Anda di halaman 1dari 2

HERAKLITUS.

Herakleitos dari Efesus adalah seorang filsuf Yunani Kuno pra-Sokratik


yang tidak tergolong mazhab apapun, meski dapat digolongkan lewat asal
munculnya sebagai pemikir mazhab Ionia atau filsuf yang muncul di wilayah Asia
Minor (termasuk Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan Xenophanes). Didalam
tulisan-tulisannya, ia justru mengkritik dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh
terkenal, seperti Homeros, Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, dan
Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran filsafat yang umum pada zamannya,
tetapi bukan berarti ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu.

Herakleitos diketahui menulis satu buku, tetapi telah hilang. Yang


tersimpan hingga kini hanya 130 fragmen yang terdiri dari pepatah-pepatah
pendek yang seringkali tidak jelas artinya. Heraklitus adalah seorang yang
sombong dan juga terkenal dijaman Yunani kuno, pemikiran filsafatnya bersifat
tidak jelas dan tidak mudah dimengerti sehingga ia dijuluki "si gelap" (dalam
bahasa Inggris the obscure). Tokoh  ini juga mendapatkan kritikan dari filsuf
lainnya karena filsafatnya yang tidak sejalan atau bertentangan dengan
pandangan  mereka. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya pendapat-pendapat
para filsuf misalnya Parmenides dan Plato. Parmenides menentang pandangan
Heraclitus yang menyatakan bahwa alam itu bergerak/berubah. Menurut
Parmenides alam itu diam, tidak bergerak. Sedangkan Plato berpendapat segala
sesuatu berubah tetapi hanya berlaku bagi alam empiris saja. 

Pandangan-pandangan yang diutarakan oleh Heraclitus diantaranya:

a. Logos
Menurut Heraclitus alam semesta ini bergerak dan berubah karena adanya
Logos. Logos yang dimaksud heraclitus tidak didefinisikan secara khusus, artinya
tidak digambarkan secara jelas, tidak dapat dipahami orang lain karena logos
adalah pemikiran orang itu sendiri. Pernyataan inilah yang membuat Heraclitus
dijuluki “si Gelap” (the obscure), karena pemikirannya ini tidak dapat
disimpulkan secara pasti. Namun jika kita mengkaji bahwa logos adalah cara
berfikir manusia itu sendiri yang didefinisikan sebagai rasio, alasan, susunan,
maka logos adalah cara seseorang memandang, menilai, berfikir tentang dunia dan
alam sekitarnya dengan menggunakan daya pikir mereka sendiri.
. b.   Api
Heraclitus berpendapat bahwa kosmos terbentuk dari api. Dari pendapatnya ini
maka seperti sifatnya bahwa api itu menyala, panas, dan dapat meredup. Api dapat
mengubah sesuatu dengan panasnya, dan cahayanya menyala, juga meredup
sesuai dengan waktunya. Kehidupan di alam semesta ini dapat digambarkan
sebagaimana api dalam filsafat Heraclitus. Pada suatu masa kehidupan itu akan
selalu berpijar dan menyala-nyala seperti api yang sedang membara, namun pada
masanya akan mati dengan sendirinya.
c.  Harmoni
Heraclitus berpendapat bahwa dua hal yang berbeda terdapat kesatuan.
Perbedaan-perbedaan di alam semesta ini memiliki keterkaitan satu dengan yang
lainnya, dia menganggap bahwa ada hubungan dalam setiap perbedaan.jika
dikaitkan dengan  kejadian-kejadian nyata yang dialami oleh manusia misalnya
rasa kenyang muncul akibat dari adanya rasa lapar. Adanya tua karena proses dari
muda. Tidak akan ada orang kaya tanpa orang miskin. Tidak ada presiden tanpa
rakyat. Adanya hal-hal yang berbeda inilah yang merupakan proses dari satu
kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Dan dalam perbedaan
inilah tercipta sebuah harmoni kehidupan yang saling melengkapi.
d.             Sungai
Menurut Heraclitus kita tidak akan turun dua kali di sungai yang sama.
Maksud dari pandangan ini adalah menggambarkan segala sesuatu yang tidak
mungkin tetap atau sama dengan sebelumnya. Segala sesuatunya pasti berubah
dan bergerak, serta mengalir.
Pandagan  Heraclitus “Panta rhei uden menei, Semuanya mengalir dan
tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap” pemikiran Heraclitus ini menjelaskan
kepada kita bahwa segala sesuatu tidak ada yang bersifat tetap, semuanya
berubah, mengikuti arus perubahan. Jika ditelaah lebih jauh, dari pemikiran
Heraclitus ini kita bisa mengkaitkan dengan jalan hidup kita. Nasib, takdir, dan
jalan hidup manusia mengalir seperti air di sungai, mengikuti kemana arus sungai
mengalir menuju muara sungai, demikian juga kehidupan manusia selalu berubah
mengikuti arus perkembangan jaman menuju pada perubahan. Dari ada menjadi
tiada, dan dari tiada menjadi ada. Dari muda menjadi tua, dari hidup menjadi mati.
Dari kaya menjadi miskin, atau sebaliknya dari miskin menjadi kaya. Alam
semesta yang kita huni inipun mengalami hal yang sama, ber-evolusi terus
menerus mengikuti iklim, cuaca, dan faktor-faktor lainnya.
 

Anda mungkin juga menyukai