Anda di halaman 1dari 7

PLATO

Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-6 SM. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia dan lingkungan disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada
agam lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Di Yunani tidak
seperti didaerah lainnya, tidak ada kasta, pendeta dan orang-orang bebas dalam
mengeluarkan ide ataupun gagasan.

Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia,


karena pada waktu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitologi menjadi
rasional. Pola pikir mitologi merupakan pola pikir masyarakat yang masih sangat
mengandalkan mitos atau lebih percaya pada hal-hal yang tabu.

Zaman Yunani kuno merupakan zaman keemasan filsafat. Karena pada masa ini
manusia bebas dalam mengeluarkan ide-ide dan pendapat mereka dan menjadikan
mereka mampu berpikir secara kritis. Pada zaman Yunani kuno tokoh filsafatnya
dikenal dengan nama filsuf. Banyak sekali filsuf-filsuf dari zaman Yunani kuno,
hingga modern.

BIOGRAFI TOKOH

Plato merupakan salah satu filsuf yang terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan
meninggal pada tahun 347 SMdi Atena pula pada usia 80 tahun. Ia berasal dari
keluarga aritokrasi yang turun temurun memegang politik penting dalam politik
Atena. Ia bercita-cita menjadi orang Negara, tapi perkembangan politik dimasanya
tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang
diinginkannya itu.

Namanya bermula Aristokles, Plato merupakan nama pemberian gurunya. Ia


memperoleh nama itu karena bahunya yang lebar sepadan dengan badannya yang
tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok.
Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah
menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebalum
dia dewasa dia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Dimasa itu Plato
mendapat didikan dari guru-guru filosofi, pelajaran filosofi mula-mula
diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos yang
mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Sejak umur 20 tahun Plato mengikuti
pelajaran Sokrates dan pelajaran itulah yang memberikan kepuasan baginya.
Pengaruh Sokrates makin hari makin mendalam padanya, ia menjadi murid
Sokrates yang setia sampai pada akhir hidupnya Sokrates tetap menjadi
pujaannya. Dalam segala karangannya yang berbentuk dialog, bersoal jawab.
Sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang menuntun, dengan cara begitu
ajaran Plato tergambar keluar melalui mulut Sokrates. Setelah pandangan
filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan
gurunya. Sokrates digambarkannya sebagai guru bahasa isi hati riwayat di Atena
yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang
meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh
kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke
bawah kekuasaan asing.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai


menyatukan puisi dan ilmu seni filosofi. Pandangan yang mendalam dan abstrak
sekalipun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang
filosof sebelumnya dapat menandinginya dalam hal ini. Hukuman yang
ditimpakan itu dipandangnya suatu perbuatan zalim meminum racun, besar sekali
pengaruhnya atas pandangan hidup Plato Sokrates dimatanya adalah seorang yang
jujur dan adil orang yang tak pernah salah.

Tidak lama setelah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Atena, itulah permulaan
ia mengembara 12 tahun lamanya dari tahun 399 SM. Mula-mula ia pergi ke
Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Ada cerita yang mengatakan
bahwa ia mengarang beberapa dialog yang mengenai berbagai macam pengertian
dalam masalah hidupberdasarkan ajaran Sokrates. Dari Megara ia pergi ke
Kyrena, dimana ia memperdalampengetahuannya tentang matematik pada seorang
guru yang bernama Theodoros, disana ia juga mengarang buku-buku dan
mengajarkan filosofi. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa di
pulau Sisiria yang pada wkatu itu diperintah oleh seorang tiran yang bernama
Dionysios yang mengajak Plato tinggal di istananya. Disitu Plato kenal dengan
ipar raja Dionysios yang masih muda bernama Dion yang akhirnya menjadi
sahabat karibnya. Mereka berdua sepakat mempengaruhi Dionysisos dengan
ajaran filosofinya agar kehidupan sosialnya menjadi lebih baik. Tetapi ajaran
Plato membuat Dionysios menjadi jemu. Pada tahun 367 SM setelah Plato 20
tahun menetap dalam Akademia, diterimanya undangan dari Dion untuk dating ke
Sirakusa, setelah Dionysios meninggal maka digantikanoleh Dion dengan nama
dionysios II dan berharap Plato dapat mengajarkan kepada yang masih muda itu
“pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato”
akhirnya Plato berangkat ke Sirakusa dan disambut oleh raja dengan gembira,
tetapi bagi raja itu filosofi itu tidak menarik akhirnya intrigue, fitnah dan hasutan
merajalela dalam istana itu. Akhirnya Dion dibenci oleh raja dan dibuang ke
Sisilia. Kemudian Plato kembali ke Atena, tapi 6 tahun kemudian pada tahun 361
SM plato ketiga klainya dating ke Sirakusa, raja Dionysios II dengan Dion
berusaha agar Plato kemabali ke Sirakusa, tapi maksudnya tidak berhasil dan
harapannya untuk mencoba sekali lahi melaksanakan cita-citanya tentang
pemerintahan yang baik dalam politik gagal sama sekali.

Akhirnya Plato kembali ke Atena dan memusatkan pada Akademia sebagai guru
dan pengarang. Plato tidak pernah menikah dan tidak punya anak. Pemikiran yang
dicetuskan Plato: intisari dari filosofi plato ialah pendapatnya tentang idea itu
adalah suatu ajara yang sulit pemahamannya. Salah satu sebab ialah bahwa
pahamannya tentang idea selalu berkembang, bermula idea itu dikemukakan
sebagai teori logika, kemudian meluas menjadi pandangan hidup,menjadi dasar
umum bagi ilmu dan politik social mencakup pandangan agama. Plato
memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam alam yang lahir dimana berlaku
pandangan Herakleitos dan alam pengertian yang abstrak dimana berlaku
pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada hanya kiraan, sebab
kalau semuanya mengalir tidak berhenti-henti, tiap barang bagi setiap orang pada
setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya maka manusia
menjadi ukuran segalanya seperti dikatakan oleh Protagoras. Tetapi pengetahuan
dapat memberikan apa yang tetap adanya yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak
bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak, ia timbul semata-mata
karena kecerdasan berpikir pengertian yang dicari dengan pikiran adalah idea.
Idea pada hakikatnya sudah ada, tinggal mencarinya sja. Pokok tinjauan filosofi
Plato adala mencari pengetahuan tentang pengetahuan, ia bertolak dari ajaran
gurunya Sokrates yang mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan
pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagi dasar filosofi.
Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato. Pengertian
yang mengandung didalamnya pengetahuan dan budi yang dicarinya bersama-
sama dengan Sokrates, pada hakekatnya berlainan sama sekali dari pandangannya,
sifatnya tidak diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alas an untuk
menuju pengertian, ia diperoleh atas usaha akal sendiri.

Idea menurut paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari
kedaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu suatu pikiran melainkan suatu
realita. Pendapat Parmenides tentang adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-
ubah, tapi yang baru dalam ajaran Plato ialah pendapatnya tentang suatu dunia
yang tidak bertubuh. Filosof grik sebelumnya dia tidak genal gambaran dunia
semacam itu , juga adanya dalam pikiran Parmenides yang mengisi sepenuh-
penuhnya, sehingga tidak ada lagi tempat yang kosong. Dunia yang bertubuh
adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Semua itu
bergerak dan berubah senantiasa tidak ada yang tetap dan kekal. Dari pandangan
dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian.

Berhadapan dengan itu terdapat dunia yang tidak berubah daripada idea, yang
lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi objek dari pengetahuan pengertian
apabila pengertian yang dituju itu memperoleh bentuknya yang tepat, ia tidak
berubah-ubah lagi dan berrtempat didalam dunia idea. Idea itulah yang melahirkan
pengetahuan yang sebenarnya.

Dalam konsepsi Plato dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bertubuh terpisah
sama sekali, tetapi dunia yang bertubuh tidaklah semata-mata berdiri sendiri.
Menurut Plato pengertian yang sebanyak itu menunjukkan banyaknya jenis idea,
idea yang tertinggi ialah kebaikan, sebagai tuhan yang memebentuk dunia. Plato
menyamakannya dengan matahari yang menyinari semuanya. Idea kebaikan
adalah pokok, karena dunia idea tersusun menurut system teleology.

Etik Plato: pendapat Plato seterusnya tentang etik bersendi ada ajarannya tentang
idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan diteruskannya ke dalam praktik
hidup, oleh karena itu kemauan seseorang bergantung kepada pendapatnya, nilai
kemauannya itu ditentukan pula oleh pendapat itu. Jadinya menurut Plato ada 2
macam budi, pertama budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan
pengertian. Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak.
Pandangan Plato tentang Negara dan luasnya masih terpaut pada masanya, ia lebih
memandang kebelakang daripada kemuka. Buku-buku yang ditulis pada masa
Sokrates adalah Apologie, Kriton, Ion,Protagoras,Laches, Politeia, buku I, Lysis,
Charmides dan Euthypron. Dalam seluruh dialog itu Plato berpegang pada
pendirian gurunya Sokrates. Dalam buku-buku itu tidak terdapat buah pikiran
Plato yang timbul kemudian yang emnjadi corak filosofinya yaitu ajaran tentang
idea. Cita-cita yang dikemukakan dalam tulisannya dimasa itu ialah
pembentukkan pengertian dalam daerah etik. Buah tangan yang ditulisnya dalam
masa yang terkenal sebagai “masa peralihan”, masa itu disebut juga masa Megara.
Yaitu waktu Plato tinggal sementara itu dialog-dialog yang diduga ditulisnya
dalam masa itu ialah Gorgias, Kratylos, Menon, Hippias dan beberapa lainnya.
Tulisannya yang terkenal dari waktu itu dan kesohor sepanjang masa ialah
Phaidros, Symposion, Phaidon, dan Politeia buku II-X. ajaran tentang idea
menjadi pokok pikiran Plato dan menjadi dasar bagi teori pengetahuan,
metafisika,psikologi, etik, politik, dan estetika.
Dialog-dialog Plato yang dikarang pada masa Tuanay sering disebut Theaitetos,
Parmenides, Sophistos, Politios, Philibos, Timaios, Kritias, dan Nomoi. Tapi ada
ahli-ahli yang menyaksikan keaslian dari beberapa dialog itu , dengan uraian yang
terbentang dalam dialog itu Plato membawa pembacanya ke dareah Kosmologi
dan filosofi alam. Dialog itu menunjukkan bahwa Plato bukan saja seorang filosof
yang menguasai seluruh filosofi Grik sebelumnya, tetapi juga mempelajari
berbagai ilmu special yang diketahui pada masanya.

Paham Plato tentang pembentukan dunia ini berdasar pada pendapat Empedokles,
bahwa alam ini tersusun dari empat anasir yang asal yaitu api, udara, air, dan
tanah. Menurut Plato tuhan sebagai pembangun alam, menyusur anasir yang
empat itu dalam sebagai bentuk menjadi satu kesatuan, oleh karena itu
pembangunan dunia sekaligus sikap hidup manusia dalam dunia ini.

PEMIKIRAN

Menurut Plato Negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan.


Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan, apapun yang dilakukan atas nama
Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan. Atas dasar itulah
kemudian Plato memandang perlunya kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain
menurut Plato untuk membangun pengetahuan kecuali dengan lembaga-lembaga
pendidikan, inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah
dan akademi pengetahuan.

Plato menilai Negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari  Negara yang
didambakan manusia, sehingga Negara yang ideal menurut Plato adalah Negara
yang menjunjung tinggi kebajikan.Plato menggambarkan seorang filsuf adalah
dokter, meski mengetahui penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat dan
mampu mendiagnosa serta mendeteksi sejak dini Plato beranggapan munculnya
Negara adalah akibat hubungan timbale balik dan rasa saling membutuhkan antar
sesame manusia. Manusia juga dianugrahi bakat dan kemampuan yang tidak
sama, masing-masing memiliki bakat alamiah yang berbeda dan itu menciptakan
saling ketergantungan.

Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan atas
kepemilikan pribadi baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri
inilah yang disebut “NIHILISM”. Plato juga tidak memperkenankan lembaga
perkawinan, tak seorangpun  yang dapat mengklaim istri mereka, istri hanya
hanya bias menjadi hak kolektif hubungan seks yang dilakukan tidak boleh
monogam melainkan poligami. Plato melihat lembaga perkawinan telah
mengekang bakat alami manusia dan membuat diskriminasi.

Pemikiran Plato yang anti individualism yang telah merusak kehidupan social
masyarakat Athena, manusia menjadi individualism hanya mementingkan
kebutuhan diri mereka sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Ada
tuduhan yang mengatakan bahwa Plato adalah anti demokrasi, argumentasi ini
membenarkan tuduhan itu mengapa Plato menjadi anti demokrasi. Pemikiran
Plato tidak terlepas dalam konteks sosio-hostoris kehancuran Athena. Kehancuran
Athena menurut Plato bukan hanya karena kekalahan Athena dalam perang
pelopenesos. Kemenangan Sparta atas Athena menunjukkan prinsip-prinsip dari
kenegaraan Athena yang demokratis. Inilah yang melahirkan karya-karya Plato
dalam judul republic. Dalam buku ini Plato secara tegas menujukkan simpati dan
kekagumannya kepda system kenegaraan otoriter Sparta dan antipatinya kepada
demokrasi. Plato menuduh kehancuran Athena disebabkan akibat demokrasi yang
lemah dan disintegrasi serta tidak stabil.

Negara ideal menurut Plato adalah City State, Negara yang tidak terlalu luas dan
tidak terlalu kecil. Negara luas akan sulit untuk menjaganya sementara negara
kecil akan sulit dipertahankan karena mudah untuk dikuasai.

PENUTUP

Plato merupakan tokoh filsafat pada masa Yunani kuno yang mempunyai
kedudukan  istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan
ilmu seni filosofi. Menurut Plato Negara ideal itu Negara yang mempunyai prinsip
kebajikan, Plato juga beranggapan bahwa dunia ini tercipta karena saling
ketergantungan antar manusia yang menghuni bumi ini, dan manusia diciptakan
dengan bakat dan kemampuan yang tak sama, maka dari itu manusia hidup
didunia ini saling membutuhkan, karena manusia bukan mahkluk individu yang
tidak bisa hidup sendiri. Dari Plato kita bisa belajar filsafat hidup yang
sebenarnya, dan selalu memunculkan ide-ide baru.

Anda mungkin juga menyukai