019,30(2),
Hal.2020
1-16

Adat Sumang Dalam Masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah


1Sufandi Iswanto, 2Muhammad Haikal, 3Ramazan
12
JurusanPendidikan Sejarah, FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Samudra, Langsa

ABSTRAK
ABSTRACT Makalah ini bertujuan untuk memahami adat
This paper aims to understand Sumang istiadat Sumang, sejarah Sumang, ragamnya,
customs, the history of the Sumang, various nilai-nilai karakter Sumang dan revitalisasi
kinds, Sumang character values and the Sumang dalam kehidupan masyarakat Gayo.
revitalization of Sumang in the life of the Gayo Metode yang digunakan dalam penelitian ini
people. The method used in this research is a adalah metode sejarah dengan pendekatan
historical method with a qualitative approach. kualitatif. Tahapan dalam metode sejarah
The stages in the historical method are adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi dan
heuristics, source criticism, interp- retation and historiografi. Hasil penelitian menun- jukkan
historiography. The results showed that sumang bahwa sumang merupakan hukum adat asli
is the original customary law of Gayo which gayo yang berasal dari bahasa gayo yang artinya
comes from the Gayo language, which means ling gere jeroh, gere kona, gere jujur atau
ling gere jeroh, gere kona, gere honest or pecogah yang artinya kata-kata yang tidak baik,
pecogah which means words that are not good, tidak dapat digunakan, tidak jujur atau bohong.
cannot be used, are not honest or lie. Sumang Sumang juga berarti "tidak taat" yang berarti
also means "disobedient" which means things hal-hal yang sangat dilarang atau tidak sopan.
that are strictly prohibited or impolite. Sumang Sumang hadir dalam kehidupan masyarakat
is present in the life of the Gayo community Gayo sejak nenek moyang suku Gayo hidup
since the ancestors of the Gayo tribe lived and dan disahkan sejak kerajaan Linge. Sumang
were legalized since the Linge kingdom. dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sumang
Sumang can be divided into four types, namely perceraken, pelangkahen, pengunulen, dan
sumang perceraken, pelangkahen, pengunulen, and
penengonen/penerahen. Sumang mengandung
penengonen/penerahen. Sumang contains
nilai-nilai karakter seperti agama, tanggung
character values such as religion, responsibility, jawab, cinta damai, kejujuran, dan lain
peace-loving, honesty, and so on. Sumang sebagainya. Upaya revitalisasi Sumang dapat
revitalization efforts can be carried out by the dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Dinas
Education Office, the Tourism Office, the Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Dewan
Environment Agency, the Gayo Traditional Adat Gayo, dan Dinas Syariah Islam dengan
Council, and the Islamic Syariah Service by cara bekerjasama. Tujuan kerjasama ini adalah
way of collaboration. The purpose of this selain saling besinergi dan memperkokoh tali
cooperation is in addition to mutual persaudaraan, diharapkan juga masing-masing
cooperation and strengthening the ropes of dinas mampu memperkenalkan kembali budaya
brotherhood, it is expected that each sumang dengan mensosialisasikan kembali
department is able to reintroduce Sumang budaya sumang kepada masyarakat luas
culture by re-socializing Sumang culture to the terutama ke sekolah-sekolah.
wider community, especially to schools.
Kata kunci: Adat Sumang, Masyarakat Gayo,
Key words: Adat sumang, Gayo Community, Aceh Tengah.
Aceh Tengah District.

Author correspondence
Email: sufandiiswanto@unsyiah.ac.id
Available online at http://jurnal.unsyiah.ac.id/riwayat/

1
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

PENDAHULUAN merupakan bagian dari salah satu unsur


Indonesia merupakan salah satu negara kebudayaan.
yang penuh dengan keberagaman Berbicara masalah adat istiadat
bangsa, ras, dan agama, yang memiliki maka tidak akan ada habisnya,
berbagai adat istiadat dan budaya. masyarakat yang pluraritas menjadi
Dalam kehidupan masyarakat, adat potensi besar dalam penggalian adat
istiadat dan budaya menjadi hal yang istiadat sebagai historiografi. Penulisan
sangat berperan dalam menjalankan adat istiadat sendiri menjadi hal yang
roda kehidupan baik antar individu sangat penting untuk tetap dilestarikan,
dengan individu dan antara kelompok dalam artian karena kebanyakan adat
dengan kelompok lainya. Dalam istiadat merupakan benda non-materi
kehidupan sehari-hari “kebudayaan” maka sudah selayaknya adat istiadat
sering muncul bahkan kita dengar, dapat ditulis agar tidak hilang begitu
menurut Ralph Linton (1945:30) saja. Mengingat di era global dewasa
kebudayaan sendiri adalah seluruh cara ini, menuntut masyarakat harus
kehidupan dari masyarakat yang mengikuti gaya hidup yang mengarah
manapun dan tidak hanya mengenai pada pengaruh dunia luar menjadikan
dari cara hidup itu yaitu bagian yang adat istiadat bangsa ini terus mengalami
oleh masyarakat dianggap lebih tinggi pergeseran.
atau lebih diinginkan. Lebih lanjut Adat istiadat sendiri sangat
Koentrajaraningrat (1996:180) juga berfungsi dalam mengatur bagaimana
mengemukakan, kebudayaan adalah cara pergaulan dan berbicara dalam
seluruh sistem gagasan dan rasa, masyarakat yang sering kita sebut
tindakan, serta yang dihasilkan manusia sebagai norma yang sebenarnya telah
dalam kehidupan masyarakat, yang dianut secara turun temurun. Adat
dijadikan miliknya dengan cara belajar. istiadat seperti halnya norma setiap
Dua pendapat diatas telah memberikan daerah menjadi ciri khas khusus dalam
gambaran bahwa kebudayaan seluruh sebuah daerah. Norma biasanya akan
cara dalam sebuah masyarakat yang diatur dalam suatu komunitas itu
berupa gagasan dan rasa, tindakan yang sendiri dan akan berlaku juga dalam
dibuat oleh masyarakat itu sendiri. masyarakat tersebut. Norma akan
Dalam kebudayaan tidak lepas mengatur seseorang dalam bertindak
dari unsur-unsur secara universal. dan berbuat karena norma sendiri
Dimana unsur-unsur tersebut mencakup mengikat pada masing-masing individu
sistem bahasa, sistem pengetahuan, dan kelompoknya (sukunya).
sistem kemasyarakatan dan organisasi Suku Gayo merupakan salah
sosial, sistem peralatan hidup dan satu suku yang memiliki adat istiadat
teknologi, sistem mata pencaharian yang memiliki kekhasan tersendiri.
hidup, sistem religi, dan kesenian. Suku yang mendiami Dataran Tinggi
Unsur-unsur tersebut berjumlah tujuh, Gayo ini memiliki adat istiadat yang
dimana hampir semua unsur tersebut berbeda dengan Suku Aceh pada
dapat kita temukan diberbagai umumnya. Edet Sumang merupakan
belahanan daerah bumi nusantara ini. salah satu hasil adat istiadat yang sudah
Terlepas dari itu, ada yang dikatakan lama berkembang dalam kehidupan
dalam kebudayaan juga sudah masyarakat Gayo menjadi bukti bahwa
mencakup tentang adat istiadat dalam suku Gayo memiliki ciri khas tersendiri.
masyarakat. Sebagaimana Taylor Sumang merupakan istilah hukum,
mengemukakan bahwa adat istiadat norma, dan etika yang tidak tertulis.
Masyarakat Gayo sendiri menjadikan
2
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

sumang sebagai aturan dalam bertata perubahan gejala-gejala, fakta-fakta,


kerama dan kesopanan. Dalam adat maupun kejadian-kejadian secara
sumang sendiri mencakup larangan sistematis yang berkaitan dengan sifat-
maupun aturan tentang berbicara, sifat dari masyarakat maka akan
berjalan, duduk/tempat tinggal, dan digunakan juga pendekatan deskriptif,
pandangan. Larangan ini menjadi dengan tujuan melihat perubahan yang
keunikan dan kekhasan masyarakat terjadi dalam masyarakat Gayo sendiri.
Gayo karena sumang sendiri merupakan
kombinasi antara budaya lokal dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
ajaran Islam. Sumang sudah lama Gambaran Umum Masyarakat Gayo
menjadi aturan hukum adat masyarakat Suku Gayo adalah salah satu suku
Gayo, akan tetapi pengaruh era bangsa yang berada di Provinsi Aceh
globalisasi dewasa ini menjadi hal yang yang berdiam di Kabupaten Aceh
dianggap telah menggeser nilai-nilai Tengah dan sekitarnya. Daerah asal
sumang. Padahal era globalisasi ini kediaman orang Gayo ini dikenal
sumang seharusnya bisa menjadi filter dengan nama Dataran Tinggi Gayo dan
pergeseran adat istiadat dalam orang Gayo sendiri menyebutnya
masyarakat Gayo karena sumang sendiri dengan istilah Tanoh Gayo, yang artinya
memiliki nilai-nilai karakter bangsa Tanah Gayo, karena sebagian besar
yang memuat nilai-nilai budi pekerti. penduduknya adalah orang Gayo (Said,
Selain itu, sudah seharusnya sumang 1961:384). Suku Gayo menyebut diri
harus tetap dilestarikan dalam arus mereka sebagai urang Gayo, dari segi
globalisasi ini dengan cara revitalisasi kebudayaan suku Gayo memang
kembali. Penelitian ini bertujuan untuk memiliki kebudayaan yang berbeda
mendeskripsikan pengertian sumang, dengan suku Aceh pada umumnya. Hal
sejarah munculnya adat sumang, ini terlihat dari adat istiadat, bahasa,
macam-macam sumang dan nilai-nilai maupun seni yang ada, terlihat jelas
karakter budaya sumang. bahwa memang ada perbedaan dengan
suku Aceh. Namun demikian, ajaran
METODE PENELITIAN Islam yang masuk dan tersebar
Metode yang digunakan dalam keseluruh Aceh menjadikan suku
penelitian ini adalah metode sejarah tersebut saling hidup berdampingan
dengan pendekatan kualitatif. Prosedur serta menjadikan kebudayaan sedikit
yang digunakan dalam metode sejarah banyaknya memiliki kesamaan karena
sendiri dapat dibagi menjadi empat tetap memuat unsur ajaran Islam dan
tahap yakni: (1) heuristik yaitu menjadikan terikat tali persaudaraan.
pengumpulan data, dimana data yang Bagi suku Gayo, agama Islam dengan
dikumpulkan dari berbagai sumber baik segala kaidahnya merupakan acuan
dari buku, jurnal, atau dokumen yang utama perilaku mereka yang
berkaitan dengan sumang; (2) kritik bergandeng dengan norma adat yang
sumber yaitu kritik yang dilakukan ada.
terhadap data yang telah dikumpulkan Suku Gayo sendiri berada di
dengan cara melakukan kritik eksternal dataran yang cukup tinggi untuk
dan kritik internal; (3) interpretasi yaitu wilayah Aceh. Hampir seluruh wilayah
analisis yang dilakukan terhadap kabupaten dikelilingi dan berada
hubungan antara fakta yang berkaitan diantara bukit barisan. Keadaan
dengan sumang; dan (4) historiografi wilayah berbukit pula yang menjadikan
yaitu penulisan sejarah, dimana orang Gayo memiliki kelompok-
penulisan ini merupakan tahap akhir kelompok sesuai wilayah yang mereka
yang pada akhirnya akan menghasilkan diami. Pada saat ini wilayah kediaman
sebuah tulisan tentang sumang. Karena suku Gayo sendiri meliputi Kabupaten
dalam penelitian ini juga mencari Aceh Tengah, Kabupaten Bener
3
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

Meriah, Kabupaten Gayo Lues, Pengertian Sumang


sebagian dari wilayah Kabupaten Aceh Dalam Kamus Bahasa Indonesia –
Tenggara dan sebagian Kabupaten Bahasa Gayo menyebutkan bahwa
Aceh Timur. Orang Gayo yang tinggal sumang adalah ling gere jeroh, gere kona,
di Kabupaten Aceh Tengah biasanya gere jujur atau pecogah yang berarti
disebut orang Gayo Lut. Sementara ucapan yang tidak baik, tidak bisa
lingkungan alam kediaman orang Gayo digunakan, tidak jujur atau berbohong
di Kabupaten Aceh Tengah berada (Thantawy, 1996:88). Sumang juga
pada ketinggian antara 400-2.600 meter menyangkut kepada norma-norma,
diatas permukaan laut. Ditengah-tengah prilaku yang tidak baik atau prilaku
kabupaten membentang luas danau yang tidak menunjang sopan santun
yang bernama Danau Laut Tawar (Melalatoa, 1997:204). Lebih dari itu
(Setyantoro, 2011:5). Takengon sumang sendiri memberikan makna
menjadi ibukota Kabupaten Aceh perbuatan atau tindakan yang
Tengah, dimana kabupaten ini 71,6 % menyimpang dari kebiasaan tatakrama
wilayahnya tertutup oleh hutan dan 8,9 yang berlaku di Gayo. Perbuatan dan
% oleh hutan pinus mercusi. tindakan ini selalu bertentangan dengan
Sebelum kedatangan kolonial adat, dilihat dari sisi lainya juga jelas
Belanda, suku Gayo yang berdiam di bentuk perbuatan itu tergolong tidak
Dataran Tinggi Gayo dipimpin oleh terpuji karena meresahkan masyarakat
seorang reje. Bentuk kerajaan biasanya dan lingkungannya (Pinan, 1998:243).
dibagi-bagi berdasarkan wilayah. Selain itu sumang merupakan
Dengan demikian, tampak beberapa sebutan untuk adat atau norma adat
wilayah kecil dipimpin oleh reje (kecil). masyarakat pada suku Gayo. Karena
Kerajaan yang ada tetap tunduk pada disebut norma adat, maka sumang
Kerajaan Aceh dimana dibentuk pula sendiri bukan benda abstrak. Walaupun
kejurun sebagai pengontrol wilayah- bukan benda abstrak akan tetapi jika
wilayah tersebut. Sejak masuknya diberikan subjek maka akan muncul
kolonial Belanda tahun 1904 yang nilai-nilai yang tidak lepas dari
berakhir pada tahun 1942 Kota penilaian manusia. Sumang juga
Takengon sendiri pernah menjadi Onder merupakan wujud konkret berupa pesan
Afdeeling di era kolonial Belanda, atau seruan yang mengatur dan
selanjutnya pada masa pendudukan mengukur aspek-aspek tertentu dalam
Jepang Takengon berubah menjadi Gun hidup bermasyarakat. Sehingga sumang
yang dipimpin oleh Gunco dari tahun dikatakan aturan yang berguna untuk
1942 hingga 1945. Namun setelah menuntun sikap dan perilaku pada
Indonesia Merdeka dengan masyarakat Gayo itu sendiri.
diproklamirkannya pada tanggal 17 Adat sumang sendiri mengatur
Agustus 1945 maka berubah pula nama tentang tata pergaulan masyarakat
gun menjadi kabupaten. Kabupaten dalam berinteraksi dalam pergaulan.
Aceh Tengah sendiri berdiri pada Pergaulan yang dimaksud adalah
tanggal 14 April 1948 dan dikukuhkan peraturan yang berbentuk larangan
kembali pada tanggal 14 November dalam pergaulan antara laki-laki dan
1956. Adapun wilayah yang mencakup perempuan baik muda mudi maupun
tiga kewedanaan antara lain kewedanaan dewasa yang bukan muhrimnya
Takengon, kewedanaan Gayo Lues, dan (Lestari, 2012: 9). Sumang memang
kewedanaan Tanah Alas. Sejak kolonial melekat dan terikat dengan nilai dan
Belanda masuk pembangunan jalan norma, jika keduanya ada maka akan
memberikan dampak positif, dimana muncul juga kata moral dan etika.
daerah Takengon mulai terbuka dengan Sumang mengatur individu seseorang
dunia luar dan sering dikunjungi oleh untuk menjadi pribadi yang tertib,
para pedagang. mukemel, dan saling bersikemelen.
4
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

Sedangkan norma, yang mana dalam disepakati dan dijalankan menjadi


kehidupan masyarakat Gayo juga sebuah bentuk budaya sumang”. Namun
dijadikan sebagai hukum yang demikian, perlu ditekankan bahwa pada
mengatur tentang kesopanan/etika, dan saat itu kemungkinan besar sumang
norma moral. Dengan demikian bisa masih berlaku pada masing-masing
dikatakan bahwa sumang merupakan kelompok dan masih dalam bentuk
aturan adat atau norma yang berlaku yang sederhana dalam artian belum
dalam masyarakat Gayo dengan tujuan semua aturan masuk dalam pembagian
untuk mengatur tata cara bergaul sumang seperti saat sekarang ini. Etika
seperti tatakrama, kesopanan/etika, dan yang terbentuk pada saat itu selanjutnya
perbuatan yang tidak terpuji dalam menjadi rujukan orientasi pada
kehidupan sehari-hari pada suku Gayo. moralitas masyarakat. Secara
konseptual pada saat itu sumang lebih
Sejarah Munculnya Adat Sumang menekankan pada penghormatan saja
Sumang adalah adat berupa aturan yang belum pada pergaulan, menginat masa
dibuat oleh masyarakat Gayo. itu ajaran kesopanan pengaruh agama
Berbicara mengenai asal usul kapan belum masuk dan yang masih ada
sumang dibuat tidak ada yang mampu hanya berdasarkan kepercayaan.
menjawab secara pasti. Sejauh ini tidak Sebelum masuk Islam atau
ada satupun catatan sejarah mampu pengaruh luar, masyarakat Gayo terus
menjelaskan secara jelas tentang asal berbenah dengan segala budaya dan
usul sumang, adat sumang sendiri telah adat istiadatnya. Masyarakat Gayo
tumbuh berkembang menjadi norma telah merumuskan prinsip-prinsip adat
adat yang dipatuhi oleh masyarakat yang disebut kemalun ni edet. Prinsip
Gayo. Selama ini, mengenai asal usul adat ini menyangkut harga diri (malu)
sumang biasanya hanya cerita lisan yang harus dijaga, diamalkan, dan
(riwayat verbal) yang berkembang dipertahankan oleh kelompok kerabat
dalam masyarakat Gayo berupa tertentu, kelompok satu rumah (sara
kekeberen (cerita) yang diturunkan dari umah), dan klen (belah). Keseluruhan
generasi kegenerasi berikutnya. anggota kelompok ini disebut satu
Dalam cerita masyarakat Gayo kesatuan harga diri (sara kekemelen) adat
ada dua versi yang menyebutkan ini selanjutnya akan mempengaruhi
lahirnya sumang dalam masyarakat tindakan anggota kelompok dalam
Gayo. Pertama, ada yang berpendapat mempertahankan prinsip-prinsip yang
bahwa sumang sudah ada sejak nenek tadi (Setyantoro, 2011:6). Karena pada
moyang bangsa suku Gayo bermukim saat itu masih hidup berkelompok,
di Dataran Tinggi Gayo. Merujuk dari biasanya adat sumang diatur dan
pendapatnya Wiradnyana dan Setiawan dipegang oleh kepala adat. Karena
(2011:127), “bahwa sejak zaman bersifat normatif dan tidak tertulis maka
prasejarah orang Gayo sudah memiliki sumang biasanya disampaikan secara
etika yang digambarkan dalam bentuk lisan oleh pemangku adat. Kepatuhan
perlakuan terhadap orang yang masyarakat kepada pemimpin atau
memiliki struktur yang tinggi di pemangku adat menjadikan adat sumang
kelompoknya dan juga berdasarkan harus dipatuhi oleh seluruh lapisan
umur maka akan diberlakukan secara masyarakat tanpa ada batasan sosial.
khusus ketika orang itu meninggal. Kepatuhan terhadap aturan yang
Lebih dari itu bahwa masyarakat pada bersifat normatif tersebut terus menerus
saat itu sudah bisa membedakan antara diamalkan dan dijalankan dalam
manusia dengan hewan, maka terlihat kehidupan sehari-hari menjadikan
disini aspek penghormatan yang sumang menjadi tradisi dan hukum.
tercermin dari aspek etika. Selanjutnya Sedangkan ranah yang masuk dalam
etika inilah dijadikan sebuah nilai yang adat sumang adalah hal yang dianggap
5
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

gere jeroh (tidak baik), gere mampat (tidak artian dalam setiap kebijakan yang
bagus), dan jes (tidak sopan). dibuat harus berdasarkan mupakat
Sedangkan pendapat yang kedua, (musyawarah). Saat ini pula sumang
ada yang berpendapat bahwa sumang diyakini telah dibentuk dan mulai
ada sejak masyarakat Gayo ada. dijalankan. Konon adat sumang disusun
Pendapat ini lebih menekankan pada dan dibuat dengan cara musyawarahkan
masa Kerajaan Linge dan Kerajaan Isaq terlebih dahulu yang melibatkan Sarak
yang diyakini sebagai awal Opat. Hukum adat yang disusun dan
terbentuknya sumang. Merujuk dari dibentuk pada dasarnya bukan hukum
pendapat PaEni (1977:3) “di Tanah adat yang tertulis melainkan hukum
Gayo terdapat empat kerajaan utama adat normatif.
yang merupakan daerah asal dari orang- Sistem musyawarah tersebut juga
orang Gayo. Kerajaan itu antara lain: dijadikan sebagai falsafah masyarakat
Syiah Utama berpusat di Nosar, Linge Gayo hingga saat ini. Dimana adat
berpusat di Isaq, Cik berpusat di istiadat sebagai unsur kebudayaan Gayo
Bebesen, dan Bukit berpusat di dengan menganut prinsip keramat
Kebayakan”. Dalam masyarakat Gayo mupakat behu berdedele yang artinya
sendiri mempercayai bahwa kerajaan kemuliaan karena mufakat, berani
yang tertua adalah Kerajaan Linge yang karena bersama (Lestari, 2012:6).
berpusat di Isaq. Atas dasar inilah Masuknya agama Islam ke dataran
masyarakat Gayo meyakini bahwa asal tinggi Gayo membuat masyarakat Gayo
usul sumang bermula dari kerajaan mengadaptasi ajaran Islam kedalam
tersebut. Pada masa Kerajaan Linge I, istiadat mereka. Adat istiadat yang telah
sistem belah (klen) sudah ada sehingga diadaptasi tersebut selanjutnya disebut
setiap kampung sudah ada pembagian hukum adat yang berlandaskan syariat
klen. Dimana menurut Melalatoa atau adat mutamainah, hukum adat
(1982:46) “belah berada di bawah satu seperti sumang diperkirakan sudah ada
kesatuan pimpinan yang tediri dari Reje, pada abad ke 13 Hijriah (Hakim dan
Petue, Imem, dan rakyat, keempatnya Ibrahim, 2002:5). Sejak itupula
dalam masyarakat Gayo disebut Sarak keterjalinan antara agama dan adat
Opat. Kepemimpinan Sarak Opat ini terekam jelas yang melekat menjadi
lebih banyak mengikuti norma-norma ungkapan “edet peger ni agama” yang
adat setempat dan norma agama”. berarti adat masyarakat Gayo pelindung
Dalam masyarakat Gayo Islam (Loren dalam Setyantoro,
kepemimpinan Sarak Opat disimbulkan 2011:6). Adat yang telah ada benar-
pada sebuah motif pada kerawang Gayo. benar dihayati oleh masyarakat Gayo,
Perlu disadari bahwa sejak Islam inipula menjadi dasar prinsip orang
masuk ke Aceh, rakyat Gayo Gayo harus berani berkorban meskipun
seluruhnya juga mendapat pengaruh dengan darah dan nyawa demi tegaknya
Islam. Secara umum, sejak masuknya harga diri. Hal ini tercermin melalui
Islam menjadikan kebudayaan Gayo ungkapan adat “ike kemel mate” yang
juga bernafaskan Islam. Karena pada berarti jika malu lebih baik mati.
saat itu, hubungan antara Kerajaan Selanjutnya masa kerajaan Linge
Aceh dengan Kerajaan Linge maupun ini dilakukan menetapan 45 Pasal Adat
lainnya sangat rapat dikarenakan Negeri Linge. Dalam menetapkan ke 45
pengaruh Islam yang sangat kuat Pasal tersebut disusun secara bersama
menjadikan tali persaudaraan juga yang melibatkan pimpinan agama dan
selalu terjaga. Pada saat itu, reje para pemuka adat setempat. Keempat
dijadikan sebagai pemegang edet (adat) puluh lima pasal tersebut selanjutnya
di dalam masing-masing wilayah yang dijadikan dokumen awal penulisan
dipimpinnya. Dalam kepemimpinanya hukum adat Gayo yang mana pada
reje menggunakan sistem sedere dalam tahun 1940 kemudian dikokohkan oleh
6
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

residen Aceh (Ibrahim dan Hakim, dengan yang sebaya. Biasanya jika anak
2003:46). Disebutkan bahwa dalam muda berbicara dengan orang lebih tua
Pasal Adat Negeri Linge tersebut, atau bahkan sudah tua maka diharuskan
dimana dalam sebuah pasal berbicara dengan bertutur. Menurut
menjelaskan tentang adat sumang. Melalatoa (1985:406) tutur sendiri
Alasan inilah yang menyebabkan adat merupakan sistem panggilan atau
sumang dikatakan telah ada sejak bentuk sapaan yang ada dalam
masyarakat Gayo bermukim di Dataran masyarakat Gayo. Selain itu, tutur juga
Tinggi Gayo. dapat didefinisikan sebagai sistem atau
Berdasarkan historis, sumang istilah dalam kekerabatan suku Gayo.
adalah salah satu norma adat yang Aturan ini juga sebenarnya tidak
bersifat tradisional. Sumang dikatakan saja mengatur larangan dalam
sebagai hasil dari local genius yang berbicara. Lebih dari itu, sumang ini
menjadikan local wisdom pada suku juga mengatur bagaimana tata cara
Gayo. Hal tersebut tercermin dari seseorang berakhlak yang mana
masyarakat Gayo mampu memahami biasanya tidak lepas dari ucapan yang
pentingnya sebuah aturan, dengan mencerminkan seseorang tidak memiliki
menggunakan akal budinya para petua akhlakul karimah. Dalam artian, sumang
adat terdahulu mampu membuat ini jelas mengatur pergaulan seseorang
menggunakan akal pikirannya dalam dalam berbicara dan harus tau tata cara,
membuat aturan yang bertujuan agar adab, kesopanan dan etika agar tidak
tidak terjadi penyimpangan dalam dikatakan jis-jissen (tidak memiliki rasa
kehidupan bermasyarakat. Sumang hormat terhadap orang lain).
patut kiranya dikatakan sebagai usaha Sehingga terlihat jelas
kognisi yang menghasilkan bagaimana suku Gayo memiliki adat
kebijaksanaan. Dalam sejarahnya yang kiranya dapat mengatur setiap
sumang berlaku bagi semua lapisan orang dalam berbicara. Penekanannya
masyarakat tanpa membedakan bahwa setiap orang harus melihat pong
stratifikasi sosial. becerak (lawan bicara) atau sebelum
berbicara harus melihat tingkatannya.
Macam-Macam Sumang Dalam kehidupan sehari-hari aturan
1. Sumang Peceraken bagaimana cara seorang anak berbicara
Dalam adat Gayo ada larangan dalam dengan orang tuanya, dimana anak
berbicara atau berkata yang memang tersebut tidak boleh mengucapkan kata
dianggap tidak pantas. Perkataan yang yang dianggap mice, gere jeroh, dan entah
biasanya dilarang meliputi ucapan yang sesanah (yang jorok, kotor, dan porno)
dianggap tabu dan porno bahkan nakal. kepada orang tuanya baik itu dengan
Untuk mengatur tata cara berbicara dan bercerita sekalipun. Begitu juga
berkata tersebut maka ada aturan yang sebaliknya dilarang orang tua berkata
disebut sumang peceraken yang jika kotor atau porno didepan anaknya.
diartikan kedalam bahasa Indonesia Sebenarnya aturan seperti ini juga
adalah aturan dalam berbicara berlaku di tempat umum atau di depan
(pembicaraan). orang lain. Selain itu sumang peceraken
Sumang peceraken juga sering sebenarnya juga mencakup hal-hal
diterjemahkan oleh masyarakat Gayo lainnya seperti bung (angkuh), jengkat
sendiri sebagai aturan dimana setiap (sombong), dan jejogon (kasar).
ucapan yang dipandang tidak pada Dalam berumah tangga sumang
tempatnya. Selain itu, sumang ini ini sebenarnya tidak saja berlaku untuk
mengatur bagaimana tata cara berbicara anak dengan orang tua akan tetapi juga
antara yang muda dengan yang tua, berlaku untuk seorang istri kepada
seorang anak dengan orang tuanya, suami. Sebagai contoh, seorang istri
murid dengan gurunya, yang sebaya dilarang memanggil suaminya dengan
7
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

panggilan ko (kau), karena kata-kata inen tue (ibu mertua) dengan kile
tersebut dianggap tidak pantas. Lalu (menantu laki-laki), dimana keduanya
biasanya panggilan ko akan diganti dilarang untuk pergi ketempat yang sepi
dengan kam atau me, kata ini dianggap seperti ku empus (kebun). Begitu juga
lebih sopan dan hormat. Dengan dengan aman tue (bapak mertua) dengan
demikian bisa dikatakan etika dalam pemen (menantu perempuan) yang
berkomunkasi tidak saja diatur dalam memiliki larangan pergi berduaan
keluarga (anggota keluarga) saja akan apalagi ketempat yang sunyi dan sepi.
tetapi hampir menyeluruh. Jika ini terjadi biasa akan menjadi
omongan masyarakat dan dikucilkan
2. Sumang Pelangkahen masyarakat. Walau demikian ada saat-
Sumang pelangkahen atau sumang saat genting kadang aturan ini dilanggar
peralanen merupakan aturan yang seperti saat sang menantu sakit maka
mengatur tentang pelangkahen/peralanen tidak menjadi masalah seorang bapak
(perjalanan). Perjalanan yang dimaksud mengantar anaknya untuk berobat tentu
disini bukan hal yang perjalanan seperti harus melewati tempat sepi maka saat
perjalanan seorang dari desa ke kota, seperti ini diperbolehkan.
akan tetapi lebih pada aturan pada Dengan demikian sumang ini
siapa, dengan siapa, dan kemananya dapat dikatakan sebagai aturan yang
seseorang itu berjalan. berlaku untuk menghindari terjadinya
Dalam masyarakat Gayo aturan pelecehan seksual, perjinahan, dan
ini tidak berlaku untuk semua orang. pemerkosaan. Selain itu, dengan adanya
Dalam artian hanya berlaku bagi aturan ini tentu akan berdampak
sebagian orang saja. Dalam Islam teradap tetap terjaganya nama baik
sendiri ada yang dikatakan yang muhrim keluarga dan masyarakat seuatu desa.
dan bukan muhrim maka aturan ini
kiranya sama dengan aturan ajaran 3. Sumang Kenunulen
Islam tersebut. Dimana larangan ini Menggunakan tempat tidak pada
menekankan pada aturan larangan fungsinya dan tidak menghormati orang
melakukan perjalanan dengan yang lain yang sedang duduk ditempat itu
bukan muhrimnya. Dalam masyarakat dapat dipandang sebagai sumang
Gayo sendiri sumang ini dianggap tidak kenunulen (Ibrahim, 1986:20). Sumang
baik jika seorang laki-laki berjalan ini pada dasarnya dalam pandangan
dengan perempuan yang bukan masyarakat Gayo dibagi menjadi dua
muhrimnya baik ditempat yang ramai yaitu sumang kenunulen dan sumang
maupun ditempat yang sepi yang jauh kedudukan. Sumang ini merupakan
dari pandangan orang banyak. larangan dalam cara duduk dan tempat
Masyarakat Gayo juga sangat kuat tinggal. Sebagaimana sumang kenunulen
memberikan aturan pada jema banan disini ditekankan pada larangan atau
(perempuan) dan beru sedang (anak etika cara duduk sesuai dengan tempat
gadis) untuk tidak keluar rumah dimana dia duduk dan dengan siapa dia
sendirian apalagi diwaktu malam hari. duduk. Seperti seorang pemen (menantu
Hal ini juga menyangkut dengan perempuan) duduk berdekatan dengan
sumang pelangkahen. aman tue (orang tua si suami) walaupun
Walaupun dikatakan sumang ini disana ada suami tetap saja ini menjadi
berdasarkan ajaran Islam dimana hal yang tabu dan tidak boleh
penekanannya pada tidak muhrim, akan dilakukan. Biasanya dalam masyarakat
tetapi dalam pandangan masyarakat Gayo hal yang berkaitan dengan etika
Gayo ada beberapa anggota keluarga cara duduk ini juga sering dikatakan
yang sudah muhrim juga diberlakukan dengan istilah kemali (pamali). Katakan
aturan sumang pelangkahen. Hal ini saja seorang anak perempuan dilarang
terlihat dalam aturan batasan antara duduk di depan pintu dan untuk orang
8
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

tua diharuskan duduk i uken (tidak Pertemuan antara anggota masyarakat


berdekatan dengan pintu). Sehingga diatur agar tidak terjadi hal yang
tidak heran jika dalam satu keluarga dianggap bertentangan dengan norma
dan perkumpulan biasanya sudah adat yang telah ditentukan. Pada
masing-masing orang akan dasarnya aturan pertemuan yang
menyesuaikan diri dimana harus duduk menimbulkan komukasi memiliki dasar
dan dengan siapa dia duduk. yang cukup kuat, dimana aturan
Sedangkan sumang keduduken tersebut guna menghindari penglihatan
menekankan pada tempat tinggal atau dari sesuatu yang dianggap tidak
sebuah tempat. Dimana larangannya pantas. Oleh karena itu adanya budaya
adalah tidak bolehnya seorang malu terhadap penglihatan atau sumang
perempuan tinggal serumah dengan penerahen/penengonen untuk mengatur
laki-laki yang bukan mahramnya. bagaimana cara penglihat dalam budaya
Namun demikian, tidak saja untuk yang Gayo. Sumang ini pada dasarnya
bukan mahramnya, akan tetapi sumang berlaku untuk yang bukan muhrim atau
ini juga berlaku untuk larangan seperti lawan jenis yang dianggap tidak ada
inen tue (mertua perempuan) dengan kile ikatan keluarga. Sebagaimana menurut
(menantu laki-laki) yang tinggal atau Lestari (2012:13) sumang ini merupakan
ditinggal anggota keluarga lainnya larangan melihat aurat, memperlihatkan
dalam satu bahkan serumah. Jika itu aurat atau memandang secara birahi.
terjadi maka dianjurkan salah satu dari Hal ini dianggap tabu karena
mereka harus keluar untuk sementara dikhawatirkan dapat terjerumus dalam
dari rumah tersebut hingga anggota kemaksiatan. Sedangkan menurut
keluarga yang lain kembali. Syukri (2017:412) memandang wanita
Ada yang lebih ditekankan pada dengan iktikad yang tidak baik. Artinya
sumang yang ini yaitu larangan suami sangat merasa malu jika seorang pria
atau istri masuk kerumah orang lain melihat seorang wanita dengan
yang mana rumah tersebut merupakan pandangan hawa nafsu.
rumah orang lain, dimana rumah Dengan demikian sumang penerahen
tersebut sang istrinya atau suaminya atau penengonen bertujuan untuk
tidak berada dirumah. Jika ini terjadi mengontrol pandangan dari hal yang
maka akan diberikan sangsi adat yaitu dianggap tidak pantas atau tercela. Ini
dikucilkan dan akan diusir dari kampung juga menjadi pantangan karena jika
(desa) tersebut. Selain itu, biasanya dilakukan maka bisa saja seseorang
akan diberikan denda sesuai ketentuan akan bernafsu dan terjerumus pada
adat. Tentu hal ini merupakan aturan kemaksiatan.
yang memberikan peringatan yang akan
memberikan dampak positif agar tidak Nilai-Nilai Karakter Budaya Sumang
terjadi perselingkuhan. Kebudayaan memiliki nilai-nilai yang
selalu diwariskan dan dilaksanakan
4. Sumang Penerahen atau Penengonen dalam masyarakat secara turun-
Pertemuan antara individu atau temurun. Nilai-nilai budaya biasanya
komunitas yang satu dengan yang lain ditafsirkan seiring dengan mozaik-
akan melahirkan sebuah kontak mozaik perubahan sosial dalam
pemikiran dan budaya yang dimiliki masyarakat tersebut. Setiap kebudayaan
oleh masing-masing pihak sehingga memiliki eksistensi yang beragam,
terjadi proses dialektika pemikiran dan tergantung bagaimana masyarakat
budaya secara kontinu (Roqib, memahami dan melaksanakannya.
2007:79). Dalam masyarakat Gayo Namun demikian, pada dasarnya
terjadinya kontak pemikiran dalam cara budaya sendiri memiliki nilai-nilai luhur
berdialek antar mereka dan dengan dan budi pekerti.Lebih dari itu, menurut
orang luar telah diatur sejak dulu. Geerts (1992:5) “kebudayaan sendiri
9
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

merupakan pola dari pengertian- Unsur budaya sumang dianggap


pengertian atau makna yang terjalin memiliki nilai-nilai yang dapat
secara menyeluruh dalam simbol- membentuk karakter masyarakat dan
simbol yang ditransmisikan secara bangsa. Budaya sumang disadari sebagai
historis, suatu sistem mengenai bentuk aturan atau norma yang
konsepsi-konsepsi yang diwariskan bertujuan untuk kepentingan
dalam bentuk simbolik yang dengan masyarakat secara umum. Sumang
cara tersebut manusia berkomunikasi, sendiri bukan saja dilakukan secara
melestarikan dan mengembangkan bersama-sama untuk kepentingan
pengetahuan dan sikap mereka umum akan tetapi juga berlaku pada
terhadap kehidupan”. Dalam kepentingan pribadi. Setiap individu
kebudayaan adat istiadat dianggap sekiranya harus menanamkan dan
tingkatan paling tinggi. Adat istiadat mengamalkan sumang sebagai pemeger
sendiri biasanya dijadikan sebagai (pemagar) dan pembendung diri dari hal
konsep dasar dalam mengatur warga yang dianggap gere pantas (tidak pantas).
masyarakat sehingga terciptanya sebuah Selain menjaga diri sendiri, budaya
karakter yang melekat pada masyarakat sumang juga mampu menjaga nama baik
yang bersangkutan. keluarga, dan menjaga nama baik
Atas dasar itu pula, kebudayaan kelompok warga masyarakatnya. Jika
memiliki peranan penting dalam ditinjau dari sudut pandang
pengembangan karakter masyarakat agama,sesuai dengan agama yang
dan bangsa. Budaya memiliki nilai-nilai dianut oleh masyarakat Gayo yaitu
yang cukup memberikan pengaruh Islam.Oleh karena itu, tidak heran jika
terhadap nilai kesopanan (sopan sumang sangat berkaitan erat dengan
santun), kejujuran, dan adanya rasa ajaran Islam. Lebih jauh, Lestari
saling menghargai. Dalam proses (2012:9) menegaskan bahwa
budaya bergerak dari pre-figurative ke co- “masyarakat Gayo merekonstruksi
figurative yang selanjutnya menunju post- larangan agama dalam adat
figurative secara cepat menunju kehidupannya yang disebut sumang”.
perubahan tentu tidak lepas dari Sehingga tidak heran setiap unsur
pengaruh globalisasi. Dampkanya, budaya selalu berkaitan dengan ajaran
negara akan hancur jika nilai-nilai budi Islam yang menjadi keterpaduan, hasil
luhur nan berpekerti tidak lagi dari keterpaduan tersebut selanjutnya
diterapkan dalam masyarakat. Seperti dijadikan syariat.
halnya menurut Lickona (1992:32) Perlu disadari bahwa sumang
bahwa ada 10 tanda perilaku manusia salah satu dasar dalam pembentukan
yang menunjukkan arah kehancuran karakter warga masyarakat dan bangsa.
suatu bangsa yaitu: (1) meningkatnya Dalam kehidupan bermasyarakat dan
kekerasan dalam kalangan remaja; (2) bernegara, jika budayasumang benar-
ketidakjujuran yang menjadi budaya; benar diamalkan maka akan terbentuk
(3) meningkatnya rasa tidak hormat sikap dan perilaku yang penuh dengan
kepada orang tua, guru, dan pada kaidah-kaidah pada kebaikan. Konsep
pemimpin; (4) pengaruh peer group budaya sumang memang mempunyai
terhadap tindakan kekerasan; (5) makna untuk menjaga, namun lebih
semakin meningkatnya kebencian dan dari itu, jika sumang tetap diberlakukan
kecurigaan; (6) penggunaan bahasa maka akan terbentuk national character
yang memburuk; (7) menurunnya etos yang mencirikan kepribadian yang
kerja; (8) menurunnya rasa khusus (khas) dalam bernegara. Karena
tanggungjawab individu dan warga dalam sumang dipengaruhi oleh nilai-
negara; (9) meningkatnya perilaku nilai agama maka dimensi spiritual hal
merusak diri; dan (10) semakin yang utama yang jika dimplementasikan
kaburnya pedoman moral. akan membentuk perilaku dan sikap
10
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

yang baik. Budaya sumang sendiri sara menjaga nama baik dirinya, keluarga,
akan nilai-nilai karakter, nilai-nilai warganya, dan negaranya.
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:  Cinta Damai
 Religius Sumang juga memiliki nilai yang
Sumang ditransformasikan dalam mengandung cinta damai. Bentuk cinta
bentuk nilai-nilai karakter secara umum damai tersebut terlihat dari keseharian
yaitu memiliki nilai religius. Karena masyarakat diharuskan menjaga
sumang merupakan norma, aturan, harmoni, keselarasan, dan tenggag rasa.
larangan sesuai dengan ajaran agama Dalam artian bahwa masyarakat Gayo
yang diyakini serta mempunyai jiwa diharuskan menjaga interaksi sosial dan
penuh tanggung jawab dalam prilaku sosial agar tidak terjadi gesekan.
menjalankan ajaran agama Islam sesuai Larangan yang diberlakukan berguna
dengan “menjalankan perintahnya dan dalam menjaga stabilitas hidup
menjauhi larangannya”. Jika dilihat, bermasyarakat atau tidak menimbulkan
budaya sumang memang hasil dari konflik.
integrasi ajaran Islam yang penuh  Peduli Sosial
dengan akidah dan akhlak. Selain Sumang bisa dikatakan juga memiliki
religius, sumang juga memiliki nilai nilai-nilai peduli sosial. Bantuan pada
tanggung jawab dimana sesorang dasarnya tidak saja dinilai dari
memiliki kewajiban dan tugas dalam pemberian berupa benda, akan tetapi
bersikap serta prilaku baik terhadap bantuan berupa tindakan dan sikap juga
dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan termasuk dalam nilai peduli sosial.
(alam, sosial, budaya), negara dan Sumang mengajarkan seseorang agar
Tuhan Yang Maha Esa. Disini dapat peduli terhadap masyarakat dengan cara
diartikan bahwa masyarakat Gayo memberikan tindakan jika seseorang
menangung tanggung jawab dan tersebut dianggap melanggar apa yang
kewajiban dalam menjalankan ajaran sudah berlaku dalam masyarakat. Selain
agama sekaligus untuk mengontrol itu, dalam bersikap tentu sumang
sikap dan perilaku untuk menjaga diri mengajarkan seseorang itu untuk bisa
sendiri, keluarga, masyarakat, dan mengatur dirinya dalam etika dan
negara. Dengan tujuan agar masyarakat kesopanan sesuai nilai-nilai hakiki
menjalankan apa yang diperintahkan sesuai ajaran leluhur.
Allah dan menjauhi apa yang menjadi  Jujur
dilarangNya. Budaya sumang memiliki nilai-nilai
 Nilai Tanggung Jawab kejujuran. Masyarakat Gayo ditekankan
Dalam budaya sumang terdapat nilai untuk selalu memegang amanah (jujur).
tanggung jawab baik untuk diri sendiri Sebagaimana sumang memberikan
maupun warga masyarakatnya. Sumang gambaran bagaimana masyarakat harus
menekankan bahwa setiap individu dan bersikap jujur. Setiap individu
masyarakat harus bertanggung jawab diharuskan untuk bisa jujur serta tidak
dalam menjalankan norma yang melakukan pelanggaran terhadap norma
diberlakukan. Selain itu, setiap individu adat yang sudah berlaku. Oleh karena
dan warga masyarakat memiliki itu, kesadaran dari setiap individu
tanggung jawab dalam menjaga dirinya sangat diharapkan guna terbentuknya
sendiri, keluarga, warga kejujuran yang menjadikan dirinya
(masyarakatnya), dan negara untuk sebagai orang yang dapat dipercaya baik
tidak melakukan hal yang dianggap dari perkataan, tindakan, dan
tidak pantas (sumang). Dalam perbuatan. Selain menumbuhkan
kehidupan bermasyarakat ditekankan kesadaran masyarakat diharapkan selalu
pula setiap warga masyarakat wajib dan terus mengendalikan diri dari
mengingatkan sesamanya untuk tidak perbuatan yang dianggap tercela,
melakukan penyimpangan dan tetap asusila, dan maksiat yang jelas dianggap
11
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

bertentangan dengan akidah dan sumang penengonen yang mana


agama. keempatnya memberikan nilai-nilai
 Kreatif kerja keras masyarakat yang
Budaya sumang merupakan budaya asli dicerminkan melalui penunjukkan
suku Gayo, yang diakulturasikan perilaku tertib dan patuh terhadap
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tentu ketentuan dan aturan sesuai dengan
patut diberikan apresiasi sebesar- budaya sumang. Selain itu, nilai kerja
besarnya pada pemangku adat keras juga tercermin melalui
terdahulu sebagai bentuk pengakuan pengawasan masyarakat terhadap
terhadap kreatifnya para leluhur telah pelanggaran yang terus dilakukan secara
menciptakan adat budaya sumang kontinu.
sebagai bentuk aturan norma yang pada
dasarnya membutuhkan ketajaman hati Revitalisasi Budaya Sumang dalam
dalam membentuk subtansi sumang. Arus Globalisasi
Dalam hal ini, kreatifnya para leluhur Zaman terus berubah sesuai dengan
terdahulu telah mampu menciptkan arus globalisasi, dimana pengaruh
antara keselarasan budaya dengan globalisasi telah masuk sampai penjuru
agama yang mampu menjadi landasan pelosok seperti pedesaan. Ironisnya
masyarakat dalam makrokosmos hamir semua aspek kebudayaan telah
maupun mikrokosmos. tersentuh pengaruh globalisasi mulai
 Demokratis dari yang terkecil hingga yang tersebar
Sumang sebagai budaya yang mengatur dan dari yang muda hingga yang tua.
masyarakat memiliki nilai-nilai Istilah village global tentu memberikan
demokratis. Hal ini tercermin dari gambaran bagaimana desa tersentuh
bagaimana cara setiap individu dalam oleh teknologi dan kemodernan. Hal ini
berfikir, bersikap, dan bertindak menjadikan globalisasi menjadi momok
sehingga selalu adanya rasa saling yang mengerikan terhadap perubahan
menghargai. Selain itu, sumang yang maupun pergeseran budaya.
mana sebagai aturan dalam masyarakat Di samping itu, globalisasi
Gayo yang memberikan tindakan menjadi proses subjektif, karena
kepada siapa saja yang melakukan globalisasi semakin sadarnya manusia
pelanggaran tanpa melihat status akan dunia sebagai keseluruhan.
sosialnya. Hal inilah yang menjadikan Dimana tingkat kepedulian masing-
masyarakat sumang memiliki nilai masing orang tidak lagi ditentukan oleh
demokratis karena menilai sama hak relasi kekeluargaan, kebangsaan, atau
dan kewajiban dirinya dan orang lain. kultural tetapi karena kesadaran bahwa
 Kerja Keras setiap manusia bermartabat sebagai
Pewujudan sumang memang bukan hal manusia, namun lepas dari
yang terlihat jelas, walaupun sudah pertimbangan apapun (Adisusilo,
tertulis dalam pasal adat akan tetapi 2013:349). Dalam hal ini, biasanya
nilai-nilai sumang sendiri biasanya masyarakat akan lebih condong kebarat-
dilihat dari baik dan buruknya sikap, baratan dan masing-masing individu
perbuatan, dan tindakan berhak atas dirinya sendiri yang
seseorang.Sumang sudah menjadi membuat longgarnya kebudayaan lokal
aturan atau norma adat pada yang ada. Kaum modernis yang
masyarakat Gayo maka dapat mencetuskan globalisasi membawa misi
dipastikan ini menjadi tanggung jawab terhadap partikularisme dengan cara
bersama dalam menjalankan aturan westernisasi tenyata telah berhasil
yang berlaku sebagaimana konsep membawa perubahan dalam berbagai
sumang dapat dibagi menjadi opat aspek, tak terkecuali adat sumang.
bagian: sumang kenunulen, sumang Globalisasi dewasa ini telah
peceraken, sumang pelangkahen, dan menjadikan eksistensi sumang menjadi
12
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

kabur dan sedikit mengalami Sumang memiliki peranan yang


pergeseran. Sebelumnya sumang bisa sangat penting dalam mengatur
diartikan sebagai hasil dari legitimasi harmoni sosial masyarakat Gayo yang
masyarakat terhadap budaya. Lebih perlu dilestarikan dan dikembangkan.
dari itu bahwa sumang menjadi hasil Selain menjadi hukum adat, sumang
karya masyarakat Gayo dalam upaya juga harus digarap secara serius guna
mengembangkan sikap yang lebih baik menjaga local wisdom dari masyarakat
serasi, selaras, dan teratur sehingga Gayo yang memiliki nilai tinggi. Dalam
membentuk masyarakat dalam bingkai pelestariannya tentu harus dilakukan
harmoni sosial. Seperti yang oleh semua lapisan masyarakat dan
dikemukakan oleh Setyantoro (2011:6) perlu dibentuk tim khusus seperti para
bahwa sistem nilai budaya Gayo perangkat desa yang kiranya mampu
termasuk sumang sendiri terdiri dari menanamkan kembali sumang pada
nilai utama dan nilai penunjang. Nilai warganya. Peran pemerintah dengan
utama disebut dengan harga diri para pemangku adat bisa kiranya
(mukemel). Sedangkan yang menjadi mencari cara dalam merevitalisasi
nilai penunjang adalah tertib (tertip), kembali budaya sumang mengingat
setia (setie), kasih sayang (semayang belakangan hukum adat ini kian
gemasih), kerja keras (mutentu), amanah tergerus oleh arus globalisasi atau sudah
(amanah), musyawarah (genap mupakat), pada tahap post-figurative yang lebih
tolong menolong (alang tulung). Untuk banyak memberikan dampak negatif.
mewujudkan nilai harga diri biasanya Sejak memasuki zaman gobalisasi yang
masyarakat Gayo harus berkomptensi penuh dengan kemajuan ilmu dan
untuk mendapatkan nilai kompetetif teknologi, jarang sekali adanya
yaitu bersikemelen yang merupakan nilai pembinaan atau sosialisasi terhadap
penggerak. Namun disayangkan saat ini masyarakat menjadikan sumang semakin
nilai budaya sumang sendiri malah kian meredup. Oleh karena itu, perlu adanya
tersudut. revitalisasi terhadap budaya sumang agar
Masyarakat sebenarnya tetap lestari.
menyadari bahwa sumang merupakan Revitalisasi sumang bisa
aturan terhadap tata cara beretika maka dilakukan Pemkab melalui program
jika dilihat dari masa prasejarah sulit pembuatan papan sumang di setiap desa
mengungkapkan bagaimana masyarakat yang ada di Kabupaten Aceh Tengah.
Gayo dalam bertingkah laku hal ini Kegiatan seperti ini bisa juga melakukan
dikarenakan etika merupakan benda kolaborasi dengan Dinas Pendidikan,
budaya non-materi. Namun demikian Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan
dapat diindikasikan melalui Hidup, dan Dinas Syariat Islam.
pemahaman masyarakat setempat. Disamping itu untuk lebih mantap
Berdasarkan penuturan masyarakat dalam program ini perlu juga
Gayo bahwa budaya sumang sudah ada melibatkan Majelis Adat Gayo yang
sejak nenek moyang bangsa Gayo memiliki pemahaman kuat terhadap
bermukim di dataran tinggi Gayo, hukum adat Gayo. Tujuan kerjasama
namun adat istiadat termasuk sumang ini adalah selain saling besinergi dan
diatur kembali pada masa Kerajaan memperkokoh tali persaudaraan,
Linge I (416 H/1025 M). Sumang diharapkan juga masing-masing dinas
selanjutnya ditetapkan dengan 45 pasal mampu memperkenalkan kembali
adat negeri Linge yang selanjutnya budaya sumang pada masyarakat Gayo
pada tahun 1940 dikokohkan menjadi yang merupakan budaya sendiri. Tentu
hukum adat Gayo. Sejak itu, sumang hal ini menjadi langkah awal dalam
menjadi hukum adat Gayo Kabupaten mensosialisasikan kembali budaya
Aceh Tengah. sumang kepada masyarakat luas. Usaha
lainnya adalah mensosialisasikan
13
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

budaya sumang kepada sekolah-sekolah kehidupan bermasyarakat. Dalam


baik melalui pembinaan guru dimana sejarahnya lahirnya adat sumang dalam
budaya sumang kiranya bisa di masyarakat Gayo memiliki dua versi
implementasikan pada siswa melalui yaitu pertama, adat sumang telah ada
modul atau memasukkan pada mata sejak nenek moyang suku bangsa Gayo
pelajaran muatan lokal. Sebagai bentuk bermukim didataran tinggi Gayo.
dokumentasi setiap sekolah juga Dimana sejak zaman prasejarah,
diharapkan mampu membuat papan masyarakat Gayo telah mengenal etika
budaya sumang. Kepada Dinas secara sederhana, ini dibuktikan dari
Pariwisata kiranya tentu kiranya bentuk penguburan mayat. Dalam
melakukan dokumentasi tentang penguburan mayat, masyarakat Gayo
budaya sumang dan melakukan rekam telah dapat membedakan antara
jejak terhadap desa-desa yang masih manusia dengan hewan, maka terlihat
menjunjung tinggi nilai budaya sumang sudah terbentuknya aspek
yang selanjutnya mengembangkan desa penghormatan yang tercermin dari
tersebut sebagai desa percontohan atau aspek etikanya. Selain itu, dalam bentuk
sebagai desa adat yang nantinya bisa penguburan sudah menggambarkan
menjadi daya tarik wisata. Usaha lain penghormatan yang tinggi, ketika
yang dapat dilakukan oleh Dinas meninggal maka perlakuan khusus
Syariat Islam setempat dalam budaya disesuaikan dengan umur. Kedua,
sumang terhadap masyarakat luas pendapat ini lebih menekankan pada
adalah melalui misi agama. Misalnya, masa Kerajaan Linge dan Kerajaan Isaq
dengan masuk ke pondok pesanteren yang ada di tanah Gayo. Diperkirakan
dengan memperkenalkan kembali bahwa masa inilah adat sumang hadir
sumang yang sesuai dengan ajaran Islam yang diperakarsai oleh Kerajaan Linge
dan bisa juga masuk ke pasar-pasar yang berpusat di Isaq. Pada masa ini
untuk memberikan peringatan atau dibentuknya sistem belah (klen) yang
himbauan terkait budaya sumang. berada dibawah kesatuan pemimpin
yang terdiri dari reje, petue. Imem, dan
KESIMPULAN rakyat keempatnya sering disebut sarak
Melihat dari pengertiannya, sumang opat. Keempatnya memiliki peran yang
dalam Kamus Bahasa Indonesia- berbeda- beda dan pada saat inilah
Bahasa Gayo adalah ling gere jeroh, diperkirakan sumang disusun dengan
gere kona, gere jujur atau pecogah yang cara bermusayawarah dengan
berarti ucapan yang tidak baik, tidak melibatkan sarak opat. Sumang pada
bisa digunakan, tidak jujur atau awalnya disusun dan dibentuk bukan
berbohong. Sumang juga menyangkut berupa hukum adat yang tertulis
hal yang berkenaan dengan prilaku melainkan hukum adat normatif yang
seseorang yang tidak sopan dan santun. berlaku bagi semua lapisan masyarakat.
Dalam hal ini bisa dikatakan pula Sumang dapat dibagi menjadi
bahwa sumang bisa diartikan sumbang empat macam yaitu (1) sumang
yang dapat pula diartikan hal-hal yang peceraken atau larangan dalam
dilarang karena dianggap tidak sopan. berbicara atau berkata yang memang
Oleh karena itu, sumang memiliki arti dianggap tidak pantas. Perkataan atau
yang luas yaitu larangan terhadap ucapan tersebut bisa dianggap tabu dan
perbuatan atau tindakan sekaligus porno bahkan nakal. Selain itu, dalam
ucapan yang menyimpang yang masyarakat Gayo sumang ini juga
bertentangan dengan adat Gayo dan dijadikan sebagai pengatur etika, sopan
syariat Islam. Sumang juga merupakan santun dalam berbicara yang disesuikan
wujud konkret berupa pesan atau dengan usia/umur, (2) sumang
seruan yang menjadi aturan untuk pelangkahen atau aturan yang mengatur
mengukur aspek- aspek tertentu dalam perjalanan seseorang. Dalam
14
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

masyarakat Gayo, sumang ini diartikan baik melalui pembinaan guru dimana
sebagai larangan untuk yang bukan budaya sumang kiranya bisa di
muhrim berjalan beduaan apalagi lewat implementasikan pada siswa melalui
jalan sepi, (3) sumang kenunulen atau modul atau memasukkan pada mata
larangan terhadap seseorang yang pelajaran muatan lokal. Sebagai bentuk
tinggal atau duduk berduaan yang dokumentasi setiap sekolah juga
bukan muhrim, dan (4) sumang diharapkan mampu membuat papan
penerahen atau aturan yang mengatur budaya sumang. Kepada Dinas
dalam cara melihat. Biasanya larangan Pariwisata kiranya tentu kiranya
ini menekankan pada seseorang untuk melakukan dokumentasi tentang
tidak melihat atau memandang aurat, budaya sumang dan melakukan rekam
memperlihatkan aurat atau memandang jejak terhadap desa-desa yang masih
secara birahi. menjunjung tinggi nilai budaya sumang
Sumang menjadi adat dan yang selanjutnya mengembangkan desa
budaya masyarakat Gayo sehingga tersebut sebagai desa percontohan atau
telah membentuk karakter masyarakat sebagai desa adat yang nantinya bisa
Gayo sendiri. Adapun nilai-nilai menjadi daya tarik wisata. Usaha lain
karakter yang terdapat pada adat yang dapat dilakukan oleh Dinas
sumang adalah nilai religius, nilai Syariat Islam setempat dalam budaya
tanggung jawab, nilai cinta damai, nilai sumang terhadap masyarakat luas
peduli sosial, nilai jujur, nilai kreatif, adalah melalui misi agama. Misalnya,
nilai demokratis, dan nilai kerja keras. dengan masuk ke pondok pesanteren
Oleh karena pengaruh globalisasi saat dengan memperkenalkan kembali
ini sumang sendiri telah mengalami sumang yang sesuai dengan ajaran
pergeseran. Maka kiranya perlu Islam dan bisa juga masuk ke pasar-
dilakukan revitalisasi terhadap adat pasar untuk memberikan peringatan
sumang dalam kehidupan masyarakat atau himbauan terkait budaya sumang.
untuk membendung budaya kebarat-
baratan. Revitalisasi sumang bisa DAFTAR PUSTAKA
dilakukan Pemkab melalui program Adisusilo, S. (2013). Sejarah Pemikiran
pembuatan papan sumang di setiap Barat dari yang Klasik sampai yang
desa yang ada di Kabupaten Aceh Modern. Jakarta: Raja Grafindo
Tengah. Kegiatan seperti ini bisa juga Persada.
melakukan kolaborasi dengan Dinas Fitriani, A. (2008). Pandangan Generasi
Pendidikan, Dinas Pariwisata, Dinas Muda terhadap 4 (Empat) Sumang
Lingkungan Hidup, dan Dinas Syariat yang Ada dalam Masyarakat
Islam. Disamping itu untuk lebih Gayo di Kecamatan Bies. Banda
mantap dalam program ini perlu juga Aceh: Universitas Syiah Kuala.
melibatkan Majelis Adat Gayo yang Geerts, C. (1992). Tafsir Kebudayaan
memiliki pemahaman kuat terhadap (Refleksi Budaya). Yogyakarta:
hukum adat Gayo. Tujuan kerjasama KANISIUS.
ini adalah selain saling besinergi dan Ibrahim, M. (1986). “Peranan Islam
memperkokoh tali persaudaraan, dalam Adat Gayo dalam
diharapkan juga masing- masing dinas Pembangunan Masyarakat Gayo”.
mampu memperkenalkan kembali Makalah Seminar Nasional Ilmu
budaya sumang pada masyarakat Gayo Pengetahuan dan Kebudayaan.
yang merupakan budaya sendiri. Tentu Takengon: MUI Aceh dan MUI
hal ini menjadi langkah awal dalam Kabupaten Aceh Tengah, 20-24
mensosialisasikan kembali budaya Januari 1986.
sumang kepada masyarakat luas. Usaha Ibrahim, M., Pinan, A.R.H.A. (2003).
lainnya adalah mensosialisasikan Syariat dan Adat Istiadat Jilid 3.
budaya sumang kepada sekolah-sekolah Takengon: Maqamammahmuda.
15
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16

Koentajaraningrat. (1990). Pengantar Thantawy, et, al. (1996). Kamus Bahasa


Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit Indonesia – Bahasa Gayo II. Jakarta:
Rineka Cipta. Pusat Pembinaan dan
Lestari, T. (2012). Sumang dalam Budaya Pembangunan Bahasa
Gayo. Banda Aceh: Balai Departemen Pendidikan dan
Pelestarian Sejarah dan Nilai Kebudayaan.
Tradisional Banda Aceh.
Lickona, T. (1992). Educating For
Character How Our School Can
Teach Respect and Responsibility.
New York-Toronto-London-
Sydney-Auckland: Bantam Books.
Said, M. (1961). Aceh Sepanjang Abad.
Medan: Percetakan Waspada.
Melalatoa, MJ. (1997). Sistem Budaya
Indonesia. Jakarta: PT. Pamator.
Melalatoa, MJ. (1982). Didong Kesenian
Tradisional Gayo. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Melalatoa, MJ. (1985). Kebudayaan
Gayo. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
PaEni, M. (1977). Belah di Masyarakat
Gayo: Studi Kasus di Kebayakan,
Hasil Penelitian. Banda Aceh:
Pusat Latihan Penelitian Ilmu-
Ilmu Sosial.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.
(2002). Qanun Kabupaten Aceh
Tengah Tentang Hukum Adat Gayo.
Aceh Tengah.
Pinan, A.R.A.H. (1998). Hakikat Nilai-
Nilai Budaya Gayo (Aceh Tengah).
Aceh Tengah: Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Tengah.
Ralph Linton. (1945). The Cultural
Background of Personality. New
York: Appleton-Century-Crofts.
Roqib, M. (2007). Harmoni Dalam
Budaya Jawa (Dimensi Edukasi dan
Keadilan Gender). Purwokerto:
STAIN Purwekerto Press.
Setyantoro, A. S. (2011). “Seni Didong
dan Gambaran Kehidupan Orang
Gayo”. Jurnal Suwa, Sejarah &
Nilai Tradisional, No.13, hlm. 6.
Syukri. (2017). “Budaya Sumang dan
Implementasinya terhadap
Restorasi Karakter Masyarakat
Gayo di Aceh”. Jurnal MIQOT,
XLI (2), hlm. 411.

16

Anda mungkin juga menyukai