Anda di halaman 1dari 17

BUDIDAYA TANAMAN

Sagu Berkelanjutan
Sagu ( spp) salah satu tumbuhan dari keluarga palmae wilayah tropic basah.

Secara ekologi, sagu tumbuh pada daerah rawa-rawa air tawar atau daerah
rawa bergambut, daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau
hutan-hutan rawa.

Berdasarkan informasi tempat tumbuh sagu yang cukup bervariasi tersebut,


maka dapat dikatakan bahwa tumbuhan sagu mempunyai daya adaptasi yang
tinggi (Suryana, 2007).

Sagu mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada daerah rawa-rawa dan lahan
marginal yang tidak memungkinkan pertumbuhan bagi tanaman pangan dan
tanaman perkebunan, sehingga sagu dapat berperan sebagai tanaman konservasi
Pengembangan Sagu Berkelanjutan..??
Ekofisologi Sagu

Kebutuhan Kondisi Real di


Lingkungan Lahan
Tumbuh

Input
?
- Suhu : 24,5- 29oC (beberapa informasi30 oC) dengan rataan 26oC dan minimum 15oC.
- Suhu sub optimal sagu butuh waktu untuk capai fase rosett dan pd kondisi tersebut pertumbuhan daun
baru juga memperlama pendewasaan dan produksi pati sagu.
- Kelembaban relative : 90%. Suhu dibawah 20oC & kelembaban relatif rendah dari 70% produksi pati
akan menurun sekitar 25%.
- Curah Hujan optimal 2.000 mm/thn.
- Sagu dapat tumbuh pada 2 bln kering (Ch ‹100mm/bln) dan < 9 bulan basah (Ch ›2000mm/bln).
- ELEVASI: Semakin tinggi elevasi semakin rendah suhu udara. Pada suhu 17°C pertumbuhan daun
terhenti.
- Toleran salinitas sedang
- pH minimum 4
Toleran genangan regular = baik bagi sagu pada tanah yang tidak tergenang air sehingga akar napas
tidak terendam. Tempat tumbuh demikian tidak ditemui di daerah rawa dan transisi (Harsanto,1985) .

- Sagu dapat tumbuh pada tanah-tanah organik, akan tetapi menunjukan gejala
defisiensi beberapa unsur hara tertentu, yang ditandai berkurangnya jumlah
daun dan umur sagu lebih panjang yaitu dapat mencapai 15-17 tahun
(Haryanto dan Pangloli, 1992).
Faktor penting yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah
cahaya (Prihastanti 2010) Kerapatan sagu (rumpun) dan vegetasi lain Fotosintesis Karbohidrat

Pada keadaan Air Tanah Yang Berlebihan beberapa unsur hara seperti nitrogen, sulfur, ferrum dan
mangan akan diredusikan. Unsur nitrogen dan sulfur akan hilang menguap ke udara, unsur ferrum
mangan dalam keadaan reduksi akan larut dalam air tanah sehingga dapat mencapai tingkat keracunan
(Kartasapoetra, 1991)

Sifat tidak mendukung dari tanah tergenang pada daerah temporer dan daerah rawa adalah konsentrasi
karbon yang tinggi dan keadaan oksigen yang rendah, sehingga mengakibatkan terhambatnya
perkembangan dan penyebaran akar di dalam tanah.
situasi anaerobik sehingga organisme tanah akan menggunakan nitrat dan mereduksinya menjadi gas
nitrogen, nitrogen berubah bentuk menjadi tidak tersedia bagi tumbuhan
Proses dekomposisi serasah daun segar pada permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan
aerasi tanah.

Daerah memiliki keadaan tanah yang lembab dan aerase tanah relatif baik, sehingga proses dekomposisi
serasah daun segar berlangsung cepat, sedangkan pada daerah rawa dan temporer yang memiliki air yang
buruk memiliki proses lambat.

Daerah rawa dan transisi (selalu tergenang), proses dekomposisi berjalan lambat sehingga ion
hidrogen akan menggantikan kation-kation lain seperti kalsium, magnesium, kation rendah dan
kejenuhan basa menjadi meningkat.

Akibat lanjutnya adalah pada daerah tersebut hanya tersedia sedikit kation hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan anion hara seperti ion fosfat, sulfat dan nitrat lepas atau akan terikat
dalam bentuk yang tak tersedia.
Apabila unsur-unsur hara essensial tersebut terus-menerus berkurang maka dapat
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan pohon sagu
Daerah kering = rasio karbon/nitrogen tergolong sangat tinggi,
Rawa dan daerah transisi = rasio karbon/nitrogen tergolong tinggi.

Bila terdapat rasio karbon/nitrogen sangat tinggi maka pada daerah tersebut
banyak terdapat serasah daun segar pada permukaan tanah, sehingga bahan ini
sedang dioksidasi organisme tanah berkembang berlipat ganda.

Pohon sagu harus menunggu pembebasan nitrogen oleh organisme ini bila
jumlahnya telah berkurang dengan rendahnya rasio karbon/nitrogen (Theodore
dkk, 1987).

Proses dekomposisi serasah daun segar pada permukaan


tanah sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan aerasi
tanah.
Tempat tumbuh yang dapat menunjang pertumbuhan sagu
(Haryanto dan Pangloli, 1992), adalah :
1. pada tanah-tanah yang mengandung banyak mineral dan
bahan organik,
2. daerah berair tawar tetapi akar-akar pohon sagu tidak
terendam air serta tidak sering dipengaruhi oleh air pasang
surut.
3. Kriteria keadaan tempat tumbuh yang demikian ditemui hanya
pada daerah kering sehingga dapat menunjang pertumbuhan
sagu.
PERBAIKAN KULTUR TEKNIS
1.Perbaikan Draenase dan aerase
2.Transmisi Cahaya sampai ketanah
Secara umum struktur populasi tumbuhan sagu umlah
individu paling banyak terdapat pada fase semai,
berkurang secara drastis pada fase berikutnya.

Dalam populasi tersebut jumlah individu fase semai


yang berhasil tumbuh ke fase pertumbuhan
berikutnya hanya sebesar 15,34 %. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi kematian individu fase
semai, gagal tumbuh ke fase berikutnya mencapai
84,66 %.

Batang tumbuhan sagu terbentuk setelah masa russet


berakhir yaitu setelah berumur sekitar 3-4 tahun, dan
kemudian membesar dan memanjang dalam waktu
sekitar 54 bulan (Flach 2005 dalam Barahima 2005)
Tingginya tingkat kematian ini dapat disebabkan karena :
(1) Sifat pertumbuhan anakan sagu, sebagian tunas anakan yang muncul dari pangkal batang
tidak bersentuhan dengan tanah,
(2) terjadi persaingan di antara masing-masing individu dalam rumpunnya. Persaingan yang
dimaksud berkaitan dengan komponen di atas permukaan tanah seperti udara, cahaya,
ruang, dan komponen di bawah tanah seperti air, oksigen, dan unsur hara.
Cahaya surya di dekat rumpun sagu hanya sekitar 12,33 % (206,53 lux, ruang terbuka 1675,29
lux).

Rendahnya intensitas ini karena terdapat hambatan :


- Tajuk rumpun sagu itu sendiri,
- rentan terhadap pH rendah, tunas anakan yang masih muda memiliki daya adaptasi yang
rendah terhadap kondisi lahan tergenang (tereduksi). Hasil pengukuran kemasaman
tanah menunjuk-kan bahwa pH tanah dapat mencapai 4,31 (pH KCl),
- mengalami keracunan karena kandungan Fe (3,08) dan Al (4,99) tanah, nilai kekurangan
Fe dan Al tersebut termasuk kategori sangat tinggi berdasarkan kriteria (Balai
PenelitianTanah, 2005)
Tanah-tanah masam dengan kandungan logam tinggi seperti Fe dan Al dapat berpengaruh buruk terhadap
kehidupan perakaran.

Syekhfani (1997) mengemukakan bahwa logam memiliki kemampuan untuk melisis air sehingga pH tanah
dapat semakin masam. Ketika pH rendah, Fe dan Al akan larut sehingga konsentrasinya meningkat dan dapat
bersifat meracun ( ) (Brady 1990).
Habitat tergenang identik dengan kondisi tereduksi, artinya keadaan dimana terjadi keterbatasan oksigen di
dalam tanah. Levitt (1980) menyebutnya sebagai cekaman deficit oksigen. Dalam kaitan dengan kondisi yang
tereduksi ini, maka adaptasi sagu ditunjukkan melalui sistem perakarannya yang mengalami modifikasi arah
pertumbuhan (Gambar 4). Pada habitat tergenang biasanya muncul akar berukuran kecil dalam jumlah banyak
dengan arah pertumbuhan menuju permukaan air sehingga terjadi kontak langsung dengan udara bebas.
Mekanisme perubahan ini agar penyerapan oksigen oleh perakaran dapat berlangsung dengan baik. Berbeda
dengan jenis lain, maka pada kondisi lahan dengan aerase jelek, tumbuhan melakukan mekanisme adaptasi
morfologi dengan membentuk sistem perakaran dangkal (Daubenmire, 1974).

Anda mungkin juga menyukai