JURNAL
Disusun Oleh :
Khairunnisa
Nim (2021204020013)
TEKNIK ELEKTRO
TA 2020-2021
MANFAAT EDUKASI DALAM MENCARI KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM
YANG DIKAITKAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN
Khairunnisa
2021204020013
ABSTRAK
Agama islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat jibril kepada nabi muhammad sebagai rasulnya mula-
mula di mekkah kemudian di madinah selama (dibulatkan) dua puluh tiga tahun.Sebagai agama wahyu seperti tealah disebutkan
berulang-ulang,komponen utama agama islam adalah akiudah,syariah,dan akhlak yang bersumber dari al-qur’an dan al-
hadis.Selain tentang komponen utama agama islam,di dalam al qur’an perkataan ilmu (pengetahuan tentang sesuatu) dalam
berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali.Dapat disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sanagt penting dan sentral dalam agama
islam.Semua ilmu yang disandarkan pada manusia mengandung arti kejelasan.Dalam surah al-baqarah (2):38 Allah berfirman
sambil memerintahkan,”Hai adam,beritahukanlah kepada mereka (malaikat dan iblis) nama-nama benda”.Adam pun
memberitahukan (dengan menyebut nama-nama benda) kepada malaikat dan iblis di depan tuhan.Berdasarakan keterangan al-
qur’an itu,sejak diciptakan manusia telah mempunyai potensi berilmu dan mengembangkan ilmunya dengan izin Allah (Quraishs
shihab, 1996:445). Pendidikan Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat signifikan dipertahankan atau dikembangkan.
Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran filosofis atau konseptual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang dari waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah dinamika masyarakat.
PENDAHULUAN
berasal tiga (3) akar kata, yakni, pertama raba –
A. Pengertian Pendidikan Islam yarbu, yang berarti bertambah atau bertumbuh.
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri
melalui keseluruhan sejarah kemunculan Islam itu Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an, surat Al-
sendiri.Tentu saja untuk memahaminya, tidaklah Rum, ayat 39.Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang
dipahami sebagai sebuah sistem pendidikan yang sudah berarti menjadi dasar, dan yang ketiga, rabba-
mapan dan sistematis, melainkan proses pendidikan yarubbu, yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,
lebih banyak terjadi secara insidental bahkan mungkin menuntut, menjaga dan memelihara. Pengertian ini
lebih banyak yang bersifat jawaban dari berbagai dapat dilihat pada Al-Qur’an, surat Al-Isra, ayat
problematika yang berkembang pada masa 24.Sementara, menurut Naquib Al-Attas,
itu.Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki kata tarbiyah mengandung konotasi mengasuh,
terma yang sangat varian. Perbedaan ini tidak terlepas menanggung, memberi makan, mengembangkan,
dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur’an memelihara, menumbuhkan (membentuk) dan juga
dan Al-Hadits—sebagai sumber rujukan utama menjadikannya lebih matang. Dengan demikian, maka
pendidikan Islam—yang menyebutkan kata yang dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses
(kalimah) yang memiliki konotasi pendidikan atau mengasuh, membina, mengembangkan, memelihara
pengajaran. Setidaknya, ada empat (4) istilah yang serta menjadi kematangan bagi suatu objek. Bahkan
digunakan untuk menyebutkan makna pendidikan, dalam hal ini, Imam Baidawi memperjelas makna
misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah. Tiga (3) Tarbiyah dengan “Al Rabbu fi al Ashli bima’na al-
dari empat (4) istilah tersebut pernah direkomendasikan Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-Syai’u ila kamalihi
oleh Konfrensi Internasional I tentang Pendidikan Islam syai’an fa syay’an (Al-Rabb asal katanya bermakna
di Mekkah pada tahun 1977. Masing-masing terma Tarbiyah, yakni menyampaikan atau mengantarkan
tersebut, jelas memiliki aksentuasi dan implikasi yang sesuatu menuju ke arah kesempurnaan sedikti demi
berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-masing istilah sedikit).
tersebut.
2. Al-Ta’dib
1. Al-Tarbiyah
Kata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata addaba, yang berarti pengenalan dan pengakuan
kata tarbiyah secara bahasa merupakan kata yang yang secara bertahap ditanamkan kepada manusia
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun
dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga tulisan.
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
Kekuasaan dan Keagungan Tuhan di dalam tatanan b. D. Marimba; Pendidikan Islam merupakan
wujud dan keberadaannya.Pengertian ini didasarkan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum
pada Hadits Rasulullah saw. yang mengatakan agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
“addabani rabbi fa ahsana ta’dibi” (Tuhanku telah utama menurut ukuran-ukuran Islam.
mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku).
Kata Ta’dib ini menurut Naquib Al-Attas merupakan c. M. Yusuf Al Qardawi; pendidikan Islam adalah
istilah yang lebih mendekati pemahaman ilm. Atau pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani
dengan kata lain Ta’dib dipahami sebagai istilah dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya
pendidikan yang lebih mengarah pada proses pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik
pembelajaran, pengetahuan dan pengasuhan. Oleh dalam keadaan damai maupun perang dan
karenanya, Naquib beranggapan bahwa penggunaan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan
istilah Ta’dib lebih proporsional ketimbang segala kebaikan dan kejahatannya serta manis dan
istilah Tarbiyah untuk menyebut istilah Pendidikan pahitnya.
Islam.
d. Hasan Langgulung; Pendidikan Islam merupakan
3. Al-Ta’lim suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai
Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul al- Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
Tarbawiyah fi al-Islam, istilah Ta’lim diartikan dengan beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak
lahir untuk melakukan pembinaan pengetahuan, e. Azyumardi Azra; Pendidikan Islam merupakan salah
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan.
penanaman amanah.Batasan pengertian ini dipahami Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari
lebih luas cakupannya dibandingkan dengan istilah Al- tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk
Tarbiyah, terutama dalam konteks sequency (cakupan menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu
dan wilayah) subjek atau objek didiknya. Sementara bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan
menurut Athiyah Al-Abrasy, ta’lim diartikan dengan berbahagia di dunia dan akhirat.
upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada
aspek-aspek tertentu saja. Al-Ta’lim merupakan bagian f. Zakiyah Daradjat; Pendidikan Islam merupakan
kecil dari al-tarbiyah alaqliyah, yang hanya mencakup proses pembentukan kepribadian manusia sebagai
domaik kognitif saja dan tidak menyentuh aspek muslim.
(domain) afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang
4. Riyadhah dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses
bimbingan kepada manusia yang mencakup jasmani dan
Istilah riyadhah merupakan istilah pendidikan yang rohani yang berdasarkan pada ajaran dan dogma agama
digunakan dan dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali (Islam) agar terbentuk kepribadian yang utama menurut
untuk menyebutkan istilah pelatihan terhadap pribadi aturan I slam dalam kehidupannya sehingga kelak
individu pada fase anak-anak, atau yang dikenal memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti.
dengan riyadhatusshibyan. Imam Al-Ghazali dalam
mendidik anak, lebih menekankan pada domain afektif Pertanyaan yang muncul dan dapat didiskusikan adalah
dan psikomotor dibandingkan penguasan dan pengisian dari beberapa istilah tersebut (tarbiyah, ta’dib,
domain kognitif (intelektual). ta’lim dan riyadhah) manakah yang relevan untuk
menyebutkan dan mewakili istilah pendidikan Islam?,
Pertanyaan lain yang dapat dimunculkan adalah
Dalam praksisnya, para pakar berbeda pendapat “apakah pendidikan Islam itu sama atau berbeda
mengenai definisi pendidikan Islam itu sendiri. Berikut dengan pendidikan pada umumnya berkaitan dengan
beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam dalam dasar (sumber), orientasi serta nilai yang ditransfer”.
mendefinisikan istilah Pendidikan Islam;
B. Pendidikan Islam Bani Abbasyah
a. Muhammad Athiyah Al Abrasyi; “Pendidikan
Islam (Al Tarbiyah Al Islamiyah) adalah usaha untuk 1. Awal Perkembangan Pendidikan Islam
menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan Bani Abbasyah
bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, Peletak utama dasar-dasar kekuasasan Bani
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam Abbasiyah adalah Abu Abbas As-Saffah (749-754
M)[103]. Namun sebagai pembina awal kemajuan
pendidikan dan ilmu pengetahuan Khalifah Al-Manshur pengetahuan, ilmu pengetahuan menggeliat bila
(754-775) yang telah mendesain dengan baik berdirinya penguasa benar-benar cinta ilmu pengetahuan. Terbukti
kota Bagdad dekat tempat Ctesiphon atas perencanaan masa gilang gemilang peradaban Abbasiyah tatkala
filosof Persia, Nawbakht, dan ahli astronomi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan benar-
Masya’allah, seorang Muslim Yahudi. Dalam limapuluh benar menjadi primadona.
tahun perencanaannya, kota Bagdad muncul menjadi Seiring dengan menggeliatnya proyek penerjemahan
kota paling penting di dunia dengan menyaingi ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab, secara
Konstatinopel[104]. bersamaan kegiatan pendidikan Islam berjalan lebih
Berawal dari penyakit Al-Mashur yang susah bersemangat, karena semakin luasnya materi-materi
dicarikan obatnya, maka didatangkanlah Jurjis ibnu baru yang didapatkan dari berbagai penjuru negeri. Para
Bakhti Yashu, seorang dokter Nestoria yang terkenal, ulama dan cendikiawan muslim bertambah semangat
dari akademi Kedokteran Jundi Syapur Ke istana menggali dan mengembangkan ilmu-ilmu baru tersebut.
Abbasiyah. Suatu Peristiwa yang memberikan pengaruh
yang besar atas perkembangan sains dan seni Tempat-tempat penterjemahan yang digunakan
pengobatan pada masa selanjutnya. Keberhasilan dokter sekaligus menjadi tempat berlangsungnya kegiatan
Jurjis ibnu Bakti Yashu dalam menyembuhkan penyakit pendidikan Islam. Istana, labor observasi dan rumah-
khalifah Al-Mashur maka mereka diberikan rumah ulama menjadi tempat yang biasa digunakan
kemakmuran hidup di Bagdad oleh khalifah sebagai sebagai tempat penterjemahan sekaligus pelaksanaan
dokter-dokter istana, mereka juga membangkitkan studi pendidikan Islam. Bait al-Hikmah yang didirikan
karya-karya besar Hippocrates (436 SM) dan Galen (200 khalifah Al-Makmun menjadi tempat yang luas
SM)[105]. digunakan untuk proses kegiatan keilmuan dan proses
Kemudian muncul pula ahli matematika dan pendidikan Islam.
astronomi India ke Istana al-Manshur pada tahun 773 M Ada beberapa faktor yang berkesinambungan
dengan membawa sebuah menjadi pendorong kemajuan pendidikan Islam pada
buku Sinddanta (Shindhin, sebuah risalah tentang masa Bani Abbasiyah menurut Ramayulis yaitu[111] :
astronomi) menyebabkan khalifah memerintahkan a. Karena adanya kekayaan yang melimpah dari pajak
penerjemahan karya itu ke dalam bahasa Arab[106]. (kharaj).baik dari perdagangan maupun pertanian,
Muhammad Ibrahim al-Farazi melaksanaka tugas itu dengan kekayaan itu, khalifah mudaj merealisasikan
dengan baik dengan dibantu oleh pembantu- perencanaan untuk dalam maupun luar negerinya, serta
pembantunya yang cakap. Dalam beberapa tahun Irak pengembangan ilmu pengatahuan
(Bagdad) melahirkan sejumlah ahli astronomi yang b. Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu
sangat mumpuni hingga memberikan sumbangan yang pengetahuan seperti al-Mansur (757-775 M), al-Mahdi
berarti sekali sampai abad 14[107]. (775-785 M), Harun al-Rasyid (785-809 M), al-
Di antara harta berharga yang didatangkan dari Makmun (813-833 M), al-Wathiq (824-8-47 M) dan al-
Bizantium, diperolehnya naskah-naskah Yunani tentang Mutawakkil (847-861 M). Tak kalah pentingnya,
geometri, astronomi, kedokteran dan filsafat. Proyek pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balk,
penterjemahan berlangsung dengan baik atas sokongan pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Persia.
Khalifah Harun-ar-Rasyid dan Al- Makmun[108]. Keluarga ini mempunyai pengaruh yag kuat dalam
Dari negeri Persia (Iran) Islam memperoleh pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di
astronomi, namun yang paling berpengaruh bidang Bagdad. Mereka di samping menjadi Wazir juga
kesusastraan dan seni rupa Arab. Di antara sastra menjadi pendidik anak khalifah di istana.
terkenal yang diterjemahkan Khalilah wa c. Kecenderungan umat Islam dalam mengggali ilmu
Dimmah diterjemahkan seorang Zoroaster yang telah pengetahuan besar sekali, maka banyaklah ulama di
masuk Islam Ibnu al-Muqaffa (757 M)[109]. setiap kota Islam masa itu.
Proyek besar yang tengah dilakukan para
khalifah Abbasiyah adalah transfer ilmu pengetahuan d. Kondisi masyarakat Irak, yang mendesak perlunya
dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab sehingga suatu lmu baru kerena sungai Dajlah dan Furat menuntut
mudah dipelajari oleh ulama atau cendikiawan muslim penataan pengairan yang lebih baik serta pengelolaan
yang tidak banyak yang mampu menguasai bahasa perpajakan yang lebih sempurna.
tersebut. Program penterjemahan yang penomenal
khalifah al-Makmun bidang filsafat, kedokteran dan e. Umat Islam yang telah bercampur baur dengan orang
sains Yunani. Persia, terutama Mawali, mereka inilah yang
memidahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahsa
Tercatat bahwa Hunain bin Ishaq (809-873 M) mereka ke dalam bahasa Arab.
mendapat bayaran penterjemahan setara dengan berat f. Bagdad sebagai pusat pemerintahan, lebih dahulu
buku yang diterjemahkan[110]. Adalah sebuah langkah maju dalam ilmu pengetahuan, dari pada Damaskus
fantastis oleh penguasa untuk mendorong semakin masa itu.
berkembangnya ilmu pengetahuan. Kebangkitan sebuah
peradaban terkait dengan bersemangat tidaknya ilmu
g. Lancarnya hubungan kerjasama, dengan Negara- tidak. Artinya kesehatan bisa hilang, dan jika hilang,
negara maju lainya, seperti India, Bizantium dan lainya perlu diperbaiki. Dengan kata lain, seni dimana
kesehatan berkaitan, dan akan diperbaiki setelah hilang.
h. Ditemukannya teknologi kertas[112], sehingga
memudahkan para ilmuan mendokumenkan ilmu Kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang
pengetahuan yang ditemukannya. mempelajari tentang cara-cara untuk mempertahankan
i. Secara umum tidak adanya saingan yang berarti tubuh dari penyakit dan cara-cara untuk penyembuhan
dengan peradaban lainya[113]. tubuh dari penyakit tersebut. Pada kejayaanya, ilmuan
muslim mempunyai pengaruh yang besar di bidang ini,
Kondisi yang sangat tepat untuk bahkan ada yang dinobatkan menjadi bapak kedokteran
perkembangan bani Abbasiyah ini, sebenarnya terjadi dunia, yaitu Ibnu sina.
untuk lintas sektoral yang, selain pendidikan/pengajaran
ilmu-ilmu aqliah yang diambil dari dunia luar dan 1). Fisiologi
Adapun tokoh Mutakallimin yang terkenal masa itu Jauh sebelum nasehat di atas diungkapkan,
adalah ; Washil bin Atha’, Amr Ibn ubaid pelopor pemerintahan Islam seperti Bani Abbasiyah telah
aliran Muktazilah, Abu Hasan al-Asy’ari. Al-Juwani memberikan perhatian khusus kepada bagaimana
pemuka aliran Asy’ariyah[150]. mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mengadakan
dan memperbaiki semua fasilitas lembaga pendidikan
h. Ilmu Fikih Islam. Memberikan apresiasi yang luar biasa kepada
para ulama dan cendikia yang ada di zamannya.
Munculnya ilmu Fiqih berkaitan dengan bertambah
banyak persoalan umat Islam dalam lapangan praktis Ilmu pengetahuan menjadi primadona dalam
oleh bekembangnya perikehidupan masyarakat Islam. perhatian masanya. Banyak ilmuan terkenal seperti ;
Tentu persoalan umat masa Nabi dan sahabat tidak bisa Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Kindi, Ibnu Haytham, Al-
lagi dipadakan harus ada ijtihad baru untuk menjawab Rhazi, Al-Khowarizmi, Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyri,
pertanyaan-pertanyaan praktis yang berguna untuk As-Simay, Ibnul Awwan, Al-Jahiz, Sabit bin Qurrah Al-
menuntun kehidupan masyarakat Islam, dalam Hirany, Abu Abdillah Al-Qazwani, Abu Ar-Raihan Al-
hubungannya dengan tuhan, alam atau sesamanya dalam Bairuni, untuk ulama bidang keagaman seperti ; Ibn
pergaulan sehari-hari. Jarir al-Thabari, al-Baghawi al-Razi,Abu Bakar al-
Isham danIbn Jarwi al-Asadi. Nafi’, Ibn Kasir, Ibn
Menurut Charles Michael Staton jumlah mazhab Amir, Abu Amru, Ashim Hamzah, Al Kasai, Yahya Ibn
fikih mencapai 500 mazhab. Namun hanya empat Haris, al-Zimani, Hamzah ibn Habib, Washil bin Atha’,
mazhab yang mahsyur yaitu ; Abu Hanifah (699-767 Amr Ibn ubaid, Abu Hasan al-Asy’ari. Al-Juwani, Imam
M), Imam Malik (715-795 M), Imam Syafi’I (767-820 Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal, Ja’far
M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 Shadiq, Muhammad Ishak, Ibnu abi Mahruf, Al-Waqidi,
M)[151] sedangkan dari syi’ah ada Ja’far Shadiq. Ibn al-Kilbi, Ibn Sa’ad ibn al –Hikam, Ibn Qutaibah dan
i.Ilmu Tarikh Nubkhiti, Ibn Hisyam, ; Sibaiwahi, Isa Ibnu Umar, al-
Nama seperti Muhammad Ishak (w.152 H) adalah yang Saqafi, Abu Amir ibn al-A’la, Al-Kasai, Abu Ja’far dan
pertama menulis sejarah (Tarikh) nabi Muhammad saw, al –Ruas,
kemudian diringkas oleh Ibn Hisyam (w. 218 H) dengan Serta tumbuhnya kembangnya lembaga pendidikan
judul bukunya syarh ibn Hisyam. sedangkan penulis Islam baik yang mengkhususkan diri pada pendalaman
lainya adalah Ibnu abi Mahruf, Al-Waqidi, Ibn al-Kilbi, keagamaan maupun ilmu-ilmu aqliah seperti; Masjid,
Ibn Sa’ad ibn al –Hikam, Ibn Qutaibah dan Lembaga Wakaf, Kuttab atau Maktab, al-Ribath, al
Nubkhiti[152]. Zawiyah, Bait al-Hikmah; Perpustakaan dan
j. Ilmu Nahwu Observatorium, Toko buku dan Perpustakaan, Rumah
sakit dan Klinik, Kesusteraan, al-Qurhur (pendidikan
Tokoh yang paling utama dalam ilmu nahwu adalah rendah Istana), Rumah para Ilmuan (ulama’), dan
khalifah Ali bin Abi Thalib ra, kemudian keahlian bidang kajian yang tumbuh diantaranya ; Kedokteran,
terapannya adalah Abu Aswad al-Duali yang hidup pada
Hukum, Filsafat, dan Hadits, Ilmu Tafsir, Ilmu Fikih E. Fungsi Pendidikan Islam
Qir’at, Ilmu kalam, Ilmu Fikih, Ilmu Tarikh,dan Ilmu
Nahwu. Secara sederhana, fungsi Pendidikan Islam adalah
Selain itu, buku-buku teks kedoktaran telah banyak sarana untuk menyediakan fasilitas yang dapat
ditulis serta tidak luput pula penciptaan alat praktek memungkinkan tugas pendidikan Islam dapat tercapai
untuk medis telah berkembang sedemikian rupa. Buku- dan berjalan dengan lancar. Menurut Kurshid Ahmad,
buku teks kedoteran telah banyak disadur oleh bangsa fungsi pendidikan Islam adalah:
Barat ke dalam bahasa latin dan Inggris.
1. Alat untuk memelihara, memperluas dan
Tak bisa dipungkiri lagi suasana keilmuan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan,
telah melahirkan modifikasi dan penambahan ilmu nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide
pengetahuan yang hebat pada masa Bani Abbasiyah. masyarakat dan nasional
Khazanah keilmuan sebagian telah menjadi acuan bagi 2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi
para ilmuan yang datang kemudian, sampai memasuki dan perkembangan yang secara garis besarnya
masa kemunduran Abbasiyah. melalui pengetahuan dan skill yang baru
Di era kemunduran bisa dilihat pendidikan ditemukan dan melatih tenaga-tenaga manusia
dan keilmuan tidak lagi menjadi perhatian utama, karena yang produktif untuk menemukan
pemerintahan disibukkan oleh godaan politik dan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.
kekuasaan, serta khalifah yang berkuasa kurang
perhatian, lemah dan tidak cakap. Ini bisa disebabkan, F. Karakteristik pendidikan islam
karena tidak baiknya pendidikan Istana untuk calon Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang
pangeran yang akan menjadi raja. Atau boleh jadi juga khas dan berbeda dari yang lain tentang proses bimbingan
faktor pendidik Istana yang tidak berkompeten dalam jasmani, rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam
memberikan binaan kepada calon raja atau khalifah dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk
tersebut dan sebagainya. Untuk melihat lebih jauh beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.Pada
bagaimana pendidikan Islam di era kemunduran intinya, pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal
Abbasiyah akan diuraikan setelah materi ini. untuk lebih mengenal Rob (Allah). Seluruh aspek-aspeknya
didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan dalam
C. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Dalam hal ini pendidikan
Islam merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara
Secara sederhana yang dimaksud dengan Ilmu berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang
Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas dan segala hal yang diciptakan dan diajarkanNya sehingga bisa
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Tempat
memuat teori tentang pendidikan Islam. Akan tetapi,
Tuhan secara tepat di dalam tatanan wujud dan
yang menjadi pertanyaan apakah dalam Ilmu Pendidikan
keberadaanNya. Pendidikan Islam bukan sekedar
Islam, terdapat teori yang tidak berdasarkan Islam?. pemenuhan otak saja, tetapi lebih mengarah kepada
Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif penanaman aqidah
tentang Ilmu Pendidikan Islam ini, maka akan diulas
terlebih dulu mengenai pengertian ilmu itu sendiri. Karakteristik Pendidikan Islam menggambarkan
dengan jelas keunggulan Pendidikan Islam dibanding
Menurut Ahmad Tafsir, Ilmu merupakan dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam
pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empirik mempunyai iokatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran
dan dilakukan dengan cara riset Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka jelas
bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap
(penelitian)[ Singkatnya—menurut Tafsir—yang
perkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk
dimaksud dengan ilmu haruslah memuat objek yang perkembangan sains dan tekhnologi, hanya saja Pendidikan
empiris serta dapat diterima dengan logis. Lebih lanjut, Islam tidak larut dalam perkembangan yang nyata-nyata
Tafsir membuat matriks pengetahuan manusia sebagai yang bertentangan dengan syariat-syariat Islam
berikut: Penjelasan tentang pendidikan Islam dan Barat di atas
memperlihatkan adanya kesenjangan pola berfikir yang
D. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam digunakan para ilmuwan mereka sehingga menghasilkan
karakter yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di
Sebagaimana pengertiannya, maka lingkup Barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris,
bahasan yang menjadi kajian Ilmu Pendidikan Islam ini rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan dan
adalah masalah-masalah pendidikan atas dasar ajaran memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu
Islam yang mencakup aspek tujuan, pendidik, anak dan kitab suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan
didik, bahan, metode, kurikulum, alat, evaluasi dan Islam bersumber dari kitab suci al-Qur’an yang diperoleh
lembaga-lembaga yang bertanggung jawab terhadap dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw, serta ijtihad para
pelaksanaan pendidikan Islam. ulama.
G. Klasifikasi ilmu
Secara umum ilmu dalam Islam dapat Ibn Khaldūn membagi ilmu pengetahuan
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang meliputi; menjadi dua kelompok, yaitu; ilmu-ilmu naqlīyah yang
metafisika menempati posisi tertinggi, disusul kemudian bersumber dari syarā’ dan ilmu-ilmu ‘aqlīyah/ilmu
oleh matematika, dan terakhir ilmu-ilmu fisik. Melalui falsafah yang bersumber dari pemikiran. Yang termasuk
tiga kelompok ilmu tersebut, lahirlah berbagai disiplin dalam kelompok ilmu-ilmu naqlīyah adalah; Ilmu
ilmu pengetahuan, misalnya; dalam ilmu-ilmu Tafsir, Ilmu Qirā’ah, Ilmu Hadīts, Ilmu Ushūl Fiqh,
metafisika (ontologi, teologi, kosmologi, angelologi, dan Fiqh, Ilmu Kalam, Bahasa Arab (Linguistik, Gramatika,
eskatologi), dalam ilmu-ilmu matematika (geometri, Retorika, dan Sastra).Sedangkan yang termasuk dalam
aljabar, aritmatika, musik, dan trigonometri), dan dalam ilmu-ilmu ‘aqlīyah adalah; Ilmu Mantiq, Ilmu Alam,
ilmu-ilmu fisik (fisika, kimia, geologi, geografi, Metafisika, dan Ilmu Instruktif (Ilmu Ukur, Ilmu
astronomi, dan optika).Dalam perkembangan Hitung, Ilmu Musik, dan Ilmu Astronomi).
berikutnya, seiring dengan perkembangan zaman, Al-Farābī mengelompokkan ilmu pengetahuan
kemajuan ilmu pengetahuan, dan untuk tujuan-tujuan ke dalam lima bagian, yaitu; pertama, ilmu bahasa yang
praktis, sejumlah ulama berupaya melakukan klasifikasi mencakup sastra, nahw,sharf, dan lain-lain. Kedua, ilmu
ilmu. Al-Ghazālī membagi ilmu menjadi dua bagian; logika yang mencakup pengertian, manfaat, silogisme,
ilmu fardlu ‘ain dan ilmu fardlu kifāyah.Ilmu fardlu ‘ain dan sejenisnya. Ketiga, ilmu propadetis, yang meliputi
adalah ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim terkait ilmu hitung, geometri, optika, astronomi, astrologi,
dengan tatacara melakukan perbuatan wajib, seperti musik, dan lain-lain. Keempat, ilmu fisika dan
ilmu tentang salat, berpuasa, bersuci, dan sejenisnya. matematika. Kelima, ilmu sosial, ilmu hukum, dan ilmu
Sedangkan ilmu fardlu kifāyah adalah ilmu yang harus kalam.
dikuasai demi tegaknya urusan dunia, seperti; ilmu Ibn Buthlān (wafat 1068 M) membuat
kedokteran, astronomi, pertanian, dan sejenisnya. Dalam klasifikasi ilmu menjadi tiga cabang besar; ilmu-ilmu
ilmu fardlu kifāyah tidak setiap muslim dituntut (keagamaan) Islam, ilmu-ilmu filsafat dan ilmu-ilmu
menguasainya. Yang penting setiap kawasan ada yang alam, dan ilmu-ilmu kesusastraan. Hubungan ketiga
mewakili, maka kewajiban bagi yang lain menjadi cabang ilmu ini digambarkannya sebagai segitiga; sisi
gugur. sebelah kanan adalah ilmu-ilmu agama, sisi sebelah kiri
ilmu filsafat dan ilmu alam, sedangkan sisi sebelah
Di samping pembagian di atas, al-Ghazālī bawah adalah kesusastraan.
masih membagi ilmu menjadi dua kelompok, yaitu; ilmu Konferensi Dunia tentang Pendidikan Islam II
syarī’ah dan ilmu ghair syarī’ah. 24 Semua ilmu di Islamabad Pakistan tahun 1980 merekomendasikan
syarī’ah adalah terpuji dan terbagi empat macam; pokok pengelompokan ilmu menjadi dua macam, yaitu; ilmu
(ushūl), cabang (furū’), pengantar (muqaddimāt), dan perennial/abadi (naqlīyah) dan ilmu acquired/perolehan
pelengkap (mutammimāt). Ilmu ushūl meliputi; al- (‘aqlīyah). Yang termasuk dalam kelompok ilmu
Qur’ān, Sunnah, Ijmā’ Ulamā’, dan Atsār Shahābāt. perennial adalah ; al-Qur’ān (meliputi; Qirā’ah, Hifdz,
Ilmu furū’ meliputi; Ilmu Fiqh yang berhubungan Tafsir, Sunnah, Sīrah, Tauhid, Ushūl Fiqh, Fiqh, Bahasa
dengan kemaslahatan dunia, dan ilmu tentang hal-ihwal Arab al-Qur’ān yang terdiri atas Fonologi, Sintaksis dan
dan perangai hati, baik yang terpuji maupun yang Semantik), dan Ilmu-Ilmu Bantu (meliputi; Metafisika
tercela. Ilmu muqaddimāt dimaksudkan sebagai alat Islam, Perbandingan Agama, dan Kebudayaan Islam).
yang sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu-ilmu Sedangkan yang termasuk dalam ilmu acquired adalah;
ushūl, seperti ilmu bahasa Arab (Nahw, Sharf, Seni (meliputi; Seni dan Arsitektur Islam, Bahasa,
Balāghah). Sastra), Ilmu-ilmu Intelektual/studi sosial teoritis,
(meliputi; Filsafat, Pendidikan, Ekonomi, Ilmu Politik,
Sejarah, Peradaban Islam, Geografi, Sosiologi,
Ilmu mutammimāt adalah ilmu-ilmu yang Linguistik, Psikologi, dan Antropologi), Ilmu-Ilmu
berhubungan dengan ilmu alQur’ān seperti; Ilmu Alam/teoritis (meliputi; Filsafat Sains, Matematika,
Makhārij al-Hurūf wa al-Alfādz dan Ilmu Qirā’at. Statistik, Fisika, Kimia, Ilmu-Ilmu Kehidupan,
Sedangkan ilmu ghair syarī’ah oleh al-Ghazālī dibagi Astronomi, Ilmu Ruang, dan sebagainya), Ilmu-Ilmu
tiga; ilmu-ilmu yang terpuji (al-‘ulūm al-mahmūdah), Terapan (meliputi; Rekayasa dan Teknologi, Obat-
ilmu-ilmu yang diperbolehkan (al-‘ulūm al-mubāhah), Obatan, dan sebagainya), dan Ilmu-Ilmu Praktik
dan ilmu-ilmu yang tercela (al-‘ulūm almadzmūmah). (meliputi; Perdagangan, Ilmu Administrasi, Ilmu
Ilmu yang terpuji adalah ilmu-ilmu yang dibutuhkan Perpustakaan, Ilmu Kerumahtanggaan, Ilmu
dalam kehidupan umat manusia seperti kedokteran, Komunikasi).
pertanian, teknologi. Ilmu yang dibolehkan adalah ilmu- urcholish Madjid, cendekiawan muslim asal
ilmu tentang kebudayaan seperti; sejarah, sastra, dan Indonesia, mengelompokkan ilmu-ilmu keislaman ke
puisi yang dapat membangkitkan keutamaan akhlak dalam empat bagian yaitu; Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawuf,
mulia. Sedangkan ilmu yang tercela adalah ilmuilmu Ilmu Kalam, dan Ilmu Falsafah.Ilmu Fiqh membidangi
yang dapat membahayakan pemiliknya atau orang lain segi-segi formal peribadatan dan hukum, Ilmu Tasawuf
seperti; ilmu sihir, astrologi, dan beberapa cabang membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan
filsafat. keagamaan yang lebih bersifat pribadi, Ilmu Kalam
membidangi segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai M), dan Ibn Rusyd (wafat 1198 M). Dalam bidang ilmu
derivasinya, sedangkan Ilmu Falsafah membidangi hal- pasti dan ilmu pengetahuan alam muncul; alKhawarizmī
hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang hidup (780-850 M), al-Farghānī (abad ke-9), an-Nairāzī (wafat
dalam arti seluas-luasnya. Termasuk dalam lingkup Ilmu 922 M), Abū Kāmil (abad ke-10), Ibrahim Sinān (wafat
Falsafah adalah “ilmuilmu umum” seperti; metafisika, 946 M), alBirūnī (973-1051 M), al-Khujandī (lahir 1000
kedokteran, matematika, astronomi, kesenian. M), al-Khayyānī (1045- 1123 M), dan Nashīrudin al-
Klasifikasi ilmu-ilmu keislaman yang Thūsī (1200-1274 M).
dilakukan para ilmuwan muslim di atas mempertegas Perkembangan dalam bidang hukum Islam ditandai
bahwa cakupan ilmu dalam Islam sangat luas, meliputi dengan lahirnya empat imam madzhab; Abū Hanīfah
urusan duniawi dan ukhrāwi. Yang menjadi batasan (wafat 767 M), Anās ibn Mālik (wafat 795 M),
ilmu dalam Islam adalah; bahwa pengembangan ilmu Muhammad ibn Idrīs al-Syāfiī (wafat 819 M), dan
harus dalam bingkai tauhid dalam kerangka pengabdian Ahmad ibn Hambāl (wafat 855 M). Dalam bidang
kepada Allah, dan untuk kemaslahan umat manusia. Hadīts, muncul sejumlah ulama Hadīts terkemuka
Dengan demikian, ilmu bukan sekedar ilmu, tapi ilmu seperti; Bukhārī (wafat 870 M), Muslim (wafat 875 M),
untuk diamalkan. Dan ilmu bukan tujuan, melainkan Ibn Mājah (wafat 886 M), Abū Dāwud (wafat 886 M),
sekedar sarana untuk mengabdi kepada Allah dan al-Tirmidzī (wafat 892 M), dan al-Nasā’ī (wafat 916 M).
kemaslahatan umat. Dalam bidang teologi muncul ulama semacam; Abū al-
Hudzail alAllāf, Ibrahim al-Nazzām, Abū al-Hasan al-
H. Karakteristik Ilmu dalam islam Asy’ārī, dan Abū Manshūr al-Māturīdī.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam Penerjemahan ilmu pengetahuan dan filsafat
Dalam perspektif sejarah, perkembangan ilmu-ilmu Yunani oleh umat Islam bersifat selektif dan
keislaman mengalami pasang surut. Suatu ketika kreatif.Yang diterjemahkan adalah filsafat dan ilmu-
mencapai puncak kejayaan, dan di saat yang lain ilmu yang memberikan kemaslahan bagi umat seperti;
mengalami kemunduran. Kajian berikut akan kedokteran, pertanian, astronomi, ilmu bumi, ilmu ukur,
menjelaskan fenomina tersebut serta faktor-faktor yang dan ilmu bangunan. Sedangkan sastra Yunani
mempengaruhi. ditinggalkan karena banyak berbau takhayul dan syirik.
a. Masa Keemasan Dan ilmu-ilmu terjemahan tersebut tidak diterima begitu
Sejarah politik dunia Islam biasanya dipetakan saja (taken for granted), melainkan dikembangkan dan
ke dalam tiga periode, yaitu; periode klasik (650-1250 diislamkan, mengingat pertumbuhan ilmu-ilmu Yunani
M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode Kuno bersifat sekuler. Oleh karena itu, perkembangan
modern (1800-sekarang).Dari ketiga periode tersebut, ilmu dalam Islam sangat berbeda dengan yang
yang dikenal sebagai masa keemasan Islam adalah berkembang di Yunani. Bahkan menurut Max I.
periode klasik, yang—antara lain—ditandai dengan etos Dimont, ahli Sejarah Peradaban Yahudi dan Arab,
keilmuan yang sangat tinggi, yang ditunjukkan dengan peradaban Islam jauh meninggalkan peradaban Yunani.
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai Dimont, sebagaimana dikutip Nurcholish Madjid,
bidang kehidupan. memberikan ilustrasi :”Dalam hal ilmu pengetahuan,
Akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan di bangsa Arab [muslim] jauh meninggalkan bangsa
dunia Islam sangat tampak setelah masuknya gelombang Yunani. Peradaban Yunani itu, dalam esensinya, adalah
Hellenisme melalui gerakan penerjemahan ilmu-ilmu ibarat sebuah kebun subur yang penuh dengan bunga-
pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab, yang bunga indah namun tidak banyak berbuah. Peradaban
dipelopori khalifah Hārūn al-Rasyīd (786-809 M) dan Yunani itu adalah suatu peradaban yang kaya dalam
mencapai puncaknya pada masa khalifah al-Makmūn filsafat dan sastra, tetapi miskin dan teknik dan
(813-833 M). Beliau mengirim utusan ke kerajaan teknologi. Karena itu, merupakan suatu usaha bersejarah
Romawi di Eropa untuk membeli sejumlah manuscripts dari bangsa Arab dan Yunani Islamik (yang terpengaruh
untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa oleh peradaban Islam) bahwa mereka mendobrak jalan
Arab.Sejak itu para ulama mulai berkenalan dan buntu ilmu pengetahuan Yunani itu, dengan merintis
menelaah secara mendalam pemikiran-pemikiran jalan ilmu pengetahuan baru—menemukan konsep nol,
ilmuwan Yunani seperti Pythagoras (530-495 SM), tanda minus, bilangan-bilangan irasional, dan
Plato (425-347 SM), Aristoteles (388-322 SM), meletakkan dasar-dasar ilmu kimia baru—yaitu ide-ide
Aristarchos (310-230 SM), Euclides (330-260 SM), yang meratakan jalan ke dunia ilmu pengetahuan
Klaudios Ptolemaios (87-168 M), dan lain-lain. modern melalui pemikiran kaum intelektual Eropa
Tidak lama kemudian muncullah di kalangan umat pascaRenaisans.”
Islam para filosof dan ilmuwan yang ahli dalam Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di era
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sekedar menyebut klasik, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor,
contoh, dalam bidang kedokteran muncul; al-Rāzī (866- yaitu; pertama, etos keilmuan umat Islam yang sangat
909 M), Ibn Sinā (wafat 926 M), Ibn Zuhr (1091- 1162 tinggi. Etos ini ditopang ajaran Islam yang memberikan
M), Ibn Rusyd (wafat 1198 M), dan al-Zahrāwī (wafat perhatian istimewa terhadap ilmuwan dan aktivitas
1013 M). Dalam bidang filsafat muncul; al-Kindī (801- ilmiah. Kedua, Islam merupakan agama rasional yang
862 M), al-Farābī (870- 950 M), al-Ghazālī (1058-1111 memberikan porsi besar terhadap akal.Semangat
rasional tersebut semakin menemukan momentumnya kepada paham Jabārīyah yang dianut dan didukung al-
setelah umat Islam bersentuhan dengan filsafat Yunani Ghazālī juga sangat memuaskan, dan telah berhasil
klasik yang juga rasional.Kemudian, melalui aliran menimbulkan equilibrium sosial yang tiada taranya.
teologi rasional Mu’tazilah, para ilmuwan memiliki Ketiga, keruntuhan Baghdad oleh bangsa Mongol amat
kebebasan yang luar biasa dalam mengekspresikan traumatis dan membuat umat Islam tidak lagi sanggup
pikiran mereka untuk mengembangkan ilmu bangkit, konon sampai sekarang. Keempat,
pengetahuan. Ketiga, berkembangnya ilmu pengetahuan berpindahnya sentra-sentra kegiatan ilmiah dari dunia
di kalangan umat Islam klasik adalah sebagai dampak Islam ke Eropa, dimana kegiatan itu mendapatkan
dari kewajiban umat Islam dalam memahami alam raya momentumnya yang baru, dan melahirkan kebangkitan
ciptaan Allāh. Dalam al-Qur’ān dijelaskan bahwa alam kembali (renaisance) Barat dengan akibat sampingan
raya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk itu (tapi langsung) penyerbuan mereka ke dunia Islam dan
alam dibuat lebih rendah (musakhkhar) dari manusia kekalahan dunia Islam itu. Kelima, ada juga yang
sehingga terbuka dipelajari, dikaji, dan diteliti berteori bahwa umat Islam—setelah mendominasi dunia
kandungannya. Keempat, di samping alasan di atas, selama sekitar 8 abad--mengalami rasa puas diri
perkembangan ilmu pengetahuan di era klasik juga (complacency) dan menjadi tidak kreatif.
ditopang kebijakan politik para khalifah yang Sedangkan Harun Nasution memperkirakan
menyediakan fasilitas dan sarana memadai bagi para penyebab mundurnya tradisi ilmiah dalam Islam adalah;
ilmuwan untuk melakukan penelitian dan pertama, adanya dominasi tasawuf dalam kehidupan
pengembangan ilmu. umat Islam yang cenderung mengutamakan daya rasa
yang berpusat di kalbu dan meremehkan daya nalar
b. Masa Kemunduran yang terdapat dalam akal. Dalam hal ini al-Ghazālī,
Yang sering disebut-sebut sebagai momentum melalui Ihyā’‘Ulūm al-Dīn, memiliki peran besar dalam
kemunduran umat Islam dalam bidang pemikiran dan menebarkan gerakan tasawuf di dunia Islam. Kedua,
pengembangan ilmu adalah kritik al-Ghazālī (1058-1111 teologi Asy’ārīyah yang banyak dianut umat Islam
M) – melalui Tahāfut al-Falāsifahnya – terhadap para Sunni. Teologi Asy’ārī memberikan kedudukan lemah
filosof yang dinilainya telah menyimpang jauh dari terhadap akal, sehingga menyebabkan umat Islam tidak
ajaran Islam. Karena setelah itu, menurut Nurcholish kreatif.
Madjid, walaupun masih muncul beberapa pemikir Surutnya gerakan pemikiran dan
muslim—seperti; Ibn Rusyd, Ibn Taymīyah, Ibn pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam dapat
Khaldun, Mulla Sadr, Ahmad Sirhindi, dan Syah dilihat dari sejumlah kondisi berikut; pertama, etos
Waliyullah—pada umumnya para ahli menyatakan keilmuan menjadi redup, pintu ijtihad menjadi tertutup
bahwa dunia pemikiran Islam setelah al-Ghazālī tidak sebaliknya gerakan taqlid mulai menjamur. Akibatnya
lagi semarak dan gegap gempita seperti sebelumnya. perkembangan ilmu menjadi stagnan. Karya ulama
Al-Ghazālī sesungguhnya bukan sosok orang klasik dipandang sebagai sesuatu yang final dan tidak
yang anti filsafat, bahkan ia termasuk ke dalam deretan boleh disentuh, kecuali sekedar dibaca, dipahami dan
filosof muslim terkenal. Ia menulis Tahāfut al-Falāsifah dipraktikkan. Kedua, ilmu agama Islam dimaknai secara
(Kekacauan Para Filosof) sebenarnya bertujuan untuk sempit dan terbatas. Muncul pemilahan ilmu agama dan
menghidupkan kembali kajian keagamaan yang, ilmu umum, sesuatu yang tidak pernah terjadi di era
menurutnya, telah terjadi banyak penyimpangan akibat klasik. Ilmu agama dibatasi hanya pada ilmuilmu
ulah sebagian filosof—khususnya al-Fārābī dan Ibn ukhrāwi seperti; Ilmu Kalam, Fiqh, Tafsir, Hadīts, dan
Sina—yang berdampak pada semakin menjamurnya Tasawuf. Sedangkan ilmu-ilmu duniawi, seperti
semangat pemikiran bebas yang membuat orang kedokteran, pertanian, kimia, fisika, disebut ilmu umum.
meninggalkan ibadah. Oleh karena itu, dalam karyanya Umat Islam lebih tertarik mempelajari ilmu agama
yang lain ia menulis karya monumental yang diberi ketimbang ilmu umum, karena ilmu yang disebut
judul Ihyā’‘Ulūm al-Dīn (Menghidupkan Kembali Ilmu- terakhir dipandang sebagai ilmu sekuler. Padahal untuk
Ilmu Agama). Dan penyelesaian yang ditawarkan al- mengarungi hidup di dunia dibutuhkan penguasaan
Ghazālī—menurut Nurcholish Madjid—begitu ilmu-ilmu duniawi. Menurut sementara sejarawan,
hebatnya, sehingga memukau dunia intelektual Islam konsep dikotomi ilmu telah terjadi sejak abad ke 13 M.
dan membuatnya seolaholah terbius tak sadarkan diri. ketika Madrasah Nidzām al-Mulk hanya
Tapi, benarkah kritik al-Ghazālī tersebut mengkhususkan diri pada pengembangan ilmu-ilmu
menjadi penyebab mundurnya pemikiran dan ukhrāwi.Fenomina ini kemudian ditopang oleh
pengembangan ilmu pengetahuan di kalangan umat modernisme sekuler Barat yang mulai masuk ke negara-
Islam?. Jawabannya masih pro-kontra. Menurut negara muslim sejak masa kolonialisme hingga saat ini.
Nurcholish Madjid yang menjadi penyebab kemunduran Kasus dikotomi ilmu secara lebih jelas dapat
umat Islam adalah; pertama, penyelesaian oleh al- dilihat pada kasus di Indonesia, negara dengan
Ghazālī mengenai problema di atas, meskipun ternyata penduduk muslim terbesar di dunia. Dalam tataran
tidak sempurna, namun komprehensif dan sangat praktis, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sangat
memuaskan. Kedua, Ilmu Kalam Asy’ārī dengan konsep nampak dikotomis, seperti; penggunaan istilah
al-kasb (acquisition), yang cenderung lebih dekat pendidikan umumpendidikan agama, sekolah-madrasah,
Departemen Agama-Departemen Pendidikan Pendidikan Ilmu Kalam dan Filsafat), kelompok Fiqh dan Pranata
agama berada di bawah naungan Departemen Agama, Sosial (meliputi; Fiqh, Ushūl Fiqh, Ilmu Falaq),
dan pendidikan umum di bawah naungan Departemen kelompok Sejarah dan Kebudayaan Islam (meliputi;
Pendidikan. Dikotomi juga terlihat pada pembidangan Sejarah Islam dan Peradaban Islam), kelompok Bahasa
ilmu-ilmu keislaman yang dibuat Departemen Agama (meliputi; Bahasa Arab, sastra Arab, Bahasa dan Sastra
(berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor Dunia Islam lainnya), kelompok Pendidikan Islam
110/1982 tanggal 14 Desember 1982) yang selanjutnya (meliputi; Pendidikan dan Pengajaran Islam, Ilmu Jiwa
menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di Agama), kelompok Dakwah Islam (meliputi; Dakwah
PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam). Islam, Perbandingan Agama), dan kelompok
Dalam keputusan tersebut, ilmu dalam Islam Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam
terbagi menjadi delapan kelompok, yaitu; kelompok al- (meliputi; Pemikiran Modern di Dunia Islam, Islam
Qur’ān-al-Hadīts (meliputi; Ulūmul Qur’ān dan Ulūmul dalam Disiplin Ilmu dan Teknologi).
Hadīts), kelompok Pemikiran dalam Islam (meliputi;
Daftar pustaka
Arifin, HM., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Kemanusiaan, dan Kemodernan, (Jakarta: Paramadina,
1992), hlm. 201.
Aksara, 2000, cet.ke-5
Baca lebih lanjut dalam Harun Nasution, Pembaharuan
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta
Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: PT. : Bulan Bintang, 1975), 13-14.
Logos Wacana Ilmu, 2000, cet.ke-2
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam,
Daradjat, Zakiah, et.al., Ilmu Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 11. 33S.I.
Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 2000, cet. ke-4 Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan
Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1986), hlm. 13.
Muhamin, et.al., Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian
Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Ibid.
Bandung: PT. Trigenda Karya, 1993, cet. ke-1 Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam,
(Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 16: Harun Nasution,
Mulkhan, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan; Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr.
Solusi Problem Filosofis Pendidikan Harun Nasution, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 299;
Islam, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002, cet.ke-1 Fazlur Rahman,“Islamisasi Ilmu, Sebuah
Respon”,dalam Ulumul Qur’ān (Vol. III. No. 4, 1992),
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam hlm. 70
Mulia, 1994, cet. ke-1
Madjid, Kaki Langit Peradaban, hlm. 15-16.
Soebahar, H. Abd. Halim, Wawasan Baru Pendidikan Nasution, Islam Rasional, hlm. 7.
Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, cet.ke-1
A.Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam,
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif (Jakarta: Fajar Dunia, 19990), hlm. 100.
Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, cet.ke- Madjid, Kaki Langit Peradaban, hlm. 6.
4
Madjid (ed), Khazanah Intelektual Islam, hlm. 35
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Ibid.
Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
cet.ke-4, h. 15 Nasution, Islam Rasional, hlm. 383-384.
Hasan Langggulung, Beberapa Pemikiran Tentang Abdurahman Mas’ud, “Pendidikan dan Ilmu
Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma'arif, 1980. Pengetahuan dalam Islam”, dalam Ismail SM. et.all
(ed).
Mulyadi, Menembus Batas, hlm. 59.
Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Abū Hamid Muhammad al- Ghazālī, Ihya’ Ulūm al- Pelajar, 2001), hlm. 14.
Dīn, Juz I, (Beirut; Badawi Thaba’ah, t.th), hlm. 14-15
Ziauddin Zardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban
Ibid. hlm. 15-16. 25 Muslim, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Mizan, 1993),
Nurcholish Madjid (ed), Khazanah Intelektual Islam, hlm. 75
(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 307-327 Khan, Muhammad Abdur Rahman, Sumbangan Umat
Harun Nasution, Islam Rasional; Gagasan dan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan dan
Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution, (Bandung: Mizan, Kebudayaan, Penterjemah: Drs. Adang Affandi,
1996), hlm. 317. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, Cet. III
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan
Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos, Maryam, Siti dkk, Sejarah peradaban Islam,
1999), hlm. xiii. Yogyakarta: LESFI, 2009, Cet.III,
Ashraf Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori
Siregar, (Jakarta: Pusataka Firdaus, 1996), hlm. 115-
117. Mursi, Muhammad Sa’id, Tokoh-tokoh Islam
Sepanjang Sejarah, Penterjemah, Khairul Amru Harap
Ibid., hlm. 223. dan Achmad Faozan, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007,
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban; Cet. 3
Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan,
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2012
Staton, Charles Michael, Pendidikan Tinggi dalam
Islam, Penerj. H. Afandi dan Hasan Asari, Jakarta: PT
Logos Publishing House, 1994