Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul skripsi yang akan dipaparkan penyusun adalah “Konsep

Pendidikan Islam Dalam Surat Al-`Alaq Ayat 1-5 (Tarjamah Tafsir Ibnu

Katsir)”. Untuk mempermudah pemahaman terhadap judul tersebut, maka

penyusun menjelaskan tentang istilah-istilah yang dimaksud:

1. Konsep

Kata konsep berasal dari bahasa latin conceptum yang artinya sesuatu

yang dipahami. Konsep berarti rancangan ide, gambaran, atau pengertian

dari peristiwa nyata atau kongkret kepada yang abstrak dari sebuah obyek

maupun proses.1

Konsep berarti rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan

dari peristiwa konkret.2

Konsep dapat kita artikan suatu hal umum yang menjelaskan atau

menyusun suatu peristiwa, obyek, situasi, atau akal pikiran dengan tujuan

untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan memungkinkan

manusia untuk berpikir lebih baik.

Kesimpulannya, konsep adalah sekumpulan gagasan atau ide yang

sempurna dan bermakna berupa abstrak, entitas mental yang universal

1
. Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung : Al-
Maa’rif, 2005, hal. 30.
2
. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: De-
pdiknas, 2008, hal. 748
2

yang dapat diterapkan pada perkara-perkara yang memiliki ekstensi yang

sama.

Konsep dalam penyusunan ini adalah rancangan, ide, gagasan,

gambaran atau pengertian tentang konsep pendidikan Islam menurut

Surat al-`Alaq ayat 1 – 5.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan gabungan dari dua kata yaitu

pendidikan dan Islam. Kata pendidikan atau kegiatan pendidikan dan

pembelajaran, memliki beberapa istilah yang berbeda dalam bahasa Arab,

diantaranya tarbiyah, ta`līm, tadrīs dan ta`dīb. Setiap istilah tersebut

mempunyai makna yang berbeda karena perbedaan teks dan konteks

kalimatnya. Walaupun dalam hal tertentu istilah-istilah tersebut memiliki

kesamaan makna.3

Pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang

diklakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu

maupun social untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah),

maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan

spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.4

3
Muhammad Haitsami Salim & Syamsul Hidayat; studi ilmu pendidikan Islam; Jog-
jakarta; Ar-Ruzz Media; 2012; hal. 29.
4
ibid; hal. 33.
3

3. Surat Al-`Alaq

Surat al-`Alaq dinamai juga surat al-Qalam atau surat Iqra`. Surat

yang ke-96 dalam mushaf Al-Qur`an, termasuk dalam kategori surat

Makiyah yang terdiri dari 19 ayat. Dalam surah Al-‘Alaq ditegaskan

bahwa Nabi Muhammad shalallōhu alaihi wa sallam diperintahkan Allah

untuk membaca yang dibarengi dengan kekuatan (Qudrat) Allah bersama

manusia dan penjelasan sebagai sifat-sifat-Nya.5

Para ulama tafsir pada umumnya berpendapat bahwa ayat 1-5

termasuk ayat-ayat yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi

Muhammad shalallōhu alaihi wa sallam, yaitu pada waktu beliau

berada di gua Hira.6

4. Buku Tafsir Ibnu Katsir

Buku tafsir ini ditulis oleh Abu Al-Fida’ Ismail Ibn Katsir, tafsir yang

membahas Q.S. al-`Alaq terdapat dalam Jilid IV, diterbitkan Maktabah

at-Tijariyah di Makkah pada tahun 1407/1986, hal.528. Tafsir Ibnu Katsir

termasuk tafsir bil ma`tsūr yaitu tafsir dengan menyebutkan riwayat tafsir

dari para penafsir sebelumnya seperti Nabi Muhammad shalallahu `alaihi

wa sallam, para sahabat, para tabiin dan para imam setelahnya. Termasuk

kitab tafsir yang diterima mayoritas kaum Muslimin.

Buku yang dikaji penyusun adalah buku tarjamah dalam bahasa

Indonesia dari kitab Lubābut Tafsīr min Ibni Katsīr. Diteliti oleh Dr.

5
. M. M. Al-Hijazi, Terjemah ayat-ayat Tarbiyah, Bandung: CV Senjaya Offset,
1996, hal.1
6
. Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan , Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2002, hal. 40.
4

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq al-Syaikh.

Diterbitkan oleh Muassasah dār al-Hilāl Kairo, cetakan I tahun 1414 H /

1994 M. Penerjemah M. Abdul Ghaffar E. M. dan Abu Ihsan al-Atsari;

diterbitkan Pustaka Imam Syafi`iy, cetakan pertama Muharram 1426 H /

2005 M; Jilid VIII halaman 503 – 508.

Berdasarkan penegasan judul di atas, pengertian judul yang dimaksud

oleh penyusun adalah “Konsep Pendidikan Islam Dalam Surat Al-`Alaq 1-5

(Tarjamah Tafsir Ibnu Katsir)”, yaitu ide atau rancangan pendidikan Islam

yang terkandung dalam surat al-`Alaq ayat 1-5.

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pengajaran merupakan kebutuhan urgen yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses

transformasi nilai, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan

mempunyai tanggung jawab besar dalam membangun, membina dan

mengembangkan kualitas bangsa yang dilakukan secara terstruktur dan

terprogram secara berkelanjutan.

Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

muslim. Hal ini dapat diketahui dari wahyu yang pertama kali turun kepada

Beliau adalah menjelaskan perintah berilmu dan kegiatan pembelajaran.

Maka surat al-`Alaq ayat 1 - 5 merupakan landasan yang paling penting

dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yang Islami.

Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap

penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Hal ini dapat diteliti dan


5

dibuktikan dalam Al-Qur’an, as-Sunnah serta dalam sejarah Islam. Secara

normatif-teologis, sumber ajaran dari Al-Qur’an dan as-Sunnah sudah diakui

sebagai pedoman yang dapat menjamin keselamatan hidup di dunia dan

akhirat, memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Demikian

pula secara historis empiris, umat Islam telah memainkan peran yang sangat

signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasilnya hingga

saat ini masih dapat dirasakan.

Pendidikan Islam mempunyai peran strategis dalam upaya penanaman

nilai. Pendidikan Islam berupaya membina pribadi muslim yang terpadu pada

perkembangan dari segi spiritual, jasmasi, emosi, intelektual, dan sosial juga

berkaitan dengan bidang spiritual, kebudayaan dan sosial kemasyarakatan.7

Hal ini menjadi perhatian ulama diantaranya adalah Ibnu Katsir

rahimahullah yaitu dalam bukunya yang membahas tafsir Surat Al-`Alaq. Kitab

ini sebagai rujukan banyak kalangan masyarakat dan santri dalam

mempelajari tafsir Al-Qur`an. Kitab ini mempunyai kelebihan sebagai rujukan

yang komprehensif dalam menguraikan tafsir Al-Qur`an sehingga kitab tersebut

menjadi referensi tafsir Al-Qur`an di semua kalangan.

Implikasi dari kajian surat al-Alaq ayat 1-5 dapat ditemukan konsep

mendasar tentang pendidikan Islam yang profesional, menjelaskan kepada

manusia tentang pendidikan paling mendasar dalam penanaman akidah,

bimbingan ibadah, muamalah, dan pedoman bekerja serta mengarahkannya

agar menjadi individu yang mandiri dan memahami pesan-pesan ayat Allah

7
. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media,
2006, hal. 25-26
6

yang membawa kepada keimanan. Nilai-nilai pendidikan akal

(intelektual) sangat diperhatikan, di mana manusia diberikan kebebasan

menggunakan akal pikirannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

yang tinggi.

Paparan di atas, penyusun berminat meneliti konsep pendidikan Islam

dalam Surat Al-`Alaq sebagai tema dalam penelitian ini. Judul penelitian ini

adalah " Konsep Pendidikan Islam Dalam Surat Al-`Alaq Ayat 1-5 (Tarjamah

Tafsir Ibnu Katsir)”

C. Alasan Pemilihan Judul

Alasan yang mendorong penyusun untuk memilih judul tersebut adalah:

1. Menarik, karena ilmu yang bersumber dari kalamulloh, dan firman Allah

merupakan ilmu yang paling tinggi tingkatannya, paling benar keilmiahan-

nya, paling sesuai dengan realita dan perkembangan zaman. Konsep dalam

pendidikan ini dapat mendeskripsikan efektifitas dan keunggulan konsep

pendidikan Islam yang sukses mendidik kaum muslimin dan umat manusia

seiring perkembangan zaman. Sudah terbukti sejak Nabi Muhammad

sampai sekarang. Sehingga konsep pendidikan dalam ayat-ayat tersebut

bisa dijadikan obyek kajian dan bahan rujukan yang sangan menarik bagi

pemerhati pendidikan.

2. Penting, karena konsep pendidikan dalam Q.S. Al-`Alaq merupakan

metode pendidikan yang pertama kepada nabi dan rasul-Nya, sebagai

literature yang murni, akurat, universal dan dapat dipertanggung jawabkan

menurut kaidah-kaidah, norma-norma dan toeri-teori yang berlaku saat ini;


7

nabi Muhammad juga sebagai suri tauladan, idola bagi umat manusia,

sebagai insan yang terbaik di dunia yang mendapat bimbingan langsung

dari Sang Pencipta yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, maka

metode pendidikannya adalah sistem pendidikan dan pengajaran paling

ideal di dunia, sehingga mampu memberikan kemanfaatan yang sempurna

bagi seluruh umat manusia untuk mencapai hidup yang bahagia di dunia

hingga di akhirat. Yang berbeda dengan konsep pendidikan berdasarkan

teori-teori manusia, yang terkadang salah, tidak sesuai dan banyak kelema-

han. Konsep tersebut sangat penting dan diperlukan oleh semua umat

manusia di alam semseta ini, terutama bagi pemerhati pendidikan.

3. Sepengetahuan penyusun, belum ada dari teman-teman mahasiswa yang

meneliti tentang konsep pendidikan Islam dalam Q.S. Al-`Alaq. Ada

beberapa mahasiswa yang menulis skripsi dengan mengkaji surat al-`Alaq

1-5 dan konsep pendidikan Islam dari surat yang lainya, tetapi dari sudut

pandang yang berbeda, diantaranya:

a). Isnaini, mahasiswi Tarbiyah STAIMS Jogjakarta, Konsep Pendidikan

Keluarga dalam al-Qur`an surat al-Luqman ayat 12-19 (kajian metode

tafsir Maudhu`iy), dengan kesimpulan: bahwa materi pendidikan

dalam surat Luqman meliputi: a. materi aqidah; b. materi ibadah; c.

materi akhlaq. Dan relevansinya adalah adanya pendidik, metode pen-

gajaran, kurikulum dan tujuan pendidikan.8

8
Isnaini, mahasiswi Tarbiyah STAIMS Jogjakarta, Konsep Pendidikan Keluarga dalam
al-Qur`an surat Luqman ayat 12-19 (kajian metode tafsir Maudhu`iy), 2012
8

b). Muallifah, mahasiswi Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kon-

sep Pendidikan Integral dalam surat al-`Alaq 1-5 (studi terhadap tafsir

al-Azhar karya Hamka), dengan kesimpulan, bahwa tafsiran Hamka

terhadap surat al-`Alaq 1-5 memuat konsep pendidikan integral, bahwa

dalam pendidikan terdapat kesatuan system ilmu pengetahuan sebagai

proses hubungan dialektis antara jasmani, rohani dan lingkungan

manusia dalam memahami ayat-ayat Tuhan; serta dalam menuntut

ilmu pengetahuan harus selalu menyandarkan kepada Allah. selain itu,

pendidikan integral menurut Hamka merupakan pendidikan yang ditu-

jukan untuk menujudkan manusia (peserta didik) yang kaffah. 9

c). Sugeng Danie, mahasiswi fakultas Tarbiyah STAIMS Yogyakarta,

Konsep Tarbiyatul Aulad dalam al-Qur`an surah Luqman ayat 12-19 ka-

jian fie Zhilalil Qur`an, dengan kesimpulan, bahwa konsep pendidikan

anak meliputi dua hal yaitu pertama materi pendidikan dan yang kedua

adalah metode pendidikan. Pendidikan keluarga dalam ayat-ayat tersebut

meliputi aqidah, ibadah dan keteladanan. Hal tersebut menjadi pedoman

para orang tua dan para pendidik dalam mendidik peserta didik. Dan pen-

erapan konsep tersebut di dunia pendidikan meliputi pentingnya berib-

adah hanya kepada Allah, bersyukur, berbakti kepada orangtua, rendah

hati, dan sopan dalam berbicara. 10

D. Rumusan Masalah
9
Mualifah, Konsep Pendidikan Integral dalam Surat al-Alaq 1-5 studi terhadap tafsir al-
Azhar karya HAMKA, Fakultas Taebiyah UIN SUKA, 2008
10
Sugeng Dhanie, fakultas Tarbiyah STAIMS Yogyakarta, Konsep tarbiyatul aulad dalam
al-Qur`an surah Luqman ayat 12-19 kajian tafsir fie Zhilal Qur`an, 2015
9

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun dapat

merumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pokok pembahasan

penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana asbabun nuzul (sebab yang melatarbelakangi) turunnya surat

al-Alaq 1-5 ?

2. Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5

menurut tafsir Ibnu Katsir terjemahan?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan Islam dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-

5 dengan pendidikan modern?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui asbabun nuzul (sebab yang melatarbelakangi) turunya

surat al-`Alaq 1-5 secara benar, agar mengetahui konsep pendidikan secara

lebih sempurna.

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam surat al-‘Alaq ayat 1 -

5 menurut tafsir Ibnu Katsir terjemahan.

3. Untuk mengetahui relevansi konsep pendidikan Islam dalam surat Al-‘Alaq

ayat 1 - 5 dengan pendidikan modern.

F. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Kegunaan Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran pengembangan ilmu pengetahuan, pada dunia


10

pendidikan pada umumnya dan khususnya pada pendidikan Islam di

Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada..

2. Praktis

a. Bagi pendidik dapat memberikan sumbangan dalam menerapkan

pendidikan Islam dengan tepat.

b. Bagi pengkaji berikutnya sebagai masukan bagi pengkaji lain untuk

dapat dijadikan penunjang dan pertimbangan penelitian terhadap

masalah yang sesuai dengan topik tersebut.

c. Bagi masyarakat hasil kajian ini diharapkan bisa memotivasi minat

pengembangkan konsep pendidikan Islam secara tepat dengan

menggunakan pembelajaran yang berpedoman pada al-Qur’an dan

Hadits Nabi SAW.

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah literer atau penelitian

kepustakaan artinya sebuah studi dengan mengkaji buku-buku yang ada

kaitannya dengan pembahasan skripsi ini yang diambil dari

perpustakaan. Semua sumber berasal pada bahan-bahan tertulis yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian.11

Salah satu bentuk penelitian adalah apa yang disebut dengan

penelitian kepustakaan (library research), yakni salah satu bentuk

penelitian yang obyek penelitiannya adalah data kepustakaan, yang

11
Tim Penyusun buku Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi, STAIMS
Yogyakarta;2017; hal. 15
11

memuat gagasan atau pikiran-pikiran yang didukung oleh data

kepustakaan dimana sumbernya dapat berupa jurnal penelitian, skripsi,

tesis, disertasi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar

dokumentasi hasil diskusi ilmiah, dokumen resmi pemerintahan dan

lembaga lainnya.12

Dinamakan penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-

bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal

dari perpustakaan baik berupa buku, ensiklopedi, kamus, jurnal,

dokumen, majalah dan lain sebagainya.

Sistem pelayanan perpustakaan, biasanya ada dua macam yaitu

system tertutup dan sistem terbuka. Pada perpustakaan yang

menerapkan sistem tertutup, peminjam tidak dibenarkan mengambil

buku secara langsung. Peminjam dapat melihat nama buku, pengarang

dan identitas lainnya pada katalog yang disediakan. Sedangkan sistem

terbuka, peminjam dapat langsung mencari dan memilih buku atau

sumber yang dibutuhkannya ke dalam ruangan buku.13

Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa lebih dari lima puluh

persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian adalah membaca, dan

karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang

esensial.14

12
Ibid; hal. 16
13
Surakhmad Winarno: Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Tenik. Bandung
1982
14
Joseph Komider: Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin. Jakarta 1995
12

Secara garis besar ada tiga bidang yang dapat dijadikan objek

dalam penelitian kepustakaan yaitu:

a. Bidang kewahyuan adalah penelitian terhadap teks-teks Al-Qur`an yang

membicarakan tentang masalah tertentu, misalnya tentang prinsip-prinsip

komunikasi dalam Al-Qur’an dan permasalahan-permasalahan lain yang

sesuai dengan fokus yang hendak diteliti oleh penyusun, baik berkaitan

dengan pendidikan, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Untuk

melakukan penelitian ini tentunya penyusun selayaknya menguasai tafsir

dalam terjemahannya bahasa Indonesia serta penguasaan bahasa Arab

dasar sebagai pendukung.

Untuk melakukan penelitian kewahyuan ini maka secara Tehnis

seorang penyusun harus lebih teliti dalam menentukan masalah, setelah itu

baru dicari jawaban terhadap permasalahan itu di dalam Al-Qur’an dengan

menggunakan pendekatan kewahyuan.

Pendekatan ini dalam teknisnya memakai berbagai metode yaitu

sebagai berikut:

1) Metode Tafsir Tahlili (Analisis)

Metode tahlili adalah sebuah cara menjelaskan arti dan maksud

ayat-ayat Al-Quran dari sekian banyak seginya dengan menjelaskan

ayat demi ayat sesuai dengan urutan-urutannya di dalam mushaf,

melalui penafsiran kosa kata, penjelasan asbabun nuzul, munasabat

(keterkaitan ayat dengan ayat, surat dengan surat dan seterusnya) serta
13

kandungan ayat tersebut sesuai keahlian dan kecendrungan seorang

mufasir.15

Dari pengertian tafsir tahlili di atas maka dapat dirumuskan

agenda kerja dari metode tafsir ini yaitu:

Langkah pertama : menafsirkan urutan-urutan ayat dalam mushaf

Langkah kedua : menafsirkan kosa kata dari ayat-ayat yang hendak

ditafsirkan

Langkah ketiga : Menjelaskan asbabun nuzul ayat (sebab-sebab turunnya

ayat).

Langkah keempat : Menjelaskan keterkaitan ayat tersebut.

Langkah kelima : setelah semua langkah-langkah itu ditempuh barulah

menjelaskan tafsir seluruh aspek dari semua penafsiran

dan penjelasan itu dan kemudian ia memberikan

penjelasan final mengenai isi dan maksud ayat

tersebut.16

2) Metode Tafsir Maudhu’i (tematik)

Metode Maudhu’i adalah salah satu metode penafsiran Al-

Qur’an dengan menghimpun ayat-ayat baik dari satu surat maupun

beberapa surat yang berbicara tentang topik tertentu, untuk kemudian

mengaitkan antara satu dengan lainnya. Kemudian mengambil

kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut penjelasan

Al Qur’an.17
15
Quraish Shihab; Membumikan Al Qur’an; Bandung; Mizan:1994, hal. 111
16
Ibid, hal. 111
17
ibid; hal. 112
14

Agenda kerja yang harus ditempuh dalam menerapkan metode

ini adalah:

a). Menetapkan masalah yang dibahas

b). Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut

masalah tersebut.

c). Menyusun urutan-urutan ayat sesuai dengan masa turunnya atau

perincian masalahnya dengan memisahkan misalnya antara

periode Makkah (Makkiyah) dengan periode Madinah

(Madaniyah).

d). Memahami korelasi (munasabat) ayat-ayat dan surat-suratnya.

e). Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits penguat, bahkan

penemuan-penemuan ilmiah yang menyangkut masalah yang

sedang dibahas.

f). Menyusun pembahasan dalam suatu kerangka yang sempurna.

g). Mempelajari semua ayat-ayat yang sama pengertiannya atau

mengkompromikan antara ‘am (umum) dengan khash

(khusus), muthlaq (semi umum) dan muqayyad (lebih khusus)

atau yang kelihatannya bertentangan, sehingga semua bertemu

pada satu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam

penafsirannya.18

3) Metode Tafsir Muqaran (perbandingan)

Tafsir muqaran adalah suatu metode mencari kandungan Al-

Qur’an dengan cara membandingkan ayat dengan ayat lainnya, yaitu


18
ibid; hal. 114
15

ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua masalah atau

kasus yang berbeda untuk masalah yang sama atau diduga sama atau

membandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadits Nabi yang

tampak bertentangan serta membandingkan pendapat-pendapat para

ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Qur’an.19

b. Bidang pemikiran adalah penelitian terhadap pemikiran-pemikiran para

tokoh dengan tujuan untuk merekonstruksikan pemikiran mereka.

Misalnya pemikiran Lateif Rusydy tentang komunikasi atau tokoh-tokoh

lain sesuai dengan minat peneliti.

c. Bidang sejarah

Penelitian sejarah yaitu penelitian yang dilakukan untuk membuat

rekomendasi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara

mengumpulkan, mengevaluasi, menverifikasi serta mensintesiskan bukti-

bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.20

Misalnya sejarah perkembangan dakwah pasca dikeluarkannya UU No.1

tahun 1974.

2. Jenis Data

Secara garis besar, sumber bacaan yang ada di perpustakaan dapat

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

19
Ibid; hal. 118
20
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, 1995, hal. 52
16

a. Sumber acuan umum yang biasanya berisi tentang teori-teori dan konsep-

konsep pada umumnya yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks,

ensiklopedi, monograp, dan sejenisnya.

b. Sumber acuan khusus yaitu berupa jurnal , bulletin penelitian, tesis dan

lain-lain.21

Dalam mencari sumber bacaan, seorang penyusun harus selektif sebab

tidak semua dapat dijadikan sebagai sumber data. Menurut Sumadi

Suryabrata paling tidak ada dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih

sumber bacaan yaitu (a) prinsip kemutakhiran (recency) dan (b) prinsip

relevansi (relevance). Kecuali untuk penelitian historis, perlu dihindarkan

penggunaan sumber bacaan yang yang sudah lama dan dipilih sumber yang

lebih mutakhir.

Sumber yang telah lama mungkin memuat teori-teori atau konsep-

konsep yang sudah tidak berlaku lagi, karena kebenarnnya telah dibantah oleh

teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian.22

Oleh karena itu, untuk mendapatkan data-data atau bahan-bahan dari

buku-buku dan literatur lainnya yang memenuhi kedua prinsip di atas

memerlukan kejelian, ketekunan dan kerajinan dalam mencari data baik

sumber data primer maupun sekunder.

Sumber data dalam penelitian ini dibagi dua bagian :

a. Data Primer

21
Joseph Komider; op cit. hal. 67
22
Ibid; 1995, hal. 67
17

Jenis data primer yang menjadi sumber data penelitian ini

adalah terjemahan tafsir al-Qur’an yaitu terjemahan kitab Tafsir Ibnu

Katsir jilid 8 terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi`i, terjemahan al-

Qur’an Depag RI, terjemehan tafsir juz Amma dan terjemahan lain

yang berkaitan dengan pendidikan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data literatur pelengkap yang sesuai

dengan pembahasan tentang pendidikan yang terkandung dalam

surat al-`Alaq seperti Ilmu pendidikan Islam, Konsep Pendidikan di

Indonesia, Prinsip-prinsip pendidikan dan Metode Pendidikan Islam,

serta buku-buku lain yang relevan.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian kepustakaan (library research) ini menggunakan metode

dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dan

informasi dengan mencari data dan bantuan berbagai materi dalam

kepustakaan atau variabel berupa teks, catatan, majalah, transkrip, dan bahan-

bahan lainnya yang berhubungan dengan pembahasan.

Pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan karena penelitian

ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan tafsir. Pendekatan

penelitian ini adalah kajian tafsir al-Qur’an.

4. Metode Analisis Data


18

Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pola pikir ilmiah

sebagai berikut:

a. Deduktif

Pola pikir deduktif yaitu pola berfikir dengan menggunakan

analisa yang berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta

yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya dapat

memecahkan masalah khusus.23

b. Induktif

Pola pikir induktif yang berpijak pada fakta-fakta yang

bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemukan

pemecahan persoalan yang bersifat umum.24

H. Sistematika Skripsi

Pembahasan dalam skripsi ini disusun secara berurutan dan sistematis,

dari awal hingga akhir pembahasan terdiri dari tiga bagian, dengan rincian

sebagai berikut :

a. Bagian Awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota dinas, halaman

pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman

persembahan, abstraksi, halaman kata pengantar, dan daftar isi.

b. Bagian isi Skripsi

23
. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Gajah Mada University, 2007, hal. 15.
24
Ibid., hal. 16.
19

Bagian ini merupakan inti dari pembahasan skripsi yang terdiri

dari 4 bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I yang di uraikan terdiri dari penegasan judul, latar

belakang masalah, alasan pemilihan judul, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan

sistematika skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab II yang di uraikan meliputi pengertian konsep,

pengertian pendidikan Islam yang mencakup pengertian

Pendidikan, pengertian pendidikan Islam, dasar pendidikan

Islam, tujuan Pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, al-

Qur`an, dan surat al-`Alaq.

BAB III : PENYAJIAN DATA.

Bab III Merupakan pembahasan yang meliputi tarjamah tafsir

Ibnu katsir meliputi biografi Ibnu Katsir, penerjemah tafsir

Ibnu Katsir. Analisis data meliputi asbabun nuzul, konsep

pendidikan Islam berdasarkan surat al-`Alaq ayat 1-5

menurut terjemahan tafsir Ibnu Katsir, relevansi konsep

pendidikan dalam surat al-`Alaq 1-5 dengan pendidikan

modern.

BAB IV : PENUTUP
20

Bab IV yang di uraikan berisi tentang kesimpulan, saran, dan

diakhiri dengan kata penutup.

c. Bagian akhir

Bagian akhir ini meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan

biodata penyusun.
21

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Konsep

Konsep/kon·sep/ /konsép/ n 1 rancangan atau buram surat dan

sebagainya; 2 ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret:

satu istilah dapat mengandung dua -- yang berbeda; 3 Ling gambaran mental

dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

akal budi untuk memahami hal-hal lain, mengonsep/me·ngon·sep/ v membuat

konsep (rancangan); pengonsep/pe·ngon·sep/ n penyusun konsep

(rancangan); pengonsepan/pe·ngon·sep·an/ n proses, cara, perbuatan

mengonsep.25

Kata Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, yang artinya sesuatu

yang dipahami. Aristoteles dalam bukunya "The classical theory of concepts"

menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan

pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia

Konsep adalah abstraksi dari sebuah ide atau gambaran mental, yang

dinyatakan dalam sebuah kata atau simbol. Konsep ini dinyatakan juga

sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam

Karakteristik.

25
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: De-
pdiknas, 2008, hal. 725
22

Definisi Konsep menurut para ahli dapat diuraikan sebagai berikut :

1). Menurut Bahri

Bahri, menguraikan Pengertian Konsep adalah satuan arti yang

mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang

memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang

dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu.

Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi

mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam

bentuk suatu kata.26

2). Menurut Soedjadi

Soedjadi, memberikan Pengertian Konsep adalah ide abstrak yang

dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang

pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata

(lambang bahasa).27

3). Menurut Singarimbun dan Effendi

Singarimbun dan Effendi, menguraikan Pengertian Konsep atau

Definisi Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,

sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang

sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal

atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat

menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.28

26
Ahmad Saiful Bahri, Konsep Pendidikan, 2008; hal. 30
27
Ischak, dkk.;Pendidikan IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka;2004; hal. 14
28
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT
Pustaka LP3ES; hal 34
23

4). Menurut Woodruf

Woodruf, mendefinisikan Konsep adalah suatu gagasan/ide yang

relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek,

produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian

terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah

melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep

merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang

sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan

sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan

objek atau kejadian tertentu.29

Berdasarkan definisi di atas, Pengertian atau definisi Konsep dapat

disimpulkan “Sekumpulan gagasan atau ide yang sempurna dan bermakna

berupa abstrak, entitas mental yang universal dimana mereka bisa diterapkan

secara merata untuk setiap ekstensinya sehingga konsep membawa suatu arti

yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama dan

membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang

dirumuskan”.

B. Pendidikan Islam
29 ?
Woodruff, dalam Rahman, Pengertian Paradigma, 2009; hal 17
24

1. Pengertian Pendidikan

Ada dua istilah yang harus kita pahami terlebih dahulu sebelum

kita beranjak ke pembahasan selanjutnya. Keduanya harus kita pahami

dan bisa kita bedakan. Yang pertama adalah pendidikan (paedagogie) itu

sendiri, yang kedua adalah ilmu pendidikan (paedagogiek). Pendidikan

lebih menekankan dalam hal praktek, yaitu terkait dengan kegiatan

belajar mengajar, baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Namun,

keduanya akan selalu berdampingan dan tidak bisa dipisahkan. Saling

berkaitan satu sama lain dan saling memperkuat peningkatan mutu dan

tujuan pendidikan. Sedangkan Ilmu pendidikan bisa diartikan sebagai

perangkat dan filosofi yang kita gunakan untuk menjalankan pendidikan.

Ilmu pendidikan tersebut berkaitan dengan pemikiran bagaimana

sebaiknya sistem pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan,

sarana prasarana pendidikan, cara penilaian dan cara penerimaan siswa,

dan bagaimana harusnya menjadi seorang guru. Ilmu pendidikan lebih

menitik beratkan pada teori saja.30

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal

dari kata: didik/di·dik/ v, mendidik/men·di·dik/ v memelihara dan

memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran: seorang ibu wajib ~ anaknya baik-baik;

didikan/di·dik·an/ n 1 hasil mendidik: pada umumnya anak-anak ~

Taman Siswa pada zaman Belanda tebal rasa kebangsaannya; 2 anak

Didin Kurniadin & Imam Mahali, Menejemen Pendidikan Konsep & Prinsip pengelo-
30

laan pendidikan, Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2014, hal. 113


25

atau hewan yang dididik: anak yang saleh itu ~ orang tuanya; 3 cara

mendidik: bukan karena apa anak itu, hanya salah

~;pendidik/pen·di·dik/ n orang yang mendidik; pendidikan/

pen·di·dik·an/ n proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik;~ akademik

pendidikan akademis; ~ akademis pendidikan yang berhubungan dengan

bidang ilmu (studi) seperti bahasa, ilmu-ilmu sosial, matematika, ilmu

pengetahuan alam...31

Kata pendidikan berasal dari kata didik dengan mendapat awalan

pen-dan akhiran-an yang berarti pengubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia. Dalam

ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses

membimbing manusia dari kebodohan menuju kecerahan pengetahuan.

Proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan

latihan atau bahkan paksaan untuk membentuk kebiasaan, dan latihan

untuk membentuk kata hati.32

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan tentang kosep

pendidikan nasional dalam Undang-undang sisdiknas nomor 20/2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

31
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: De-
pdiknas, 2008, hal. 326-327
32
Djaka Dt Sati Emma Zain, Rangkuman Ilmu Mendidik, Yogyakarta : Mutiara Sumber
Widya, 2007, hal. 6.
26

a. Pendidikan menggunakan sarana madrasah sebagaimana disebutkan

dalam pasal 17 ayat 2 dan pasal 16 ayat 3, madrasah merupakan salah

satu bentuk lembaga pendidikan islam, dan tempat pendidikan diniyah,

pesantren dan yang sederajat, berdsarkan pasal 30 ayat 4, menunjukkan

bahwa pendidikan keagamaan sudah diakui secara undang-undang.

b. Pendidikan yang mampu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah

Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan pasal 36 ayat 3. Bahkah setiap

lembaga pendidikan wajib mengajarkan pendidikan agama,

berdasarkan pasal 37 ayat 1.

c. Pendidikan mampu meningkatkan kecerdasan dan matabat kehidupan

bangsa dan membentuk peserta didik dengan akhlaq yang mulia, yang

kemudian dikenal dengan pendidikan berkarakter.

d. Pendidik memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam belajar

dan menerapkam ilmu yang didapatkan, sehingga memperoleh ilmu

yang lebih mapan, cakap dan berpengalaman.

e. Peserta didik mampu mengembangkan kemampuan social; yakni

proses pendidikan sebagai bentuk interaksi social antara sesama pe-

serta didik dan antara peserta didik dan para pendidik.

f. Peserta didik mampu mengembangkan keingintahuan dan imaji-

nasinya, mampu memotivasi peserta didik dalam berfikir kritis,

bersikap demokratis dan berkreaktif.


27

g. Pendidikan mampu mengembangkan ketrampilan, kemandirian dan

keahlian dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi serta bertang-

gung jawab.

h. Pendidik bisa menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik.

i. Pendidikan adalah proses pembelajaran sepanjang hayat, berupa pem-

budayaan dan pemberdayan peserta didik, ini berdasarkan pasal 4 ayat

3. 33

Kata pendidikan dalam bahasa Arab disebut dengan tarbiyah,

ta`lim, tadris dan ta`dib. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan

ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal. Secara

etimologi kata tarbiyah berasal dari kata rabaa – yarbuu – rabwan yang

artinya bertambah, tumbuh, mendaki. Kemudian diikutkan wazan fa``ala

menjadi rabbaa – yurabbii – tarbiyatan artinya mengasuh, mendidik,

memelihara, membuat.34

Sedangkan kata ta`lim berasal dari kata `alima – ya`lamu - `ilman

yang artinya mengerti, memahami, mengetahui, merasakan. Dan juga dari

kata `alama – ya`lumu - `alman yang artinya mengecap, memberi tanda.

Kemudian diikutkan wazan fa``ala sehingga menjadi `allama-yu`allimu-

ta`liiman yang artinya mengajar, memberi tanda, merawat, mendidik. 35

Kata ta`dib berasal dari kata aduba - ya`dubu - adaban artinya

sopan, berbudi baik. Dan juga bisa berasal dari kata adaba yang artinya

33
Undang-undang Sidiknas tahun 20/2003
34
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-munawwir Arab – Indonesia,; penerbit pustaka
progresip, Yogyakarta, 2008, hal. 426
35
ibid, hal. 9
28

menyelanggarakan perjamuan, menghimpun, mengumpulkan,

mengundang ke pesta. Kemudian diikutkan wazan fa``ala maka menjadi

addaba – yuaddibu - ta`diiban artinya mendidik, memperbaiki, melatih

berdisiplin, menghukum dan mengambil tindakan.36 Untuk itu, perlu

dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga asal kata pendidikan

Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa

pendapat para ahli pendidikan Islam.

Menurut Syekh Ali, yang dikutip oleh Khalid menjelaskan, bahwa

kata rabba memiliki arti yang banyak yakni merawat, mendidik,

memimpin, mengumpulkan, menjaga, memperbaiki, mengembangkan,

dan sebagainya. Beliau menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah

merawat dan memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut

tumbuh dengan sempurna sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah

kesempurnaan dalam setiap dimensi dirinya, badan (kinestetik), roh, akal,

kehendak, dan lain sebagainya.37

Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam

adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai

“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang

luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam kata al-tarbiyah

terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:

1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa


(baligh)

36
Ahmad Warson Munawir; op. cit., hal. 12-13
37
Khalid bin Hamid al-Hazimi; Kitab Ushulut tarbiyatil islamiyyah; Darul `alimul kutub;
Riyadh KSA; 1420 H/2000 M; hal. 17
29

2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan


3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan
4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Jalal memberikan alasan bahwa proses taklim lebih umum

dibandingkan dengan proses tarbiyah:

Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada

kaum muslimin, Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam tidak

terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan

membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman,

pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi

pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran,

menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan

mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang

tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya

Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian

pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid

semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan

hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta.

Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta

pedoman perilaku yang baik.38

38
Abdu al-Fatah Jalal, Min al-Ushul al-Tarbawiyyah fi al-Islam, Mesir: Dar al-Kutub al-
Mushriyyah, 1977
30

Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta

tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa.

Makna al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara

berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik)

tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan

penciptaan.39

Pengertian pendidikan menurut para pakar dibidangnya dan tokoh

Islam, Imam Baidhowi berkata: Tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu

hingga menjadi sempurna setahap demi setahap.40 Imam Ar-roghib Al-

ashfahani yang dikutip oleh Khalid Hamid bahwa: tarbiyah adalah

menumbuhkan, mengembangkan sesuatu setahap demi setahap sampai

batas kesempurnaan.41

Doktor Kholid bin Hamid Al- hazimi berkata: tarbiyah adalah

menumbuhkan, memelihara, mengembangkan, mendidik manusia setahap

demi setahap dalam segala aspeknya guna mewujudkan kebahagiaan

hidupnya di dunia dan di akhirat.42

Mahmud Yunus: Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha

yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak

yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan

akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan

39
Ibn al-Muqaffa; al-Adab al-Kabir dan al-Adab al-Shaghir; 760 M.
40
Khalid bin Hamid al-Hazimi.; Kitab Ushulut Tarbiyatil Islamiyyah; Darul `alimul ku-
tub; Riyadh KSA; 1420 H/2000 M; hal. 19
41
Ibid, hal. 19
42
Ibid, hal. 19
31

dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang

bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,

masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.43

Ahmad D. Marimba: Mengemukakan bahwa pendidikan ialah

suatu proses bimbingan yang dilaksanakan secara sadar oleh pendidik

terhadap suatu proses perkembangan jasmani dan rohani peserta didik,

yang tujuannya agar kepribadian peserta didik terbetuk dengan sangat

unggul. Kepribadian yang dimaksud ini bermakna cukup dalam yaitu

pribadi yang tidak hanya pintar, pandai secara akademis saja, akan tetapi

baik juga secara karakter.44

UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003: “Pendidikan merupakan suatu


usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,
berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya dan masyarakat”.45

Pendidikan dalam arti luas dapat dijabarkan sebagai suatu upaya

memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan, dan keahlian tertentu

pada individu-individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian

mereka.46 Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar

mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai

kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti konsep, prinsip,

kreativitas, tanggung jawab dan ketrampilan. Dengan kata lain perlu


43
Mahmud Yunus, at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, Ponorogo: Darussalam PP. Wali Songo, hal. 12
44
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1980, hal. 23-24.
45
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Ban-
dung: Citra Umbara, 2003; ayat: 2.
46
Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan, Jakarta: PT Pradnya
Paramita, 1997, hal. V.
32

mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Demikian pula individu juga makhluk sosial yang selalu berinteraksi

dengan sesama lingkungannya.47

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.48

Pendidikan sebagai sebuah sistem memiliki berbagai komponen

antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Komponen tersebut

mencakup visi, misi, tujuan, kurikulum, pendidik, pembiayaan, sarana

dan prasarana, manajemen, evaluasi, lingkungan, proses belajar mengajar

dan lain-lain.49 Pendidikan di Indonesia terbagi tiga bagian besar yaitu

formal, informal dan non formal. Dimana antara satu dengan lainnya

saling mendukung dan berhubungan erat.

Berdasarkan pengertian tersebut tentang definisi pendidikan, maka

dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah bimbingan yang diberikan

kepada anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya untuk

mencapai tingkat kedewasaan dan bertjuan untuk menambah ilmu

47
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2001, Cet. Ke-5, hal. 5
48
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Ban-
dung: Citra Umbara, 2003, hal. 3
49
Abuddinata, Perspektif Islam tentang Strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009,
Cet. I; hal. 2.
33

pengetahuan, membentuk karakter diri, dan mengarahkan anak untuk

menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan juga bisa diartikan sebagai

usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam

belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi

peranannya dimasa yang akan datang.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang

mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.

Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia

muslim baik duniawi maupun ukhrawi.50

Makna pendidikan Islam menurut beberapa tokoh:

Al-Bani melengkapi pendapat al-Asfahani, bahwa di dalam

pendidikan tercakup tiga unsur yaitu; menjaga dan memelihara anak;

mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai dengan kekhasan

masing-masing; mengarahkan potensi dan bakat agar mencapai

kesempurnaan dan kebaikan.51

Al-Nahlawi bahwa pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi

dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis

dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun

kolektif.52

50
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet.4, hal. 10.
51
Dikutip dari Artikel konsep pendidikan Islam, hal.5
52
Asnelly Ilyas. Mendambakan Anak Saleh, Bandung: Al-Bayan, 1995, hal.20
34

Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian pendidikan Islam sebagai

Pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,

akhlak dan keterampilannya.53

Mustafa al-Gulayaini bahwa pendidikan Islam adalah

menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa

pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat,

sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam

jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta

bekerja untuk kemanfaatan tanah air.54

Ahmad D. Marimba mendefenisikan pendidikan Islam dengan

bimbingan jasmani-rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam.55

Hasan Langgulung memberikan pengertian bahwa pendidikan

Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan

dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di

akhirat.56

Naquib al-Attas bahwa pendidikan Islam adalah upaya yang

dilakukan pendidikan terhadap anak didik untuk pengenalan dan

pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam


53
M Yusuf al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, terj. Bustani A.
Ghani dan zainal Abidin Ahmad, Jakarta, Bulan Bintang, 1980, hal. 157
54
Mustofa Ghulayani, Idhatun Nasihin, shaida, Mathba`ah ashriyah, 1368 H, cet. Ke-6
55
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1980, hal. 23
56
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, bandung, al-
Ma`arif, 1980
35

tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan

pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan

kepribadian.57

Dengan demikian, pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk

mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud

kehidupan manusia yang makmur dan bahagia dunia dan akhirat. Karena

pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, maka

pendidikan Islam merupakan pendidikan iman sekaligus pendidikan

amal.

3. Dasar Pendidikan Islam

Dasar atau landasan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dari

sumber ajaran Islam itu sendiri, yakni al-Qur’an dan al-Hadits. Zakiah

Daradjat mengatakan bahwa, landasan itu terdiri dari al-Qur’an dan

Sunnah Nabi Muhammad yang dapat dikembangkan dengan Ijtihad

seperti al-maslahah al- mursalah, istichsan, qiyas dan sebagainya.58

Diantara dalil yang digunakan dalam landasan pendidikan Islam

adalah:

‫) ا ْق َرْأ‬2( ‫) َخلَ َق اِإْل نْ َس ا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬1( ‫ك الَّ ِذي َخلَ َق‬ َ ِّ‫اس ِم َرب‬ْ ِ‫ا ْق َرْأ ب‬
)5( ‫) َعلَّ َم اِإْل نْ َسا َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬3( ‫ك اَأْل ْكَر ُم‬
َ ُّ‫َو َرب‬
1. Bacalah dengan menyebut nama Robbmu yang telah menciptakan,
2. Dia telah menciptan manusia dari segumpal darah,
57
Syekh Muhammad An-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Jakarta:
Mizan, 1984, hal. 10
58
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhana, 1992,
hal. 19.
36

3. Bacalah dan Robbmu adalah Dzat yang Maha Pemurah,


4. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qolam (pena),
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

       …


   
Akan tetapi (dia berkata), "Hendaklah kamu menjadi orang-orang pen-
didik rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Alkitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya.59

         …


… maka hendaklah kamu bertanya kepada orang-orang yang berilmu,

jika kamu tiada mengetahui.60

      


    
     
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan mensucikan
kamu, dan mengajarkan kepadamu Alkitab dan Alhikmah (Assunnah),
serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.61

…..           



Dan bertakwalah kepada Allah; maka Allah akan mengajarmu; dan Al-

lah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah: 282)

‫ َم ْن ي ُِر ِد‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ\م‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫َّاس َر‬ ِ ‫ع َْن اِبْنُ َعب‬
ِ ‫ ( َر َواهُ ْالبُخ‬...... ‫ي ال ِّد ْي ِن َو اِنَّ َما ْال ِع ْل ُم بِاالتَّ َعلُّ ِم‬
) ْ‫َارى‬ ْ ِ‫هللاُ بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ ف‬

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang


siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan
dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar”62

59
Q.S. Ali Imran: 79
60
Q.S. al-Anbiya':7
61
Q.S. al-Baqarah: 151
62
HR. Bukhori dalam kitabul ilmi
37

: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ\م يَقُوْ ُل‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
َ ِ‫ْت َرسُوْ ُل هللا‬ ِ ‫َوع َْن اَبِ ْي َدرْ دَا َء َر‬
َ ‫ك طَ ِر ْيقًا يَ ْبتَ ِغ ْي فِ ْي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل هللاُ طَ ِر ْيقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة اِ َّن ْال َماَل ِئ َكةَ ت‬
‫َض ُع اَجْ نِ َحتَهَا‬ َ َ‫َم ْن َسل‬
ِ ْ‫ت َو َم ْن فِ ْي ْال َعر‬
‫ض‬ ِ ‫او‬ َ ‫صنَ َع َواَ َّن ْال َعالِ ُم لِيَ ْستَ ْغفِرْ لَهُ َم ْن فِ ْي ال َس َم‬َ ‫ضاعًا بِ َما‬ َ ‫ب ِر‬ٍ ِ‫لِطَال‬
ِ ‫ َو فَضْ ُل ْال َعالِ ِم َعلَى ْال ِعبَا ِد َكفَضْ ِل ْالقَ َم ِر َعلَى َساِئ ِر ْال َك َوا ِك‬, ‫الح ْيتَا ِن فِ ْي ْال َما ِء‬
‫ب‬ َ ‫َحتَّى‬
ُ‫ فَ َم ْن َأخَ َذه‬, ‫ ِإنَّ َما َو ِرثُوْ ْال ِع ْل َم‬, ‫ َو اَ َّن ْال ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اَأْل ْنبِيَا ِء لَ ْم يَ ِرثُوْ ا ِد ْينَارًا َواَل ِدرْ هَا ًما‬,
) ْ‫َأ َخ َذ بِ َح ٍظ َو اَفِ ٍر ( َر َواهُ اَبُوْ دَا ُو ْد َو ْالتِّرْ ِم ِذي‬
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu.Anhu, beliau berkata : Saya mendengar
Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam bersabda : Barang siapa yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat
meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang
ia kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan
oleh orang-orang yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi
hingga ikan-ikan yang ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang
yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak mewariskan dirham, melainkan
mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengabilnya maka
hendaklah ia mengambil dengan bagian yang sempurna.63

4. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang

berbahagia di dunia dan akhirat.64

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan

lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia

dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir

pendidikan Islam.

63
H.R Abu Daud dan Tirmidzi
64
lihat Q.S. Al-Dzariat:56; dan Q.S. Ali Imran: 102
38

Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin

dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praktis, sehingga konsep

pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam

dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan

harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses

pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah

terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam,

pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan

kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah

kepada Allah.65

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh

Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada

Allah. Seperti dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya: “Dan Aku

tidaklah menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah

kepada-Ku”.

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu

terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan,

mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi

sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang

dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan

65
Abdul Fatah Jalal; Asas-asas Pendidikan Islam dalam Herri Noer Ally trjmh ; Bandung,
Diponegoro; 1988; hal. 28
39

kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat

mengamalkannya dengan cara yang benar.66

Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan

serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan,

perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.

Menurut al-Abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam

menjadi:

1). Pembinaan akhlak.

2). menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.

3). Penguasaan ilmu.

4). Keterampilan bekerja dalam masyrakat.67

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan Islam dapat

diperinci menjadi :

1). Tujuan keagamaan.

2). Tujuan pengembangan akal dan akhlak.

3). Tujuan pengajaran kebudayaan.

4). Tujuan pembicaraan kepribadian.68

Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah

menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu :

1). Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.

2). Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.


66
Abdul Fatah Jalal; Asas-asas Pendidikan Islam dalam Herri Noer Ally trjh ; Bandung, Diponegoro;
1988; hal. 28
67
Muhammad Athahiyah al-Abrasy, Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, Saudi Arabiyah: Dar al-
Ahya’, tt., Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta. 1970, hal .23
.Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Ros-
68

dakarya.1992 hal. 50-51


40

3). Persiapan untuk mencari, mendapat rezeki dan pemeliharaan

segi manfaat.

4). Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan

keingin tahuan (curiosity) dan memungkinkan ia menggali

ilmu demi ilmu itu sendiri.

5). Menyiapkan peserta didik dari segi profesional, tekhnikal dan

pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan

ketrampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki

dalam hidup di samping memelihara segi kerokhanian dan

keagamaan.69

5. Metode Pendidikan Islam

Metode pendidikan mempunyai peranan penting dalam

mewujudkan tujuan-tujuan yang akan dicapai bersama. Karena itu metode

menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran. 70

Diantara metode yang telah diterapkan oleh Nabi dan para sahabatnya

adalah:

a. Metode demontrasi, memberikan pelajaran dengan cara

memberikan contoh dan teladan kepada peserta didik, agar mampu

menerapkan ilmunya dengan benar dan tidak terjadi malpraktek.

b. Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan

pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam

Ibid, hal. 50-51


69
70
Ummi, Islamisasi Sains Perspektif UIN Malang, dalam Inovasi: Majalah Mahasiswa UIN
Malang, Edisi 22. Th. 2005, hal. 25
41

pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan

pertanyaan ataupun jawaban.

c. Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan

melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta

didik. Metode ini contohnya tausiyah (memberi nasihat), seminar,

cerita/berkisah dan khutbah.71

d. Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara

mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah

peristiwa atau pengalaman hidup seseorang.

e. Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian

tugas dan tanggungjawab, baik secara individu maupun kelompok.

Metode ini dimaksudkan agar ilmu pengetahuan yang telah dia

dapatkan dapat berkembang dan lebih mapan.

f. Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara

bertukar pikiran, pendapat dengan cara yang beradab dan santun

guna mencapai suatu titik kebenaran.

g. Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada

yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat

memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-

perumpamaan kepada peserta didik.72

71
Ibid, hal. 26
72
Ibid, hal. 27
42

h. Metode muqaranah, yaitu cara pengajaran dengan cara

membandingkan dua hal yang berbeda atau yang serupa untuk

mendapatkan mana yang lebih bermanfaat dan lebih baik.

i. Metode tikrar (pengulangan), memberikan informasi yang sama

beberapa kali, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, karena

terkadang jika hanya sekali disampaikan belum terfahami dengan

baik dan benar. Dan juga menunjukkan suatu hal yang penting,

agar peserta didik perhatian terhadapnya.

j. Metode i`thau jaza` (pemberian ganjaran), yaitu cara pembelajaran

dengan cara memberikan hadiah, kemudahan, dan pujian kepada

yang berhasil serta memberikan hukuman mendidik kepada yang

melanggar.73

C. Al-Qur`an

Al-Quran secara bahasa berasal dari kata kerja qara’a yang berarti

‘mengumpulkan dan menghimpun’. Kata al-Qur`an merupakan bentuk kata

mashdar (bentuk kata dasar dalam bahasa Arab, dan diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia menjadi kata jadian) yaitu qara`a yaqra`u qira`atan wa

qur`anan, yang berarti ‘himpunan huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang

lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi’. Kata al-Qur`an itu berwazan

fu`lanan seperti kata ghufranan, syukranan, dan lain sebagainya; membawa

pengertian “bacaan secara berulang-ulang” atau “bacaan abadi”, yang dibaca

dan didengar berulang-ulang.74


73
Ibid, hal. 28
74
Mana`il Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur`an, Bangil Jawa Timur, tanpa tahun, hal.
20.; Depag RI, al-Qur`an dan Terjemahnya, KSA, hal. 15.
43

Al-Qur’an terkadang diterjemahkan sebagai “bacaan” atau “tilawah”

(bacaan yang dilantunkan), dan secara etimologis dalam bahasa Suriah adalah

qeryana (bacaan Kitab Suci, bagian dari Kitab Suci yang dibacakan dalam

ritual keagamaan), dan dalam bahasa Ibrani adalah miqra’ (pembacaan suatu

kisah, Kitab Suci).75

Al-quran secara istilah, sebagaimana yang telah didefinisikan oleh

para ahli, diantaranya:

Dr. Subhi Al Salih yang dinukil oleh Ridwanulloh, beliau berkata:

“Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir,

membacanya termasuk ibadah.”

Muhammad Ali ash-Shabuni berkata: “Al-Qur’an adalah firman Allah

yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad penutup para

nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-

mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta

membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat

Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.”76

D. Surat al-`Alaq

1. Arti surat al-`Alaq

Kata surat pada dasarnya merupakan kata serapan dari bahasa

Arab sūratun, yang artinya tanda, alamat, keutamaan, kehormatan, pasal,

kedudukan, kelebihan, surat dalam al-Qur`an, kemuliaan, ketinggian atau

75
Skripsi Ridwanulloh, Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, hal. 30
76
Ibid , hal.31
44

pagar yang tinggi yang membentengi sesuatu.77 Secara istilah kumpulan

beberapa ayat yang terkumpul dalam suatu kategori atau seperti pasal-

pasal yang terkumpul dalam sebuah bab. Al-`Alaq artinya darah, sesuatu

yang digantungkan, lintah, segumpal darah, kumpulan besar, pertalian.78

Surah Al-‘Alaq ini diambil dari kata al-`alaq yang terdapat dalam

ayat yang ke-2. Surat ini dinamai juga dengan surah Al-Qalam atau Iqra`.

Surah ini termasuk dalam kategori surah Makiyah dengan jumlah ayatnya

sebanyak 19 ayat. Ayat 1-5 merupakan bagian surat yang pertama kali

diturunkan kepada Nabi Muhammad shalAllahu alaihi wa sallam, yaitu di

gua Hiro.79

        


        
         
        
        
        
        
        
      
       
   
1. Bacalah dengan menyebut nama Robbmu yang telah menciptakan,
2. Dia telah menciptan manusia dari segumpal darah,

77
Kamus Munawir Arab – Indonesia, Yogyakarta, 2008; hal. 677
78
Ibid hal. 964
79
Al-Qur`an dan terjemahannya Depag RI, hal. 1078
45

3. Bacalah dan Robbmu adalah Dzat yang Maha Pemurah,


4. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qolam (pena),
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7. karena dia melihat dirinya serba cukup
8. Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah kembali(mu).
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat
11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas
kebenaran
12. atau dia menyuruh bertaqwa (kepada Allah)
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan
dan berpaling?
14. Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka
17. Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah
19. sekali-kali tidak, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah
dan dekatkanlah (dirimu kepada Rabb) 80

2. Kandungan surat al-`Alaq

Dalam surah Al-‘Alaq ini terkandung pokok-pokok pembahasan,

diantaranya:

a. Perintah membaca al-Qur`an


b. Manusia dijadikan dari segumpal darah
c. Allah menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan
pengetahuan
d. Manusia benrtindak melampui batas keena meresa dirinya serba
cukup

80
Depaq RI, opcit., hal. 1079-1080
46

e. Ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang menghalang-


halangi kaum muslimin melaksanakan perintah-Nya.81
E. Tafsir Ibnu Katsir

Buku tafsir ini ditulis oleh Abu Al-Fida’ Ismail Ibn Katsir, tafsir yang

lengkap 30 juz dan yang membahas Q.S. al-`Alaq terdapat dalam Jilid IV, ter-

masuk buku tafsir yang terkenal dan diterima oleh kaum Muslimin. Buku

tafsir ini diterbitkan Maktabah at-Tijariyah di Makkah pada tahun 1407/1986,

hal.528. Tafsir Ibnu Katsir termasuk tafsir bil ma`tsur yaitu tafsir dengan

menyebutkan riwayat tafsir dari para penafsir sebelumnya seperti Nabi

Muhammad shalallahu `alaihi wa sallam, para sahabat, para tabiin dan para

imam setelahnya. Termasuk kitab tafsir yang diterima mayoritas kaum

Muslimin.

Buku yang dikaji penyusun adalah buku tarjamah dalam bahasa

Indonesia dari kitab Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir. Diteliti oleh Dr.

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq al-Syaikh. Diterbitkan

oleh Muassasah daar al-Hilal Kairo, cetakan I tahun 1414 H / 1994 M.

Penerjemah M. Abdul Ghaffar E. M. dan Abu Ihsan al-Atsari; diterbitkan

Pustaka Imam Syafi`iy, cetakan pertama Muharram 1426 H / 2005 M; Jilid

VIII halaman 503 – 508.

81
Ibid, hal. 1078
47

Bab III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Tarjamah Tafsir Ibnu Katsir

1. Biografi Ibnu Katsir

Beliau adalah Imam yang mulia Abul Fida’ ‘Imaduddin Isma’il bin

Umar bin Katsir bin Dhau bin Katsir bin Zara’ al-Qurasyi al-Bashri ad-

Dimasyqi asy-Syafi`iy. Berasal dari kota Bashrah, kemudian menetap,

belajar dan mengajar di Damaskus. Dilahirkan di Mijdal, sebuah tempat di

kota Bashrah pada tahun 701.H /1302 M.

Ayah beliau adalah seorang khatib di kota itu. Ayahnya meninggal

ketika beliau baru berusia empat tahun. Kemudian beliau diasuh oleh

pamannya, Syaikh Abdul Wahhab dan dialah yang mendidik beliau di usia

dininya dan berhasil menghafal al-Qur`an dalam usia 11 tahun. Kemudian

beliau pindah ke Damaskus, negeri Syam pada tahun 706 H, ketika beliau

berusia lima tahun.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Beliau hilang

penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun

774 H/ 1373 M. Semoga Allah mencurahkan rahmat seluas-luasnya

kepada beliau dan menempatkan beliau di Surga-Nya yang luas. .82

a. Guru-Guru Ibnu Katsir

Beliau tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang shalih dan

taat beragama, lingkungan ahlu ilmi yang menjunjung tinggi nilai-

82
Muqaddimah TarjamahTafsir ibnu Katsir, biografi Ibnu Katsir, Juz I, hal. 16
48

nilai keilmuan. Beliau adalah seorang pelajar yang rajin, memiliki

semangat yang menggelora, kerja keras, tekun dan sabar dalam

belajar, sehingga berhasil menjadi orang yang ilmunya sangat

diperhitungkan para ulama.

Diantara guru-guru beliau adalah:

1) Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Abdirrahman al-Fazari yang

terkenal dengan nama Ibnul Farkah yang wafat 729 H.

2) Di Damasykus Syria, beliau belajar dengan Isa bin al-Muth’im,

3) Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah yang

wafat 730H,

4) Ibnul Hajjar yang wafat 730 H,

5) Baha-uddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadits negeri

Syam yang wafat pada tahun 723 H,

6) Ibnu asy-Syirazi,

7) Ishaq bin Yahya al-Amidi Afifuddin –ulama madzhab Zhahiriyah

yang wafat 725 H,

8) Muhammad lbnu Zarrad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin

az-Zaki al’Mizzi yang wafat tahun 742 H, beliau mendapat banyak

faedah dan menimba ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi

puterinya.

9) Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis

Salam bin Taimiyyah yang wafat 728 H,


49

10) Beliau menimba ilmu dari Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh

(sejarah), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin

Qayimaz adz-Dzahabi yang wafat pada tahun 748 H.

11) Dan ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa

al-Qarafi,

12) Abul Fath ad-Dabbusi,

13) Ali bin Umar as-Sawani dan lain-lain.83

b. Pandangan ulama terhadap Ibnu Katsir:

Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata tentang Ibnu Katsir dalam al-

Mu’jam al-Mukhtashsh, “Beliau adalah seorang imam lagi pemberi

fatwa, pakar ahli hadits, ahli fiqih yang berwawasan luas, ahli tafsir

dan memiliki banyak tulisan yang bermanfaat.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata dalam ad-Duraral-

Kaaminah, “Beliau selalu menyibukkan diri dengan hadits, menelaah

matan dan rijal hadits. Beliau adalah orang yang memiliki hafalan

yang banyak, kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya tulis

semasa hidupnya dan telah memberikan manfaat yang sangat banyak

kepada orang-orang selepas meninggal.”

Ahli sejarah yang terkenal dengan nama Abul Mahasin

Jamaluddin Yusuf Ibnu Saifuddin yang terkenal dengan nama Ibnu

Taghri Bardi berkata dalam kitabnya al-Manhalush Shaafii wal

Mustaufa: “Beliau adalah syaikh imam al-’ Allamah’ Imaduddin Abul

Fida’, ulama yang banyak berkarya) terus bekerja, meraup ilmu dan
83
Muqaddimah tafsir al-qur`nul Adhim, biografi penulis, hal. 16
50

menulis, pakar dalam bidang fiqih, tafsir dan hadits. Beliau

mengumpulkan, mengarang, mengajar, menyampaikan hadits dan

menulis. Beliau memiliki penelaahan yang luas dalam ilmu hadits,

tafsir, fiqih, bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau mengeluarkan

fatwa dan mengajar hingga beliau wafat, semoga Allah merahmati

beliau. Beliau dikenal sebagai ulama yang memiliki hafalan yang kuat

dan tulisan yang bagus. Ia telah mencapai puncak dalam ilmu sejarah,

hadits dan tafsir.

c. Murid-Murid Ibnu Katsir

Murid-murid beliau sangatlah banyak, di antaranya:84

1) Syihabudin Abbul Abbas bin al-A`la as-Sa`di yang belajar

kepada beliau selama 6 tahun.

2) Al-`Allamah Shadrudin Muhammad bin `Alauddin Ibnu Abil

Izzi al-Hanafi

3) Al-Hafizh Syamsudin Abul Khair Muhammad bin Muhammad

bin Muhammad al-Jazari

4) Ibnu Haji, berkata bahwa beliau adalah seorang yang memiliki

hafalan paling kuat terhadap matan-matan hadits yang pernah

kami dapati. Paling tahu tentang cacat-cacat hadits, perawi-

perawinya, shahih dan dha’ifnya, dan rekan-rekan serta guru-

gurunya mengakui hal tersebut..

5) Para mahasiswa Universitas Daarul Hadits al-Asyrafiyyah pada

zamannya
84
Abdul Qadir ar-Nauth dalam Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Pustaka Ibnu Katsir, hal. 11-12
51

6) Para mahasiswa Universitas Ummu Shalah pada zamannya

7) Para mahasiswa Universitas at-Tankaziyyah pada zamannya

8) Ibnul ‘Imad al-Hanbali, berkata dalam kitabnya yang berjudul

Syadzaraatudz Dzahab fii Akhbaari Man Dzahab: “Beliau

adalah al-Hafizh al-Kabir Imaduddin, hafalannya banyak dan

jarang lupa, pemahamannya baik, ilmu bahasa Arabnya tinggi.”

9) Ibnu Habib berkata, “Beliau mendengar riwayat,

mengumpulkan, menulis, mengeluarkan fatwa, menyampaikan

hadits, memberi banyak faedah, dan lembaran-lembaran

fatwanya tersebar ke berbagai negeri. beliau dikenal dengan

kekuatan hafalan dan keelokan karangannya.”

d. Karya-karya Ibnu Katsir

Tulisan beliau sangatlah banyak yang dapat kita pelajari dan

kita ambil ilmunya, di antaranya:

1) Termasuk tulisan beliau yang terbesar adalah kitab tafsir al-Qur-an.

Kitab ini adalah sebaik-baik kitab tafsir dengan riwayat, telah

diterbitkan berulang kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.

2) Kitab sejarah yang dinamakan al-Bidaayah, terdiri dari 14 jilid,

dengan judul al-Bidayah wan Nihayah. Di dalamnya disebutkan

tentang kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah

Nabawiyah, sejarah Islam hingga zamannya ditambah dengan

pembahasan tentang fitnah dan tanda-tanda hari Kiamat serta


52

keadaan pada hari Akhir dan al-Malaahim (pertumpahan darah).

Dan telah ditahqiq oleh banyak ulama.

3) At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di

dalamnya terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-

Mizzi dan adz-Dzahabi (Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan

(Miizan I’tidal fii Naqdir Rijal) dengan disertai beberapa tambahan

yang bermanfaat dalam masalah al-jarh wat ta’dil.

4) Al-Hadyu was Sunan fi Ahadits Masad wa Sunan yang dikenai

dengan nama Jami’ al-Masanid. Di dalamnya terangkum Musnad

al-Imam Ahmad bin Hanbal, al-Bazzar, Abu Ya’la al-Mushili, Ibnu

Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Beliau menyusunnya

berdasarkan bab-bab fiqih, dan baru-baru ini telah dicetak beberapa

juz darinya.

5) Thabaqaat asy-Syafi’iyyah dengan ukuran sedang disertai biografi

Imam asy-Syafi’i.

6) Beliau mentakhrij hadits-hadits yang digunakan sebagai dalil dalam

kitab at – Tanbih fi Fiqh asy-Sy afi’iah.

7) Beliau memulai penyusunan syarah Sahih Bukhari dan belum

sempat menyelesaikannya.

8) Beliau memulai penyusunan kitab besar dalam masalah-masalah

hukum namun belum sempat menyelesaikannya, dan tulisan beliau

ini sudah sampai pada kitab Haji.


53

9) Ringkasan kitab al-Madkhal, karya al-Baihaqi dan sebahagian besar

belum diterbitkan.

10) Beliau meringkas kitab ‘Ulumul Hadits karya Abu ‘Amr bin ash-

Shalah, yang beliau beri judul (Al-mukhtashar ‘Ulumil Hadits) yang

dicetak oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, seorang ahli hadits

dari Mesir disertai penjelasan dari beliau dan diberi judul al-

Baa’itsul Hatsiirsfii Syarh Mukhtashar ‘Ulumil Hadits, dan telah

dicetak beberapa kali.

11) Sirah Nabawiyyah yang panjang (bagian dari kitab al-Bidaayah)

dan ringkasannya, keduanya diterbitkan dalam cetakan yang

berbeda.

12) Risalah dalam masalah jihad yang diberi judul al-Ijtihaad fi

Thalabil Jihad, dan telah dicetak berulang kali.85

2. Penerjemah Kitab tafsir Ibnu Katsir

Buku ini diterjemahkan oleh beberapa penerjemah handal, yang

diakui keilmuannya oleh sebagian besar kaum Muslimin. Mereka adalah:

a. M. Abdul Ghaffar E. M.

b. Abu Ihsan al-Atsari, M.A.

Dengan tim pengedit isi oleh tokoh-tokoh agama yang sudah

dikenal, mereka adalah:

1) M. Yusuf Harun, M.A.

2) Farid Okbah

3) Fariq Ghazim Anuz, Lc


85
Muqadimah tafsir alqur`anul Adhim, biografi Peukis, hal. 17
54

4) Arman Amry, Lc.

5) Badrus Salam, Lc.86

B. Sajian Analisis Data

1. Asbabun Nuzul surat al-`Alaq

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu `anha,

beliau berkata: “Permulaan wahyu yang turun kepada Rasulullah

shalallahu alaihi wa sallam ialah berupa mimpi yang benar pada waktu

tidur, maka beliau tidaklah bermimpi melainkan hanya melihat fajar

shubuh telah terbit. Kemudian, timbullah pada diri beliau keinginan untuk

menyendiri meninggalkan keramaian. Untuk itu, beliau pergi ke Gua Hira

untuk bertahanuts (beribadah kepada Allah dengan merenungi penciptaan

alam semesta dan berdoa). Beliau melakukannya beberapa hari. Setelah

bekalnya habis, maka beliau pulang ke rumah Khadijah, istri beliau untuk

mengambil tambahan bekal, kemudian kembali ke Gua Hira; hal ini beliau

lakukan hingga 3 atau 4 kali.

Hingga pada suatu malam, datanglah kepada beliau seorang

malaikat dalam wujud manusia. Kemudian Malaikat itu berkata, "Iqra'

(bacalah)!" Beliau menjawab "Aku bukan termasuk orang yang mampu

membaca." Lantas Malaikat tersebut mendekap beliau dengan kuat

sehingga beliau merasa kepayahan dan sulit bernafas. Kemudian Malaikat

itu mengulangi perintahnya, "Bacalah!" Beliau menjawab lagi. "Aku

bukan termasuk orang yang dapat membaca." Kemudian malaikat itu

mendekap beliau dengan kuat hingga kepayahan dan sulit bernafas, hal
86
Halaman judul dalam buku tarjamah tafsir Ibnu katsir jilid 8.
55

yang demikian diulanginya hingga tiga kali; setelah itu malaikat

menyampaikan bahwa beliau akan dinobatkan dan diutus sebagai seorang

nabi bagi umat manusia dan jin; lalu malaikat memperkenalkan dirinya

bahwa namanya adalah Jibril, kemudian Jibril mentalqin dalam membaca

surah al- 'Alaq ayat 1-5 dengan tartil, kemudian nabi menirukannya dan

langsung hafal.

Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat Jibril

pun menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan

gemetaran (takut). Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau

tampak ketakutan sambil berkata, "Zammilūni, zammilūni (hendaklah

kalian menyelimuti diriku, hendaklah kalian menyelimuti diriku)." Setelah

bangun tidur dan mereda rasa takut dan menggigilnya, Khadijah meminta

beliau untuk menceritakan kejadian yang dialaminya. Kemudian nabi

menceritakan apa yang dia lihat dan dengar.

Setelah mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata,

"Demi Dzat yang jiwa Khadijah ada di tanganNya, tenangkanlah dirimu

dan teguhkanlah pendirianmu, wahai anak pamanku, aku berharap engkau

akan menjadi nabi bagi umat ini. Sesungguhnya Allah tidak akan

mengecewakan dan menyia-nyiakanmu selama-lamanya, karena Engkau

adalah orang yang suka menghubungkan tali silaturrahim, suka menjamu

tamu, sering membantu orang yang kesusahan, suka membantu

memecahkan persoalan orang yang mencari kebenaran."


56

Kemudian Khadijah mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin

Naufal, paman Khadijah guna menguatkan apa yang telah

disampaikannya. Dia adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat

memahami Kitab Injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta

Rasulullah shalallohu alaihi wa salam untuk menceritakan kejadian yang

dialami semalam. Setelah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, selesai

menceritakan pengalamannya tersebut, Waraqah berkata, "Itu adalah

namūs (sebutan untuk malaikat Jibril), sebagaimana Allah subhanahu wa

ta`ala telah mengutusnya kepada Nabi Musa alaihi salam, seandainya aku

masih dikaruniai hidup sampai saatnya engkau diusir kaummu, aku akan

membelamu." Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bertanya, "Apakah

mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Benar! tidaklah ada

seorang nabi pun yang diberi wahyu seperti engkau, melainkan akan

dimusuhi kaumnya. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan

menolong engkau sekuat-kuatnya."87

87
H.R al- Bukhari, tarjamah Fathul Bari, kitab Bada' ul Wahyi, hadits No. 3
57

2. Konsep Pendidikan Islam dalam surat al-`Alaq 1-5 menurut tafsir Ibnu

Katsir

a. Teks al-Qur’an dan Terjemahnya

Allah Ta’ala berfirman:


‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬
ِ ِّ‫ا ْقرْأ بِاس ِم رب‬
َ ُّ‫) ا ْق َرْأ َو َرب‬2( ‫) َخلَ َق اِإْل نْ َس ا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬1( ‫ك الَّذي َخلَ َق‬
‫ك‬ َ َ ْ َ
88
)5( ‫) َعلَّ َم اِإْل نْ َسا َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬3( ‫اَأْل ْكَر ُم‬

Tarjamah Qur`an surat Al- Alaq 1-5 menurut versi Depag RI :


Bacalah dengan menyebut nama Robbmu yang telah menciptakan,
Dia telah menciptan manusia dari segumpal darah,
Bacalah dan Robbmu adalah Dzat yang Maha Pemurah,
Yang mengajar manusia dengan perantaraan qolam (pena),
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

b. Analisis Surat Al-Alaq 1-5

Penjelasan atau tafsirnya Surat Al-Alaq 1-5 :

Ayat 1, dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada nabi-Nya

Muhammad shalallahu `alaihi wa sallam baserta umatnya untuk

belajar membaca, dan yang pertama kali diperintahkan untuk dibaca,

dipelajari adalah nama-nama Allah, maksudnya mempelajari asmaul

husna dan sifat-sifat Allah yang Maha Tinggi.

Dalam kaidah ushul tafsir disebutkan, jika isim nakiroh (kata

yang menunjukkan makna umum) yaitu lafal ‘ismi’ diidhofahkan

(disandarkan) kepada isim ma`rifah (kata yang menunjukkan makna

khusus) yaitu lafal ‘rabbika’ memberikan faedah makna umum.

88
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Kerajaan Saudi Arabia, 1971, hal. 1079
58

Sehingga kata “ismi rabbika (nama Robbmu)” mencakup seluruh

nama-nama Allah yang Maha indah, asmaul husna yang Allah telah

tetapkan dalam al-Qur`an dan Rasululloh tetapkan dalam hadits-hadits

yang shahih, demikian juga untuk seluruh sifat-sifat Allah yang Maha

Tinggi lagi Maha Sempurna.

Kata Rabb dalam bahasa arab memiliki beberapa makna

memimpin, memiliki, mengumpulkan, memperbaiki, berdiam,

mengharumkan, memelihara, mengasuh dan mendidik.

Ulama aqidah menjelaskan bahwa makna Rabb adalah Dzat

yang mencipta alam semesta, memberi rizqi, mengatur,

menghidupkan, mematikan dan seluruh perbuatan-perbuatan Allah;

yang dikenal dengan tauhid rububiyah. Dan pengetahuan seseorang

tentang tauhid rububiyah mengharuskan orang tersebut untuk

mengejewantahkan tauhid uluhiyah (tauhid dalam penyembahan dan

peribadahan). Karena Dzat yang memiliki sifat rububiyah yang

sempurna lebih berhak dan lebih layak untuk disembah dari pada yang

selainnya, apalagi yang selain Allah adalah sesama makhluk yang

lemah dan tidak memiliki apa-apa, sehingga tidak berhak dan tidak

layak disembah.

Kata “yang telah menciptakan” dan dalam ayat ini tidak

disebutkan obyek apa yang yang diciptakan, hal ini menunjukkan

suatu yang umum, mencakup segala apa saja yang telah diciptakan

Allah subhanahu wa ta`ala. Berupa surga dan seisinya, langit yang


59

tujuh beserta isinya, bumi yang tujuh beserta isinya, arsy Allah, kursi

Allah, benda-benda yang berada di antara langit dan bumi dan lain

sebagainya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa alam semesta ini ada

yang menciptakan yaitu Allah Robb semesta alam.

Ayat ini juga membantah pendapat yang mengatakan bahwa

alam semesta ini tercipta dengan sendirinya, atau ada dengan tiba-tiba.

Sehingga mereka mengingkari Allah sebagai pencipta dan pengatur

alam semesta. Maka informasi tentang alam semesta yang peling

benar adalah informasi yang datang dari Allah subhanahu wa ta`ala,

Dzat yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini. Maka tentu

saja apa yang Allah firmankan lebih benar, lebih akurat, dan sesuai

dengan kenyataan dibanding dengan teori-teori yang bersumber dari

hasil perkiraan belaka.

Ayat 2, Allah mengabarkan, bahwa penciptaan makhluk-Nya

yang paling baik dan sempurna adalah manusia, karena Allah ciptakan

langsung dengan kedua tangan-Nya dari bermacam-macam tanah, lalu

Allah menjadikan Hawa istrinya dari tulang rusuknya yang bengkok

di bagian sebelah kiri, kemudian Allah menjadikan cara berkembang

biak manusia dengan air mani dengan proses sebagaimana yang sudah

kita fahami bersama.

Ayat ini juga menjelaskan, bahwa manusia itu dari sesuatu yang

remeh, rendah, hina maka kenapa dia berlaku sombong dan semena-

mena. Allah hanya menyebutkan sebagian proses dari penciptaan


60

manusia, dalam tahap perkembangbiakannya, yaitu tatkala sudah

menjadi segumpal darah. Ini sebagai indikasi dan anjuran untuk

mempelajari dan meneliti proses kehamilan mulai dari bertemunya air

mani dengan sel telur dalam rahim seorang ibu hingga melahirkan

bayinya. Sehingga manusia akan mengetahui tentang keagungan

Allah. Maka manusia akan mengetahui kadar dirinya, yakni sebagai

seorang hamba yang berkewajiban untuk mengesakan Allah dalam

peribadatannya.

Ayat 3, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya (dan umatnya)

yang kedua kalinya, agar kita belajar dan membaca, ini menunjukkan

bahwa belajar membaca adalah amalan yang penting dan memiliki

kedudukan yang tinggi disisi Allah subhānahu wa ta`āla. Bahkan

Rasululloh menjadikan pembelajaran baca tulis sebagai tebusan, bagi

para tawanan quraisy yang tidak sanggup membayar tebusan. Meski

Nabi Muhammad sendiri ditakdirkan menjadi nabi yang umi (buta

huruf), beliau tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini untuk menolak

tuduhan dari orang-orang yahudi atau kristen, yang menuduh Nabi

Muhhamad hanya mengambil ajarannya dari kitab-kitab sebelumnya,

baik zabur, taurat maupun injil.

Allah telah memerintahkan untuk belajar membaca sebanyak

dua kali, yaitu dalam ayat pertama dan ayat ketiga, ini menunjukkan

bahwa dalam belajar itu dibutuhkan murōjaah, (mengulang-ulang

pelajaran). Karena terkadang manusia belum mampu memahami atau


61

mencerna sebuah ilmu pengetahuan melainkan setelah diulang-ulang

membacanya. Murojaah akan menguatkan ilmu yang telah dia pahami,

dan menjadikannya tidak mudah lupa. Dan mengulang-ulang pelajaran

merupakan langkah menuju kesuksesan.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Rabb yang

Maha Pemurah, Maha Mulia. Memberikan apa saja yang diminta oleh

hamba-hamba-Nya selama bukan perkara maksiat, baik dalam urusan

agama maupun dalam urusan dunianya. Jika manusia belajar ilmu

agama, maka Allah akan memberikan ilmu sebagaimana yang dia cita-

citakan; dan jika manusia belajar ilmu dunia, maka Allah akan

memberikan kepadanya ilmu dunia yang dia harapkan. Akan tetapi

orang yang belajar ilmu dunia saja, atau meniatkan belajarnya untuk

mendapatkan harta dunia maka dia tidak akan mendapatkan bagian

sedikitpun dunia akhirat, bahkan terancam dengan kehidupan di

neraka.

Allah tidak akan menghukum orang yang keliru, dipaksa atau

lupa; ini merupakan rahmat dan karunia Allah yang besar bagi hamba-

hamba-Nya. Sehingga jika kita keliru dalam belajar atau dipaksa

untuk belajar ilmu-ilmu yang sia-sia atau yang diharamkan, keliru

dalam mendiagnosa, keliru dalam memberi, atau keliru dalam hal lain

maka Allah tidak akan menyiksa atas hal tersebut.

Orang yang belajar ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu agama

maupun ilmu-ilmu umum jika diniatkan untuk mengejewantahkan


62

perintah Allah subhanahu wa ta`ala, untuk meneladani sunnah

Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam, dan untuk beribadah kepada

Allah dengan ikhlas, maka dia akan mendapatkan kemuliaan di dunia

dan di akhirat. Tapi sebaliknya jika dia meniatkan belajarnya hanya

untuk mendapatkan keduniaan semata, maka dia hanya akan mendapat

bagian di dunia dan tidak mendapatkan apa-apa di akhirat, bahkan

mendapat ancaman dengan neraka, wal `iyādzu billāh.

Termasuk perkara yang penting, seseorang senantiasa

meluruskan niatnya, ketika hendak belajar atau menghadiri majelis

ilmu untuk mengikhlaskan niatnya untuk mencari ridha Allah dan

menghilangkan niat atau keinginan yang bukan mencari ridha Allah.

Agar apa yang dilakukannya menjadi amal ibadah yang diterima dan

tidak mendatangkan dosa. Maka menjadi perkara yang penting, yaitu

selalu memperhatikan amalan hati, berupa keikhlasan dalam beribadah

kepada Allah.

Ayat 4, Allah mengabarkan bahwa Dialah Dzat yang telah

mengajarkan kepada umat manusia tulis menulis dengan perantaraan

qolam (pena atau yang semisal dengannya).

Yang semisal dengan qolam seperti pensil, kuas, spidol, kapur

tulis, alat pahat, keyboard, keypad dan lain sebagainya. Yang

menghasilkan tulisan-tulisan yang bermanfaat dan berguna bagi orang

lain. Adapun tulisan-tulisan yang mendatangkan madharat


63

(membahayakan) seperti tentang sihir, primbon (ramalan bintang) dan

yang semisalnya maka dilarang dalam Islam.

Ayat ini juga menunjukkan, bahwa menulis merupakan perkara

yang penting, dan dipelajari setelah manusia bisa membaca. Menulis

memiliki banyak faedah, diantaranya untuk menyampaiakan sesuatu

kepada orang lain, untuk mengabadikan sebuah peristiwa, dan yang

paling penting adalah untuk berdakwah ila (kepada, untuk, karena)

Allah dan mengajarkan manusia perkara yang bermanfaat.

Maka belajarlah menulis yang baik, membuat artikel atau buku

yang bermanfaat, sebagai sarana dakwah kepada Allah subhananhu

wa ta`ala. Karena tulisan yang bermanfaat akan menjadi amal jariyah,

yang pahalanya akan terus mengalir selama tulisan tersebut di

manfaatkan dan diamalkan ilmu yang di dalamnya.

Di dalam sebuah atsar disebutkan:

‫َقِيدُوا الِْعْلَم ِبالِْكَتَابِة‬


“Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.”89

Seorang ahli tafsir yang lainnya yaitu Imam Asy Syaukani

berkata di dalam kitab tafsirnya yang bernama Fathul Qadir: “Makna (

‫ )الَّ ِذي َعلَّ َم ِب ا ْلقَلَ ِم‬adalah mengajarkan tulisan kepada manusia dengan

perantara alat tulis. Dengan perantara itu dia akan mampu untuk

mengetahui segala tulisan.

89
Riwayat Al Hakim dari Umar bin Khaththab dan Anas bin Malik secara mauquf. Atsar
ini shahih
64

Az-Zujjaj berkata: “Mengajarkan manusia tulisan dengan alat

tulis.”

Qatadah berkata: “Alat tulis merupakan nikmat yang besar dari

Allah ‘azza wa jalla. Kalau bukan karena alat tulis, tidak akan tegak

agama dan tidak akan bagus kehidupan ini.”

Imam Asy-Syaukani berkata: “Allah juga telah mengingatkan

akan keutamaan ilmu tulis-menulis, karena ia mengandung manfaat

yang besar, yang tidak akan mampu mengetahui (seluruh manfaat)-

nya kecuali Dia (Allah) saja.

Tidaklah ilmu-ilmu dibukukan, hukum-hukum dikumpulkan,

sejarah dan perkataan orang-orang masa dahulu diteliti, dan kitab-

kitab Allah yang diturunkan melainkan (semuanya) dengan tulisan.

Kalau bukan karena adanya tulisan, maka tidak akan tegak perkara

agama, begitu pula urusan dunia.”90

Maka seseorang tidak boleh meremehkan kegiatan menulis,

hendaklah berusaha meluangkan waktu untuk membaca, menelaah

dan menulis, dan menghormati karya orang lain. Menumbuhkan cinta

kepada ilmu dengan kegiatan senang membaca dan menulis. Semoga

menjadi orang yang sukses di dunia dan di akhirat.

Ayat 5, Allah subhanahu wa ta`ala mengkhabarkan, bahwa

Dialah yang mengajarkan manusia apa saja yang tidak diketahuinya,

maka mencakup seluruh ilmu pengetahuan, baik agama, akhlak, fisika,

matematika, logika, bahasa, teknik dan lain sebagainya.


90
Makalah ustadz Abdulloh, kajian tafsir surat al-Alaq-1-5.
65

Allah subhanahu wa ta`ala dalam mengajarkan ilmu kepada

manusia dengan 2 cara:

1) Dengan wahyu yang diturunkan kepada para nabi-Nya. Allah

mengajarkan semua ilmu yang diperlukan oleh hamba-hambanya

melalui para rasulnya, karena Allah lebih mengetahui apa yang

diperlukan hamba-hambanya, daripada pengetahuan hamba-

hamba terhadap keperluan dirinya sendiri. Maka kita wajib

membenarkan semua yang shahih dari Nabi kita, mempelajarinya,

meyakininya, mengamalkannya lalu mendakwahkannya. Karena

semua yang shahih dari nabi adalah wahyu dari Allah subhanahu

wa ta`ala. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman dalam surat an

najm ayat 3-4

ٌ ْ‫) ِإ ْن هُـ َو ِإالَّ َوح‬3( ‫َـن ْالهَـ َوى‬


)4( ‫ي يُوْ َحى‬ ِ ‫قع‬ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬

“Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya


(3); tidaklah yang disampaikan itu melainkan wahyu yang telah
diwahyukan kepadanya. (4)”91
Al-Qur`an dan al-Hadits merupakan wahyu yang bersumber

dari Allah subhanahu wa ta`ala. Oleh karenanya kita

berkewajiban untuk membenarkan seluruh berita di dalam al-

Qur`an dan juga membenarkan seluruh hadits yang shahih dari

rasululloh shalallahu `alaihi wa sallam. Karena menolak atau

mengkufuri satu kata di dalam al-Qur`an sama dengan megkufuri

seluruh al-Qur`an. Demkian juga jika seseorang menolak satu

91
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, QS. An-Najm: 3-4; hal. 871
66

kata dari hadits Nabi Muhammad shalalohu `alaihi wa sallam

yang shahih sama dengan telah menolak seluruh hadits

Rasulullah Shalallohu `alaihi wa sallam.

2) Dengan ilham, Allah memberikan ilham kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya, Dia membimbingnya untuk belajar, meneliti

hingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Maka semua ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan penelitian, percobaan,

diagnosa dan seterusnya sehingga mendapatkan suatu kesimpulan

atau ilmu pengetahuan, juga merupakan bentuk pengajaran dari

Allah. Maka anggapan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari

hasil penelitian semata atau percobaan yang berulangkali, tanpa

melibatkan campur tangan Allah adalah pendapat yang salah,

keliru dan bisa menghantarkan pada kekufuran.

Seharusnya orang yang berhasil menemukan sebuah ilmu

pengetahuan, menemukan sebuah teori, atau yang semisalnya,

menjadikan dia semakin dekat dengan Allah, banyak bersyukur

kepada Allah, semakin yakin akan keagungan dan kebesaran

Allah. Bukan sebaliknya, menjadi orang yang sombong dan

angkuh, lalu merendahkan orang lain.92

c. Analisis Tujuan Pendidikan dalam surat Al-`Alaq ayat 1-5

92
Merupakan hasil analisis penyusun dari tarjamah tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 hal. 503-505
67

Berdasarkan uraian tersebut di atas kita bisa mengambil faidah,

bahwa diantara tujuan pendidikan Islam dalam al-qur`an surat Al-

`Alaq 1-5 sebagai berikut:

1) Menjadi orang yang pandai membaca

Ini diambil dari lafazh “iqra” (bacalah) merupakan perintah

yang pertama kali turun kepada Rasululloh dan juga kepada

umatnya, dalam perintah ini terdapat faedah untuk menjadi orang

yang ahli dalam membaca, dan meliputi segala bentuk tulisan

yang bisa dibaca, baik tulisan arab, latin, jawa dan lain

sebagainya.

2) Menjadi orang yang bertauhid kepada Allah

Ini diambil dari lafal “bismi rabbikalladzī khalaq, khalaqal

insāna min `alaq”; dalam ayat ini terdapat penetapan tentang

tauhid rububiyah, dan merupakan kelaziman dari tauhid

rububiyah adalah bertauhid dalam uluhiyah. Ayat ini mewajibkan

agar hamba-hambanya senantiasa beribadah hanya kepada Allah

subhanahu wa ta`ala. Hal ini juga memberikan konsekwensi

wajibnya kita meninggalkan segala peribadatan kepada selain

Allah.

3) Menjadi orang yang ahli menulis

Tujuan ini diambil dari “alladzī `allama bilqalam”, bahwa

Allah telah mengajarkan kepada manusia untuk menulis dengan

pena, menggoreskan pena, sehingga menjadi ahli dalam menulis


68

atau ahli dalam melukis. Maka menjadi kewajiban bagi kita untuk

belajar menulis dan menggambar yang diperbolehkan dalam

syariat.

4) Menjadi orang yang mulia

Tujuan ini diambil dari firman Allah “wa rabbukal akram”,

sifat mulia merupakan salah satu dari sifat Allah swt, yaitu sifat

yang sempurna tidak mengandung cela dan kekurangan; berbeda

dengan makhluknya yang memiliki sifat yang terbatas dan

memiliki kekurangan. Maka apabila hamba-hamba Allah meniru

atau menyerupai sifat-sifat Allah, insya Allah akan menjadi orang

yang memiliki sifat yang tinggi. Ketika kita meniru sifat mulia

Allah swt, insya Allah kita juga akan menjadi orang yang mulia.

Inilah yang menjadi syahid dalam tujuan ini.

5) Menjadi orang berilmu pengetahuan

Tujuan ini diambil dari firman Allah “`allamal insāna mā

lam ya`lam”; dimana Allah telah mengajarkan kepada manusia

segala ilmu pengetahuan, maka kita sebagai hamba-hambanya

wajib untuk menuntut, menggali ilmu-ilmu yang telah Allah

ajarkan tersebut, dan berusaha untuk mengetahui perkara yang

belum kita ketahui. Dengan demikian maka insya Allah kita akan

menjadi orang-orang yang berilmu, yang takut hanya kepada

Allah SWT.

6) Menjadi orang yang peduli sesama insan


69

Tujuan ini diambil dari firman Allah subhanahu wa ta`ala

“`allamal insāna mā lam ya`lam”; Allah adalah Dzat yang telah

peduli kepada manusia, dengan mengajarkan kepada manusia

ilmu yang manusia belum mengetahuinya. Maka kita sebagai

hambanya, perlu mencotoh dan meneladani dengan apa yang telah

Allah lakukan kepada umat manusia, peduli kepada umat

manusia, kitapun harus punya sikap peduli kepada sesama

manusia.

d. Analisis Konsep Pendidikan Islam berdasarkan surat al-Alaq 1-5:

Berikut pembahas sampaikan konsep pendidikan Islam

berdasarkan Quran surat al-Alaq ayat 1-5, sebagai berikut:

1) Mencari tempat yang tenang, nyaman untuk belajar, yang jauh dari

kebisingan dan kemaksiatan.

Konsep ini diambil dari kisah asbabun nuzulnya, tatkala Nabi

shalallahu `alaihi wa sallam pergi ke gua Hira untuk bertahanuts

yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta`ala. dalam rangka

mencari ilham atau jalan keluar dari problematika yang terjadi pada

kaumnya, yaitu zaman jahiliyah.

2) Belajar memerlukan persiapan perbekalan yang cukup,

pengorbanan harta, waktu dan jiwa.

Konsep ini diambil dari kisah asbabul nuzulnya, tatkala nabi

membawa perbekalan yang cukup ke gua Hira. Nabi shallallohu

`alaihi wa sallam beberapa kali mondar-madir dari rumah ke gua


70

Hiro guna menambah perbekalan yang sudah menipis. Hal ini

berbeda dengan yang difahami sebagiaan orang, yaitu mencari

wangsit atau ilham dengan cara bertapa di gua-gua yang jauh dari

keramaian, tidak makan dan minum.

3) Jika bekal yang sudah dipersiapkannya sudah habis, maka

dianjurkan untuk mencari bekal yang semisal, lalu kembali

meneruskan studinya.

Konsep ini diambil dari kisah asbabun nuzulnya, yaitu tatkala

nabi kehabisan bekal, lalu beliau pulang ke rumah lalu mengambil

perbekalan yang serupa, lalu melanjutkan peribadatannya. Para

pelajar yang kehabisan bekal hendaklah cuti belajar dahulu,

mencari tambahan bekal untuk studiya, setelah mendapatkan bekal

yang cukup, silakan melanjutkan studinya kembali. Atau dia

mencari kafil, orang yang bersedia membantu pembiayaan

studinya.

4) Belajar kepada orang yang ahli dalam bidangnya dan amanah

dalam penyampaiannya.

Konsep ini diambil dari kisah awal turunnya wahyu, yaitu

kepada malaikat Jibril. Malaikat Jibril adalah malaikat yang

dipercaya untuk menyampaikan wahyu (ilmu dari Allah subhanahu

wa ta`ala). Belajar ilmu apapun harus kepada ahlinya, sehingga

mampu mengambil manfaat secara maksimal dari ilmu tersebut.


71

Jika mengambil ilmu dari yang bukan ahlinya, akan banyak

kekeliruannya dan akan membahayakan dirinya dan orang lain.

5) Belajar itu dimulai dari belajar membaca.

Konsep ini diambil dari kisah turunnya wahyu, dan perintah

Allah yang pertama kali kepada nabi-Nya; yaitu perintah untuk

membaca. Belajar membaca dan membaca yang bermanfaat untuk

kehidupan dunia dan akhirat merupakan salah satu dari bentuk

beribadah kepada Allah subhanahu wa ta`ala. Membaca juga akan

menguatkan ilmu yang telah didapatnya, memperluas ilmu

pengetahuannya, mampu bersikap lebih arif dan bijaksana.

6) Ilmu yang paling penting dan segera untuk dipelajari adalah

ma`rifatulloh (ilmu tentang Allah), kemudian baru ilmu-ilmu yang

selainnya.

Konsep ini diambil dari ayat 1, yaitu bacalah dengan nama

Rabbmu, maknanya mempelajari asma`ul husna wa sifatul `ula

(nama-nama Allah yang maha Indah dan sifat-sifat Allah yang

maha tinggi). Ilmu ini akan menguatkan dan memantapkan

keimanan seseorang kepada Allah subhanahu wa ta`ala. Pepatah

bangsa kita, mengatakan “Tak kenal maka tak sayang”. Maka

bagaimana seseorang akan percaya atau yakin jika dia tidak

mengenalnya.

7) Mempelajari proses penciptaan manusia dari awal penciptaan

hingga sempurna penciptaannya.


72

Konsep ini diambil dari ayat 2, Allah menyebutkan salah satu

proses penciptaan, dan mengisyaratkan agar mempelajarinya secara

lengkap dan sempurna. Hal ini meliputi proses penciptaan nabi

Adam dari tanah dan perkembang biakan anak cucu adam dengan

bertemunya sperma laki-laki dan sel telor perempuan. Bagaimana

perkembangan janin dalam alam kandungan hingga terlahir ke

dunia.

8) Mempelajari semua ilmu yang bermanfaat untuk agama dan

dunianya semampunya.

Konsep ini diambil dari ayat 3, bacalah (pelajarilah), dan

Allah tidak menyebutkan apa yang dibaca atau dipelajari, maka hal

ini mencakup semua ilmu yang mampu dia pelajarinya. Ini

sebagaimana seseorang berkata, siapa yang sakit silakan berobat,

maka akan meliputi orang yang sakit apapun, karena pembicara

tidak menyebutkan nama penyakit yang harus diobati.

9) Belajar menjadi orang yang dermawan dan mulia.

Konsep ini diambil dari ayat 3, dan Rabbmu adalah Dzat yang

maha mulia. Orang yang belajar ilmu yang bermanfaat lalu

mengajarkannya, pada hakekatnya dia telah berderma dengan

ilmunya, dia juga berusaha untuk memberikan teladan bagi orang

lain, hal ini mampu menghantarkannya untuk menjadi orang yang

mulia.
73

10) Belajar menulis setalah belajar membaca, belajar segala bentuk

macam tulisan yang mampu dipelajarinya.

Konsep ini dimabil dari ayat 4, yaitu Dzat yang telah

mengajarkan dengan perantaraan qolam (alat tulis). Perintah

menulis disampaikan seelah perintah membaca, ini menunjukkan

bahwa cara belajar yang bagus, dimulai dari belajar membaca lalu

belajar menulis. Menulis merupakan ibadah yang besar, hasil

tulisan yang bermanfaat bisa menjadi amal jariyah.

11) Mempelajari ilmu Allah yang berupa wahyu yang diturunkan

kepada nabi Muhammad (al-Qur`an dan as-Sunnah), lalu

mempelajari ilmu berupa ilham yang diberikan kepada manusia

(hasil penelitian). Yang keduanya saling bersesuaian dan tidak

bertentangan.

Konsep ini diambil dari ayat yang ke-5, yaitu Allah

mengajarkan kepada manusia apa saja yang belum diketahuinya.

Ayat ini menunjukkan pentingnya berusaha untuk mendpatkan

ilmu, baik ilmu soaial, ilmu teknologi, ilmu kedokteran dan lain

sebagainya, guna kesejahteraan umat manusia. Perintah ini setelah

Allah memerintahkan mempelajari apa yang telah

diwahyukannya. Karena sember ilmunya sama, yaitu dari Allah,

maka tidak ada pertentangan antara ilmu dari wahyu dengan ilmu

dari hasil penelitian.


74

12) Belajar secara bertahap, sedikit demi sedikit, setingkat demi

setingkat, dari yang paling ringan kepada yang paling berat.

Konsep ini diambil dari rangkuman ayat 1-5, yaitu dari

perintah membaca, menulis kemudian melakukan penelitian dan

mendapat suatu kesimpulan.

3. Analisis Relevansi konsep Pendidikan Islam dalam surat al-`Alaq 1-5

tersebut dengan pendidikan modern

Relevansi konsep Pendidikan Islam dalam al-Qur'an Surat al-'Alaq

ayat 1 – 5 dengan pendidikan modern adalah :

a. Pendidikan dan pengajaran merupakan ilmu yang sangat penting

dalam kehidupan umat manusia.

Hal tersebut dibuktikan, bahwa surat yang pertama kali turun

kepada Nabi Muhammad adalah surat al-`alaq yang memerintahkan

kepada Nabi Muhammad shalallahu `alaihi wa sallam dan umatnya

untuk belajar dan berpendidikan. Dan tujuan utamanya adalah guna

mensukseskan, membahagiakan kehidupan manusia di dunia hingga di

akhirat.

b. Hendaklah pendidikan dilakukan dengan Ikhlas lillahi ta`ala, bekerja

tanpa pamrih kecuali kepada Allah semata.

Relevansi ikhlas antara konsep pendidikan Islam dalam Surat

al-'Alaq ayat 1 dengan pendidikan modern. Allah memerintahkan

mengawali membaca dengan nama Allah; dan membaca atau belajar

merupakan perintah Allah. Maka apa saja yang diperintahkan Allah


75

adalah amal Ibadah. Dan amal ibadah akan diterima Allah jika

dilakukan dengan Ikhlash lillahi ta`ala. Dan ibadah agar diterima di

sisi Allah hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh, khidmat,

sabar, teliti, ulet dan semangat.

c. Waktu belajar dan mengajar adalah Seumur Hidup

Allah memerintahkan belajar dalam Surat al-'Alaq, yaitu tanpa

menyebutkan batasan seseorang harus belajar. Hal ini menunjukkan

bahwa belajar itu tidak dibatasi waktunya. Dengan demikian, manusia

perlu belajar dari lahir sampai ajalnya tiba.

d. Efektifitas Pendidikan

Di dalam Surat al-'Alaq, Allah menginformasikan perintah

belajar, menyebutkan asal kejadian manusia, mengajari menulis, dan

mengajari ilmu pengetahuan, maka jika manusia melakukan aktifitas

sebagaimana yang Allah syariatkan, akan mendapat ilmu yang banyak

dan bermanfaat. Sehingga dengan ilmu yang banyak dan bermanfaat

kehidupannya akan terasa lebih efektif dan efisien.

Pendidikan modern akan berhasil dengan gemilang, jika

metode pembelajarannya di mulai dari mengenal penciptanya,

kemudian mengenal dirinya, kemudian mengenal lingkungannnya.


76

e. Konsep Pengulangan dalam belajar/pembiasaan

Di dalam surat al-'Alaq ayat 1 – 5 terdapat lafadh ‫اق\\رأ‬

(Bacalah) lebih dari satu kali. Di sini mengandung konsep, bahwa

diantara konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan

pengulangan. Untuk mempelajari materi sampai pada taraf yakin

siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah

penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang

materi yang dipelajari sehingga materi tesebut makin mudah diingat.

Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi makin segar dalam

pikiran siswa. Terkadang pengulangan tidak cukup dua kali, bisa tiga

atau empat bahkan beberapa kali hingga mendapat ilmu yang yakin,

yang tidak mudah lupa.

f. Konsep menuntun peserta didik dalam menghafal ayat.

Jibril menuntun Nabi Muhammad shallalahu `alaihi wa sallam,

sehingga nabi mampu menghafal al-Qur`an secara keseluruhan, 30

juz. Ini merupakan salah satu dari proses pembelajaran, yang sangat

cocok dalam menghafal kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan atau

yang semisal dengannya. Seperti menghafal teks pancasila, teks UUD

45, dan lain sebagainya.

Dalam konsep ini juga terkandung konsep keteladanan, karena

siswa akan meneladani, meniru apa saja yang disampaikaan oleh

pendidiknya. Hal ini menunjukkan pentingnya seorang pendidik

menjadi suri tauladan dalam kebaikan bagi peserta didiknya.


77

g. Konsep belajar itu dengan cara bertahap dan berjenjang sesuai usia

dan kemampuan peserta didik.

Relevansi ini dilihat dari makna yang terkandung secara

keseluruhan dari surat al-`Alaq 1-5, yang menunjukkan pentingnya

belajar secara bertahap dan berjenjang berdasarkan usia dan

kemampuan peserta didik.


78

Bab IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uraian dalam pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Asbabun Nuzul, hadits Aisyah menyebutkan, bahwa permulaan

wahyu kepada Nabi Muhammad adalah ru`yah shadiqah, yaitu

mimpi melihat terbit fajar shubuh, kemudian nabi bertahanuts

(menyendiri) di Gua Hira dengan berbekal, hingga dating

Malaikat Jibril dan memerintahkan untuk membaca, lalu Jibril

membacakan surat al-Alaq 1-5, kemudian Nabi pulang ke

rumahnya dengan gemetaran, lantas Khadijag menenangkannya,

kemudian membawanya ke Waraqah bin Naufal guna

meyakinkan pendapatnya.

2. Konsep pendidikan Islam yang terkandung dalam surat al-`alaq

1-5 adalah:

a) Mencari tempat yang tenang dan nyaman untuk belajar, jauh

dari kebisingan dan kemaksiatan

b) Pentingnya perbekalan yang mamadai dalam belajar

c) Berusaha menambah perbekalan dalam belajar

d) Memilih guru yang ahli dalam bidangnya

e) Mengawali belajar dengan belajar membaca

f) Pentingnya mengenal Allah subhananhu wa ta`ala

g) Pentingnya mengenal diri sendiri


79

h) Belajar ilmu yang bermanfaat bukan yang merusak

i) Belajar menjadi dermawan dan mulia

j) Pentingnya belajar menulis

k) Pentingnya mempelajari al-Qur`an dan as-Sunnah

l) Belajar secara bertahap dan bertingkat/berjenjang

3. Relevansi konsep pendidikan Islam dalam surat al-`alaq 1-5

dengan konsep pendidikan modern adalah:

a) Pendidikan dan pembelajaran merupakan perkara yang

penting dalam kehidupan.

b) Pendidikan dilakukan dengan ikhlas dan tanpa pamrih kecuali

pahala dari Allah.

c) Belajar adalah seumur hidup

d) Efektifitas pendidikan dimulai dari mengenal Allah,

mengenal diri sendiri dan mengenal lingkungan.

e) Konsep pembiasaan atau pengulangan materi ajar

f) Menghafal dengan dituntun

g) Belajar dengan berjenjang dan bertahap

B. Saran

Penyusun berharap, kepada kaum muslimin untuk berusaha

mengimplementasikan perintah Allah yaitu dengan rajin membaca dan

menulis. Sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi islam

dan kaum muslimin.


80

C. Kata Penutup

Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penyusun dan

kaum muslimin secara umum. Dan semoga Allah senantiasa

membimbing kita di jalan yang lurus, mengampuni dosa-dosa kita,

menerima amal shalih kita. Wa shalallahu `ala nabiyina Muhammadin

wa `ala alihi wa shahbihi ajma`in.

Anda mungkin juga menyukai