PENDAHULUAN
1
sehingga Bali tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, melainkan sampai ke
luar negeri. Bahkan orang-orang awam dari luarnegeri mengira bahwa
Indonesia terletak di pulau Bali.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Pengertian Norma Sosial
4
2. Norma kebiasaan (Folkways)
Norma kebiasaan yaitu suatu aturan yang biasa berlaku di lingkungan
masyarakat (biasa dilakukan secara berulang-ulang).
Contoh :
Mengucapkan salam ketika bertamu
Menganggukkan kepala sebagai tanda hormat kepada orang lain
Membuang sampah pada tempatnya
Sanksi bila tidak melakukan : dianggap sebagai penyimpangan.
5
apabila dilanggar dikenakan sanksi admin baik penjara, denda atau
hukuman mati. Contoh: peraturan lalu lintas.
Bahkan tradisi ngejot tidak hanya untuk kalangan warga Bali Hindu saja
tetapi ngejot juga antara warga Hindu dengan non Hindu sehingga
6
menguatkan ikatan sosial di masyarakat, dan bisa saling mengenal dengan
baik, dengan cara ini menguatkan ikatan persaudaraan dengan sesamanya
tidak memandang latar belakang ataupun agama.
7
air, dan upacara Ngaben ini diikuti oleh banyak orang bahkan bisa sampai
ribuan. Dan jika kebetulan ketemu rombongan dalam prosesi ini,
bersabarlah karena mungkin ada kemacetan, biasanya pecalang (polisi
adat) dan juga polisi dari resor setempat dilibatkan dalam pengaturan lalu
lintas.
7. Sebutan kata “Bli”, bagi orang Bali sebutan kata Bli ini berarti kakak,
sebutan tersebut tentu pada orang yang sudah kita kenal dengan baik dan
mempunyai maksud agar sapaan lebih akrab dan bersahabat, terutama
sebutan kepada orang laki-laki yang umurnya lebih tua dari kita, kecuali
jika sudah tahu hubungan kekerabatannya seperti paman. Jika anda belum
kenal perlu juga diketahui di Bali mengenal adanya Kasta seperti embel-
embel nama Ida Bagus, Anak Agung, Cokorde ataupun Gusti yang bahasa
komunikasinya berbeda. Walaupun mereka tidak tersinggung dengan
sebutan “Bli” alangkah baiknya tidak menyebut kata Bli ke mereka.
8. Karma Phala, orang Bali sangat yakin adanya admin Karma Phala. Setiap
perbuatan baik maka pahalanya akan baik juga, begitu juga dengan setiap
perbuatan buruk maka keburukan akan didapatkan. Dan diyakini hasil
perbuatan atau pahala itu bisa dinikmati sekarang juga, kemudian hari, di
akhirat bahkan pada kehidupan mendatang (saat reinkarnasi) itu sebabnya
tidak semua bernasib baik pada kehidupan ini, karena diyakini karena hasil
dari buah perbuatan pada kehidupan sebelumnya. Begitu besarnya imbas
8
dari perbuatan manusia, sehingga orang-orang diharapkan bisa berbuat
lebih baik. Dan memang terbukti tingkat kejahatan ataupun kriminal lebih
rendah dari pada tempat lainnya.
9. Sopan santun, kebiasaan orang Bali yang sopan santun ditunjukkan juga
kepada orang yang lebih tua termasuk pada kasta yang lebih tinggi, dengan
tingkat bahasa Bali lebih halus. Bagi orang Bali tidak sopan menunjuk
dengan tangan kiri, lebih-lebih menunjuk menggunakan kaki, karena bisa
saja lawan bicara tersinggung, apalagi belum dikenal. Kalau memang itu
harus dilakukan karena tangan kanan anda masih sibuk, bilanglah kata
maaf terlebih dahulu, orang Bali bilangnya “tabik”. Turunlah dari
kendaraan anda dan buka helm (kalau sepeda motor) jika anda ingin
bertanya sesuatu pada orang yang tak anda kenal di jalanan.
10. Nyepi adat, selain hari Raya Nyepi secara keseluruhan di Bali, beberapa
desa pakraman yang ada di Bali mempunyai kebiasaan ataupun tradisi
Nyepi Adat, jadi untuk semua wilayah desa tersebut sepi, tidak ada
aktivitas, tidak boleh keluar rumah ataupun bepergian, mati lampu dan
tidak boleh melakukan kegaduhan. Namun jalan desa untuk umum tidak
ditutup, pengguna jalan masih bebas lalu lalang, sehingga jangan heran
sebuah desa terlihat sepi tanpa aktivitas.
11. Pakaian adat, menggunakan pakaian berbeda saat ada upacara atau
kegiatan adat, seperti saat upacara pernikahan, Ngaben, persembahyangan
ataupun pertemuan di balai Banjar. Orang Hindu Bali dipastikan
menggunakan pakaian tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan keagamaan,
tetapi orang non Hindu bisa berpakaian bebas dan sopan, kecuali untuk
berkunjung ke sebuah pura, wajib mengenakan pakaian adat termasuk juga
wisatawan asing, kain dan selendang sebagai pakaian adat ringan biasanya
bisa disewa di tempat-tempat objek wisata.
9
2.4 Adat Istiadat Suku Bali
Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu. Untuk
melakukan sembahyang atau pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi termasuk
manifestasinya harus di tempat suci yaitu Pura.
Menurut fungsinya Pura digolongkan atas dua jenis yaitu Pura Umum
sebagai tempat suci pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi dan Genealogis
yaitu tempat suci untuk pemujaan terhadap roh leluhur. Upacara atau
persembahan kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa disebut
Yadnya.
Adat dan kebudayaan memiliki akar sejarah yang sangat panjang sehingga
mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai administr
dari agama Hindu. Kongifurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupan, pola
pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.
1. Pola Kehidupan
Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada
segi-segi kehidupannya yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau
sembahyang pada pura tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal
bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian
diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial
berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip
patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan
diwajibkan dalam satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.
2. Desa
Konsep Desa memiliki pengertian pada Desa Adat dan Desa Dinas.
Desa Adat merupakan satu kesatuan masyarakat hubungan adat di daerah
Bali yang mempunyai kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun. Desa Dinas adalah satu
kesatuan wilayah administrative di bawah wilayah Kecamatan Banjar.
10
Banjar adalah subdes yang berfungsi secara administrative, dan
berfungsi secara administr serta menangani fungsi-fungsi yang bersifat
sosial, ekonomi, dan kultural. Pada umumnya di dalam satu Banjar
memiliki rata-rata anggota 50 sampai 100 kepala keluarga.
3. Subak
Subak adalah salah satu bentuk lembaga kemasyarakatan pada
masyarakat Bali yang bersifat tradisional dan yang dibentuk secara turun
temurun oleh masyarakat umat Hindu Bali. Subak berfungsi sebagai satu
kesatuan dari para pemilik sawah atau penggarap sawah yang menerima
air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak merupakan
satu kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan.
4. Sekeha
Sekeha merupakan lembaga sukarela yang dibentuk atas dasar
tujuan-tujuan tertentu. Di pulau dewata ini terdapat bermacam-macam
sekeha di bidang kehidupan pertanian, kerajinan, kesenian, keagamaan,
dan lain-lain.
5. Pola Pemukiman
Bangunan pada pemukiman masyarakat Bali menurut fungsinya
dibedakan atas tiga jenis yaitu bangunan tempat pemujaan (pura),
bangunan umum, dan bangunan tempat tinggal yang terdiri dari berbagai
bentuk bangunan sesuai dengan pola tempat tinggal orang Bali yang
bersifat majemuk.
Sistem budaya yang menata pemukiman di Bali berlandaskan pada
konsepsi Tri Hita Karana yang juga diacu pada konsepsi dualistis, yaitu
konsepsi akan adanya dua kategori dalam tata arah utara-selatan (kaja-
kelod) yang berkaitan dengan hulu-hilir (luan-teben) dan admini-profan
(suci-cemer). Segala sesuatu yang bernilai suci atau admini menempati
letak di bagian hulu (luan) yaitu pada arah gunung atau matahari terbit.
Letak pura arah sembahyang yang bernilai suci harus terletak pada posisi
11
hulu (luan). Sebaliknya segala sesuatu yang dianggap tidak suci atau
adminis harus menempati posisi hilir (teben) yaitu pada arah kelod atau
ke laut, seperti letak kuburan, kandang ternak, kamar kecil, dan tempat
pembuangan sampah.
6. Catur Warna
Di Bali berlaku admini Catur Varna (Warna), yang mana kata
Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata Catur
berarti empat dan kata warna yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri)
artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat
pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan
ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai
akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya
dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu
pekerjaan. Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur
Warna itu ialah: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Warna Brahmana: Disimbulkan dengan warna putih, adalah
golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian
keagamaan.
Warna Ksatrya : Disimbulkan dengan warna merah adalah
golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang
kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan admini.
Warna Wesya : Disimbulkan dengan warna kuning adalah
golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat
(perekonomian, perindustrian, dan lain- lain).
Warna Sudra : Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan
fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan
pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.
12
Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa
pelaksanaan admini Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada
admini yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan darah.
Padahal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional,
sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.
8. Upacara Keagamaan
Upacara keagamaan yang dilakukan dalam Agama Hindu Dharma,
berkolaborasi dengan budaya admin. Ini menjadi kekayaan dan
keunikan yang hanya ditemukan di Bali.
Otonan / Wetonan, adalah upacara yang dilakukan pada hari lahir,
seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari.
Upacara Potong Gigi, adalah upacara keagamaan yang wajib
dilaksanakan bagi pemeluknya. Upacara ini dilakukan pada
pemeluk yang telah beranjak remaja atau dewasa. Bagi wanita yang
13
telah mengalami menstruasi, dan bagi pria yang telah memasuki
akil balik.
Upacara Ngaben, adalah prosesi upacara pembakaran jenazah,
Sebagaimana dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah,
upacara ini sebagai upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-
unsur/zat pembentuk dari raga/wadag/badan kasar manusia.
14
seminar tersebut dinyatakan bahwa admin adat adalah “admin administr asli
yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik Indinesia yang
disana sini megandung unsur agama”.
Di Bali ad 2 bentuk pemerintahan desa,yaitu desa adat (desa pekramaan) dan desa
dinas:
15
dalm prajuru desa adalah bendesa atau kelihan adat,di bantu dengan
pejabat-pejabat lainya seperti petajiuh sebagai wakil bendaesa
adat,penyarikan atau juru surat adalah sekretaris, dan petengen atau
juru reksayang berfungsi sebagai juru bendahara.belakangan ini
dalam struktur prajuru desa sering di sebut dengan petugas
keamanan yang biasa disebut dengan pecalang yang kekuasaan
penyelenggaraankehidupan pemerintahannya (eksekutif) dalam
lingkungan admini.
Kekuasaan dan kewenangan menyelesaikan persoalan-persoalan
admin. Persoalan admin yang di hadapi desa pekraman dapat
berupa pelanggaran admin (awig-awig) dan dapat berupa sengketa.
Kekuasaan ini dapat di identikan dengan kekuasaan peradilan
(yudiskatif) dalam lingkungan admini.
Kekuasaan dan kewenangan desa pekraman yang diatur dalam
pasal 5 dalam pasal tersebut di tulis bahwa kewenangan dari desa
pekraman adalah :
a. membuat awig-awig
b. mengatur admin desa
c. mengatur pengolagan harta kekayaan desa
d. bersama-sama dengan pemerintah melaksanakan
pembangunan segala bidang terutama dalam bidang
keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan
e. membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya balidalam
rangka memperkaya, melestarikandan mengembangkan
kebudayaan nasional pada umumnya kebudayaan daerah
pada khususnya berdasarkan paras-paros, sagilik saguluk
salulung sabayantaka (musyawarah mufakat)
f. mengayomi admin desa.
16
Membuat kartu tanda penduduk
Membuat kartu keluarga
Membuat surat-surta administrative lainya yang menyangkut dengan
masyarakat dinas
Mengatur masyarakat desa dinas
Melaksanakan pembangunan di segala bidang yang sama dengan apa
yang menjadi kekuasaan dan kewenagan yang dilakukan oleh desa
pekraman namnun disini hanya di proitaskan pada pembangunan yang
bersifat administrative.
Mengembangkan nilai-nilai budaya bali dan membantu masyarakat
dalam membuat suatu hal bersifat administrative.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bali adalah salah satu suku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai
penduduk bali yang asli. Bali memang dikenal memiliki adat istiadat yang
beraneka ragam. Seperti Indonesia yang memiliki berbagai macam keragaman
bahasa dari berbagai daerah. Begitupun Pulau Bali yang mmiliki keragaman
budaya yang dimilikinya. Kebudayaan itu adalah system nilai dan ide vital yang
dianut oleh suatu kelompok bangsa di dalam kurun waktu tertentu. Bertolak dari
pengertian tersebut dapat dipastikan bahwa kebudayaan itu tidak statis serta
mempunyai perbedaan nilai antara yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula
nilai seni dari suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Terbukti didalam
perkembangan sejarahnya bahwa beberapa seni Bali dapat bertahan sampai
berabad-abad . ini merupakan suatu pertanda bahwa nilai luhur yang terkandung
dalam seni tersebut sudah lestari, dlihat dari segi artistic, estetik, maupun etiknya.
Karena dari itu setiap kebudayaan-kebudayaan yang ada patut dilestarikan agar
selalu dikenal dan menjadi jati diri dari setiap daerah/kepulauan
3.2 SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
http://artikelhukum88.blogspot.co.id/2012/10/tugas-bentuk-hukum-adat-
bali.html (Diakses tanggal 7 November 2017)
19