BAB I
PENDAHULUAN
3
“Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” n.d., 3.
4
Kustiadi Basuki, “Pembelajaran Kurikulum 2013 PAUD Berbasis Pendekatan Saintifik,” ISSN 2502-3632
(Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta 53, no. 9 (2019): 1689–1699, www.journal.uta45jakarta.ac.id. hlm 4-5
3
5
“Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini,” n.d.
6
“Departemen Pendidikan Nasional,” 2002, 21.
7
Basuki, “Pembelajaran Kurikulum 2013 PAUD Berbasis Pendekatan Saintifik.”hlm 19
4
8
H Krombholz, “Physical Performance in Relation to Age, Sex, Birth Order, Social Class, and Sports
Activities of Preschool Children.,” SAGE Journals 102, no. 2 (2006): 477–484.
9
W. J. Noll, R. B., Robert A., Z., Fitzgerald, H. E., & Curtis, “Cognitive and Motoric Functioning of Sons of
Alcoholic Fathers and Controls: The Early Childhood Years.,” Journal TOC: Developmental Psychology 28,
no. 4 (1992): 665–675.
10
M. Astuti, “Implementasi Program Fullday School Sebagai Usaha Mendorong Perkembangan Sosial
Peserta Didik TK Unggulan Al-Ya’lu Kota Malang.,” Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan 1,
no. 2 (2013): 133–140.
11
F. Venetsanou, “Environmental Factors Affecting Preschoolers’ Motor Development.,” Early Childhood
Education Journal 37, no. 1 (2010): 319–327.
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Di
Kabupaten Majalengka ?
2. Bagaimana Implementasi Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
Berorientasi Peningkatan Kemampuan Kognitif Dan Sosial Keagamaan
Anak Di Kabupaten Majalengka ?
3. Bagaimana Dampak Implementasi Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Sosial Keagamaan Anak
Di Kabupaten Majalengka ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Manajemen Kurikulum Pendidikan
Anak Usia Dini Di Kabupaten Majalengka.
2. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Implementasi Kurikulum Pendidikan
Anak Usia Dini Berorientasi Peningkatan Kemampuan Kognitif Dan
Sosial Keagamaan Anak Di Kabupaten Majalengka.
3. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Dampak Implementasi Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif
dan Sosial Keagamaan Anak Di Kabupaten Majalengka ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat memberi kontribusi pemikiran bagi kajian lebih lanjut tentang
implementasi kurikulum PAUD.
b) Dapat dijadikan salah satu tambahan khazanah ilmu pengetahuan
menyangkut implementasi kurikulum PAUD.
c) Dapat dijadikan rujukan dalam penerapan implementasi kurikulum
PAUD.
2. Manfaat Praktis
a) Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dan semua pihak yang
berkepentingan.
7
Implementasi Manajemen
Kurikulum
1.Pengorganisasian kurikulum 2.
Implementasi kurikulum
3. Evaluasi kurikulum
Peningkatan kemampuan
kognitif dan social keagamaan
anak
F. Penelitian Terdahulu
1. Sutarmi (2015). Jurnal yang berjudul “Implementasi Manajemen
Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Di Ra Miftahul Ulum Ketangi
12
Probolinggo.”
Dalam Penelitian ini proses analisis data dilakukan dengan
verifikasi terhadap data yang telah terkumpul. Verifikasi tersebut
dilakukan dengan metode triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa manajemen kurikulum di RA Miftahul Ulum. Ketangi yang
meliputi perencanaan kurikulum telah berjalan dengan baik meskipun
masih ditemui sedikit kendala antara lain adanya sulitnya memahami
RKM untuk dijadikan RKH, kurangnya kreatifitas guru dalam
pembelajaran, perlunya dukungan sarana yang memadai, dan menetapkan
evaluasi. Perencanaan kurikulum dilakukan secara keseluruhan mulai dari
pembuatan PROTA, PROMES, RKM dan RKH. Berdasarkan hasil
penelitian ini, ada beberapa saran, yaitu: (1) bagi kepala sekolah, guru
dan siswa hendaknya selalu berupaya untuk ikut serta dalam
meningkatkan kualitas pendidikannya semaksimal mungkin.(2) bagi
penelitian lanjutan, hendaknya hasil penelitian ini dijadikan sebagai
tambahan reverensi dan diharapkan dapat dilakukan penelitian yang
lebih baik dan sempurna tentang Manajemen Kurikulum PAUD.
2. Muhammad Khoiruzzadi, Mabid Barokah, Aisiyatin Kamila. (2020) .
Jurnal yang berjudul “Upaya Guru Dalam Memaksimalkan Perkembangan
Kognitif, Sosial Dan Motorik Anak Usia Dini”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru dalam
menumbuhkankembangkan potensi anak, dan ingin mengetahui hambatan
12
Sutarmi, “Implementasi Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Di Ra Miftahul Ulum Ketangi
Probolinggo.,” Jurnal Program Studi PGRA 1, no. 2 (2015): 161.
9
13
Muhammad Khoiruzzadi, Mabid Barokah, and Aisiyatin Kamila, “Upaya Guru Dalam Memaksimalkan
Perkembangan Kognitif , Sosial Dan Motorik Anak Usia Dini” (2020): 40–51.
10
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab
yaitu sebagai berikut :
14
Syarifah Zahra and ; Nurhayati Djamas, “Penerapan Kebijakan Kurikulum PAUD Dalam Pembelajaran
Nilai Agama Moral,” Jurnal AUDHI, 1, no. 2 (2019): 1.
11
Bab Pertama tentang pendahuluan dimana dalam bab ini terdapat sub
bab yaitu : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kerangka Pemikiran, Penelitian Terdahulu dan Sistematika
Penulisan.
Bab Kedua tentang landaan teori Implementasi Manajemen Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini Dan kemampuan Kognitif Dan Sosial Keagamaan
Anak. Pada bab kedua ini akan mengulas tentang: Implementasi Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini yang mencakup :
Implementasi Kurikulum; 1) Pengertian Implementasi, 2) Pengertian
Kurikulum. Manajemen; 1) Pengertian Manajemen 2) Pengertian Manajemen
Kurikulum, 3) Implementasi Manajemen Kurikulum, 4) Ruang Lingkup
Manajemen Kurikulum, 5) Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); 1) Pengertian Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), 2) Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 3)
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 4) Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 5) Manajemen Kurikulum Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), 6) Hakikat Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), 7) Komponen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Kebijakan Kurikulum (STPPA); 1) Permendikbud No.146/2014 (Kurikulum
PAUD), 2) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA).
Perkembangan Kognitif dan Sosial Keagamaan ; 1) Psikologi Perkembangan
Anak Usia Dini, 2) Perkembangan Kognitif Anak, 3) Perkembangan Sosial
Keagamaan Anak.
Bab Ketiga tentang metodologi penelitian. Pada bab ketiga ini akan
dijelaskan mengenai : Jenis dan Metode Penelitian, Definisi Operasional
Penelitian, Setting Penelitian, Fokus Penelitian, Data dan Sumber Data,
Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Keabsahan Data.
Bab Keempat tentang hasil dan pembahasan penelitian. Pada bab ini
akan diulas mengenai : Bagaimana Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak
Usia Dini Di Kabupaten Majalengka, Implementasi Kurikulum Pendidikan
Anak Usia Dini Berorientasi Peningkatan Kemampuan Kognitif Dan Sosial
12
BAB II
A. Implementasi Kurikulum
1. Pengertian Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky, mengemukakan implementasi sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa ”implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian
implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga
dikemukakan oleh Mclaughin. Adapun Schubert (mengemukakan bahwa
”implementasi adalah sistem rekayasa.” Menurut Nurdin Usman
mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan
sebagai berikut : “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan
sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai
tujuan kegiatan.”15
Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance
Leraner‟s Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa, Implementasi adalah
penerapan suatu yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut
disebutkan implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak
baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai dan
sikap. Kunandar mengatakan bahwa implementasi adalah suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap.16
15
Usman Nurdin, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: Grasindo, 2002).hlm 70
16
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) Dan Persiapan
Menghadapi Serttifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).hlm 221
14
17
Harsono Hanifah, Implementasi Kebijakan Dan Politik (Bandung: PT. Mutiara Sumber Widya, 2002).hlm
67
18
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum , (Yogyakarta: Teras, 2009).hlm 196-197
15
19
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018).hlm 3
20
Lias Hasibuan, Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press., 2010).hlm 6
21
Ibid. hlm 6
22
Ibid. hlm 7
16
“All of the activities that are provided for students by the school”. (semua
aktivitas yang disediakan untuk siswa oleh sekolah).
Selain dari pengertian-pengertian diatas, ada lagi pengertian
kurikulum yang lebih luas, dimana makna kurikulum dihubungkan dengan
kehidupan masyarakat, misalnya melihat program pendidikan disekolah
dengan kebutuhan-kebutuhan hidup peserta didik di masyarakat. (what
should the school program be like in that community)23
Nana Syaodih Sukmadinata dalam Diding Nurdin (2015)
menyatakan bahwa kurikulum dapat dilihat dalam tiga dimensi sebagai
ilmu, sebagai system dan sebagai rencana. Dalam kurikulum sebagai ilmu
(curriculum as a science) dikaji teori, konsep, model, asumsi dan prinsip-
prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai system (curriculum
as a system) bagaimana kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan
system-sistem lain, seperti system manajemen, layanan siswa, dan lain-
lain. Sedangkan kurikulum sebagai rencana (curriculum as a plan)
merupakan dimensi kurikulum yang paling banyak dikenal baik oleh para
pelaksana kurikulum seperti guru, kepala sekolah, pengawas maupun
Implementasi kurikulum berlangsung dalam kurun waktu
terjadinya interaksi antara sistem kurikulum dan sistem instruksional. Pada
titik ini kurikulum menjadi acuan kerja bagi para guru dalam
mengembangkan strategi instruksional yang berarti pula saat pesan-pesan
dari perencanaan kurikulum dikomunikasikan dan diinterpretasikan untuk
para siswa.
Dinn Wahyudin berpendapat bahwa implementasi mencakup tiga
kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran,
dan evaluasi. Begitu juga, faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kurikulum terdiri atas tiga: a) Karakteristik kurikulum, yang mencakup
ruang lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi, sifat, dan sebagainya; b) Strategi
implementasi, c) Karakteristik penggunaan kurikulum, yang meliputi
23
Ibid.hlm 10
17
B. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
George R. Terry dalam Ruslan, mendefinisikan pengelolaan
sebagai sebuah proses dan khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukkan serta mencapai sesuai sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya. 25
Robbins dan Coulter mengemukakan istilah pengelolaan mengacu
pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatankegiatan
kerja,agar diselesaikan secara efisien dan efektif melalui orang lain. 26
Brech dalam Syamsi mengemukakan pengertian manajemen yaitu :
“Management is concerned with seeing that the job gets done; its tasks all
centre on planning and guiding the operations that are going in the
enterprise”.27 (Pengelolaan merupakan kegiatan untuk menyelesaikan
pekerjaan;yang fungsinya membuat perencana dan memberikan pengaruh
bagaimana penyelesaian tugas itu harus dilakukan).
25
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations Dan Media Komunikasi (Konsepsi Dan Aplikasi) (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005).hlm 30
26
Robbins P.Stephen Coulter and Mary, Manajemen (Jakarta: Prenhallindo, 2001).hlm 18-20
27
Ibnu Syamsi, Ibnu Syamsi,Pokok-Pokok Organisasi & Manajemen (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).hlm 26
19
28
Manliand Ronald, Manajemen Pembangunan (Jakarta: Refikatama Abdi Wicara, 2003).hlm 27
29
Kusnadi, Pengantar Manajemen (Konseptual Dan Perilaku) (Malang: Universitas Brawijaya, 2005).hlm 29
20
a) Sumber Empiris
Sumber empiris berkaitan langsung dengan pemeliharaan
diri secara langsung, pemeliharaan diri secara tidak langsung
(melalui makanan, keamanan, perlindungan, dll), kewarganegaraan
dan aktivitas. Kurikulum harus ditujukan untuk mendidik siswa
30
Hamalik Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya., 2010).hlm
155-156
31
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009).hlm 21
22
cara itu apa yang diberikan akan lebih cepat dilupakan sehingga
proses (misalnya penghafalan, penolakan, dan kritik terhadap ide)
dinilai lebih penting dibandingkan dengan isi dan pada kenyataannya
mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan karakter. Meskipun
beberapa ahli menyatakan bahwa proses memiliki arti yang berbeda
dengan isi, namun dalam kenyataannya proses dan isi merupakan
satu-kesatuan yang tidak bisa dibedakan. Mungkin lebih lebih baik
apabila dinyatakan bahwa proses sebagai isi dari kurikulum dan
menyeleksi isi kurikulum merupakan suatu hal yang sangat penting.
Tahapan perencanaan kurikulum mesti memperhatikan sifat atau
karakteristik yang harus dipenuhi dalam merancang, membuat serta
mengembangkan kurikulum itu sendiri.34 Hamalik mengemukakan
bahwa suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat strategis,
komprehensif, integratif, realistik, humanistik, futuralistik, merupakan
bagian integral yang mendukung manajemen pendidikan secara
sistematik, mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan
standar nasional, berdiversifikasi untuk melayani keragaman peserta
didik, desentralistik.
b. Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum merupakan perpaduan antara dua
kurikulum atau lebih sedemikian hingga menjadi suatu kesatuan yang
utuh, dan dalam aplikai pada kegiatan belajar mengajar diharapkan
dapat menggairahkan proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi
lebih bermakna karena senantiasa mengkaitkan dengan kegiatan
praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sejalan denga hal tersebut masing-masing anak akan membangun
sendiri pemahaman terhadap konsep (pengetahuan) yang baru dan
anak menjadi arsitek dan pembangun gagasan baru tersebut.
Pengorganisasian kurikulum merupakan pola atau desain bahan
kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam
34
Ibid.hlm 154-155
25
35
Wahyudin, Manajemen Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014).hlm 93
36
Arikunto & Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2009).hlm 40
26
berperan besar adalah guru yang meliputi tiga jenis kegiatan yaitu
kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, pembinaan ekstra
kurikuler dan pembimbing dalam bimbingan belajar.38
Dalam tahap pelaksanaan kurikulum ini, semua perangkat
baik kepala sekolah, guru, siswa serta orang tua bekerja sama
dalam mengembangkan kemampuan potensi siswa serta mencapai
tujuan pendidikan nasional.
d. Penilaian Kurikulum
Penilaian kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu kurikulum berdasarkan pertimbangan
dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas pengembangan
kurikulum dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan kurikulum itu
sendiri. Manajemen kurikulum selain melakukan perencanaan,
pelaksanaan terhadap kurikulum juga mengandung kegiatan penilaian
atas keefektifan kurikulum yang telah diterapkan dalam lembaga
pendidikan atau sekolah. pengelola sekolah melakukan penilaian atau
evaluasi terhadap keberlangsungan penerapan kurikulum yang telah
dirancang sebelumya, sehingga ketika kurikulum dianggap tidak
memberikan dampak positif terhadap hasil pembelajaran dapat di ganti
dengan kurikulum yang lebih relevan.
5. Prinsisp dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut.
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum
merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen
kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
38
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya., 2010).hlm
185-186
28
yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.39
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Hasan, mengatakan Jenjang pendidikan pada anak usia dini
menurut pendapat tersebut terbatas, yakni sejak seorang anak itu lahir
hingga seorang anak berusia enam (6) tahun. Pendapat ini
mengindikasikan bahwa usia 0-6 tahun merupakan masa yang tepat dalam
melakukan pembinaan terhadap anak-anak melalui berbagai rangsangan
pendidikan seperti mengenalkan mereka dengan dunia melalui berbagai
metode yang sesuai dengan daya tangkap mereka. 40
Wiyani dan Barnawi, mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh,
dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan
kemampuan dan keterampilan pada anak di usia dini.41 Pendapat ini
memberikan pengertian lebih luas tentang orientasi hasil pelaksanaan
pendidikan, di mana dalam pengertian ini pendidikan anak usia dini bukan
saja untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
anak semata, melainkan juga pada tumbuh dan kembangnya kemampuan
dan keterampilan anak dalam mengetahui dan melakukan sesuatu.
Sementara itu menurut Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau
Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia
39
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017).hlm 44
40
Muhammad Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Yogyakarta: Diva Persada, 2009).hlm 15
41
Wiyani & Barnawi, Format Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).hlm
36-27
31
42
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).hlm 88
43
Mulyasa, Manajamen Pendidikan Anak Usia Dini (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017).hlm 53
32
ingatan yang sangat baik sehingga apa yang didengar dan dilihatnya
akan terekam kuat dalam ingatan mereka. Oleh karenya para pelaku
pendidikan memanfaatkan masa keemasan ingatan anak untuk
memberikan pembelajaran yang positif kepada mereka berupa
pemberian informasi yang sifatnya pengenalan terhadap apa yang ada
di sekitarnya.
b) Taman Pengasuhan Anak (TPA)
Pada usia 2 bulan-5 tahun merupakan masa perkembangan
anak. Kebiasaan yang umum di Indonesia anak usia-usia ini juga
masih mendapatkan pendidikan yang kental dari lingkungan keluarga
khususnya di wilayah pedesaan. Keadaan yang mulai berbeda terlihat
di kehidupan perkotaan khususnya pada orang tua yang memiliki
kesibukan pekerjaan yang harus meninggalkan rumah seperti berkarir
di perkantoran, perusahaan, maupun karyawan pertokoan dan profesi
lainnya sehingga kurang memiliki waktu mendampingi perkembangan
putra- putrinya. Untuk memberikan pendampingan belajar, di beberapa
kota besar telah tersedia TPA (Taman Pengasuhan Anak) yang
merupakan tempat untuk menitipkan anak-anak usia balita agar tetap
mendapatkan pembelajaran positif sebelum mereka masuk usia
sekolah.
c) Kelompok Bermain (play group)
Perkembangan balita pada usia 3-4 tahun menuntut pola
pembelajaran yang lebih terstruktur dan sistematis, karena masa ini
merupakan masa aktifnya anak- anak dalam hal ingin mencoba
mengetahui sesuatu yang baru. Pola pendidikan yang dapat dilakukan
adalah mulai memberikan pendidikan kepada mereka melalui
pendidikan pra sekolah. Pendidikan pra sekolah pada anak usia 3-4
tahun dilakukan melalui kelompok bermain (play group).
d) Taman Kanak-kanak (TK)
Pada saat anak berusia 4-6 tahun, orang tua dapat memasukkan
anak mereka pada jenjang pendidikan formal yakni Taman Kanak-
33
Pendidikan Keluarga
Taman Pengasuhan
Anak
Kelompok Bermain
Taman Kanak-kanak
Bina Keluarga balita
49
Bafadal, Ibrahim. Dasar-Dasar Manajemen Dan Supervisi Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003).12-25
38
51
Nelti Rizka Dadan Suryana, Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (Berbasis Akreditasi Lembaga)
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2019).hlm 60
43
a) Layanan PAUD untuk usia sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun
terdiri atas Taman Penitipan Anak dan Satuan PAUD Sejenis (SPS),
dan yang sederajat.
b) Layanan PAUD untuk usia 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) tahun
terdiri atas Kelompok Bermain (KB) dan yang sejenisnya.
c) Layanan PAUD untuk usia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) tahun
terdiri atas Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA)/Bustanul
Athfal (BA), dan yang sederajat.
53
Nia Wardhani, Kurikulum Dan Metodologi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, ed. Nufiar (Aceh:
CV. Naskah Aceh, 2018).hlm 19
54
Jhon W. Santrock, Educational Psychology, 5th Edition (New York: McGrawHill Companies, 2011). Hlm
2
55
Kate M. Loewwenthal, The Psychology of Religion: A Short Intorduction (Oxford, 2008). Hlm 1
56
H.B. English dan A.C English, A Comprehensive Dictionary of Psychological and Psychoanalytic Terms:
A Guide to Usage (New York, London and Toronto: Longmans Green, 1958).hlm 35
46
Oleh karena itu, skema pun harus menyesuaikan diri dengan objek
yang baru. Peristiwa ini disebut dengan akomodasi, yakni
pengakomodasian skema lama terhadap objek baru. Asimilasi dan
akomodasi adalah dua bentuk adaptasi, istilah Piaget yang kita sebut
dengan pembelajaran. Cara kerja asimilasi dan akomodasi bertugas
menyeimbangkan struktur pikiran dengan lingkungan, menciptakan porsi
yang sama di antara keduanya. Jika keseimbangan ini terjadi, maka
tercapailah pada suatu keadaan ideal atau equiblirium. Dalam
penelitiannya pada anak-anak, Piaget mencatat adanya periode di mana
asimilasi lebih dominan, atau akomodasi yang lebih dominan, dan di mana
keduanya mengalami keseimbangan.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget
menunjukkan bahwa kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan
anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya tentang
memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau
membangun mental. Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses
mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
Perkembangan ini bisa berbeda-beda pada tiap anak. Psikolog J. Piaget
membagi perkembangan kognitif anak pada empat tahap berdasarkan usia
anak.
1) Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan)
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap
dalam teori Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget.
Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia
melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan
tindakan motorik (menggapai, menyentuh). Perkembangan utama
selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan
peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri.
Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu
bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang),
49
dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak
berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja.
2) Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-
kira 7 tahun. Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik
tapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa
menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau
memisahkan ide atau pikiran. Perkembangan anak terdiri dari
membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja
menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis.
Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan
peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam
permainan simbolik.
3) Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun)
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar
usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran
yang terorganisir dan rasional. Piaget menganggap tahap konkret
sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak, karena
menandai awal pemikiran logis. Pada tahapan ini, Si Kecil cukup
dewasa untuk menggunakan pemikiran atau pemikiran logis, tapi
hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik. Anak mulai
menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume,
orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara
logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
4) Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut
Piaget dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.
Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan
untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya,
tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2017).hlm 7
53
a. Melakukan penelitian pada latar ilmiah atau pada konteks dari suatu
kebutuhan
b. Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpulan data yang utama
c. Menggunakan metode kualitatif karena lebih mudah apabila
dihadapkan pada kenyataan ganda, menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dengan responden
d. Menggunakan analisis data induktif
e. Lebih menghendaki arah penyusuanan teori substantive yang berasal
dari data
f. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka
g. Menghendaki ditetapkannyabatas dalam penelitian atas dasar fokus
yang timbul sebagai masalah-masalah penelitian
h. Lebih mementingkan proses dari hasil
i. Menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan
dilapangan
j. Menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh
bisa di rundingkan dan disepakati oleh pihak yang dijadikan sebagai
sumber data. 63
2. Metode Penelitian
Adapun metode yang diterapkan dalam penelitian yang dilakukan
di Kabupaten Majalengka ini adalah menggunakan metode deskriptif,
yaitu metode untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai
situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Datanya diperoleh melalui hasil
63
Fitriyah, “Penerapan Bimbingan Konseling Bagi Penguatan Minat Belajar Peserta Didik Di SMP Negeri 16
Kota Cirebon” (IAIN Syekh Nurjati, 2014).hlm 86-88
54
2. Sumber data
3. Narasumber
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
H. Teknik Analisis Data
I. Keabsahan Data
55
DAFTAR PUSTAKA
Albert Bandura. Social Learning through Imitation. (Dalam M.R. Jones (Ed),
Nebraska Symposium on Motivation. Vol. 10. Lincoln: University of
Nebraska Press, 1962.
56
Companies, 2011.
John W.Santrock. Psikologi Pendidikan (Terjemahan). Jakarta: Kencana, 2008.
Kate M. Loewwenthal. The Psychology of Religion: A Short Intorduction. Oxford,
2008.
Khoiruzzadi, Muhammad, Mabid Barokah, and Aisiyatin Kamila. “Upaya Guru
Dalam Memaksimalkan Perkembangan Kognitif , Sosial Dan Motorik Anak
Usia Dini” (2020): 40–51.
Krombholz, H. “Physical Performance in Relation to Age, Sex, Birth Order,
Social Class, and Sports Activities of Preschool Children.” SAGE Journals
102, no. 2 (2006): 477–484.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran
(KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Serttifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
Kusnadi. Pengantar Manajemen (Konseptual Dan Perilaku). Malang: Universitas
Brawijaya, 2005.
Leli Halimah. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (Inspirasi
Untuk Pelaksanaan Kurikulum 2013). Bandung: PT Refika Aditama, 2016.
Lias Hasibuan. Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press., 2010.
Manliand Ronald. Manajemen Pembangunan. Jakarta: Refikatama Abdi Wicara,
2003.
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Muhammad Fadillah. Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012.
Muhammad Zaini. Pengembangan Kurikulum ,. Yogyakarta: Teras, 2009.
Mulyasa. Manajamen Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017.
———. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017.
Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Nia Wardhani. Kurikulum Dan Metodologi Pembelajaran Pendidikan Anak Usia
Dini. Edited by Nufiar. Aceh: CV. Naskah Aceh, 2018.
Noll, R. B., Robert A., Z., Fitzgerald, H. E., & Curtis, W. J. “Cognitive and
58