Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR RESEPETIF AL QUR’AN (al-alaq: 1-5,ali imron:


190-191,at taubah: 122,al ankabut:19-20)

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah tafsir tarbawi

Dosen pengampu: MAHBUB JUNAIDI,M.Th.I

Dibuat Oleh;

NOR LATHIFAH (22051132)

TITIK INDAH LAKSMANA (22051122)

DIMAS ALFIANSYAH (22051058)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang menciptakan
alam semesta dan seisinya, karena berkat limpahan rahmat, taufik, serta inayah-Nya,
sehingga kami dari Kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
berjudul “

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah tidak lain untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Islam dan juga merupakan bentuk
tanggung jawab kami (Kelompok 4) pada tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini,
kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak selaku dosen mata
Sejarah Pendidikan Islam

Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, kami sadar bahwasanya kami
hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT sehingga dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan senantiasa kami terima sebagai upaya evaluasi diri dan perbaikan ke
depan. Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa di balik tidak kesempurnaan
penyusunan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan suatu hal yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi kami selaku penyusun, bagi pembaca,
dan bagi seluruh mahasiswa Unisda Lamongan.

Penulis:

Kelompok 2

Lamongan, 22 maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belkang……………………………………………………………………..

B.Tujuan penulsan………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

a.Defnisi beljar dan mengajar……………………………………………………..

b.Tafsir ayat al qur’an surat Al alaq 1-5…………………………………………..

c.QS. Surat ali imron 190-191……………………………………………………..

d.QS. At taubah 122………………………………………………………………..

e.QS Al ankabut 19-20……………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

a.Kesimpuan…………………………………………………………………………

b.Saran……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
I.PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan
alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah
diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Manusia merupakan
makhluk Allah yang memiliki kelebihan dan keistimewaan dibanding makhluk Allah yang
lain.1 Manusia diberikan potensi berupa akal untuk berpikir. Dengan potensi itu
manusia diangkat sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.2 Manusia dengan potensi
akalnya dapat

melakukan berbagai eksperimen, menganalisis, merenungkan, menunjukan alasan-


alasan, membuktikan sesuatu, menggolong - golongkan, membandingkan, menarik
kesimpulan, dan membahas secara realitas.3 terhadap permasalahan yang
mengharuskan ia berpikir. Dalam proses berpikir atau bernalar merupakan bentuk
kegiatan manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan ini dapat dikatakan sebagai
bentuk proses belajar dan pembelajaran.

B.TUJAN PENULISAN

Makalah ini kami buat untuk memenuhi Tugas Agama Islam dimana yang Insya
Allah akan dipresentasikan untuk bahan diskusi menjelang semester genap 2023/2024.
Ada pun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu kewajiban belajar mengajar
presepektif al qur an
II PEMBAHASAN

a.Definisi Belajar dan Mengajar

Pengertian belajar sangatlah bermacam-macam, karena persepsi setiap


orang pasti berbeda-beda mengenai pengertian belajar, namun Edu-Riligia:
Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan Ayilzi Putri: Perintah Belajar dan
Mengaja 162 memiliki kesamaan. Belajar adalah suatu proses kegiatan dan
bukan suatu tujuan atau hasil. Belajar bukan hanya untuk mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukanlah suatu penguasaan
hasil latihan melainkan perubahan perilaku.(Hamalik, 2009, p. 27) Dalam definisi
lain, term belajar dimaknai sebagai usaha untuk merubah sikap dan tingkah laku
melalui berbagai kegiatan, seperti membaca, menyimak, mengobservasi, dan
sebagainya.(Hamzah, 2009, p. 186) Definisi belajar menurut Hintzman adalah
suatu transformasi yang terjadi pada diri manusia dikarenakan oleh kejadian
yang mempengaruhi perilaku manusia tersebut.(Sagala, 2022) Imam Al-Ghazali
memberikan pandangannya terkait belajar yaitu sebagai suatu aktivitas fisik
untuk memahami makna sesuatu sebagai usaha membentuk akhlak yang baik
guna mendekatkan diri kapada Allah Swt. agar selamat dunia dan akhirat. Al-
Ghazali memberikan pernyataan bahwa wajib hukumnya bagi setiap muslim
untuk mencari ilmu dan pengetahuan agama yang benar.(Hermawan, 2014)
Belajar ialah sebuah aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,
mengembangkan bakat dan keterampilan, merubah tingkah laku dan
menguatkan kepribadian yang baik sebagai hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan. Di dalam proses tersebut terjadi perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu.(Harahap et al., 2022, p. 1) Dalam konteks belajar tidak dapat
dipisahkan dengan istilah mengajar. Menurut Darmono mengajar diartikan
sebagai sebuah aktivitas yang dilaksanakan oleh pendidik dengan sedemikian
rupa, hingga terjadi perubahan pada perilaku peserta didik ke arah yang lebih
baik.(Harahap et al., 2022, p. 6) Mengenai term mengajar diartikan sebagai
upaya yang dilakukan agar proses kegiatan pembelajaran berjalan dengan
kondusif. Dalam hal ini terjadi transfer of knowledge antara pendidik kepada
peserta didik.(Hamzah, 2009, p. 186) Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
term belajar dan mengajar tidak dapat dipisahkan karena memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lain. Mengajar merupakan proses pentransferan ilmu
yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik sehingga diperoleh
pengetahuan, penguasaan keterampilan dan bakat, serta terbentuknya
kepribadian serta sikap pada peserta didik. Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan
Islam dan Keagamaan Ayilzi Putri: Perintah Belajar dan Mengaja 163 Perintah
belajar dan mengajar adalah instruksi dan tindakan yang diberikan dalam agama
Islam untuk mencari ilmu dan menyampaikan pengetahuan kepada orang lain.
Ini merupakan tugas penting dalam mengembangkan pemahaman agama,
memperkuat iman, dan membentuk komunitas yang berpengetahuan. Perintah
belajar dan mengajar dalam Islam dipandang sebagai perintah Allah Swt. dan
sunnah Nabi Muhammad saw. Ini berfungsi sebagai landasan untuk
mengembangkan pengetahuan agama, meningkatkan kesadaran spiritual, dan
membentuk masyarakat yang penuh dengan pemahaman dan amal yang baik.
Praktik belajar dan mengajar secara terus-menerus diharapkan dapat membantu
umat Muslim memperoleh keberkahan di dunia dan akhirat, serta berkontribusi
pada kemajuan umat manusia secara keseluruhan.

b.Tafsir Ayat Kewajiban Belajar Mengajar (AL ALAQ 1-5)

. QS. Al „Alaq ayat Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”
Kata qara‟ di ayat pertama secara harfiah berarti menghimpun huruf-huruf dan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Menurut Al Maraghi, ayat
tersebut dapat diartikan “jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat
kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun
sebelumnya engkau tidak dapat melakukannya”. Pada ayat tersebut, Allah SWT
menyuruh Nabi Muhammad SAW agar membaca. Makna membaca secara
luas bisa diartikan membaca ayat-ayat Allah yang tertulis dalam Al Qur‟an
maupun yang tidak tertulis yang ada di jagat raya, dan pada diri manusia.
Membaca ayat-ayat Allah dalam Al Qur‟an dapat menghasilkan ilmu agama
Islam seperti Tauhid, Fiqih, Akhlak dan sebagainya. Membaca ayat-ayat Allah
yang ada di jagat raya menghasilkan sains, seperti fisika, biologi, kimia,
astronomi, botani, dan sebagainya. Dan membaca ayat-ayat Allah yang ada
dalam diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains sepert ilmu
kedokteran dan ilmu tentang raga, dari segi tingkah laku manusia, dapat
menghasilkan ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan sebagainya. Sedangkan dari
segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa. Dengan demikian ayat-ayat Allah
merupakan objek ontologi seluruh ilmu, sehingga pada hakikatnya ilmu adalah
milik Allah, yang dimanfaatkan oleh manusia dengan tujuan untuk mengenal
dan mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah. Jadi dapat disimpulkan ayat
pertama dari surat Al „Alaq terkait erat dengan objek, sasaran, dan tujuan
pendidikan. Selanjutnya menurut Al Maraghi di ayat kedua dijelaskan bahwa
Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk
yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al qudrah) untuk
berasimilasi 4 dengan segala sesuatu yang ada di alam jagat raya yang
selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk
yang sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan
Allah itu telah diperlihatkan ketika Dia memberikan kemampuan membaca
kepda Nabi Muhammad SAW, sekalipun sebelum itu Ia belum pernah belajar
membaca. Ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal-
usul dan proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam
dirinya. Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh
para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan
berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi
pendidikan, dan metode pendidikan. Kata iqro‟ di ayat ketiga menurut Al
Maraghi didasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas
dalam jiwa, kecuali dengan dengan diulang-ulang dan membiasakannya
sebagaimana berlaku dalam tradisi. Kata iqra‟ secara luas mengaandung arti
mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa,
menyimpulkan, dan membuktikan. Pengertian ini terkait dengan proses
mendapatkan dan memindahkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat ini
erat kaitannya dengan metode pendidikan. Terakhir, menurut Al Maraghi ayat
keempat dan kelima menjelaskan tentang bahwa Dia-lah Allah yang
menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami
sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan. Dengan
bantuan al qalam manusia dapat memahami yang sulit. Pada perkembangan
selanjutnya, pengertian al qalam ini tidak terbatas hanya pada alat tulis, namun
secara substansial al qalam mengandung arti yang berkaitan dengan segala
sesuatu sebagai alat penyimpanan, perekam seperti kamera, alat perekam
berupa recording, penyimpan data seperti komputer, mikro film, dan video
compact disk (VCD). Sehingga ayat ini berkaitan dengan teknologi pendidikan
yang digunakan manusia untuk memahami ilmu pengetahuan.
c. QS. Al Imron ayat 190-191

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


begantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bangi orang-orang yang
berakal : yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata) : „‟ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau , maka perliharalah kami dari siksa
neraka (QS, Ali-Imran (3) : 190- 191)”. Di dalam surat ini dijelaskan bahwa
dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. Ulul albab menurut
Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki
kecerdasan. Yaitu mereka yang tidak pernah terputus dari berdzikir
mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka, melalui lisan, hati dan jiwa
mereka. Mereka juga memahami semua hikmah yang terkandung di
dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-
Nya, pengetahuan-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-Nya. 7 Sedangkan menurut
Al Maraghi ulul albab adalah orang yang mampu mempergunakan fungsi
berpikir yang terdapat pada ranah kognitif, dan fungsi mengingat yang
terdapat pada ranah afektif. Pemahaman yang tepat terhadap fungsi akal
dan peran akal ini dapat dijadikan titik tolak dalam merumuskan
masalahmasalah dalam pendidikan, terutama masalah tujuan dan kurikulum
pendidikan.
d. QS. At Taubah ayat 122

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi


(kemedan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya”. Dalam ayat ini, Allah menerangkan
bahwa tidak semua orang mukmin harus berangkat ke medan perang, bila
peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin saja. Ibnu
Katsir menjelaskan, mereka yang tidak berangkat berperang itu dimaksudkan
agar belajar dari Rasulullah SAW. Ketika pasukan telah kembali, maka
mereka yang belajar mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan
ayat-ayat Al Qur‟an kepada Rasulullah dan telah kami pelajari.” Mereka
kemudian mengajari pasukan itu. “Liyataqqahuu fiddiin” maknanya, agar
mereka mempelajari apa yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya. Menurut
Al Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban mem perdalam
ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta
mengajarkannya kepada manusia . Dalam buku “Al Qur‟an dan Tafsirnya”
yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI, dijelaskan tidak setiap orang
Islam mendapat kesempatan untuk menuntut dan mendalami ilmu
pengetahuan serta mendalami ilmu agama, karena sibuk dengan tugas di
medan perang, di ladang, di pabrik, di toko dan sebagainya. Oleh sebab itu 8
harus ada sebagian dari umat Islam yang menggunakan waktu dan
tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama, agar
kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka dapat
menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah Islamiyah dengan
cara dan metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih baik pula.
e. QS. Al Ankabut ayat 19-20

Artinya: ”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah


menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya
(kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu” Ayat ini menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah
menjelaskan bahwa mereka telah melihat dan mengetahui bahwa Allahlah
yang mengawali penciptaan, kemudian Dia akan mengembalikan penciptaan
itu. Maka bagaimana mungkin mereka mengingkari kebangkitan di hari akhir
untuk dihitung dan diberi balasan? Sesungguhnya pengembalian penciptaan
sangatlah mudah bagi Allah. Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang
yang mendustaakan itu, “Berjalanlah kalian di muka bumi, dan perhatikanlah
bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada di dalamnya. Dan lihatlah
bekas orang-orang sebelum kalian yang ada di sana, setelah mereka mati
dan rumah-rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah bahwa Allah akan
mengembalikan itu semua dengan kekuasaan-Nya di akhirat nanti dengan
kebangkitan, yaitu penciptaan kembali. Begitu pula keadaan kalian.
Sesungguhnya Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.
“ 9 Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah memerintahkan pada
manusia untuk berjalan di muka bumi guna menyingkap proses awal
penciptaan segala sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda mati.
Sesungguhnya bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara lapisan-
lapisan bumi dan permukaannya. Maka dari itu, bumi merupakan catatan
yang penuh dengan sejarah penciptaan, mulai dari permulaannya sampai
sekarang
BAB III

PENUTUP
a . Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar


adalah kewajiban bagi setiap muslim, Al-Qur‟an menjelaskan tentang
kewajiban belajar mengajar yaitu:

1. QS. Al „Alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca dan mengkaji ilmu.

2. QS Ali Imran ayat 190-191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal
dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.

3. QS At Taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu


yang bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.

5. QS Al Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan


observasi lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung
pembelajaran.

b.Saran

Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat memberi


pemahaman lebih mendalam tentang pendidikan,yang berkaitan kewajiban
belajar dan mengajar yang terkandung dalam Al Qur‟an. Penulis
menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dari segi isi,
penulisan, maupun tata bahasa yang digunakan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam
makalah ini maupun makalah selanjutn.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2019. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi‟i. Abdullah, M. 2019. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Bogor: Pustaka Imam
Asy-Syafi‟i. https://pecihitam.org/surah-al-ankabut-ayat-19-23-terjemahan-
dan-tafsir-al-quran Nata, Abuddin. 2017. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai