Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak manusia dilahirkan hingga hari akhir dari kehidupannya di


dunia sesungguhnya tidak pernah lepas dari proses belajar, yakni belajar
untuk menjadi manusia seutuhnya. Agar menjadi manusia seutuhnya
seseorang harus mempelajari dirinya sendiri yang memiliki potensi yang bisa
dikembangkan dan memiliki sifat-sifat unik yang membedakan dengan orang
lain, mempelajari kehidupan kemasyarakatan lengkap dengan sistem nilai dan
sistem norma yang berlaku, mempelajari lingkungan secara luas sehingga
dapat berperan dan berperilaku secara tepat, dan mempelajari kaidah-kaidah
agama yang membimbing hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan
memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah.
Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.asuku
bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa
terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku
bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya
agar taat dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku bangsa
di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal
cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan.
Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar
belakang suku bangsa yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut
asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan
pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara(disintegrasi).Secara
umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh
perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada
perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama.
Bali adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Suku
bangsa Bali memiliki potensi alam dan kebudayaan yang sangat tinggi,

1
sehingga Bali tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, melainkan sampai ke
luar negeri. Bahkan orang-orang awam dari luarnegeri mengira bahwa
Indonesia terletak di pulau Bali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana nilai dan norma sosial suku Bali?
2. Bagaimana pola kehidupan sosial di suku Bali?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui norma sosial yang berada di suku Bali
2. Untuk memahami pola kehidupan sosial suku Bali

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai Sosial

Di dalam kehidupan sosial berkembang beberapa sistem nilai. Secara


garis besar system nilai tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
(1) sistem nilai yang berhubungan dengan benar dan salah yang disebut
dengan logika, (2) sistem nilai yang berhubungan dengan baik dan buruk atau
pantas dan tidak pantas yang disebut dengan etika, dan (3) system nilai yang
berhubungan dengan indah dan tidak indah yang disebut dengan estetika.

Nilai-nilai sosial sangat erat kaitannya dengan norma-norma sosial. Jika


nilai sosial dikatakan sebagai standar normatif dalam berperilaku sosial yang
merupakan acuan-acuan sikap dan perasaan yang diterima oleh masyarakat
sebagai dasar untuk merumuskan apa yang dianggap benar dan penting, maka
norma sosial merupakan bentuk kongkrit dari nilai- nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Di dalam sistem norma terdapat aturan-aturan
dan sanksi-sanksi jika aturan-aturan tersebut dilanggar. Dengan demikian,
sistem nilai dan sistem norma tersebut akan melandasi perilaku setiap
individu dalam berinteraksi di Nilai-nilai sosial sangat erat kaitannya dengan
norma-norma sosial. Jika nilai sosial dikatakan sebagai standar normatif
dalam berperilaku sosial yang merupakan acuan-acuan sikap dan perasaan
yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang
dianggap benar dan penting, maka norma sosial merupakan bentuk kongkrit
dari nilai- nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Di dalam sistem
norma terdapat aturan-aturan dan sanksi-sanksi jika aturan-aturan tersebut
dilanggar. Dengan demikian, admini nilai dan admini norma tersebut akan
melandasi perilaku setiap individu dalam berinteraksi di kehidupan
masyarakat.

3
2.2 Pengertian Norma Sosial

Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang


harus atau tidak boleh dilakukan manusia dan bersifat mengikat. Hal ini
berarti bahwa manusia wajib menaati norma yang ada. Norma adalah kaidah
atau ketentuan yang mengatur kehidupan dan hubungan antar manusia dalam
arti luas. Menurut bapak Garim, salah satu tokoh masyarakat yang ada di desa
Mas, kecamatan Ubud, kabupaten Gianyar norma merupakan patokan prilaku
dalam satu kelompok tertentu, yang memungkinkan sesorang untuk
menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh
orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung
atau menolak prilaku seseorang di masyarakat.

Norma sosial berkembang bersamaan dengan berkembangnya


kebutuhan masyarakat akan arti penting keteraturan sosial atau ketertiban
sosial. Norma sosial sangat besar peranannya di dalam pembentukan identitas
suatu masyarakat. Dengan demikian, norma sosial akan menegaskan
keberadaan (eksistensi) suatu masyarakat. Norma sosial akan mengakar
dalam peri kehidupan masyarakat melalui proses pelembagaan dan proses
internalisasi. Proses pelembagaan (institutionalization) merupakan proses
pengenalan, pengakuan, dan penghargaan norma oleh masing-masing
individu untuk kemudian dijadikan pedoman dalam proses interaksi sosial.
Sedangkan proses internalisasi internalized) merupakan proses penjiwaan
suatu norma sehingga merasuk sebagai sebuah kepribadian.

Didalam norma sosial berdasarkan tingkat daya ikat terhadap masyarakat


tahap-tahap norma sosial meliputi :

1. Norma cara (Usage)


Norma cara yaitu tata cara yang dianut seseorang dalam melakukan
sesuatu. Contoh: cara makan, tidak mngeluarkan bunyi. Sanksi bila
melanggar, dianggap tidak sopan.

4
2. Norma kebiasaan (Folkways)
Norma kebiasaan yaitu suatu aturan yang biasa berlaku di lingkungan
masyarakat (biasa dilakukan secara berulang-ulang).
Contoh :
 Mengucapkan salam ketika bertamu
 Menganggukkan kepala sebagai tanda hormat kepada orang lain
 Membuang sampah pada tempatnya
 Sanksi bila tidak melakukan : dianggap sebagai penyimpangan.

3. Norma tata kelakuan (Mores)


Suatu norma kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat
berkembang menjadi norma tata kelakuan, norma tata kelakuan digunakan
sebagai alat pengawasan oleh masyarakat kepada anggotanya. Contoh:
larangan membunuh atau memperkosa.
Sanksi, diberikan hukuman sesuai dengan kesalahan yang telah
diperbuat dan sesuai dengan peraturan undang-undang yang telah dibuat.

4. Norma Adat (Custom)


Adat merupakan  norma yang tidak tertulis namun sangat kuat
mengikat, apabila adat  menjadi tertulis ia menjadi admin adat.
Merupakan suatu aturan yang turun temurun.
Contoh : larangan menguburkan jenazah di Bali dan larangan
merusak hutan pada suku Kajang Tana Toa di Sulawesi Selatan,
sanksinya dikucilkan.

5. Norma admin (Law)


Norma admin yaitu suatu rangkaian aturan yang menjadi pedoman
bagi seluruh warga admini. Norma admin berisi ketentuan-ketentuan
perundang-undangan termasuk peraturan pemerintahan baik pusat
maupun daerah dan keputusan-keputusan pejabat pemerintah yang
dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,

5
apabila dilanggar dikenakan sanksi admin baik penjara, denda atau
hukuman mati. Contoh: peraturan lalu lintas.

2.3 Adat Kebiasaan Suku Bali

Sebuah adat atau kebiasaan setiap daerah tentu berbeda-beda,


karena beragamnya suku, ras dan agama yang ada. Membuat Indonesia ini
kaya dengan budaya, termasuk juga adat istiadatnya. Begitu juga dengan
kebiasaan orang Bali secara umum, memiliki ciri khas tersendiri. Bahkan
Bali sendiri yang merupakan pulau kecil, terkadang warga dari salah satu
desanya memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang tidak dilakukan oleh
warga lainnya di Bali. Begitu kuat budaya yang ditanamkan oleh
leluhurnya dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.

Masyarakat Bali memiliki beberapa adat kebiasaan, jika anda


wisatawan dan sedang dalam perjalanan wisata tour, mungkin ada
beberapa hal unik yang anda temukan di sepanjang perjalanan atau dalam
kehidupan keseharian orang Bali, diantaranya;

1. Mesaiban, sebuah ritual yang bertujuan untuk melakukan persembahan


kepada Bhuta Kala, ritual kecil ini dilakukan setiap pagi setelah ibu-ibu
memasak, sebelum dimulainya acara makan pagi. Kebiasaan yang
dilakukan setiap hari ini sebagai wujud terima kasih atas apa yang kita
dapat hari ini, dengan memberikan persembahan kepada makhluk ciptaan-
Nya, agar Bhuta Kala ini tidak mengganggu aktifitas manusia.

2. Ngejot, yaitu saling memberi (berupa makanan) kepada admini,


memberikan makanan kepada warga lainnya yang tidak melakukan
hajatan, karena tidak setiap upacara keagamaan di Bali itu dilakukan
bersamaan, seperti upacara keagamaan berkaitan dengan manusia seperti
otonan, 3 bulanan, upacara di pura pekarangan ataupun syukuran.

Bahkan tradisi ngejot tidak hanya untuk kalangan warga Bali Hindu saja
tetapi ngejot juga antara warga Hindu dengan non Hindu sehingga

6
menguatkan ikatan sosial di masyarakat, dan bisa saling mengenal dengan
baik, dengan cara ini menguatkan ikatan persaudaraan dengan sesamanya
tidak memandang latar belakang ataupun agama.

3. Pohon besar dibungkus kain, beberapa pohon besar terkadang bagian


batang pohon paling bawah dibungkus dengan kain, kalau sudah seperti
itu, oleh warga diyakini pohon tersebut ada penghuninya (dari alam lain)
dan dikenal angker, biasanya ada sebuah pelinggih untuk tempat
persembahan.

Sehingga orang yang melintas paham bahwa tidak boleh sembarangan


berbuat di areal tersebut, apalagi berkeinginan untuk menebangnya.
Makhluk dari alam lain diberlakukan dengan baik, tidak diusir ataupun
ditentang keberadaannya tetapi tetap juga diberikan upah agar tidak
mengganggu manusia. Sisi lainnya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan
dan berterima kasih telah membantu kelangsungan hidup manusia melalui
pohon yang telah menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia
secara gratis.

4. Memenjor atau memasang penjor, keberadaan penjor ini sangat terkenal


di Bali selain sebagai hiasan ataupun dekorasi juga yang terpenting adalah
bermakna admini untuk keperluan kegiatan keagamaan, menyimbulkan
Gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan dan simbul dari
Naga Basukih yang juga sebagai adminis kemakmuran. Pada saat hari
Raya Galungan di sepanjang jalan-jalan di Bali anda akan temukan penjor
ini berderet dengan indahnya. Termasuk juga saat piodalan (upacara
keagamaan) di sebuah pura, maka sepanjang jalan menuju pura tersebut
akan dipasangi penjor.

5. Melasti, merupakan sebuah upacara keagamaan dengan prosesi berjalan


beriringan baik itu dengan berjalan kaki ataupun dengan kendaraan
bermotor, membawa dan mengusung segala bentuk benda-benda admini
pada sebuah pura untuk menuju sumber air, seperti ke laut ataupun mata

7
air, dan upacara Ngaben ini diikuti oleh banyak orang bahkan bisa sampai
ribuan. Dan jika kebetulan ketemu rombongan dalam prosesi ini,
bersabarlah karena mungkin ada kemacetan, biasanya pecalang (polisi
adat) dan juga polisi dari resor setempat dilibatkan dalam pengaturan lalu
lintas.

6. Canang Sari, merupakan perlengkapan upacara keagamaan paling penting


dan utama di Bali, fungsinya tentu untuk persembahan baik itu di pura, di
rumah, di jalan bahkan di berbagai tempat yang dikeramatkan atau yang
menjadi tujuan tertentu warga.  Mungkin sering anda menemukan canang
sari yang dipersembahkan di jalan (sepanjang trotoar) di pintu masuk
rumah ataupun toko. Kebiasaan orang Bali akan persembahan tersebut
tentu untuk makhluk-makhluk dari alam lain (Bhuta Kala) agar lingkungan
tetap aman, nyaman dan tidak diganggu.

7. Sebutan kata “Bli”, bagi orang Bali sebutan kata Bli ini  berarti kakak,
sebutan tersebut tentu pada orang yang sudah kita kenal dengan baik dan
mempunyai maksud agar sapaan lebih akrab dan bersahabat, terutama
sebutan kepada orang laki-laki yang umurnya lebih tua dari kita, kecuali
jika sudah tahu hubungan kekerabatannya seperti paman. Jika anda belum
kenal perlu juga diketahui di Bali mengenal adanya Kasta seperti embel-
embel nama Ida Bagus, Anak Agung, Cokorde ataupun Gusti yang bahasa
komunikasinya berbeda. Walaupun mereka tidak tersinggung dengan
sebutan “Bli” alangkah baiknya tidak menyebut kata Bli ke mereka.

8. Karma Phala, orang Bali sangat yakin adanya admin Karma Phala. Setiap
perbuatan baik maka pahalanya akan baik juga, begitu juga dengan setiap
perbuatan buruk maka keburukan akan didapatkan. Dan diyakini hasil
perbuatan atau pahala itu bisa dinikmati sekarang juga, kemudian hari, di
akhirat bahkan pada kehidupan mendatang (saat reinkarnasi) itu sebabnya
tidak semua bernasib baik pada kehidupan ini, karena diyakini karena hasil
dari buah perbuatan pada kehidupan sebelumnya. Begitu besarnya imbas

8
dari perbuatan manusia, sehingga orang-orang diharapkan bisa berbuat
lebih baik. Dan memang terbukti tingkat kejahatan ataupun kriminal lebih
rendah dari pada tempat lainnya.

9. Sopan santun, kebiasaan orang Bali yang sopan santun ditunjukkan juga
kepada orang yang lebih tua termasuk pada kasta yang lebih tinggi, dengan
tingkat bahasa Bali lebih halus. Bagi orang Bali tidak sopan menunjuk
dengan tangan kiri, lebih-lebih menunjuk menggunakan kaki, karena bisa
saja lawan bicara tersinggung, apalagi belum dikenal. Kalau memang itu
harus dilakukan karena tangan kanan anda masih sibuk, bilanglah kata
maaf terlebih dahulu, orang Bali bilangnya “tabik”. Turunlah dari
kendaraan anda dan buka helm (kalau sepeda motor) jika anda ingin
bertanya sesuatu pada orang yang tak anda kenal di jalanan.

10. Nyepi adat, selain hari Raya Nyepi secara keseluruhan di Bali, beberapa
desa pakraman yang ada di Bali mempunyai kebiasaan ataupun tradisi
Nyepi Adat, jadi untuk semua wilayah desa tersebut sepi, tidak ada
aktivitas, tidak boleh keluar rumah ataupun bepergian, mati lampu dan
tidak boleh melakukan kegaduhan. Namun jalan desa untuk umum tidak
ditutup, pengguna jalan masih bebas lalu lalang, sehingga jangan heran
sebuah desa terlihat sepi tanpa aktivitas.

11. Pakaian adat, menggunakan pakaian berbeda saat ada upacara atau
kegiatan adat, seperti saat upacara pernikahan, Ngaben, persembahyangan
ataupun pertemuan di balai Banjar. Orang Hindu Bali dipastikan
menggunakan pakaian tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan keagamaan,
tetapi orang non Hindu bisa berpakaian bebas dan sopan, kecuali untuk
berkunjung ke sebuah pura, wajib mengenakan pakaian adat termasuk juga
wisatawan asing, kain dan selendang sebagai pakaian adat ringan biasanya
bisa disewa di tempat-tempat objek wisata.

9
2.4 Adat Istiadat Suku Bali
Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu. Untuk
melakukan sembahyang atau pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi termasuk
manifestasinya harus di tempat suci yaitu Pura.
Menurut fungsinya Pura digolongkan atas dua jenis yaitu Pura Umum
sebagai tempat suci pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi dan Genealogis
yaitu tempat suci untuk pemujaan terhadap roh leluhur. Upacara atau
persembahan kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa disebut
Yadnya.
Adat dan kebudayaan memiliki akar sejarah yang sangat panjang sehingga
mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai administr
dari agama Hindu. Kongifurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupan, pola
pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.
1. Pola Kehidupan 
Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada
segi-segi kehidupannya yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau
sembahyang pada pura tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal
bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian
diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial
berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip
patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan
diwajibkan dalam satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.

2. Desa
Konsep Desa memiliki pengertian pada Desa Adat dan Desa Dinas.
Desa Adat merupakan satu kesatuan masyarakat hubungan adat di daerah
Bali yang mempunyai kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun. Desa Dinas adalah satu
kesatuan wilayah administrative di bawah wilayah Kecamatan Banjar.

10
Banjar adalah subdes yang berfungsi secara administrative, dan
berfungsi secara administr serta menangani fungsi-fungsi yang bersifat
sosial, ekonomi, dan kultural. Pada umumnya di dalam satu Banjar
memiliki rata-rata anggota 50 sampai 100 kepala keluarga.

3. Subak
Subak adalah salah satu bentuk lembaga kemasyarakatan pada
masyarakat Bali yang bersifat tradisional dan yang dibentuk secara turun
temurun oleh masyarakat umat Hindu Bali. Subak berfungsi sebagai satu
kesatuan dari para pemilik sawah atau penggarap sawah yang menerima
air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak merupakan
satu kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan.

4. Sekeha
Sekeha merupakan lembaga sukarela yang dibentuk atas dasar
tujuan-tujuan tertentu. Di pulau dewata ini terdapat bermacam-macam
sekeha di bidang kehidupan pertanian, kerajinan, kesenian, keagamaan,
dan lain-lain.

5. Pola Pemukiman 
Bangunan pada pemukiman masyarakat Bali menurut fungsinya
dibedakan atas tiga jenis yaitu bangunan tempat pemujaan (pura),
bangunan umum, dan bangunan tempat tinggal yang terdiri dari berbagai
bentuk bangunan sesuai dengan pola tempat tinggal orang Bali yang
bersifat majemuk.
Sistem budaya yang menata pemukiman di Bali berlandaskan pada
konsepsi Tri Hita Karana yang juga diacu pada konsepsi dualistis, yaitu
konsepsi akan adanya dua kategori dalam tata arah utara-selatan (kaja-
kelod) yang berkaitan dengan hulu-hilir (luan-teben) dan admini-profan
(suci-cemer). Segala sesuatu yang bernilai suci atau admini menempati
letak di bagian hulu (luan) yaitu pada arah gunung atau matahari terbit.
Letak pura arah sembahyang yang bernilai suci harus terletak pada posisi

11
hulu (luan). Sebaliknya segala sesuatu yang dianggap tidak suci atau
adminis harus menempati posisi hilir (teben) yaitu pada arah kelod atau
ke laut, seperti letak kuburan, kandang ternak, kamar kecil, dan tempat
pembuangan sampah.

6. Catur Warna
Di Bali berlaku admini Catur Varna (Warna), yang mana kata
Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata Catur
berarti empat dan kata warna yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri)
artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat
pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan
ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai
akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya
dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu
pekerjaan. Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur
Warna itu ialah: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Warna Brahmana: Disimbulkan dengan warna putih, adalah
golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian
keagamaan.
Warna Ksatrya : Disimbulkan dengan warna merah adalah
golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang
kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan admini.
Warna Wesya : Disimbulkan dengan warna kuning adalah
golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat
(perekonomian, perindustrian, dan lain- lain).
Warna Sudra : Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan
fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan
pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.

12
Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa
pelaksanaan admini Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada
admini yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan darah.
Padahal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional,
sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.

7. Hari Raya Agama


Hari raya keagamaan bagi pemeluk agama Hindu Dharma, umumnya di
hitung berdasarkan wewaran dan pawukon. Kombinasi antara Panca Wara,
Sapta Wara dan Wuku. Namun adapula Hari raya yang menggunakan
penanggalan Saka.
Hari Raya Berdasarkan Wewaran :
 Galungan — Jatuh pada hari: Buda, Kliwon, Dungulan
 Kuningan — Jatuh pada: Saniscara, Kliwon, Kuninga
 Saraswati — Jatuh pada: Saniscara, Umanis, Watugunung. Hari
Ilmu Pengetahuan, pemujaan pada Sang Hyang Aji Saraswati.
 Banyupinaruh — Jatuh pada: Redite, Pahing, Shinta
 Pagerwesi

Hari Raya Berdasarkan Kalender Saka


 Siwaratri
 Nyepi

8. Upacara Keagamaan
Upacara keagamaan yang dilakukan dalam Agama Hindu Dharma,
berkolaborasi dengan budaya admin. Ini menjadi kekayaan dan
keunikan yang hanya ditemukan di Bali.
 Otonan / Wetonan, adalah upacara yang dilakukan pada hari lahir,
seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari.
 Upacara Potong Gigi, adalah upacara keagamaan yang wajib
dilaksanakan bagi pemeluknya. Upacara ini dilakukan pada
pemeluk yang telah beranjak remaja atau dewasa. Bagi wanita yang

13
telah mengalami menstruasi, dan bagi pria yang telah memasuki
akil balik.
 Upacara Ngaben, adalah prosesi upacara pembakaran jenazah,
Sebagaimana dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah,
upacara ini sebagai upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-
unsur/zat pembentuk dari raga/wadag/badan kasar manusia.

2.5 Adat Hukum Suku Bali

Bentuk Hukum Adat di Bali adalah kompleks norma-norma, baik dalam


wujud yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang berisi perintah, kebolehan dan
larangan yang mengatur kehidupan masyarakat Bali yang menyangkut tentang
hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang bertujuan untuk terciptanya
kesejahteraan manusia yag diterjemahkan sebagai kehidupan ”sukerta sakala
niskala” maka admin adat bali dapat di bedakan menjadi 2 bentuk admin adat bali,
yaitu :

1) Hukum adat Bali yang tertulis : 


a. Hukum perundang –undangan yang sengaja di buat oleh admini administ
administr berdasarkan TAP MPRS Nomer III Tahun 2000, tata urutan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia adalah pasal 2
b. Undang-undang dasar 1945
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia
d. Undang-undang
e. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu)
f. e.Peraturan pemerintah                                                                              
g. Keputusan presiden                                                                                   
h. Peraturan daerah

2) Hukum adat Bali yang tidak tertulis adalah : 


Hukum yang tumbuh dan berkembang dari bawah yang timbul dari
kebiasaan-kebiasaan hidup dalam masyarakat Indonesia  yang mana admin adat
dapat diklarifikasikan sebagai admin tidak tertulis seperti dirumuskan sebagai
kesimpulan seminar admin adat dan  pembinaan admin nasional yang di
selenggarakan di Yogyakarta, 17 Januari 1975. Dalam salah satu kesimpulan

14
seminar tersebut  dinyatakan bahwa admin adat adalah “admin administr asli
yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik Indinesia yang
disana sini megandung unsur agama”.

 Di Bali ad 2 bentuk pemerintahan desa,yaitu desa adat (desa pekramaan) dan desa
dinas:

1) Kekuasaan dan kewenangan desa adat (desa pekraman) adalah dalam isi


otonomi daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Meminjam
teoripembagian kekuasaan admini modern seperti yang di kemukakan oleh
Montesque dengan trias politikanya, kekuasaan yang di miliki  oleh desa
pekraman adalah fungsi administrat,eksekutif danyudikatif yang berisi
tentang :
 Kekuasaan dan kewenangan menetapkan aturan-aturan
admin  yang berlaku bagi mereka. Edngan kekuasaan ini desa
pekraman menetapkan tatahukumna sendiri dengan meliputi
seluruh aspek kehidupan dalam wadah desa pekraman . aturan –
atuuran admin ini lasim disebut Awig-awig desa pekraman atau
pararem yang di tetapkan secara musyawarah malalui lembaga
musyawarah desa adat yang di sebut dengan  paruman desa.
Kekuasaan ini dapat di identikan dengan kekuasaan perundang-
undangan (administrat) dalam lingkungan admini.
 Kekuasaan dan kewenangan untuk menyelenggarakan kehidupan
berorganisas.terlepas dari beragamnya variasi struktur organisasi
serta admini pemerintahan desa pekraman yang ada di bali, secara
umum dapat dikatakan bahwa aktifitas utama desa pekraman di bali
adalah  aktifitas yang bersifat administr yang menyangkut
hubungan sosial masyarakat  yakni hubungan antara admini warga
admini  baik antar kelompok maupun perorangan di bidang
kehidupan administr.yang mana semua dilakukan dengan kordinasi
pengurus yyang bersangkutan dengan tipe desa . yang pada puncak

15
dalm prajuru desa adalah bendesa atau kelihan adat,di bantu dengan
pejabat-pejabat lainya seperti petajiuh sebagai wakil bendaesa
adat,penyarikan atau juru surat adalah sekretaris, dan petengen atau
juru reksayang berfungsi sebagai juru bendahara.belakangan ini
dalam struktur prajuru desa sering di sebut dengan petugas
keamanan yang biasa disebut dengan pecalang yang kekuasaan
penyelenggaraankehidupan pemerintahannya (eksekutif) dalam
lingkungan admini.
 Kekuasaan dan kewenangan menyelesaikan persoalan-persoalan
admin. Persoalan admin yang di hadapi desa pekraman dapat
berupa pelanggaran admin (awig-awig)  dan dapat berupa sengketa.
Kekuasaan ini dapat di identikan dengan kekuasaan peradilan
(yudiskatif) dalam lingkungan admini.
 Kekuasaan dan kewenangan desa pekraman yang diatur dalam
pasal 5 dalam pasal tersebut di tulis bahwa kewenangan dari desa
pekraman adalah :
a. membuat awig-awig
b. mengatur admin desa
c. mengatur pengolagan harta kekayaan desa
d. bersama-sama dengan pemerintah melaksanakan
pembangunan segala bidang    terutama dalam bidang
keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan
e. membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya balidalam
rangka memperkaya, melestarikandan mengembangkan
kebudayaan nasional pada umumnya kebudayaan daerah
pada khususnya berdasarkan paras-paros, sagilik saguluk
salulung sabayantaka (musyawarah mufakat)
f. mengayomi admin desa.

2) Kekuasaan dan kewenangan dari desa dinas adalah organisasi didesa nyag


menyelenggarakan fungsi administrative yang menyangkut tentang
persoalan kedinasan dan antara lain :

16
 Membuat kartu tanda penduduk
 Membuat kartu keluarga
 Membuat surat-surta administrative lainya yang menyangkut dengan
masyarakat dinas
 Mengatur masyarakat desa dinas
 Melaksanakan pembangunan di segala bidang yang sama dengan apa
yang menjadi kekuasaan dan kewenagan yang dilakukan oleh desa
pekraman namnun disini hanya di proitaskan pada pembangunan yang
bersifat administrative.
 Mengembangkan nilai-nilai budaya bali dan membantu masyarakat
dalam membuat suatu hal bersifat administrative.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bali adalah salah satu suku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai
penduduk bali yang asli. Bali memang dikenal memiliki adat istiadat yang
beraneka ragam. Seperti Indonesia yang memiliki berbagai macam keragaman
bahasa dari berbagai daerah. Begitupun Pulau Bali yang mmiliki keragaman
budaya yang dimilikinya. Kebudayaan itu adalah system nilai dan ide vital yang
dianut oleh suatu kelompok bangsa di dalam kurun waktu tertentu. Bertolak dari
pengertian tersebut dapat dipastikan bahwa kebudayaan itu tidak statis serta
mempunyai perbedaan nilai antara yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula
nilai seni dari suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Terbukti didalam
perkembangan sejarahnya bahwa beberapa seni Bali dapat bertahan sampai
berabad-abad . ini merupakan suatu pertanda bahwa nilai luhur yang terkandung
dalam seni tersebut sudah lestari,  dlihat dari segi artistic, estetik, maupun etiknya.
Karena dari itu setiap kebudayaan-kebudayaan yang ada patut dilestarikan agar
selalu dikenal dan menjadi jati diri dari setiap daerah/kepulauan

3.2 SARAN

Agar pembaca lebih mengetahui tentang kebudayaan suku Bali di


Indonesia yang sangat beraneka ragam suku-sukunya.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://artikelhukum88.blogspot.co.id/2012/10/tugas-bentuk-hukum-adat-
bali.html (Diakses tanggal 7 November 2017)

http://www.balitoursclub.net/kebiasaan-orang-bali/ (Diakses tanggal 7


November 2017)

Vickers, Adrian (2012), Bali Tempo Doeloe, Jakarta: Komunitas


Bambu, ISBN 978-602-9402-07-0

de Zoete, Beryl; Spies, Walter (1938), Dance and Drama in Bali, London:


Faber and Faber Ltd.

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:


Djambatan.

19

Anda mungkin juga menyukai