Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan fisiologis

yang dibutuhkan. Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang

membuat seseorang merasa nyaman, tentram, tenang, rileks, terlindungi dari

ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri. Perubahan rasa

nyaman akan menimbulkan rasa yang tidak enak atau tidak nyaman dalam

berespon terhadap stimulus yang berbahaya (Purwanto, 2008 dikutip dalam

Ristianingsih, 2016).

Ketidaknyamanan yang dirasakan setiap individu masing-masing

berbeda tergantung bagaimana individu tersebut menyikapinya.

Ketidaknyamanan fisik pada individu salah satunya ialah nyeri baik itu nyeri

akut (nyeri yang berlangsung kurang dari 6 bulan) maupun nyeri kronis (nyeri

yang berlangsung lebih dari 6 bulan) (Herdman, 2012).

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) tahun

1979 (dikutip dalam Zakiyah, 2015), nyeri adalah pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan actual atau potensial, atau digambarkan dalam ragam yang

menyangkut kerusakan, atau sesuatu yang digambarkan dengan terjadinya

kerusakan.

Salah satu penyakit yang bermanifestasi sebagai nyeri yaitu gastritis.

Penyakit gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub

mukosa lambung. Nyeri pada gastritis merupakan salah satu manifestasi yang

1
timbul sebagai respon terhadap stimulus pada ujung-ujung saraf sensorik

di mukosa lambung yang teriritasi oleh peningkatan asam lambung secara

berlebihan. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium

(gastritis erosifa) (Aspiani, 2014).

Sangat banyak tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan

rasa nyaman: nyeri. Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam

dua kelompok yaitu, tindakan farmakologi dan tindakan nonfarmakologi.

Penatalaksanaan farmakologi lebih kepada upaya menetralisir keasaman

lambung dan serta antibiotik untuk membunuh kuman seperti helicobacter

pylori. Penatalaksanaan nonformakologi yang dapat dilakukan salah satunya

yaitu terapi kompres panas kering pada daerah epigastrium (Kozier, 2006

dikutip dalam Zakiyah, 2015).

Terapi kompres panas kering adalah memberikan rasa hangat pada

daerah tertentu dengan menggunakan kantung (buli-buli) berisi air panas

yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang diterapi.

Kompres panas kering dengan suhu 45°C – 50,5°C dapat dilakukan dengan

menempelkan buli-buli yang diisi air panas ke daerah tubuh yang nyeri.

Tujuan dari kompres panas kering adalah pelunakan jaringan fibrosa,

membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar

pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien (Kimin,

2009 dikutip dalam Amaliyah dan Afiyah, 2015).

Terapi kompres panas kering bermanfaat dalam menurunkan nyeri. Hal

ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018) tentang

“Efektifitas pemberian kompres air panas terhadap penurunan nyeri pada pasien

2
gastritis di ruang Interna RSNU Tuban”, dimana hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebelum diberikan terapi kompres air panas ada 2 responden yang

mengalami nyeri sedang dan 1 responden mengalami nyeri berat. Setelah

diberikan intervensi terapi kompres air panas nyeri yang dialami responden

menurun dari yang nyeri sedang menjadi nyeri ringan dan dari nyeri berat

menjadi nyeri sedang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruang Melati

BLUD RS Konawe, diperoleh jumlah kasus gastritis tahun 2018 sebanyak 92

kasus, dari jumlah tersebut pasien laki-laki sebanyak 38 orang (41,3%) dan

pasien perempuan sebanyak 54 orang (58,7%). Sedangkan data tahun 2019

periode Januari sampai Maret diperoleh jumlah kasus gastritis sebanyak 33

kasus. Hasil wawancara pada 3 pasien yang menderita penyakit gastritis

dikatakan bahwa saat nyeri timbul di ulu hati, pasien hanya minum obat yang

diberikan perawat di ruangan. Perawat tidak pernah memberikan kompres

panas kering pada perut saat nyeri dirasakan pasien.

Peran perawat penting untuk memberikan asuhan yang sesuai dengan

standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan gangguan

rasa nyaman: nyeri pada pasien gastritis. Berdasarkan uraian tersebut di atas,

penulis termotivasi untuk melakukan penelitian studi kasus dengan judul

“Penerapan terapi kompres panas kering untuk menurunkan intensitas nyeri

pada pasien gastritis dengan gangguan rasa nyaman di ruang Melati Badan

Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran

penerapan terapi kompres panas kering untuk menurunkan intensitas pada

3
pasien gastritis dengan gangguan rasa nyaman di ruang Melati Badan

Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran penerapan terapi kompres panas kering

untuk menurunkan intensitas pada pasien gastritis dengan gangguan rasa

nyaman di ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Konawe.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat nyeri sebelum diberikan terapi kompres panas

kering pada pasien gastritis dengan gangguan rasa nyaman di ruang

Melati Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

b. Mengetahui tingkat nyeri sesudah diberikan terapi kompres panas

kering pada pasien gastritis dengan gangguan rasa nyaman di ruang

Melati Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

c. Mengetahui perbedaan perubahan tingkat nyeri antara sebelum dan

sesudah diberikan terapi kompres panas kering pada kedua pasien

gastritis dengan gangguan rasa nyaman di ruang Melati Badan

Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

di bidang keperawatan tentang manajemen nyeri pada pasien gastritis

dengan gangguan rasa nyaman melalui terapi kompres panas kering.

4
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan pasien di ruang perawatan, khususnya pada pasien

gastritis dengan gangguan rasa nyaman: nyeri.

b. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber pustaka dan

rujukan bagi pengembangan proses penelitian selanjutnya.

c. Bagi profesi perawat

Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam peningkatan kompetensi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya dalam

melakukan manajemen nyeri pada pasien dengan gangguan rasa

nyaman: nyeri.

d. Bagi klien dan keluarga

Proses penelitian ini dapat meningkatkan kemandirian klien dan

keluarga dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman: nyeri

melalui terapi kompres panas kering.

Anda mungkin juga menyukai