Anda di halaman 1dari 8

Jurnal RISALAH, Vol. 26, No.

2, Juni 2015: 86-93

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN NILAI-NILAI ETIKA DAN


ESTETIKA DALAM PEMBENTUKAN POLA PRILAKU
ANAK USIA DINI

Vera Sardila1)
1)
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,UIN Suska Riau,
Jl. HR Soebrantas Km 15 Simpangbaru, Tampan, Pekanbaru 28293
Email: sardila_vera@yahoo.com

Abstrak

Usia dini merupakan masa peka bagi anak, pada masa ini anak mulai sensitif menerima
berbagai upaya perkembangan seluruh potensi mereka, maka dari itulah pada usia
demikian merupakan masa yang tepat memberi dan meransang kepekaan mereka dengan
stimulus dan kondisi yang sesuai dengan kebutuhannya agar perkembangan anak
tercapai secara optimal, terutama dalam tahap pembentukan perilaku. Di Indonesia
dewasa ini pengembangan dan pembinaan potensi anak usia dini dan prasekolah tidak
hanya sebatas tanggung jawab orang dan keluarga, namun lebih luas dari itu sudah
mendapat perhatian serius dari sejumlah pihak, khususnya pemerintah. Hal ini
tergambar pada kepedulian pemerintah dalam mensosialisasikan pendidikan anak usia
dini melalui Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Berdasarkan kenyataan ini,
maka perlu pemikiran jernih tentang perumusan suatu pedoman materi pengembangan
nilai etika dan estetika ini dalam program pendidikan anak usia dini yang akan
dirumuskan dalam sebuah kurikulum pembelajaran. Di samping itu juga dapat menjadi
acuan, pedoman bagi calon pendidik, terutama bagi mahasiswa calon guru dalam
menanamkan dan mengembangkan sikap serta kepribadian bagi anak-anak didiknya,
mengingat pendidikan pada anak usia dini merupakan dasar dari peletakakan sikap

Kata kunci: Etika dan Estetika, Pola Prilaku,Usia dini

1. Pendahuluan membangun gedung pencakar langit di muka


Tulisan ini diilhami dari sebuah bumi, maka kita merasa bangga dengan
SHUQ\DWDDQ ELMDN (ULFK )URPP ³ MLND ingin hasilnya, sementara dalam prosesnya mungkin
membangun bangsa, bangunlah masyarakatnya; saja menyalahi nurani manusia itu sendiri. Ini
jika ingin membangun masyarakat, bangunlah hanya sebagian kecil dari fenomena emperikal
keluarganya; jika ingin membangun perilaku yang teramati. Analogi ini memberi
keluarganya, bangunlah manusianya, jika ingin persepsi bahwa kita perlu mengkaji ulang
membangun manusianya, bangunlah hatinyD´ kembali dasar-dasar pembentukan diri seorang
Penggalan pernyataan di atas tidaklah manusia. Perlu merenung kembali apakah kita
terlalu berlebihan dalam membangun generasi sudah terlahir sebagai manusia yang disentuh
muda sebagai estafet bangsa untuk mengisi oleh muatan etika dan dihiasi nuansa estetika.
pembangunan ini, jika dibandingkan dengan Keadaan ini menyadarkan manusia pada esensi

86
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

penanaman dan pembentukan perlaku tentunya maju KLQJJD GDQ PHQMDGL OHELK ³0$1,6´
sudah dimulai sejak dini. Manusia Indonesia Seutuhnya), sesuai tujuan
Usia dini merupakan masa peka bagi pendidikan anak usia dini yang termaktub
anak, pada masa ini anak mulai sensitif dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
menerima berbagai upaya perkembangan tentang Sistem Pendidikan Nasional
seluruh potensi mereka, maka dari itulah pada Prasekolah. Undang-undang ini menekankan
usia demikian merupakan masa yang tepat tujuan pendidikan anak prasekolah, yakni
memberi dan meransang kepekaan mereka mengembangkan kemampuan dan membentuk
dengan stimulus dan kondisi yang sesuai watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
dengan kebutuhannya agar perkembangan anak dan berkepribadian, serta memfasilitasi
tercapai secara optimal, terutama dalam tahap pertumbuhan anak dan perkembangannya
pembentukan perilaku. secara jasmani, rohani agar tumbuh-kembang
Setiap anak dipandang sebagai individu secara optimal sesuai nilai dan norma harapan
yang unik, meskipun pola perkembangan dan masyarakat. Selain itu, Undang-undang tersebut
pertumbuhannya berbeda satu sama lainnya. juga memberi batasan tentang Pendidikan Anak
Keunikan mereka akan terlihat dari perilaku Usia Dini (PAUD) dimulai dari rentang usia 0
dalam mengenal lingkungannya. Keunikan ini sampai 6 tahun. Di samping itu, masih banyak
adalah sebuah gambar yang terus diamati dalam pendapat yang beragam tentang pengkategorian
rangka pembentukan generasi sehat dan rentang usia pada anak usia dini dan anak usia
berdaya guna. Pengamatan secara prasekolah.
berkesinambungan mulai masa prenatal hingga KEPMENT No. 0125/ U/ 1994 juga
anak tumbuh menjadi remaja adalah langkah menegaskan program kegiatan belajar di
tepat untuk memahami pertumbuhan dan Taman Kanak-kanak (TK) adalah
perkembangan anak hingga menjadi pribadi pembentukan perilaku yang dilakukan terus-
yang matang sesuai kebutuhannya, baik anak menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari
dalam pertumbuhan dan perkembangan di TK . Pembentukan perilaku melalui
individual maupun kelompok sosial. pembiasaan meliputi; moral Pancasila, agama,
Di Indonesia dewasa ini pengembangan perasaan/emosional, kemampuan
dan pembinaan potensi anak usia dini dan bermasyarakat, dan disiplin.
prasekolah tidak hanya sebatas tanggung jawab Selain itu, KEPMENT P&K No. 0486/ U /
orang dan keluarga, namun lebih luas dari itu 1999. BAB V: Pasal 7: Ayat (1)
sudah mendapat perhatian serius dari sejumlah dan (2):
pihak, khususnya pemerintah. Hal ini tergambar bahwa : ³ ,VL NHJLDWDQ EHODMDU 7. GLSDGXNDQ
pada kepedulian pemerintah dalam dalam satu program kegiatan
mensosialisasikan pendidikan anak usia dini belajar yang
melalui Program Pendidikan Anak Usia Dini utuh, mencakup:
(PAUD). Program PAUD direalisaskan melalui 1) Program Kegiatan belajar dalam rangka
pendidikan formal, semi formal dan informal. pembentukan perilaku melalui pembiasaan
Secara formal, program diwujudkan dalam yang meliputi seperti; aspek perkembangan
jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak, moral, nilai agama serta pengembangan
sedangkan secara semi formal diarahkan pada social, emosional dan kemandirian.
pendidikan taman bermain atau play group. 2) Pengembangan Kemampuan Dasar yang
Sementara secara informal direalisasikan meliput; aspek perkembangan berbahasa,
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat kognitif, fisik/ motorik dan seni/ estetika.
sekitarnya. Asumsi di atas didasari oleh Selanjutnya, jika diamati dalam
pentingnya anak sebagai generasi penerus pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan
bangsa yang mewujudkan negara menjadi lebih dengan karakteristik perkembangan anak

87
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

prasekolah berlandasan ajaran agama memiliki dalam rangka mempersiapkan anak sedini
tantangan tersendiri. Misalnya, pembelajaran mungkin dalam mengembangkan sikap dan
lebih memfokuskan pada salah satu aspek dan perilaku yang didasari oleh nilai-nilai moral
mengabaikan aspek yang lainnya, seperti lebih Pancasila dan agama sehingga memiliki
melibatkan domain kognitif saja. Apalagi jika kepribadian kreatif, cakap, bermoral serta
kita melihat pada Pola Pengembangan mampu berkompetensi menghadapi masa depan
Kurikulum Berbasis Kompetensi tentang sesuai dengan norma yang dianut oleh
Program Studi Pendidikan Guru Taman masyarakat.
Kanak-kanak jenjang Diploma 2 yang
dikeluarga Drektorat Jendral Pendidikan 3. Misi
Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan 1. Memasukkan Pengembangan Nilai
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Etika dan Estetika dalam
Perguruan Tinggi ( PPTK dan KPT) tahun Pembentukan Prilaku bagi Anak Usia
2003, seorang calon guru di Taman Kanak- Dini sebagai Intra Kurikulum
kanak harus memiliki salah satu di antara Pembelajaran PAUD
sejumlah kompetensi, yaitu menguasai strategi 2. Membina sikap dasar yang sesuai
pengembangan emosional, social, moral dan dengan pertumbuhan dan
agama anak usia Taman Kanak-kanak. perkembangan anak
Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu 3. Melatih dan membiasakan anak dalam
pemikiran jernih tentang perumusan suatu berperilaku, disiplinan, beretika
pedoman materi pengembangan nilai etika dan 4. Menyiapkan anak mampu
estetika ini dalam program pendidikan anak berkompetensi dalam menghadapi
usia dini yang akan dirumuskan dalam sebuah masa depan.
kurikulum pembelajaran. Di samping itu juga 5. Membangkitan kretivitas seni anak.
dapat menjadi acuan, pedoman bagi calon
pendidik, terutama bagi mahasiswa calon guru 4. Konsep Etika dan Estetika
dalam menanamkan dan mengembangkan Pada dasarnya setiap individu anak telah
sikap serta kepribadian bagi anak-anak diwarisi berbagai kecerdasan. Pernyataan ini
didiknya, mengingat pendidikan pada anak diperkuat oleh Howard Gardner melalui teori
usia dini merupakan dasar dari peletakakan Multiple Intelegensi dengan membagi
sikap. Hal ini dilakukan guna meminimalisir kecerdasan atas beberapa hal. Berdasarkan
tantangan-tantangan yang akan dihadapi pengembangannya secara garis besar,
pendidik atau calon pendidik dalam kecerdasan tersebut diklasifikasikan menjadi
meletakkan sikap dasar pada anak dan kecerdasan intelektual dan kecerdasan
sekaligus sebagai alternatif inovasi dalam emosional. Keduanya ini saling bertemali satu
rangka meningkatkan efektivitas kegiatan sama lain, dan sekaligus merupakan esensi
belajar ± mengajar bagi peserta didik, yaitu dalam pembentukan kepribadian anak menjadi
dengan memperkenalkan tiga hal, seperti; manusia seutuhnya berprilaku berdasarkan
perlu adanya kurikulum terpadu (integrated muatan nilai etika sesuai harapan orang tua.
curriculum); perlu adanya pendekatn Pembahasan mengenai implementasi
pembelajaran terpadu (integated learning); nilai-nilai etika dan estetika dalam
perlu adanya hari terpadu ( integrated day). ( pembentukan perilaku atau moral merupakan
Semiawan:1995) dasar pengembangan pada kecerdasan
emosional dari diri seorang manusia. Jika
2. Visi diibaratkan pada sebuah tanaman, maka etika
Implementasi dari materi ini diharapkan dan estetika adalah akar dari tanaman yang
mampu mewujudkan generasi penerus bangsa

88
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

terus tumbuh, berkembang menjadi tanaman belakangnya. Beliau juga menambahkan,


yang kokoh. penanaman dan pengembangan budi pekerti
Etika diartikan sebagai suatu studi atau norma moral mengalami krisis
mengenai norma-norma yang mengatur kewibawaan yang juga menyeret kewibawaan
tingkah laku manusia, termasuk tingkah laku pendidik. Hal ini disebabkan oleh hal yang
spesifik dalah hal ±hal tertentu (Wantah: mendasar yakni, pengembangan nilai moral
2005:45) adalah ilmu yang mengkaji tentang atau budi pekerti diajarkan dalam bentuk
apa yang seharusnya. Secara sederhana etika himpunan perintah dan larangan semata,
merupakan pemikiran sistematis tentang sehingga anak tidak percaya lagi kepada nilai
moral. Dalam hal ini berarti etika adalah apa moral yang ternyata tidak dapat mengatasi
yang seharusnya dilakukan oleh manusia masalah kemasyarakatan yang terus
tentang benar- salah, baik-buruknya suatu berkembang.
yang dilakukan manusia. Dengan demikian Kecendrungan yang sering kita amati
manusia berusaha lebih mengerti mengapa misalnya, perilaku yang dinilai menyimpang
mereka harus hidup menurut norma-norma pada seorang anak sering diselesaikan dengan
tertentu. Dalam hal ini penalaran moral yang sanksi atau ancaman hukuman, baik dalam
dikenal dengan moral reasoning merupakan tatanan keluarga maupun dalam masyarakat.
aktivitas penting untuk mencapai hal tersebut. Sepertinya, sanksi dan hukuman telah identik
Selanjutnya, satu hal yang tidak kalah dalam penyimpangan perilaku dan moral. Lebih
pentingnya dalam moral reasoning adalah jelas lagi dinyatakan bahwa pemberian
sistematika pemikiran tentang suatu ukuran hukuman biasanya didasari atas balas dendam,
norma dan nilai yang tidak terlepas dari nilai- pelindungan untuk menghapus kesalahan, unsur
nilai keindahan., Di sinilah kita mengenal mendidik. Ketiga alasan tersebut, pada
istilah kindahan moral dalam arti estetika. umumnya cendrung didominasi oleh faktor
Estetika dalam hal ini menjadi suatu dendam atau kesal. Secara umum sulit
kebenaran universal untuk membentuk memotivasi anak dalam mengembangkan nilai-
keseimbangan yang mengantarkan manusia nilai etika dan estetika, apalagi menjadikan
pada kehidupan lebih harmionis. mereka lebih kreativitas dalam
mengembangkan nilai-nilai etika dan estetika
5. Permasalahan Etika dan Estetika tersebut.
Bersyukurlah jika para orang tua Dari berbagai pengamatan, kita
memiliki anak berprilaku baik sesuai norma perhatikan bahwa pembentukan dan pendidikan
etika dan memiliki kreativitas yang telah perilaku antara di lingkungan keluarga dan
tertanam sejak dini. Sebaliknya, bagaimana masyarkat memberikan kontribusi yang sangat
dengan sebagian para orang tua yang merasa penting. Di samping itu, pendidikan moral atau
sulit dan kewalahan dengan prilaku anak yang budi pekerti antara lingkungan keluarga dengan
kurang menyenangkan, maka ini merupakan lingkungan masyarakat juga tidak sama.
sebuah persoalan bagi orang tua. Sebagai contoh, pembentukan prilaku atau budi
Kalau kita amati dari setiap perjalanan pekerti dalam lingkungan keluarga yang
hidup manusia, masalah perilaku atau budi menjadikan kejujuran sebagai fondasi, tentunya
pekerti telah lama menjadi persoalan bagi melahirkan bibit-bibit yang baik. Sebaliknya
manusia dengan disebabkan oleh berbagai jika kekerasan sebagai fondasi, tentunya
faktor. Pembahasan mengenai budi pekerti, perbedaan yang cukup menunjukan perbedaan.
khususnya dari segi pendidikan moral seperti Lebih lanjut Kilpatrik menyatakan bahwa
dikemukakan Kilpatrik (1948:470-478), budi pekerti dapat dikembangkan dengan
sulitnya pengembangan budi pekerti baik menggunakan landasan kemampuan dan
menyangkut perkembangannya maupun latar kebiasaan hidup seseorang itu berdasarkan

89
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

norma masyarakat tempat hidupnya. Norma serius, oleh karena itu, perlu beberapa hal
masyarkat tertentu menjadi acuan bagi yang diperhatikan, sebagai berikut;
sekelompok orang tersebut dalam A. Tujuan Pengembangan Nilai Etika dan
mengembangkan nilai moral atau pembentukan Estetika bagi Anak Usia Prasekolah
perilaku. Telah dijelaskan dalam Kurikulum TK
dan RA bahwa pada dasarnya tujuan
6. Pengembangan Nilai Etika dan Estetika pengembangan nilai etika dalam Program
dan Implementasinya dalam Pendidikan Anak Usia Dini adalah membantu
Pembentukan Perilaku Anak Usia anak anak didik mengembangkan berbagai
Prasekolah potensi baik psikis dan fisik yang meliputi
Pendidikan anak usia dini adalah suatu beberapa ruang lingkup (akan dibahas pada
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak bagian berkutnya). Sejalan dengan ini, Adler
sejak lahir sampai usia enam tahun, (1974) juga menjelaskan bahwa pendidikan
sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya. dan pengembangan moral bertujuan dalam
Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai rangka pembentukan kepribadian yang harus
anak usia prasekolah, artinya pada usia tersebut dimiliki manusia.
pendidikan sudah ditanamkan karena Secara terinci dapat dijelaskan bahwa
perkembangan kecerdasan anak mengalami penanaman dan pengembangan etika dapat juga
peningkatan dari 50 % menjadi 80 %. berfungsi untuk; (1) mengenalkan peraturan dan
Pemberian rangsangan pendidikan menanamkan disiplin anak; (2) mengenalkan
untuk membantu perkembangan jasmani dan anak dengan dunia sekitarnya; (3)
rohani dilakukan baik dalam lingkungan menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik;
keluarga, sekolah maupun masyarakat agar (4) mengembangkan kemampuan
anak memiliki kesiapan dalam memasuki berkomunikasi dan bersosialisasi; (5)
pendidikan lebih lanjut. Pada bagian Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan
sebelumnya juga telah diuraikan tentang kemampuan ang dimiliki anak; (6) menyiapkan
Program Pendidikan Anak Prasekolah atau anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Anak Usia Dini (PAUD) yang sudah Dilihat dari kenyataan sekarang, Program
direalisasikan pemerintah dalam bentuk Pendidikan PAUD nampaknya sudah mulai
pendidikan formal, semi formal dan informal. menapak kearah demikian. Hal ini terbukti dari
Salah satu bentuk program pendidikan laporan data di lapangan dimana sudah
anak usia dini yang kita kenal adalah Taman menjamur TK dan hasil kajian yang dilakukan
Kanak-kanak. Taman Kanak-kanak Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999
merupakan bentuk satuan pendidikan anak yang menunjukkan bahwa hampir pada seluruh
usia dini pada jalur pendidikan formal yang perkembangan anak yang masuk TK
menyelenggarakan program pendidikan bagi mempunyai kemampuan lebih tinggi dari pada
anak usia empat tahun hingga enam tahun. anak yang tidak masuk TK.
Selain itu, Raudhatul Athfal juga merupakan
satuan pendidikan anak usia dini pada jalur B. Ruang Lingkup Pengembangan Nilai
pendidikan formal yang menyelenggarakan Etika dan Estetika Pada Anak Usia
program pendidikan umum dan pendidikan Prasekolah menurut Kurkulum
keagamaan Islam bagi anak berusia empat Pembelajaran
sampai enam tahun. Apresiasi penanaman dan pengembangan
Pelaksanaan pembelajaran pembinaan nilai moral anak usia dini dan anak prasekolah
nilai etika, moral di usia prasekolah dalam sesuai dengan tahap perkembangan dan
rangka menstimulus berbagai aspek kebutuhan anak dengan melihat aspek usia,
perkembangan memerlukan penanganan fisik dan psikis anak. Pernyataan ini selaras

90
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

dengan pemikiran Pieget (Hidayat: 2005: 2.4) kreatif, baik pengembangan kreativitas bidang
yang menyimpulkan bahwa anak berpikir seni maupun bidang lainnya.
tentang moralitas tergantung pada tingkat C. Mengimplementasikan dalam Kegiatan
perkembangannya. Kemudian Beliau juga Pembelajaran
membagi tahap tersebut atas, tahap moralitas Bicara masalah anak usia dini,
heteronomous dan autonomous. program pendidikan prasekolah membatasi
Perkembangan moral dan etika anak anak usia dini dalam kategori usia antara 0
prasekolah (Taman Kanak-kanak) dapat hingga 8 tahun. Pada saat usia ini mereka
diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi berada dalam masa perkembangan awal yang
sehari-hari dalam kaitannya dengan orang lain; cukup peka. Oleh karena itu, orang
mengenal dan menghargai perbedaan di PHQ\HEXWQ\D GHQJDQ LVWLODK PDVD ³golden
lingkungan tempat tinggal; mengenalkan peran DJH´ artinya masa perkembangan emas karena
jenis (role of gender) dan orang lain; mulai mengalami perkembangan pesat dalam
mengembangkan kesadaran hak dan tanggung setiap aspek yang dimiliki. Perkembangan
jawab. Kegiatan ini mendukung peran ditandai dengan pertumbuhan jaringan tubuh,
perkembangan kecerdasan emosional serta organ tubuh, bahkan pada tingkat kematangan
sosial yang sejalan dengan perkembangan sel syaraf. Kematangan sel syaraf otak ini
intelegtual anak. nantinya akan melahirkan berbagai kecerdasan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat pada anak.
disimpulkan bahwa moralitas anak Taman Dari berbagai pengamatan, cendrung kita
Kanak-kanak dan perkembangnnya dalam perhatikan bahwa pembentukan dan pendidikan
kehidupan dunia mereka meliputi; perilaku antara di lingkungan keluarga dan
(a ) Sikap dan cara berhubungan dengan masyarkat memberikan kontribusi yang sangat
orang lain (sosialisasi) penting. Misalnya saja, pembentukan dalam
(b) Cara berpakaiandan berpenampilan lingkungan menunjukkan perbedaan yang
(c) Sikap dan kebiasaan makan cukup menunjukan perbedaan
(d) Sikap dan perilaku anak yang Keadaan anak Taman Kanak-kanak
memperlancar hubungannya dengan pada tahun-tahun awal tentunya sangat berbeda
orang lain dalam kehidupannya, dan ini membutuhkan
Telah dijelaskan sebelumnya, perhatian serius, terutama dalam pembentukan
kendatipun sulit menanamkan dan dan pengembangan moralitas dan kepribadian
mengajarkan nilai-nilai etika dan esteika pada mereka. Mereka adalah anak-anak polos yang
anak, bukan berarti dapat ditolerir. Namun hal belum tahu tentang beragam aturan kehidupan.
ini merupakan ³35´ bagi para orang tua, guru Untuk mewarnai kepolosan mereka, maka
bahkan masyarakat untuk lebih berusaha dalam dibutuhkanlah peran orang dewasa yang
menciptakan strategi tertentu mengingat memahami norma-norma etika untuk
pentingnya penanaman etika dan estetika menjelaskan kepada mereka baik, baik secara
tersebut. Strategi tertetu dinilai mampu verbal sederhana maupun non verbal. Dalam
mencapai tujuan pendidikan sesuai misi dan hal ini komunikasi dan interaksi orang dewasa
visi sistem pendidikan nasional dalam undang- sangat pentng keberadaannya. Dengan
undang sistem pendidikan nasional. demikian penanaman nilai moral kepada anak
Ki hajar Dewantara memandang bahwa usia prasekolah dapat dilakukan dengan
penananam perilaku perlu dilakukan sejak anak berbagai cara, baik dari segi pendekatan
berusia dini. Fenomena tersebut memberikan ataupun metode dan teknik pengembangnnya.
gambaran akan pentingnya penanaman nilai Dalam memahami perkembangan anak,
etika, moral serta serta pengembangan nilai guru perlu memiliki berbagai persfektif/cara
estetika dalam rangka membentuk anak lebih pandang tentang pertumbuhan dan

91
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

perkembangan anak, ini merupakan kombinasi Sekian metode yang berlaku dalam
dan interaksi berbagai teori-teori pembelajaran yang ada dapat diapresiasikan
perkembangan. Semakin bertambah dalam pembelajaran, mulai dari bercerita;
perkembangan fisik dan psikis anak membuat bermain; karyawisata; bernyanyi; sajak; dan
para orang tua atau pendidik lebih banyak sebagainya. Satu hal yang tidal boleh dilupakan
memahami cara-cara efektif dalam guru adalah prinsip bermain bagi anak. Teknik
pengembangan nilai-nilai etika pada anak, bermain dapat menentukan keberhasilan
karena anak akan semakin selektif sesuai pencapaian tujuan pembelajaan.
dengan tahap perkembamngannya. Pendidik Berdasarkan urai tersebut, dapat
juga harus memahami strategi pengembangan disimpul bahwa pencapaian tujuan pembelajarn
dalam pembelajaran dengan melakukan dapat diupayakan melalui starategi latihan dan
pendekatan-pendekatan yang bersifat pembiasaan dengan menggunakan teknik
demokratif serta memberikan peluang untuk bermain dalam pembelajaran.
berdiskusi, dan menyelami pikiran dan jiwa
anak. D. Asesmen Penanaman dan Pengembangan
Selanjutnya, banyak pendekatan yang Nilai Etika dan Estetika
dapat diupayakan dalam pengenalan den Evaluasi sebagai bagian dari proses
pengembangan kecerdasan emosional anak pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk
seperti, pendekatan yang bersifat individual, memantau kemajuan perkembangan anak secara
persuasif, informal, prekuentitatif atau sistematis guna memahami keefektifan suatu
pembiasaan sehari-hari. Kita juga dapat program yang diberikan guru. Evaluasi pada
menggunakan dua pendekatan yang berorientasi dasarnya bersifat menyeluruh tentang
pada anak yakni, pendekatan behavioristik dan performans dan perkembangan anak.
pendekatan perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru
Sebagaimana kita ketahui, penanaman mengamati secara seksama perilaku anak dari
dan pengembangan nilai etika atau apa yang sudah disosialisasikan. Perilaku anak
pembentukan nilai moral pada anak dalam diobservasi dari setiap kegiatannya, baik
pembelajaran menggunakan kombinasi meliputi kualitas maupun interaksi kegiatannya.
pendekatan yang disesuaikan dengan Misalnya berupa catatan anekdot, checklist,
perkembangan anak yang berbasis ajaran agama portofolio, interview, laporan.
sehingga dapat divariasikan dalam berbagai
metode. Sedangkan teknik pengembangnnya 7. Penutup
dikaitkan dengan setiap tema, karena Impelementasi penanaman dan
kompetensi pembelajaran di Taman Kanak- pengembangan nilai etika dan estetika
kanak lebih bersifat tematik. Kita ketahui, diupayakan sesuai karakteristik semua aspek
pendekatan dan metode dalam hal ini perkembangan dan potensi anak. Semua aspek
merupakan alat untuk mencapai tujuan dari perkembangan harus distimulus secara
suatu kegiatan.Untuk mencapai kegiatan proporsional dan melibatkan kecerdasan
tersebut belum tentu setiap metode dan majemuk. Perkembangan anak tersebut
pendekatan yang telah dipiliht dinilai akan ditandai dengan adanya perubahan pada anak
selalu memadai. Guru perlu yang bersifat sistematis, progresif dan
mempertimbangkan alasan yang kuat untuk berkesinambungan. Hal ini berarti ketika tidak
memilih pendekatan dan metode tersebut. Perlu ada keseimbangan stimulasi dalam satu aspek
disadari bahwa penentuan metode dalam perkembangan, dapat mempengaruhi aspek
pembelajaran nilai moral anak Taman Kanak- prkembangan yang lain. Sementara kita sadari
kanak sangat erat hubungannya dengan proses bahwa prinsip perkembangan anak dimasa
pengenalan perilaku. dewasa sangat dipengaruhi oleh masa

92
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 2, Juni 2015: 86-93

sebelumnya. Fenomena tersebut memberikan Wantah, Maria J. 2005. Pengembangan


gambaran akan pentingnya penanaman nilai Disiplin dan Pembentukan Moral pada
etika, moral serta serta pengembangan nilai Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
estetika dalam rangka membentuk anak lebih
kreatif, baik pengembangan kreativitas bidang
seni maupun bidang lainnya.
Berkenaan dengan hal di atas, tentunya
para guru perlu mencari solusi dalam
mensosialisasikan nilai-nilai moral secara
maksimal dan berkesinambungan dengan
melakukan tugas-tugas bermakna bagi anak
didik yaitu dengan melibatkan semua sek
perkembangn yang meliputi domain kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dengan kata lain,
untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut
dan dalam rangka menyiapkan anak menjadi
pembelajar yang bermotivasi tinggi, maka
anak perlu dibekali kompetensi menjadi
individu yang kritis, religius, kreatif memiliki
kepekaan terhadap lingkungan dan
masyarakatnya. Disamping itu, guru pun
diharapkan memiliki kualifikasi khusus yang
dapat menunjang pencapaian kompetensi
lulusan anak didik. Guru sebagai pendidik
harus memandang anak sebagai makhluk/
individu yang unik dan memiliki latar belakang
pengalaman, keluarga, sosialbudaya yang
berbeda. Selanjutnya, guru memiliki
kemampuan dalam meramu dan memanajemen
pembelajaran di kelas.

Daftar Pustaka
Firdaus. 2005. Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum Raudlatul Athfal. Jakarta:
Departemen Agama.
Hidayat, Otib Satibi. 2005. Metode
Pengembangan Moral dan Nilai-nilai
Agama. Jakarta: Pusat Penerbit
Universitas Terbuka
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santoso, Suegeng 2002. Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Citra Pendidikan Indonesia
(CPI).
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian
Anak. Jambi:

93

Anda mungkin juga menyukai