Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. PADA Ny.


DENGAN GASTRITIS DALAM UPAYA MENURUNKAN
TINGKAT NYERI DENGAN PENERAPAN KOMPRES
AIR HANGAT DI DESA BATU MERAH AMBON

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program studi Diploma III Keperawatan

Dibuat Oleh:

NUR HIDAYATUL SUSMA


NIM: 1240212017112

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III Dr. J. A. LATUMETEN AMBON
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab paling umum terjadinya nyeri.

Salah satunya penyakit gastritris atau yang biasanya di kenal dengan maag. Gastritis

merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung (Nurhanifah, Afni, &

Rahmawati,2018).

Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis yang membuat angka kejadian

gastritis juga meningkat, menurut kesehatan dunia World health Organization (WHO)

angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis dirawat inap yaitu 17-21% dari kasus

yang ada pada tahun 2018. Di Inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%),

dan Prancis (29,5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap

tahunnya. Di Indonesia menurut WHO (2018) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevelensi 274.396 kasus dari

238.452.952 jiwa penduduk (Waluyu & Suminar,2017).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. (Chen,et al,

2018) Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam

sistem pencernaan.

1
2

Pelepasan sel epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung

(Wijayanti dan Dirdjo,2018). Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus

mengalami kekambuhan dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan (Wuluyo &

Suminar,2017).

Cara mengurangi nyeri gastritis terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologis dan

non farmakologis. Salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah

kompres hangat, yaitu memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan

kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. Kompres hangat dengan suhu 45oC–50,5oC dapat dilakukan dengan

menempelkan kantung karet yang diisi air hangat ke daerah tubuh yang nyeri. Tujuan dari

kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,

menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah dan memberikan

ketenangan pada klien (Kimin,2018).

Hasil penelitian Amin (2017) Menurut teori gate-control kompres hangat dapat

mengaktifkan (merangsang) serat-serat non-nosiseptif yang berdiameter besar (A-α dan A-

β) untuk “menutup gerbang” bagi serat-serat yang berdiameter kecil (A-δ dan C) yang

berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi. Upaya menutup

pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri.

Hasil penelitian Jayanti dan Purnomo (2019), menyatakan bahwa kompres hangat

merupakan tindakan menurunkan nyeri dengan memberi energi panas melalui konduksi,

dimana panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)

sehingga menambah pemasukan oksigen, nutrisi dan leukosit darah yang menuju ke
3

jaringan tubuh. Akibat positif yang ditimbulkan adalah memperkecil inflamasi,

menurunkan kekauan nyeri serta mempercepat penyembuhan pada pasien gastritis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud mengambil judul dengan : “

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.Y/Tn.X Dengan Gastritis Dalam Upaya

Menurunkan Tingkat Nyeri Dengan Penerapan Kompres Air Hangat di Desa Batu Merah

Ambon”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: Bagaimana

Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Ny.Y/Tn.X Dengan Gastritis Dalam Upaya

Menurunkan Tingkat Nyeri Dengan Penerapan Kompres Hangat di Desa Batu Merah

Ambon ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menerapkan penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny.Y/Tn.X dengan gastritis

dalam upaya menurunkan tingkat nyeri dengan penerapan kompres hangat di Desa

Batu Merah Ambon.

2. Tujuan Khusus
4

a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan gastritis dalam upaya

menurunkan tingkat nyeri dengan penerapan kompres hangat di Desa Batu Merah

Ambon.

b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gastritis dalam upaya

menurunkan tingkat nyeri dengan penerapan kompres hangat di Desa Batu Merah

Ambon.

c. Dapat membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada pasien dengan

gastritis dalam upaya menurunkan tingkat nyeri dengan penerapan kompres hangat

di Desa Batu Merah Ambon.

d. Dapat melakukan implementasi pada pasien dengan gastritis dalam upaya

menurunkan tingkat nyeri dengan penerapan kompres hangat di Desa Batu Merah

Ambon.

e. Dapat melakukan evaluasi pada pasien dengan gastritis dalam upaya menurunkan

tingkat nyeri dengan penerapan kompres hangat di Desa Batu Merah Ambon.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis:

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan teori dan

ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan mengenai kompres hangat sebagai

terapi pelengkap dalam penatalaksanaan gastritis dalam upaya menurunkan tingkat

nyeri dengan penerapan kompres hangat dan sebagai data dasar untuk penelitian lanjut.

2. Secara Praktis:
5

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi terutama kepada para

mahasiswa yang berminat untuk mengetahui tentang terapi asuhan keperawatan

komplementer kompres hangat.

b. Bagi Peneliti

Sebagai referensi yang bermanfaat untuk peneliti setelah menyelesaikan

pendidikan.

c. Bagi Pasien dan keluarga

Diharapkan keluarga dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan

gastritis dalam upaya menurunkan tingkat nyeri dengan pemberian kompres hangat

yang dialami pasiean setelah pulang ke rumah.

d. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam

praktik pelayanan keperawatan yaitu pemberian suatu intervensi keperawatan

sebagai bentuk pelayanan yang holistik dan komperhensif dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan serta perlu untuk mengembangkan kompetensi

perawat dan komunitas dalam memberikan intervensi kepada subjek penelitian

khususnya dengan masalah gastritis sehingga mampu dikendalikan dengan

meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang menurunkan tingkat nyeri

dengan kompres hangat.

E. Sistematika Penulisan
6

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan terdiri dari: bagian awal, bagian

utama, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari lembaran judul, lembar persetujuan,

lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran,

dan intisari. Bagian masing-masing BAB yang terdiri dari:

● BAB I yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penilitian,

manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

● BAB II terdiri dari: tinjauan pustaka yang meliputi dasar-dasar teoritis dan berbagai

konsep yang menyangkut dengan penelitian ini dan kerangka konsep.

● BAB III yang merupakan metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, subjek

penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, teknik

pengumpulan data dan instrumen penelitian.

● BAB IV yang merupakan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan.

● BAB V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

● Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran.


7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gastritis

1. Pengertian

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan

ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel

mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran

pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada

lambung (Sukarmin, 2017:147).

Gastritis adalah inflamasi di mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan

berupa dyspepsia atau indegesti. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan

eroitema mukosa, sedangkan hasil foto memperhatikan iregularitas mukosa.

(Masjoer,2017).

2. Etiologi

Menurut Misnadiarly (2017), penyebab gastritis adalah:

a. Pemakaian obat NSAIDS (Non steroid Anti Inflamasi Drugs)

Pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin, asam mefenamat,

aspilet dalam jumlah besar. Obat antiinflamasi non steroid dapat memicu kenaikan

produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung

karena terjadinya

8
9

disfusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini dapat

mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iriatif

dan siftnya yang asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung.

b. Konsumsi alkohol berlebih

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada

mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa

lambung.

c. Faktor makanan

Pola kebiasaan makan yang tidak teratur, kebiasaan mengkonsumsi makanan

dan minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi, alkohol, porsi makan terlalu banyak

dan sering terlambat makan. Karena tidak ada makanan yang masuk.

d. Rokok

Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang

berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung

mengalami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada penurunan produksi

mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi. Selain itu

CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat oleh Hb dari pada O2 sehingga

memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung. Kejadian gastritis pada

perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotin yang menurunkan

rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam

lambung dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak

ada makanan yang masuk.


10

e. Pemberian obat kemoterapi

Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang pertumbuhannya

abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga mengenai sel inang pada tubuh

manusia. Pemberian kemoterapi dapat juga mengakibatkan kerusakan langsung

pada epitel mukosa lambung.

f. Stres

Stres psikologi akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik yang dapat

merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan HCL dapat

dirangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti

epinefrin.

g. Infeksi sistemik

Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan merangsang

peningkatan laju metabolik yang berdampak pada peningkatan aktifitas lambung

dalam mencerna makanan. Peningkatan HCL lambung dalam kondisi seperti ini

dapat memicu timbulnya perlukaan pada lambung.

h. Iskemia dan syok

Kondisi iskemia dam syok hipovolemia mengancam mukosa lambung karena

penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat mengakibatkan nekrosis lapisan

lambung.

i. Trauma mekanik
11

Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan saat

kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab ganggguan keutuhan

jaringan lambung. Kadang kerusakan tidak sebatas mukosa, tetapi juga jaringan

otot dan pembuluh darah lambung sehingga pasien dapat mengalami perdarahan

yang hebat. Trauma juga bisa disebabkan tertelanya benda asing yang keras dan

sulit dicerna.

j. Infeksi mikroorganisme

Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang pelepasan gastrin

dan peningkatan sekresi asam lambung.

3. Patofisiologi

a. Gastritis Akut

Membrane mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongestif dengan

jaringan, cairan, dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini

mengsekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetapi

banyak mucus, ulserasi super visial dapat terjadi dan dapat menyebabkan

hemoragic. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, mual,

anokreksia dan sering disertai dengan muntah. Mukosa lambung dapat

memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang, hemoragi

memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi

mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare, biasanya pasien sembuh kira-

kira sehari, meskipun nafsu makan menurun 2-3 hari kemudian. (G.Bare,2017).

b. Gastritis Kronis
12

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau B. Tipe A (sering

di sebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel pariental, yang

menimbulkan atrofi dan infiltaris seluler, hal ini sering dihubungkan dengan

penyakit otoium seperti anemi perinisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari

lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H Pylory) mempengaruhi atrum

dan pylorus (Ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini di hubungkan dengan

bakteri H pylory: seperti minum panas atau makan pedas, penggunaan obat dan

alkohol, merokok. (G.Bare,2017).

4. Manisfestasi Klinis

Menurut Puspadewi, (2018) Tanda dan gejala umum gastritis yaitu:

a. Perut kembung

b. Sakit kepala

c. Mual dan muntah

d. Nyeri pada epigastyrium/uluhati

e. Perdarahan pada saluran cerna berupa hematemesis,melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Endoskopi

b. Biopsi mukosa lambung


13

c. Analisa cairan lambung

d. Pemeriksaan barium

e. Radiologi abdomen

f. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah

g. Feces bila melena

6. Komplikasi

Menurut Musstaqin (2017) komplikasi dari gastritis yaitu:

a. Perdarahan saluran bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang

perdarahan terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

b. Ulkus.

c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

7. Penatalaksanaan

Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila

gejala menetap perlu diberikan cairan parenteral. Bila peredaran terjadi maka

penatalaksanaannya adalah serupa dengan proses yang dilakukan untuk hemorage

gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat

asam pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

(G.Bare,2018).

a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida

b. Ranitidine, Cematidin, dan Nizatidin sangat efektif bila diberikan melalui

intravena. (Musttaqin,2017).
14

c. Factor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan

porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditunjukkan untuk mengatur sekresi asam

lambung, berupa antagonis reseptor H2, antikoligenik, dan antasida.

(Masjoer,2017).

8. Pencegahan

Walaupun infeksi H. Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa cara yang

dapat mengurangi resiko terkena gastritis yaitu:

a. Makan secara benar/teratur

Makanlah dengan jumlah yang cukup pada waktunya dan lakukan dengan santai.

b. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,

gorengan, dan berlemak. Hindari alcohol, penggunaan alcohol dapat mengiritasi

dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan

peradangan dan pendarahan.

c. Kendalikan stress.
15

PATHWAY

Obat-obat (NISAD, H. phylori Kafein


aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis)
Melekat pada epitel M produksi
Mengganggu lambung bikarbonat (HCO3-)
pembentukan sawat
mukosa lambung Menghancurkan lapisan Me kemampuan
mukosa lambung proteksi terhadap asam

Me barrier lambung Menyebabkan difusi kembali


terhadap asam dan pepsin asam lambung & pepsin Kekurangan volume
cairan

Inflamasi Erosi mukosa lambung Perdarahan

Nyeri epigastrium Mukosa lambung


Me tonus dan
peristaltik lambung kehilangan
integritas jaringan
16

Me sensori untuk makan Refluks isi duodenum


kelambung

Anoreksia
Mual Dorongan ekspulsi isi
lambung ke mulut

Nyeri akut Ketidakseimbangan


Muntah
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume
cairan
B. Konsep Dasar Nyeri

1. Pengertian

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat

subjektif karena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya (Alimul Aziz,2017).

Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun

emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,

sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu

aktivitas sehari-hari, pisikis, dan lain-lain (Asmandi,2017).

Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau

yang pernah dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter dan

Perry,2017).
17

2. Penyebab Rasa Nyeri

Penyebab nyeri menurut (Asmandi,2018) adalah sebagai berikut:

a. Penyebab yang berhubungan dengan fisik

1). Trauma

2). Neoplasma

3). Peradangan

4). Gangguan sirkulasi darah

b. Penyebab yang berhubungan dengan psikis

● Trauma psikologis

3. Stimulus Nyeri

Seseorang dapat menoleransinya, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat

mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat

beberapa jenis stimulus nyeri (Alimul aziz,2017).

a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan

jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.

b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya

penekanan pada reseptor nyeri.

c. Tumor, dapat juga menekan pada resptor nyeri.

d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronoria yang

mengstimulus reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.

e. Spasme otot, dapat menstimulus mekanik.


18

4. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada

tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan (Asmandi,2017).

a. Nyeri berdasarkan tempatnya:

1) Pheripel pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada

kulit dan mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau

pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ struktur

dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda,

bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang sering terjadi karena perangsangan pada sistem

saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2) Steady pain,yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu

yang lama.

3) Paraxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat

sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap +10-15 menit, lalu menghilang,

kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan:

1). Nyeri akut

2). Nyeri kronis


19

TABEL 1:

KLASIFIKASI NYERI MENURUT (ALIMUL AZIZ,2017)

No Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis

1. Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status

eksitensi

2. Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau

penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu

lama

3. Serangan Mendadak Bisa mendadak,

berkembang, dan

terselubung

4. Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai

bertahun-tahun

5. Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit

diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,

sehingga sulit dievaluasi

6. Gejala klinis nyeri Pola respon yang khas Pola respon yang

dengan gejala yang lebih bervariasi dengan sedikit

jelas gejala

7. Pola nyeri Terbatas Berlangsung terus


20

8. Perjalanan Biasanya berkurang Penderita meningkat

setelah beberapa saat setelah beberapa saat

5. Skala Nyeri

Menurut (Potter dan Perry, 2018). Intensitas nyeri dapat diketahui dengan

bertanya kepada pasien melalui skala nyeri.

a. Skala Nyeri Bourbanis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 1: Skala Nyeri Menurut Beourbanis.

Keterangan:

0 : Tidak Nyeri

1-3 : Nyeri Ringan

4-6 : Nyeri sedang. Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

7-9 : Nyeri berat, secara objektif kadang klien tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,


21

dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat

mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan ahli

posisi nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri tidak tertahan, pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

b. Skala Nyeri VAS

VAS (Visual Analog Scale) adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendiskripsikan verbal pada setiap

ujung. Skala ini memberikan kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri.

Analog Visual

Tidak Nyeri Nyeri yang tidak tertahankan

Gambar 2: Skala Nyeri VAS

c. Skala Nyeri Numerik

Skala numerik adalah alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa

nyerinya sesuai dengan level itensitas nyerinya pada skala numerik dari 0-10 atau

0-100. Angka 0 berarti no pain dan 10 atau 100 berarti severe pain (nyeri hebat).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Sedang Nyeri

Nyeri Hebat

Gambar 3: Skala Nyeri Numerik


22

d. Skala Nyeri atau Wong Baker FACES Rating Scale.

Pengukuran intensitas nyeri dengan skala wajah dilakukan dengan cara

memperlihatkan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang. Cara ini

ditetapkan pada pasien yang tidak dapat menyatakan nyerinya dengan skala angka,

misalnya anak-anak dan lansia.

Gambar 4: Skala Nyeri Wong Baker FACES

6. Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Nyeri

Nyeri merupakan sesuatu kompleks, banyak factor yang mempengaruhi

pengalaman nyeri individu. Factor-factor yang mempengaruhi nyeri. (Potter dan

Perry,2017).

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara

kelompok usi ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi

terhadap nyeri.

b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

merespon terhadap nyeri.


23

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang digarapkan dan apa yang diterima oleh

kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

d. Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman

nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan

memepersiapkan nyeri dengan cara berbeda beda, apabila nyeri tersebut memberi

kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.

e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatikan yang meningkat dihubungkan dengan

nyeri yang meningkat. Sedangkan upaya penglihatan dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun.

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas kompleks, ansietas sering kali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan

ansietas, individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mentoleransi nyeri

sedang hingga berat dari pada individu yang memiliki status emosional yang kurang

stabil.

g. Keletihan
24

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensaai

nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

h. Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, pengalaman nyeri sebelumnya

tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih

mudah pada masa yang akan datang.

i. Gaya Koping

Pasien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah

sakit, pasien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu, hal yang sering terjadi

adalah pasien merasa kehilangan control terhadap lingkungan atau kehilangan

control terhadap lingkungan atau kehilangan control terhadap hasil akhir dari

peristiwa-peristiwa yang terjadi.

j. Dukungan keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau

perlindungan. Walaupun nyeri tekan pasien rasakan, kehadiran orang yang dicintai

pasien akan meminimalkan rasa kesepian dan ketakutan.

7. Penanganan Nyeri

a. Managemen Nyeri Non Farmakologi

Tindakan non farmakologi mencangkup intervensi perilaku kognitif dan

penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku kognitif adalah mengubah


25

perilaku nyeri, dan memberikan pasien rasa pengendalian yang lebih besar. Agen-

agen fisik bertujuan memberikan rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik,

mengubah respon fisiologi, dan mengurangi rasa takut yang terkait dengan

imobilisasi.

Jenis managemen nyeri non farmakologi antara lain (Prasetyo,2018).

1) Membangun hubungan taraupetik antara perawat dan pasien

2) Bimbingan antisipasi

3) Relaksasi

4) Imajinasi terbimbing

5) Teknik effluarge/Mengusap

6) Distraksi

7) Akupuntur

8) Biofeedback

9) Stimulus kutaneus

10) Akupresur

11) Psikoterapi

b. Managemen Nyeri Farmakologi

Analgesik berupa metode yang dilakukan guna mengganggu atau memblok

transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikol

terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis

narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi

pada fungsi fital seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal
26

dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen dan bahan anti inflamasi nonsteroid

(Alimul Aziz,2018).

C. Konsep Nyeri Epigastrium

1. Pengertian

Dalam bahasa medis ulu hati disebut dengan dengan epigastrium yaitu salah satu

bagian dari sembilan pembagian lokasi perut. Nyeri epigastrium berhubungan dengan

nyeri yang tajam dan terlokalisasi yang dirasakan oleh seseorang pada daerah tengah

atas perut yang berada tepat dibawah tulang iga sewaktu atau segera setelah makan.
27

2. Letak Epigastrium

Epigastrium (Ulu hati) terletak diantara ujung tulang dada bagian bawah dan dibawah

lengkung tulang iga.

Gambar 5: Perut Letak Ulu Hati (Epigastrium)

tepat nomor 2

3. Penyebab Nyeri Epigastrium

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan rasa sakit di ulu hati. Ada banyak

gangguan dan penyakit dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman pada daerah ini.

Oleh karena itu, menjadi sulit untuk mendiagnosis dengan pasti, berikut kami sajikan

semua kemungkinan penyebab nyeri ulu hati:

a. Tukak Lambung

Tukak Lambung adalah penyebab paling umum dari nyeri ulu hati. Ulkus

diartikan sebagai perlukaan pada lapisan lambung, paling sering disebabakn oleh

infeksi bakteri Helicobacter pylori. Dalam kasus ulkus peptikum, gejala yang khas

adalah nyeri ulu hati yang menetap setelah makan. Gejala lain yang menyertai

seperti kembung, hematemesis (muntah darah kehitaman) dan perut terasa penuh.

Tukak juga bisa terjadi pada usus dua belas jari (ulkus duodenum) bedanya, pada
28

kondisi ini nyeri ulu hati terjadi setelah makan yang muncul dalam jeda waktu dua

sampai tiga jam setelah makan.

b. Sakit Maag (Gastritis)

Gastritis adalah radang pada lambung yang menyebabkan berbagai gejala.

Salah satu gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati. Peradangan terjadi pada

lapisan lambung yang kontak dengan asam lambung, peradangan bisa menacapai

lapisan yang lebih dalam sesuai berat ringannya penyakit. Selain sakit di ulu hati,

sakit maag juga menyebabkan mual dan penurunan berat badan.

c. Penyakit Refluks Asam Lambung

Penyakit gastroesophageal reflux (GERD) adalah suatu kondisi dimana

seseorang merasakan sensasi terbakar dibelakang tulang dada. Sensasi ini dapat

dirasakan didaerah ulu hati. Hal ini terjadi karena regurgitasi atau naiknya asam

lambung dan makanan dari lambung ke kerongkongan (esofagus). Keluhan sering

disertai dengan mual dan perasaan ada makanan yang nyangkut dibelakang dada.

d. Heartburn

Hampir sama dengan GERD namun pada kondisi ini sensasi rasa terbakar dan

nyeri di ulu hati akibat tingginya sekresi asam lambung yang dominan. Asam ini

disekresikan oleh lambung dan bisa mengalir kembali ke kerongkonan (mirip

dengan GERD). Kondisi ini disebut juga dengan cardialgia atau pyrosis.

e. Karsinoma Lambung

Keganasan atau kanker lambung juga bisa menyebabkan nyeri didaerah ulu

hati kronis yang disertai dengan berbagai macam gejala seperti penurunan berat

badan, serta sakit perut dilokasi lain.


29

f. Gastroenteritis

Mudahnya kita sebut sebagai diare, yaitu penyakit inflamasi pada lambung

dan usus yang disebabkan oleh infeksi, baik bakteri ataupun virus. Gejala umumnya

berupa nyeri perut, demam, mual, dan mencret.

g. Radang Pankreas

Pankreatitis adalah salah satu penyebab utama nyeri ulu hati. Radang

pankreas dapat berupa radang akut atau kronis. Pankretitis akut ditandai dengan

sakit ulu hati parah menjalar ke arah belakang. epigastrium.

h. Batu Empedu

Batu empedu atau peradangan kandung empedu biasanya menyebabkan nyeri

didaerah perut kanan yang juga menyebar ke daerah epigastrium. Rasa sakit

biasanya terasa seperti menggerogoti.

i. Penyakit Hati

Hepatitis adalah peradangan hati yang ditandai dengan rasa sakit yang juga

dapat dirasakan didaerah ulu hati. Peradangan hati ini paling sering disebabkan oleh

infeksi virus. Selain sakit perut, gejala lain yang menyertai yaitu perubahan warna

kuning pada kulit dan sklera mata, badan lemas dan demam.

4. Penyakit atau kondisi medis yang menyebabkan nyeri epigastrium.

Kanker pankreas, Gastritis, Gangguan pencernaan, efek medicational, Dispepsia,

penyakit Ulkus peptikum, Iskemia miokard, refluks Gastroesophegal, Pankreatitis,


30

Malabsorbtion, pelanggaran miokard, kanker lambung, usus iskemia, Pneumonia,

Hernia Hiatus, volvulus lambung, Kehamilan, Zollinger_Ellison sindrom, Hernia

abdomen, Caliac Stenosis arteri dari aompression oleh ligamant arkuata median

diafragma, Toxity Tembaga, akteri Helicobacter pylori, penyakit Janbon syndrome

Crohn dari kerongkongan, Ankylostomiasis, infeksi parasit, limfoma lambung,

Pylephlebitis, Sandifer sindrom, sindrom Zieve, infeksi Pancriatic dan terakhir namun

tidak sedikit, laktase defficiency.

D. Konsep Dasar Teknik Kompres Air Hangat

1. Pengertian

Kompres air hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan

menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. (Sylvia A Price,2017).

Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat

yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis seperti rasa nyaman, mengurangi

atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot,

memperlancar sirkulasi darah, merangsang peristatik usus, serta memberi rasa hangat.

(Gabriel F.J,2017).

Menurut Sylvia A Price (2017) Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat

kepada pasien untuk mengurangai nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi

untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal dengan tujuan

memberikan kenyamanan kepada pasien.

2. Tujuan pemberian kompres air hangat


31

Tujuan pemberian kompres air hangat dengan menggunakan buli-buli panas:

a. Memperlancarkan sirkulasi darah

b. Menurunkan suhu tubuh

c. Mengurangi rasa sakit atau nyeri

d. Merangsang peristaltic usus

3. Pelaksanaan Teknik Kompres Air Hangat

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam penggunaan kompres hangat.

a. Kompres Hangat Basah

Persiapan alat kompres hangat basah:

1) Kom berisi air hangat (40-46c).

2) Bak steril berisi 2 buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai

3) Kasa perban/kain segitiga

4) Pengalas

5) Sarung tangan bersih

6) Bengkok 2 buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)

7) Waslap 4 buah

8) Pinset anatomi 2 buah

9) Korentang

Cara kerja kompres hangat basah:

1) Dekatkanlah alat-alat kedekat klien

2) Cuci tangan
32

3) Atur posisi klien yang nyaman

4) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres

5) Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila-bila diperban. Kemudian,

buang bekas balutan kedalam bengkok kosong.

6) Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak steril, lalu masukkan

kedalam kom yang berisi cairan hangat.

7) Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area yang

akan dikompres.

8) Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutupi/dilapisi dengan

kasa kering. Selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga

9) Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan

kompres tiap 5 menit.

10) Lepaskan sarung tangan

11) Atur kembali klien dengan posisi yang nyaman

12) Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali

13) Cuci tangan

14) Dekomentasikan tindakan ini beserta responnya.

b. Kompres hangat kering

Persiapan alat kompres hangat kering menggunakan buli-buli panas:

1) Buli-buli panas dan sarung

2) Termos berisi air panas/ thermometer air panas

3) Lap kerja
33

4. Cara kerja kompres hangat kering menggunakan buli-buli panas:

1) Cuci tangan

2) Lakukan pemasangan terlebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara: mengisi

buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi

buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang

diinginkan (50-60oC).

3) Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-

buli tersebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara:

a) Letakkan atau tidurkan buli-buli diatas meja atau tempat datar.

b) Bagian atas buli-buli dilipat sampai kelihatan permukaan air dileher buli-buli.

c) Kemudian penutup buli-buli ditutup dengan rapat/benar.

4) Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkan dengan lap kerja dan

masukkan ke dalam sarung buli-buli.

5) Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien.

6) Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan

7) Kaji secara teratur kondisi pasien untuk mengetahui kelainan yang timbul akibat

pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan,

ketidaknyamanan, kebocoran.

8) Ganti buli-buli panas setelah 30 menit dipasang dengan air panas lagi, sesuai yang

dikehendaki.

9) Bereskan alat alat bila sudah selesai

10) Cuci tangan

11) Dokumentasikan.
34

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan

a. Dalam kompres hangat basah:

1) Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres dipertahankan tetap

hangat.

2) Cairan jangan terlalu paans, agar kulit jangan sampai kulit terbakar

3) Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres

4) Untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka

memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril yang penting bersih.

b. Dalam kompres hangat kering menggunakan buli-buli panas:

1) Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien perdarahan

2) Pemakaian buli-buli panas ada bagian abdomen, tutup buli-buli mengarah ke

atas/samping.

3) Bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke bawah/samping

4) Buli-buli harus diperiksa dulu/cincin karet pada penutupnya.


35

E. Konsep dasar Keperawatan

1. Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang

mengalami gangguan fisik, psikis, dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan

yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan

kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan

rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersiapkan sakit oleh individu (Nursalam,2017).

2. Tujuan Keperawatan

Menurut Ali (2017) tujuan asuahn keperawatan adalah:

a. Membantu individu untuk mandiri

b. Mengajak individu atau masyarakat berpatisipasi dalam kesehatan.

c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara

optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatnnya.

d. Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.


36

3. Proses Keperawatan

a. Pengertian

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi

dalam pemberian asuhan keperawatan, yang di fokuskan pada reaksi dan respon

unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan

yang dialami, baik secara actual maupun potensial (Deswani,2017).

b. Tujuan Proses Keperawatan

Tujuan proses keperawatan adalah sebagai standar pemberian asuhan

keperawatan, mempraktekan metode pemecahan masalah, memperoleh metode

yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi, memperoleh metode yang

baku, sistematis dan rasional, serta memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan

kualitas tinggi (Deswani,2017).

c. Asas Proses Keperawatan

Dalam pelaksanaan proses keperawatan dianut asas-asas sebagai berikut:

Keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan.

1) Manfaat, semua kebutuhan atau tindakan yang diambil harus bermanfaat bagi

kepentingan pasien, oterhadap saling ketergantungan antara tenaga

keperawatan dalam merawat pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama

yang baik diantara keduanya.

d. Menurut (Nikmatur,2017). Manfaat dari proses keperawatan dapat ditinjau dari

beberapa aspek.

1). Aspek administrasi


37

2). Aspek hukum

3). Aspek ekonomi

4). Aspek pendidikan

e. Menurut (Nikmatur,2017). Sifat-sifat dan proses keperawatan

1). Dinamis

Artinya proses keperawatan dapat berubah bila kondisi pasien berubah.

2). Skilikal

Proses keperawatan berjalan secara siklus dan berurutan dimulai dari

pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3). Interdependen

Tahap-tahap dari proses keperawatan merupakan tahap yang saling

bergantungan. Diagnosis keperawatan yang muncul tergantungan dari data-data

yang diporelah saat pengkajian.

4). Tahap-tahap dalam proses keperawatan ini meliputi

Tahap-tahap dalam proses keperawatan terdiri dari pengkajain, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ali Zaidin,2017).

a. Pengkajian

Pengkajian menurut (Wong,2018) antara lain:

1). Wawancara
38

Wawancara meruapkan pola komunikasi yang di lakukan untuk tujuan spesifik dan

di fokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Ada dua tipe wawancara, yaitu

wawancara langsung dan tidak langsung.

2). Observasi

Kemampuan melakukan observasi bergantung pada tingkat pengetahuan perawat

atau mahasiswa. Untuk itu, perawat harus meningkatkan dasar pengetahuan dan

kemampuan melakukan observasi.

3). Pemeriksaan Fisik

Ketrampilan saat pengkajian fisik merupakan hal yang penting dalam mendapatkan

data dan evaluasi kondisi pasien. Perawat menggunakan teknik inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi untuk memberikan kondisi fisik pasien secara menyeluruh.

Pada tahap ini perawat atau mahasiswa di tuntut untuk mengetahui pengkajian fisik

dengan pendekatan tubuh maupun menyeluruh (head to toe).

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Arif muttaqin,2018) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

gastritis yaitu:

1) Nyeri b/d peningkatan asam lambung

a) Kemungkinan dibuktikan oleh: Menyatakan nyeri, mengkomunikasikan

nyeri, berhati-hati dengan abdomen.

b) Tujuan: Penurunan atau hilangnya rasa nyeri.

c) Hasil yang diharapkan: Mengatakan nyeri hilang, menunjukkan postur tubuh

rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.


39

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak dekuat.

a) Kemungkinan di buktikan oleh: Berat badan menurun ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit.

b) Tujuan: Nutrisi terpenuhi

c) Hasil yang diharapkan: Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

menyiapkan pola diet dengan masukan kalori untuk

meningkatkan/mempertahankan berat badan yang tepat. Menunjukkan

peningkatan berat badan mencapai rentang yang di harapkan individu.

3) Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b/d keluarnya cairan dari

muntah yang berlebihan.

a) Kemungkinan dibuktikan oleh: Kulit dan membran mukosa kering,

penurunan turgor kulit. Pengeluaran lebih besar dari pada pemasukan.

Gangguan keseimbangan elektrolit.

b) Tujuan: Pasien dapat memepertahankan atau menunjukkan perubahan

keseimbangan cairan.

c) Hasil yang diharapkan: Mempertahankan atau menunjukkan perubahan

keseimbangan cairan, dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit

baik, tanda vital stabil.

4) Kurang pengetahuan tentang pola makan b/d kurangnya informasi.

a) Kemungkinan dibuktikan oleh: Pernyataan masalah, permintaan informasi,

terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.


40

b) Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang telah

diinformasikan.

c) Hasil yang diharapkan: Mulai mendiskusikan peranannya dalam mencegah

kekambuhan mengidentifikasi atau melakukan perubahan pola hidup.

c. Perencanaan

Perencanaan adalah pengembangan strategi disain untuk mencegah,

mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa

keperawatan. (Nikmatur,2018).

Berdasarkan perencanaan dari uraian diagnosa diatas maka peneliti mengangkat

diagnosa dari poin ke satu yaitu:

Nyeri b/d peningkatan asam lambung. Sesuai dengan judul dan masalah yang

muncul pada Ny. yaitu nyeri epigastrium.

● Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.

a) Kriteria Hasil: Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat,

skala nyeri menunujukkan angka 0.

b) Rencana tindakan

(1). Kaji Nyeri

Rasional: Perubahan lokasi/intensitas nyeri dapat mengidentifikasikan

nyeri.

(2). Lakukan Teknik Kompres Air Hangat

Rasional: Untuk mengurangi nyeri epigastrium.

(3). Ajarkan pasien dan keluarga melakukan teknik kompres air hangat jika

neyri berulang.
41

Rasional: Agar pasien dan keluarga dapat melakukan secara mandiri

(4). Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk

mengurangai nyeri.

Rasional: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang

dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan yang dilakukan antara lain:

1). Secara Mandiri (independent)

Adalah tindakan yang diperiksa sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam

mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor.

2). Saling ketergantungan/kolaborasi (interdependen)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesama tim perawatan atau

dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, gizi, analisi kesehatan dan sebagainya.

3). Rujukan/ketergantungan (dependen)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya

dokter, psikologi, psikiater, ahli gizi,fisioterapi dan sebagainya.

e. Evaluasi

1). Pengertian

Evaluasi adalah perbandingan yang sistimatik dan terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara
42

bersinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya (Ali

Zaidin,2018).

2). Tujuan

Menurut (Nikmatur,2018) tujuan dari hasil evaluasi adalah:

a) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

b) Memodifikasikan rencana tindakan keperawatan

c) Meneruskan rencana tindakan keperawatan

F. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian
43

Keluarga didefinisikan sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang

merupakan landasan dasar dari semua institusi. Keluarga merupakan kelompok primer

yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,

hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi (Maria).

2. Tipe Keluarga

a. Tipe keluarga tradisional

Ada beberapa ciri atau tipe keluarga tradisional, yaitu:

1) Keluarga inti (nuclear family)

2) Keluarga besar (extended family)

3) Keluarga dyad (pasangan inti)

4) Keluarga single parent

5) Keluarga single adult (bujang dewasa)

b. Tipe keluarga modern (nontradisional)

Berikut ini ialah beberapa tipe keluarga modern:

1) The unmarriedteenege mother

2) Reconstitude nuclear

3) The stepparent family

4) Commune family

5) The non marital heterosexual conhibitang family

6) Gay and lesbian family

7) Cohabiting couple

8) Group-marriage family

9) Group network family


44

10) Foster family

11) Intitusional

12) Homeless family

3. Struktur Dalam Keluarga

Friedman (2018) menjelaskan bahwa struktur dalam keluarga terbagi menjadi empat,

yaitu:

a. Pola komunikasi keluarga

b. Struktur peran

c. Struktur kekuatan

d. Nilai – nilai dalam kehidupan keluarga

Struktur keluarga dari dimensi budaya

a. Berdasarkan jalur hubungan darah

1) Patrilineal

Ialah suatu adat masyarakat dimana pengatur alur keturunan berasal dari pihak

ayah. Maka bila terjadi masalah yang bertanggungjawab adalah pihak laki-laki.

2) Matrilineal

Ialah suatu adat masyarakat dimana pengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu.

b. Berdasarkan dominasi tempat tinggal

1) Patrilokal

Ialah adat yang mengatur pasangan suami istri untuk tinggal bersama atau disekitar

tempat tingal keluarga sedarah dari pihak suami.

2) Matrilokal
45

Ialah adat dimana pasangan baru diwajibkan tinggal bersama atau disekitar tempat

tingal keluarga sedarah dari pihak istri

c. Berdasarkan dominasi pengambilan keputusan

1) Patriarkal

Ialah suatu kondisi rumah tangga dimana pengambilan keputusan didominasi oleh

pihak suami. Bahkan, dapat terjadi pula diputuskan oleh keluarga besar pihak

suami.

2) Matriarkal

Ialah suatu kondisi rumah tangga dimana pengambilan keputusan berada pada pihak

istri, bahkan oleh keluarga besarnya.

3) Equalitarian

Ialah suatu kondisi rumah tangga dimana pihak suami dan pihak istri membahas

suatu masalah untuk menentukan keputusan bersama.

4. Fungsi Dan Peran Keluarga

a. Fungsi keluarga

Friedman (2018) mengelompokkan fungsi pokok keluarga dalam lima poin, yaitu:

1) Fungsi reproduktif keluarga

2) Fungsi sosial keluarga

3) Fungsi affektif keluarga

4) Fungsi ekonomi
46

5) Fungsi perawatan keluarga

Selain itu, menurut BKKBN (2018), fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 12 Tahun 1994, adalah sebagai berikut:

1) Fungsi pendidikan

2) Fungsi budaya

3) Fungsi agama

4) Fungsi cinta kasih

5) Fungsi perlindungan

6) Fungsi pelestarian lingkungan

b. Peran keluaraga

Adapun peran masing-masing keluarga dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Peran ayah

Ayah memiliki peran sebagai pemimpin/kepala keluarga, pencari nafkah,

pelindung, pemberi rasa aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran ibu

Selain mengurus wilayah domestik keluarga, ibu juga berperan sebagai salah satu

anggota kelompok dari peran sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya. Bahkan ibu pula dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarga.

3) Peran anak

Dalam posisi ini, anak menjadi objek sekaligus subjek. Anak yang dibentuk oleh

keluarga pada saat bersamaan juga memiliki perannya sendiri. Anak melaksanakan
47

peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,

sosial, dan spiritual.

5. Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah sebuah proses perubahan system keluarga yang

bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan umumnya memiliki tugas dan

resiko kesehatan yang berbeda-beda. Duval (2018) membagi keluarga dalam 8 tahap

perkembangan, yaitu:

a. Keluarga baru (berganning family)

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)

c. Keluarga dengan anak prasekolah

d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

h. Keluarga lanjut usia


48

G. Kerangka Konsep

Untuk memudahkan penulisan ini, maka kerangka konsep yang digunakan peneliti adalah

seperti pada gambar 6. Berikut Ini:

Asuhan Keperawatan

1) Peng
kajia Nyeri epigatrium
Ny/Tn
n berkurang.
dengan
Gastritis
2) Diag
nosa
Kepe
rawat
an

3) Peren
canaa Gambar 6: Kerangka Konsep Penelitian
n
Sumber: Data Primer
(kom
pres
air
hang
at )
49

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hasil Yang Diharapkan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Studi Kasus

Sedangkan studi kasus adalah salah satu macam dari penelitian deskriptif, yang

meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus unit tunggal. Unit yang menjadi masalah

tersebut dianalisa secara mendalam baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya

sendiri, faktor risiko, yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus

maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu.

(Setiadi,2017).

B. Tempat dan Waktu

1. Lokasi Penelitian : Di Desa Batu Merah.

2. Waktu Penelitian : Dilaksanakan pada bulan ....... 2020

C. Subjek Studi Kasus

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pasien Ny/Tn dengan Gastritis yang

sedang menjalankan rawat jalan. Di wilayah kerja puskesmas Rijali Ambon.

D. Fokus Studi

Penerapan prosedur kompres air hangat pada Ny/Tn dengan Gastritis yang mengalami

nyeri epigastrium.

50
51

E. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Pasien adalah seseorang yang mengalami sakit secara fisik dan melakukan perawatan di

Puskesmas Rijali Ambon.

2. Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat

mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa

superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan.

Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin,

2017:147).

3. Kompres air hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan

menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

memerlukan. (Sylvia A Price, 2017).

F. Metode Pengumpulan Data studi Kasus

1. Pengumpulan Data

a. Wawancara/Anamnesa: Peneliti akan melakukan tanya jawab secara langsung kepada

pasien atau keluarga pasien guna mendapatkan data yang akurat.

b. Observasi yaitu peneliti mengadakan pengamatan langsung pada pasien untuk

mengetahui keadaan pasien.

c. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

d. Studi Dokumenter yaitu peneliti menggunakan catatan atau status kesehatan pasien

untuk kelengkapan data yang diinginkan.


52

e. Format pengkajian keluarga, digunakan untuk mendapatkan data dari pasien dan

keluarga.

f. Tensimeter: Untuk mengukur tekanan darah

g. Stetoskop: Untuk mendengar bunyi jantung.

h. Arloji: Untuk melihat waktu

i. Thermometer: Untuk mengukur suhu tubuh

j. SOP Kompres Air Hangat

k. Alat tulis, pena dan buku catatan

G. Analisis Data

Analisi data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta/data, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan di lanjutkan dengan opini dalam pembahasan.

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskripsif yang dipih. Data dapat

disajikan secara narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi

kasus yang merupakan data pendukungnya.

H. Etik Penelitian

Menurut Yurisa (2008) dalam Husna (2006), etika penelitian memiliki berbagai

macam prinsip namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity),

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and

confidentiality),

3. Keadilan dan inklusifitas (respect for justice and inclusiveness),


53

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and

benefits).

Penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada masalah etik yang meliputi:

1. Informed consent (lembar persetujuan) menjadi responden.

Lembar persetujuan ini diberikan kepada pasien dengan kanker paru dengan

memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta dampak dari penelitian.

2. Anonimity

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, namun

hanya kode untuk setiap responden, hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan

responden.

3. Confidentiality

Informasi dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pada

kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan, terutama dilaporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai