Paramita: Historical
Volume 2 NoStudies
(2),Journal,
2019,30(2),
Hal.2020
1-16
ABSTRAK
ABSTRACT Makalah ini bertujuan untuk memahami adat
This paper aims to understand Sumang istiadat Sumang, sejarah Sumang, ragamnya,
customs, the history of the Sumang, various nilai-nilai karakter Sumang dan revitalisasi
kinds, Sumang character values and the Sumang dalam kehidupan masyarakat Gayo.
revitalization of Sumang in the life of the Gayo Metode yang digunakan dalam penelitian ini
people. The method used in this research is a adalah metode sejarah dengan pendekatan
historical method with a qualitative approach. kualitatif. Tahapan dalam metode sejarah
The stages in the historical method are adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi dan
heuristics, source criticism, interp- retation and historiografi. Hasil penelitian menun- jukkan
historiography. The results showed that sumang bahwa sumang merupakan hukum adat asli
is the original customary law of Gayo which gayo yang berasal dari bahasa gayo yang artinya
comes from the Gayo language, which means ling gere jeroh, gere kona, gere jujur atau
ling gere jeroh, gere kona, gere honest or pecogah yang artinya kata-kata yang tidak baik,
pecogah which means words that are not good, tidak dapat digunakan, tidak jujur atau bohong.
cannot be used, are not honest or lie. Sumang Sumang juga berarti "tidak taat" yang berarti
also means "disobedient" which means things hal-hal yang sangat dilarang atau tidak sopan.
that are strictly prohibited or impolite. Sumang Sumang hadir dalam kehidupan masyarakat
is present in the life of the Gayo community Gayo sejak nenek moyang suku Gayo hidup
since the ancestors of the Gayo tribe lived and dan disahkan sejak kerajaan Linge. Sumang
were legalized since the Linge kingdom. dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sumang
Sumang can be divided into four types, namely perceraken, pelangkahen, pengunulen, dan
sumang perceraken, pelangkahen, pengunulen, and
penengonen/penerahen. Sumang mengandung
penengonen/penerahen. Sumang contains
nilai-nilai karakter seperti agama, tanggung
character values such as religion, responsibility, jawab, cinta damai, kejujuran, dan lain
peace-loving, honesty, and so on. Sumang sebagainya. Upaya revitalisasi Sumang dapat
revitalization efforts can be carried out by the dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Dinas
Education Office, the Tourism Office, the Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Dewan
Environment Agency, the Gayo Traditional Adat Gayo, dan Dinas Syariah Islam dengan
Council, and the Islamic Syariah Service by cara bekerjasama. Tujuan kerjasama ini adalah
way of collaboration. The purpose of this selain saling besinergi dan memperkokoh tali
cooperation is in addition to mutual persaudaraan, diharapkan juga masing-masing
cooperation and strengthening the ropes of dinas mampu memperkenalkan kembali budaya
brotherhood, it is expected that each sumang dengan mensosialisasikan kembali
department is able to reintroduce Sumang budaya sumang kepada masyarakat luas
culture by re-socializing Sumang culture to the terutama ke sekolah-sekolah.
wider community, especially to schools.
Kata kunci: Adat Sumang, Masyarakat Gayo,
Key words: Adat sumang, Gayo Community, Aceh Tengah.
Aceh Tengah District.
Author correspondence
Email: sufandiiswanto@unsyiah.ac.id
Available online at http://jurnal.unsyiah.ac.id/riwayat/
1
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16
gere jeroh (tidak baik), gere mampat (tidak artian dalam setiap kebijakan yang
bagus), dan jes (tidak sopan). dibuat harus berdasarkan mupakat
Sedangkan pendapat yang kedua, (musyawarah). Saat ini pula sumang
ada yang berpendapat bahwa sumang diyakini telah dibentuk dan mulai
ada sejak masyarakat Gayo ada. dijalankan. Konon adat sumang disusun
Pendapat ini lebih menekankan pada dan dibuat dengan cara musyawarahkan
masa Kerajaan Linge dan Kerajaan Isaq terlebih dahulu yang melibatkan Sarak
yang diyakini sebagai awal Opat. Hukum adat yang disusun dan
terbentuknya sumang. Merujuk dari dibentuk pada dasarnya bukan hukum
pendapat PaEni (1977:3) “di Tanah adat yang tertulis melainkan hukum
Gayo terdapat empat kerajaan utama adat normatif.
yang merupakan daerah asal dari orang- Sistem musyawarah tersebut juga
orang Gayo. Kerajaan itu antara lain: dijadikan sebagai falsafah masyarakat
Syiah Utama berpusat di Nosar, Linge Gayo hingga saat ini. Dimana adat
berpusat di Isaq, Cik berpusat di istiadat sebagai unsur kebudayaan Gayo
Bebesen, dan Bukit berpusat di dengan menganut prinsip keramat
Kebayakan”. Dalam masyarakat Gayo mupakat behu berdedele yang artinya
sendiri mempercayai bahwa kerajaan kemuliaan karena mufakat, berani
yang tertua adalah Kerajaan Linge yang karena bersama (Lestari, 2012:6).
berpusat di Isaq. Atas dasar inilah Masuknya agama Islam ke dataran
masyarakat Gayo meyakini bahwa asal tinggi Gayo membuat masyarakat Gayo
usul sumang bermula dari kerajaan mengadaptasi ajaran Islam kedalam
tersebut. Pada masa Kerajaan Linge I, istiadat mereka. Adat istiadat yang telah
sistem belah (klen) sudah ada sehingga diadaptasi tersebut selanjutnya disebut
setiap kampung sudah ada pembagian hukum adat yang berlandaskan syariat
klen. Dimana menurut Melalatoa atau adat mutamainah, hukum adat
(1982:46) “belah berada di bawah satu seperti sumang diperkirakan sudah ada
kesatuan pimpinan yang tediri dari Reje, pada abad ke 13 Hijriah (Hakim dan
Petue, Imem, dan rakyat, keempatnya Ibrahim, 2002:5). Sejak itupula
dalam masyarakat Gayo disebut Sarak keterjalinan antara agama dan adat
Opat. Kepemimpinan Sarak Opat ini terekam jelas yang melekat menjadi
lebih banyak mengikuti norma-norma ungkapan “edet peger ni agama” yang
adat setempat dan norma agama”. berarti adat masyarakat Gayo pelindung
Dalam masyarakat Gayo Islam (Loren dalam Setyantoro,
kepemimpinan Sarak Opat disimbulkan 2011:6). Adat yang telah ada benar-
pada sebuah motif pada kerawang Gayo. benar dihayati oleh masyarakat Gayo,
Perlu disadari bahwa sejak Islam inipula menjadi dasar prinsip orang
masuk ke Aceh, rakyat Gayo Gayo harus berani berkorban meskipun
seluruhnya juga mendapat pengaruh dengan darah dan nyawa demi tegaknya
Islam. Secara umum, sejak masuknya harga diri. Hal ini tercermin melalui
Islam menjadikan kebudayaan Gayo ungkapan adat “ike kemel mate” yang
juga bernafaskan Islam. Karena pada berarti jika malu lebih baik mati.
saat itu, hubungan antara Kerajaan Selanjutnya masa kerajaan Linge
Aceh dengan Kerajaan Linge maupun ini dilakukan menetapan 45 Pasal Adat
lainnya sangat rapat dikarenakan Negeri Linge. Dalam menetapkan ke 45
pengaruh Islam yang sangat kuat Pasal tersebut disusun secara bersama
menjadikan tali persaudaraan juga yang melibatkan pimpinan agama dan
selalu terjaga. Pada saat itu, reje para pemuka adat setempat. Keempat
dijadikan sebagai pemegang edet (adat) puluh lima pasal tersebut selanjutnya
di dalam masing-masing wilayah yang dijadikan dokumen awal penulisan
dipimpinnya. Dalam kepemimpinanya hukum adat Gayo yang mana pada
reje menggunakan sistem sedere dalam tahun 1940 kemudian dikokohkan oleh
6
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16
residen Aceh (Ibrahim dan Hakim, dengan yang sebaya. Biasanya jika anak
2003:46). Disebutkan bahwa dalam muda berbicara dengan orang lebih tua
Pasal Adat Negeri Linge tersebut, atau bahkan sudah tua maka diharuskan
dimana dalam sebuah pasal berbicara dengan bertutur. Menurut
menjelaskan tentang adat sumang. Melalatoa (1985:406) tutur sendiri
Alasan inilah yang menyebabkan adat merupakan sistem panggilan atau
sumang dikatakan telah ada sejak bentuk sapaan yang ada dalam
masyarakat Gayo bermukim di Dataran masyarakat Gayo. Selain itu, tutur juga
Tinggi Gayo. dapat didefinisikan sebagai sistem atau
Berdasarkan historis, sumang istilah dalam kekerabatan suku Gayo.
adalah salah satu norma adat yang Aturan ini juga sebenarnya tidak
bersifat tradisional. Sumang dikatakan saja mengatur larangan dalam
sebagai hasil dari local genius yang berbicara. Lebih dari itu, sumang ini
menjadikan local wisdom pada suku juga mengatur bagaimana tata cara
Gayo. Hal tersebut tercermin dari seseorang berakhlak yang mana
masyarakat Gayo mampu memahami biasanya tidak lepas dari ucapan yang
pentingnya sebuah aturan, dengan mencerminkan seseorang tidak memiliki
menggunakan akal budinya para petua akhlakul karimah. Dalam artian, sumang
adat terdahulu mampu membuat ini jelas mengatur pergaulan seseorang
menggunakan akal pikirannya dalam dalam berbicara dan harus tau tata cara,
membuat aturan yang bertujuan agar adab, kesopanan dan etika agar tidak
tidak terjadi penyimpangan dalam dikatakan jis-jissen (tidak memiliki rasa
kehidupan bermasyarakat. Sumang hormat terhadap orang lain).
patut kiranya dikatakan sebagai usaha Sehingga terlihat jelas
kognisi yang menghasilkan bagaimana suku Gayo memiliki adat
kebijaksanaan. Dalam sejarahnya yang kiranya dapat mengatur setiap
sumang berlaku bagi semua lapisan orang dalam berbicara. Penekanannya
masyarakat tanpa membedakan bahwa setiap orang harus melihat pong
stratifikasi sosial. becerak (lawan bicara) atau sebelum
berbicara harus melihat tingkatannya.
Macam-Macam Sumang Dalam kehidupan sehari-hari aturan
1. Sumang Peceraken bagaimana cara seorang anak berbicara
Dalam adat Gayo ada larangan dalam dengan orang tuanya, dimana anak
berbicara atau berkata yang memang tersebut tidak boleh mengucapkan kata
dianggap tidak pantas. Perkataan yang yang dianggap mice, gere jeroh, dan entah
biasanya dilarang meliputi ucapan yang sesanah (yang jorok, kotor, dan porno)
dianggap tabu dan porno bahkan nakal. kepada orang tuanya baik itu dengan
Untuk mengatur tata cara berbicara dan bercerita sekalipun. Begitu juga
berkata tersebut maka ada aturan yang sebaliknya dilarang orang tua berkata
disebut sumang peceraken yang jika kotor atau porno didepan anaknya.
diartikan kedalam bahasa Indonesia Sebenarnya aturan seperti ini juga
adalah aturan dalam berbicara berlaku di tempat umum atau di depan
(pembicaraan). orang lain. Selain itu sumang peceraken
Sumang peceraken juga sering sebenarnya juga mencakup hal-hal
diterjemahkan oleh masyarakat Gayo lainnya seperti bung (angkuh), jengkat
sendiri sebagai aturan dimana setiap (sombong), dan jejogon (kasar).
ucapan yang dipandang tidak pada Dalam berumah tangga sumang
tempatnya. Selain itu, sumang ini ini sebenarnya tidak saja berlaku untuk
mengatur bagaimana tata cara berbicara anak dengan orang tua akan tetapi juga
antara yang muda dengan yang tua, berlaku untuk seorang istri kepada
seorang anak dengan orang tuanya, suami. Sebagai contoh, seorang istri
murid dengan gurunya, yang sebaya dilarang memanggil suaminya dengan
7
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16
panggilan ko (kau), karena kata-kata inen tue (ibu mertua) dengan kile
tersebut dianggap tidak pantas. Lalu (menantu laki-laki), dimana keduanya
biasanya panggilan ko akan diganti dilarang untuk pergi ketempat yang sepi
dengan kam atau me, kata ini dianggap seperti ku empus (kebun). Begitu juga
lebih sopan dan hormat. Dengan dengan aman tue (bapak mertua) dengan
demikian bisa dikatakan etika dalam pemen (menantu perempuan) yang
berkomunkasi tidak saja diatur dalam memiliki larangan pergi berduaan
keluarga (anggota keluarga) saja akan apalagi ketempat yang sunyi dan sepi.
tetapi hampir menyeluruh. Jika ini terjadi biasa akan menjadi
omongan masyarakat dan dikucilkan
2. Sumang Pelangkahen masyarakat. Walau demikian ada saat-
Sumang pelangkahen atau sumang saat genting kadang aturan ini dilanggar
peralanen merupakan aturan yang seperti saat sang menantu sakit maka
mengatur tentang pelangkahen/peralanen tidak menjadi masalah seorang bapak
(perjalanan). Perjalanan yang dimaksud mengantar anaknya untuk berobat tentu
disini bukan hal yang perjalanan seperti harus melewati tempat sepi maka saat
perjalanan seorang dari desa ke kota, seperti ini diperbolehkan.
akan tetapi lebih pada aturan pada Dengan demikian sumang ini
siapa, dengan siapa, dan kemananya dapat dikatakan sebagai aturan yang
seseorang itu berjalan. berlaku untuk menghindari terjadinya
Dalam masyarakat Gayo aturan pelecehan seksual, perjinahan, dan
ini tidak berlaku untuk semua orang. pemerkosaan. Selain itu, dengan adanya
Dalam artian hanya berlaku bagi aturan ini tentu akan berdampak
sebagian orang saja. Dalam Islam teradap tetap terjaganya nama baik
sendiri ada yang dikatakan yang muhrim keluarga dan masyarakat seuatu desa.
dan bukan muhrim maka aturan ini
kiranya sama dengan aturan ajaran 3. Sumang Kenunulen
Islam tersebut. Dimana larangan ini Menggunakan tempat tidak pada
menekankan pada aturan larangan fungsinya dan tidak menghormati orang
melakukan perjalanan dengan yang lain yang sedang duduk ditempat itu
bukan muhrimnya. Dalam masyarakat dapat dipandang sebagai sumang
Gayo sendiri sumang ini dianggap tidak kenunulen (Ibrahim, 1986:20). Sumang
baik jika seorang laki-laki berjalan ini pada dasarnya dalam pandangan
dengan perempuan yang bukan masyarakat Gayo dibagi menjadi dua
muhrimnya baik ditempat yang ramai yaitu sumang kenunulen dan sumang
maupun ditempat yang sepi yang jauh kedudukan. Sumang ini merupakan
dari pandangan orang banyak. larangan dalam cara duduk dan tempat
Masyarakat Gayo juga sangat kuat tinggal. Sebagaimana sumang kenunulen
memberikan aturan pada jema banan disini ditekankan pada larangan atau
(perempuan) dan beru sedang (anak etika cara duduk sesuai dengan tempat
gadis) untuk tidak keluar rumah dimana dia duduk dan dengan siapa dia
sendirian apalagi diwaktu malam hari. duduk. Seperti seorang pemen (menantu
Hal ini juga menyangkut dengan perempuan) duduk berdekatan dengan
sumang pelangkahen. aman tue (orang tua si suami) walaupun
Walaupun dikatakan sumang ini disana ada suami tetap saja ini menjadi
berdasarkan ajaran Islam dimana hal yang tabu dan tidak boleh
penekanannya pada tidak muhrim, akan dilakukan. Biasanya dalam masyarakat
tetapi dalam pandangan masyarakat Gayo hal yang berkaitan dengan etika
Gayo ada beberapa anggota keluarga cara duduk ini juga sering dikatakan
yang sudah muhrim juga diberlakukan dengan istilah kemali (pamali). Katakan
aturan sumang pelangkahen. Hal ini saja seorang anak perempuan dilarang
terlihat dalam aturan batasan antara duduk di depan pintu dan untuk orang
8
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16
yang baik. Budaya sumang sendiri sara menjaga nama baik dirinya, keluarga,
akan nilai-nilai karakter, nilai-nilai warganya, dan negaranya.
tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Cinta Damai
Religius Sumang juga memiliki nilai yang
Sumang ditransformasikan dalam mengandung cinta damai. Bentuk cinta
bentuk nilai-nilai karakter secara umum damai tersebut terlihat dari keseharian
yaitu memiliki nilai religius. Karena masyarakat diharuskan menjaga
sumang merupakan norma, aturan, harmoni, keselarasan, dan tenggag rasa.
larangan sesuai dengan ajaran agama Dalam artian bahwa masyarakat Gayo
yang diyakini serta mempunyai jiwa diharuskan menjaga interaksi sosial dan
penuh tanggung jawab dalam prilaku sosial agar tidak terjadi gesekan.
menjalankan ajaran agama Islam sesuai Larangan yang diberlakukan berguna
dengan “menjalankan perintahnya dan dalam menjaga stabilitas hidup
menjauhi larangannya”. Jika dilihat, bermasyarakat atau tidak menimbulkan
budaya sumang memang hasil dari konflik.
integrasi ajaran Islam yang penuh Peduli Sosial
dengan akidah dan akhlak. Selain Sumang bisa dikatakan juga memiliki
religius, sumang juga memiliki nilai nilai-nilai peduli sosial. Bantuan pada
tanggung jawab dimana sesorang dasarnya tidak saja dinilai dari
memiliki kewajiban dan tugas dalam pemberian berupa benda, akan tetapi
bersikap serta prilaku baik terhadap bantuan berupa tindakan dan sikap juga
dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan termasuk dalam nilai peduli sosial.
(alam, sosial, budaya), negara dan Sumang mengajarkan seseorang agar
Tuhan Yang Maha Esa. Disini dapat peduli terhadap masyarakat dengan cara
diartikan bahwa masyarakat Gayo memberikan tindakan jika seseorang
menangung tanggung jawab dan tersebut dianggap melanggar apa yang
kewajiban dalam menjalankan ajaran sudah berlaku dalam masyarakat. Selain
agama sekaligus untuk mengontrol itu, dalam bersikap tentu sumang
sikap dan perilaku untuk menjaga diri mengajarkan seseorang itu untuk bisa
sendiri, keluarga, masyarakat, dan mengatur dirinya dalam etika dan
negara. Dengan tujuan agar masyarakat kesopanan sesuai nilai-nilai hakiki
menjalankan apa yang diperintahkan sesuai ajaran leluhur.
Allah dan menjauhi apa yang menjadi Jujur
dilarangNya. Budaya sumang memiliki nilai-nilai
Nilai Tanggung Jawab kejujuran. Masyarakat Gayo ditekankan
Dalam budaya sumang terdapat nilai untuk selalu memegang amanah (jujur).
tanggung jawab baik untuk diri sendiri Sebagaimana sumang memberikan
maupun warga masyarakatnya. Sumang gambaran bagaimana masyarakat harus
menekankan bahwa setiap individu dan bersikap jujur. Setiap individu
masyarakat harus bertanggung jawab diharuskan untuk bisa jujur serta tidak
dalam menjalankan norma yang melakukan pelanggaran terhadap norma
diberlakukan. Selain itu, setiap individu adat yang sudah berlaku. Oleh karena
dan warga masyarakat memiliki itu, kesadaran dari setiap individu
tanggung jawab dalam menjaga dirinya sangat diharapkan guna terbentuknya
sendiri, keluarga, warga kejujuran yang menjadikan dirinya
(masyarakatnya), dan negara untuk sebagai orang yang dapat dipercaya baik
tidak melakukan hal yang dianggap dari perkataan, tindakan, dan
tidak pantas (sumang). Dalam perbuatan. Selain menumbuhkan
kehidupan bermasyarakat ditekankan kesadaran masyarakat diharapkan selalu
pula setiap warga masyarakat wajib dan terus mengendalikan diri dari
mengingatkan sesamanya untuk tidak perbuatan yang dianggap tercela,
melakukan penyimpangan dan tetap asusila, dan maksiat yang jelas dianggap
11
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16
masyarakat Gayo, sumang ini diartikan baik melalui pembinaan guru dimana
sebagai larangan untuk yang bukan budaya sumang kiranya bisa di
muhrim berjalan beduaan apalagi lewat implementasikan pada siswa melalui
jalan sepi, (3) sumang kenunulen atau modul atau memasukkan pada mata
larangan terhadap seseorang yang pelajaran muatan lokal. Sebagai bentuk
tinggal atau duduk berduaan yang dokumentasi setiap sekolah juga
bukan muhrim, dan (4) sumang diharapkan mampu membuat papan
penerahen atau aturan yang mengatur budaya sumang. Kepada Dinas
dalam cara melihat. Biasanya larangan Pariwisata kiranya tentu kiranya
ini menekankan pada seseorang untuk melakukan dokumentasi tentang
tidak melihat atau memandang aurat, budaya sumang dan melakukan rekam
memperlihatkan aurat atau memandang jejak terhadap desa-desa yang masih
secara birahi. menjunjung tinggi nilai budaya sumang
Sumang menjadi adat dan yang selanjutnya mengembangkan desa
budaya masyarakat Gayo sehingga tersebut sebagai desa percontohan atau
telah membentuk karakter masyarakat sebagai desa adat yang nantinya bisa
Gayo sendiri. Adapun nilai-nilai menjadi daya tarik wisata. Usaha lain
karakter yang terdapat pada adat yang dapat dilakukan oleh Dinas
sumang adalah nilai religius, nilai Syariat Islam setempat dalam budaya
tanggung jawab, nilai cinta damai, nilai sumang terhadap masyarakat luas
peduli sosial, nilai jujur, nilai kreatif, adalah melalui misi agama. Misalnya,
nilai demokratis, dan nilai kerja keras. dengan masuk ke pondok pesanteren
Oleh karena pengaruh globalisasi saat dengan memperkenalkan kembali
ini sumang sendiri telah mengalami sumang yang sesuai dengan ajaran
pergeseran. Maka kiranya perlu Islam dan bisa juga masuk ke pasar-
dilakukan revitalisasi terhadap adat pasar untuk memberikan peringatan
sumang dalam kehidupan masyarakat atau himbauan terkait budaya sumang.
untuk membendung budaya kebarat-
baratan. Revitalisasi sumang bisa DAFTAR PUSTAKA
dilakukan Pemkab melalui program Adisusilo, S. (2013). Sejarah Pemikiran
pembuatan papan sumang di setiap Barat dari yang Klasik sampai yang
desa yang ada di Kabupaten Aceh Modern. Jakarta: Raja Grafindo
Tengah. Kegiatan seperti ini bisa juga Persada.
melakukan kolaborasi dengan Dinas Fitriani, A. (2008). Pandangan Generasi
Pendidikan, Dinas Pariwisata, Dinas Muda terhadap 4 (Empat) Sumang
Lingkungan Hidup, dan Dinas Syariat yang Ada dalam Masyarakat
Islam. Disamping itu untuk lebih Gayo di Kecamatan Bies. Banda
mantap dalam program ini perlu juga Aceh: Universitas Syiah Kuala.
melibatkan Majelis Adat Gayo yang Geerts, C. (1992). Tafsir Kebudayaan
memiliki pemahaman kuat terhadap (Refleksi Budaya). Yogyakarta:
hukum adat Gayo. Tujuan kerjasama KANISIUS.
ini adalah selain saling besinergi dan Ibrahim, M. (1986). “Peranan Islam
memperkokoh tali persaudaraan, dalam Adat Gayo dalam
diharapkan juga masing- masing dinas Pembangunan Masyarakat Gayo”.
mampu memperkenalkan kembali Makalah Seminar Nasional Ilmu
budaya sumang pada masyarakat Gayo Pengetahuan dan Kebudayaan.
yang merupakan budaya sendiri. Tentu Takengon: MUI Aceh dan MUI
hal ini menjadi langkah awal dalam Kabupaten Aceh Tengah, 20-24
mensosialisasikan kembali budaya Januari 1986.
sumang kepada masyarakat luas. Usaha Ibrahim, M., Pinan, A.R.H.A. (2003).
lainnya adalah mensosialisasikan Syariat dan Adat Istiadat Jilid 3.
budaya sumang kepada sekolah-sekolah Takengon: Maqamammahmuda.
15
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities,
Agustus, 2 (2), 2019, hal 1-16
16