Anda di halaman 1dari 27

0

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA


DOMESTIKA VAL) TERHADAP NYERI GASTRITIS
DI KLINIK BUNGA MERPATI KOTA PALU

PROPOSAL

MARSUJI UTAMI
201601022

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, disatu


pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
belum banyak tertangani, dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus Penyakit
Tidak Menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena
urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi, dan gastritis merupakan salah satu
PTM yang paling sering terjadi 1. Gastritis adalah suatu peradangan atau
pendarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi,
dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu
banyak, suka mengonsumsi makanan yang berbumbu merangsang, asam, dan
pedas2.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) angka kejadian
gastritis di dunia dari beberapa negara pada tahun 2018 yaitu Inggris dengan
angka persentase 22%, China dengan angka persentase 31%, Jepang dengan
angka persentase 14,5%, Kanada dengan angka persentase 35% dan Perancis
dengan angka persentase 29,5%. Di dunia, Kejadian penyakit gastritis sekitar
1,8-2,1 juta penduduk dari setiap tahunnya, Kejadian penyakit gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya3. Sementara
menurut WHO angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia
tahun 2017 cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238.452.952
jiwa penduduk atau sebesar 40,8%. Gastritis merupakan salah satu penyakit
dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit Indonesia
dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9%)4.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun
2017, angka kejadian gastritis di Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 39.726
kasus, dengan Kota Palu sebagai penyumbang gastritis terbanyak pertama
dibanding kabupaten lainnya5. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017
bahwa dari 10 penyakit dengan kasus tertinggi di Kota Palu, gastritis

1
2

menempati urutan ke 2 dengan jumlah kasus sebanyak 19.480 kasus setelah


kasus ISPA (44.259 kasus)6.
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Klinik Bunga Merpati Kota
Palu bahwa jumlah kunjungan pasien gastritis pada tahun 2018 sebanyak 208
pasien, mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi sebanyak 327 pasien.
Sementara jumlah kunjungan pada bulan Januari-April tahun 2020 sebanyak
121 pasien. Jumlah kunjungan ini didominasi oleh kelompok usia remaja7.
Gastritis umumnya dikenal dengan istilah sakit “maag” atau nyeri ulu
hati. Penyakit ini jika tidak cepat ditangani akan sangat berbahaya, karena akan
merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk menjadi kanker
lambung sehingga bisa mengakibatkan kematian8. Gastritis terjadi akibat
peradangan pada mukosa lambung yang dapat mengakibatkan pembengkakan
pada mukosa lambung hingga terlepasnya epitel mukosa supersial yang dapat
menjadi penyebab utama pada gangguan saluran cerna. Pelepasan epitel dapat
merangsang untuk timbulnya proses inflamasi pada lambung ditandai dengan
rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun
atau sakit kepala9. Rasa nyeri pada daerah epigastrium umumnya menyerang
penderita gastritis10.
Keluhan nyeri pada penyakit gastritis umumnya disebabkan adanya
gangguan gastritis fungsional. Gastritis fungsional merupakan nyeri yang
terjadi bukan dikarenakan oleh lambung melainkan seringkali disebabkan oleh
pola makan seseorang yang tidak teratur meliputi frekuensi makan, jenis dan
jumlah makanan. Nyeri yang ditimbulkan membuat rasa tidak nyaman, serta
makan menjadi tidak enak. Jika masalah ini diabaikan maka dapat
meningkatkan risiko kanker lambung11.
Pengendalian rasa nyeri gastritis bisa dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya pengobatan farmokologi dan non farmakologi. Pengobatan
farmakologi bisa menggunakan obat omeprazole, esomeprazole, lansoprazole,
dan pantoprazole. Pengobatan ini disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Umumnya nyeri gastritis ringan dapat mereda dengan sendirinya. Namun, jika
keluhan nyeri yang dirasakan cukup berat, dapat mengatasinya dengan
mengkonsumsi obat-obat tersebut. Selain mengunakan pengobatan farmakologi
3

di atas, bisa pula menggunakan pengobatan non farmakologi dalam


menurunkan nyeri saat gastritis menyerang, misalnya seperti penggunaan
tanaman kunyit12.
Kunyit dengan nama latin Curcuma Doemstika Val digunakan sebagai
obat herbal atau tradisional sejak dahulu kala. Kunyit sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhan penyakit terutama penyakit gastritis, karena kunyit
sangat baik digunakan sebagai pengobatan radang, ulkus lambung dan sakit
perut13. Kandungan zat aktif kunyit yaitu kurkuminoid yang dapat menjadi
agen antiulcer sangat baik dalam penanganan gastritis11. Kunyit dapat diekstrak
atau diolah untuk dijadikan ramuan dalam mengobati nyeri gastritis. Pemberian
ekstrak kunyit mempunyai sifat gastroprotektor sehingga dapat melindungi
mukosa lambung dan meredahkan nyeri akibat tingginya asam lambung14.
Pada penelitian yang dilakukan Sarianti dkk (2018) menunjukkan hasil
bahwa pemberian ekstrak kunyit (Curcuma Domestik Val) berpengaruh
signifikan terhadap ulkus lambung (p = 0,000). Prosedur penelitian dilakukan
dengan membuat ekstrak kunyit yang dilakukan dengan menghaluskan kunyit
dan menyeduhnya dengan air. Ekstrak kunyit dapat memproteksi mukosa
lambung dengan meningkatkan sekresi mukus dan mempunyai efek vasodilator
sehingga kunyit dapat meningkatkan pertahanan mukosa lambung. Adapun
kandungan zat aktif kunyit yang dapat melindung mukosa lambung adalah
kurkuminoid dan minyak atsiri15.
Penelitian Marlina (2012) dengan judul “Pengaruh minuman kunyit
terhadap tingkat nyeri dismenore primer pada remaja putri di SMA Negeri 1
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam”, didapatkan hasil sebelum diberikan
minuman kunyit lebih dari separuh siswi (17 orang) mengalami tingkat nyeri
dismenore berat dan setelah diberikan minuman kunyit lebih dari separuh siswi
tersebut (17 orang) mengalami tingkat nyeri sedang. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh minuman kunyit terhadap tingkat nyeri dismenore
primer pada remaja putri di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabuapten Agam.
Menurut hasil wawancara awal peneliti pada 3 orang pasien gastritis
yang berkunjung di Klinik Bunga Merpati menunjukkan bahwa selama
menderita gastritis, mereka belum pernah menkonsumsi ekstrak kunyit sebagai
4

alternatif dalam meredakan nyeri gastritis yang mereka alami, hal ini
dikarenakan ketiga pasien tersebut belum mengetahui bahwa kunyit dapat
dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal dalam pengobatan gastritis.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit
(Curcuma Domestika Val) Terhadap Nyeri Gastritis di Klinik Bunga Merpati
Kota Palu”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh


pemberian ekstrak kunyit (Curcuma Domestika Val) terhadap nyeri gastritis di
Klinik Bunga Merpati Kota Palu?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak kunyit (Curcuma
Domestika Val) terhadap nyeri gastritis di Klinik Bunga Merpati Kota Palu

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi nyeri gastritis sebelum pemberian ekstrak kunyit
(Curcuma Domestika Val) di Klinik Bunga Merpati Kota Palu
b. Untuk mengidentifikasi nyeri gastritis sesudah pemberian ekstrak kunyit
(Curcuma Domestika Val) di Klinik Bunga Merpati Kota Palu
c. Untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak kunyit (Curcuma
Domestika Val) terhadap nyeri gastritis di Klinik Bunga Merpati Kota
Palu

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)


Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan literatur akademik yang
dapat dipergunakan oleh mahasiswa lain dalam pengembangan pengetahuan
5

tentang terapi non farmakologi pengaruh ekstrak kunyit terhadap penurunan


nyeri gastritis.

2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang manfaat kunyit dalam menurunkan nyeri gastritis.

3. Bagi Instansi Tempat Meneliti


Hasil penelitian ini dapat memberi infomasi serta masukan bagi pihak
klinik dalam memperomosikan kunyit sebagai altrenatif pengobatan untuk
menurunkan nyeri gastritis.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tinjauan Umum Tentang Gastritis

1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab
terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Pelepasan sel epitel akan
merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung16. Gastritis adalah
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain17.

2. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus,
atau parasit lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis
akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi
makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat
menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen18.
Ada beberapa faktor penyebab gastritis akut terjadinya gastritis
yaitu19:
a. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid/OAINS indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat, sulfonamide, steroid, kokain, agen
kemoterapi (mitosin, 5-fluora-2-deoxyuriine) dan digitalis bersifat
mengiritasi mukosa lambung.
b. Infeksi bakteri seperti Streptococci, Staphylococci, Proteus spesies,
Clostridium spesies, E. coli, tuberculosis dan secondary syphilis.
c. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.

d. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.


e. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,

6
7

gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus
lambung.
f. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen
iritasi mukosa lambung.
g. Garam empedu, terjadi pada kondisi refleks garam empedu (komponen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus
kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.
h. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
i. Trauma langsung lambung.

3. Klasifikasi
Pengklasifikasian gastritis berdasarkan tingkat keparahannya
meliputi20:
a. Gastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung, biasanya terdapat pada
mukosa. Gastritis akut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu gastritis
eksogen akut dan gastritis endogen. Bahan kimia, termis, bakteri
merupakan penyebab gastritis eksogen akut sedangkan kelainan tubuh
merupakan penyebab gastriti endogen akut.
b. Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa kronis
menimbulkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Gastritis kronis adalah
peradangan permukaan mukosa lambung menahun. Lambung yang
mengalami inflamasi kronis dari tipe tertentu sehingga menyebabkan
gastritis dari tipe yang spesifik disebut gastritis kronis.

4. Manifestasi Kinis
Manifestasi klinis dari gangguan ini cukup bervariasi, mulai dari
keluhan ringan hingga muncul perdarahan pada saluran cerna bagian atas.
Pada beberapa orang, gangguan ini tidak menimbulkan gejala yang khas21.
Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama berikut penjelasannya21:
8

a. Manifestasi gastritis akut


1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdarahan saluran cerna (Hematemesis Melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)
6) Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium
7) Kembung dan terasa sesak
8) Keluar keringat dingin
9) Nafsu makan menurun
10) Suhu badan naik
11) Pusing
12) Pucat
13) Lemas
b. Manifestasi gastritis kronis
1) Mengeluh nyeri ulu hati
2) Anoreksia
3) Naucea
4) Nyeri seperti ulkus peptik

5. Patofiologi Gastritis
Berawal dari mukosa lambung mengalami pengikisan akibat
komsumsi alkohol, obat anti inflamasi nonsteroid, infeksi Helicobacter
pylory, menimbulkan reaksi peradangan. Inflamsi lambung juga dapat
dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung. Ion H+ yang merupakan
susunan utama asam lambung diproduksi oleh sel parietal lambung dengan
bantuan enzim Na+/K+ ATPase yang dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan, misal cemas, stress, marah, melalui serabut parasimpatik vagus
akan terjadi peningkatan transmitter asetilkolin, histamine, gastrin releasing
peptide dapat meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ion H+ tidak
diikuti peningkatan penawarnya seperti prostaglandin, HCO3+, mukus,
lapisan mukosa lambung akan terjadi reaksi inflamasi8.
9

Peningkatan sekresi lambung memicu rangsangan serabut aferen


nervus vagus menuju medulla oblongata melalui kemoreseptor banyak
mengandung neurotransmitter oleh rasa mual dan muntah. Sehingga nutrisi
berkurang juga terjadi penurunan cairan tubuh dan cairan darah.
Kekurangan cairan merangsang pusat muntah untuk meningkatkan sekresi
Antideuretik Hormone (ADH) sehingga terjadi retensi cairan, kehilangan
NaCl dan NaHCO3 berlebihan ditambahkan dengan kehilangan natrium
lewat muntah maka penderita dapat jatuh hipotermia. Muntah juga
mengakibatkan penderita kehilangan K+ (hipokalemia) dan penderita dapat
jatuh pada kondisi alkalosis yang diperburuk oleh hipokalemia. Penutupan
celah yang luka dilakukan melalui migrasi sel epitel dan pembelahan sel
yang dirangsang oleh insulin like growth factored dan gaster8.

6. Faktor-faktor Resiko Gastritis


a. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung
sehingga timbul rasa nyeri22.
b. Merokok

Nikotin dalam rokok dapat menghilangkan rasa lapar, itu sebabnya


seseorang menjadi tidak lapar karena merokok. Sehingga akan
meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan gastritis21.
c. Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternyata


dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak),
sistem pernafasan, sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu
tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh
kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau
mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat
sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon
gastrin pada lambung dan pepsin. Sekresi asam yang meningkatkan dapat
10

menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung sehingga


menjadi gastritis21.
d. Obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat AINS merupakan golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktifitas siklooksigenasi, menyebabkan
penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakhidonat23. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk
pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang
amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara
topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat
tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian
setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis20.
e. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung sehingga dinding lambung rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal21.
f. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan, terutama lambung dan usus. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan
mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita semakin berkurang
nafsu makannnya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih
dari sekali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkanterus
menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan
11

gastritis24.
g. Usia
Di negara berkembang banyak penderita gastritis baik usia dini,
usia muda ataupun dewasa termasuk dalam usia produktif, dimana usia
lebih berisiko terkena gastritis karena banyak kesibukan yang
mempengaruhi pola makan yang tidak teratur dan stres di tempat kerja
dan pola hidup yang buruk19.
h. Stress Psikis
Stres juga menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan
merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan.
Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, bahkan bisa luka19.
i. Stres Fisik
Akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluk empedu
dan infeksi berat merupakan faktor pencetus stres fisik yang dapat
menimbulkan penyakit gastritis, ulkus dan perdarahan lambung. Stres
fisik bisa membuat perfusi mucosa lambung terganggu yang
mengakibatkan infark kecil serta meningkatkan produksi asam lambung19

7. Komplikasi
a. Gastritis akut
Komplikasinya yaitu terjadinya perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas (SCBA), dapat juga berupa hematemesis (muntah darah) dan
melena (berak darah), yang berakhir dengan shock hemoragik. Apabila
prosesnya hebat, terjadi ulkus, namun jarang terjadi perforasi21.
b. Gastritis kronis
Komplikasinya yaitu terjadi gangguan penyerapan vitamin B12.
Sehingga menyebabkan anemia pernesiaosa, yaitu gangguan penyerapan
zat besi, dan penyempitan daerah pylorus (pelepasan dari lambung ke
usus dua belas jari)21.
12

B. Tinjauan Umum Tentang Kunyit

1. Definisi
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat
potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur
dan zat pewarna alami. Habitat asli tanaman ini adalah wilayah Asia,
khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini dapat tumbuh liar di ladang, di
hutan ataupun di pekarangan rumah, di dataran rendah dan tinggi hingga
ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Selain itu, kunyit juga dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang tertata baik pengairannya, serta curah
hujannya yang cukup tinggi25.

Gambar 2.1 Tanaman Kunyit

2. Khasiat dan Kandungan Kunyit


Bagian utama tanaman kunyit adalah rimpangnya yang merupakan
tempat tumbuhnya tunas. Kulit rimpang berwarna kecoklatan dan bagian
dalamnya berwarna kuning tua, kuning jingga, atau kuning jingga
kemerahan sampai kecoklatan. Rimpang utama berbentuk bulat panjang
seperti telur yang merupakan induk rimpang (bulb) yang biasa disebut empu
atau kunir lelaki. Rimpang induk membentuk cabang yang letaknya lateral
dan berbentuk seperti jari (fingers) yang lurus atau melengkung. Induk
rimpang rasanya agak pahit, getir, kaya akan pigmen dan resin. Sedangkan
anak rimpang rasanya agak manis dan berbau aromatis25.
Rimpang kunyit berkhasiat sebagai obat demam, obat mencret, obat
sesak napas, obat radang hidung dan penurun panas. Kandungan kimia yang
ada dalam rimpang kunyit di antaranya saponin, flavonoida, polifenol dan
13

minyak atsiri. Penelitian telah membuktikan bahwa kunyit berkhasiat


sebagai antiinflamasi, pada penelitian tersebut kunyit mampu memberikan
persen inhibisi radang sebesar 78,37% pada dosis 1000 mg/kg BB26.

Gambar 2.2 Rimpang Kunyit

Kandungan gizi ekstrak kunyit sebagai berikut27:


Tabel 2.1 Kandungan Gizi Ekstrak Kunyit

No Bahan Aktif Jumlah


1 Protein 0.090 gr
2 Lemak 0.008 gr
3 Karbohidrat/Pati 11.250 gr
4 Abu 0.925 gr
5 Vitamin A 1.315 IU
6 Vitamin C 3.250 mg
7 Hidroksiracaikol 0.005 gr
8 Eugenol 0.075 gr
9 Cinole 0.250 gr
10 Tanin 0.003 gr
11 Kurkumin 1.205 gr
12 Caprilic Acid 0.335 gr
13 Camphor/Fosfor 0.420 gr
14 Borneol 0.225 gr
Sumber: Asnia dkk (2019)

3. Manfaat Kunyit

Secara umum rimpang kunyit digunakan sebagai pewarna masakan


dan minuman, bumbu dapur, untuk kecantikan seperti lulur dan kosmetik,
serta penambah nafsu makan untuk anak. Pada bidang kesehatan kunyit
mempunyai peran sebagai antioksidan, antitumor, antikanker, antimikroba,
14

antipikun dan antiracun. Secara tradisional kunyit juga dimanfaatkan untuk


penyakit diabetes melitus, demam tifoid, apendisitis, disentri, leukorea, haid
tidak lancar, dismenore, obat luka, diare, sakit perut, melancarkan peredaran
darah, sakit maag, hepatitis, sariawan, rematik, dan dapat menurunkan
kolesterol28.
4. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit (Curcuma domestika Val) Terhadap
Nyeri Gastritis
Kunyit memiliki kandungan curcumin dan minyak atsiri yang
mempunyai efek hampir sama dengan obat-obatan golongan analgesik yang
dapat menurunkan nyeri dengan cara menghambat pembentukan
prostaglandin dengan mekanisme biosintesis sehingga dapat memblokade
impuls-impuls nyeri yang berasal dari korteks nyeri yang ada di medulla
oblongata29.

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yaitu justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi
masalahnya30. Dalam penelitian ini peneliti mengambil variabel bebas adalah
Curcuma domestika Val sedangkan variabel terikat yaitu nyeri pada pasien
gastritis. Gambaran yang lebih jelas dan terarah alur penelitian ini digambarkan
dalam rangka konsep seperti berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Pemberian
Nyeri Gastritis
Ekstrak Kunyit

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Ket:
: Variabel independen
: Variabel dependen
15

D. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian ekstrak kunyit (Curcuma domestika Val)
terhadap nyeri gastritis di Klinik Bunga Merpati Kota Palu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif, dengan


metode penelitian adalah eksperimen, menggunakan desain pra experimental
dengan rancangan one group pre and post test without control. Observasi
dilakukan dua kali yaitu sebelum diberikan perlakuan (01) disebut pretest, dan
sesudah diberikan perlakuan (02) disebut dengan posttest31. Secara sederhana
desain penelitian bentuk one group pre and post test without control. dapat
dilihat sebagai berikut:

Pretest (01) Perlakuan (X) Postest (02)

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan:
01 : Nyeri gastritis sebelum pemberian ekstrak kunyit
X : Perlakuan tindakan (intervensi) pemberian ekstrak kunyit
02 : Nyeri gastritis sesudah pemberian ekstrak kunyit.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik Bunga Merpati Kota Palu.

2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2020.
17

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian 30. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua penderita gastritis pada bulan April tahun 2020
yang berkunjung di Klinik Bunga Merpati yaitu sebanyak 31 orang.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi30. Sampel dalam penelitian ini
diambil dengan menggunakan rumus analisis kategorik-numerik
berpasangan sebagai berikut32: jumlah sampel yang digunakan adalah 12
orang
2
[ Zα+ Zβ ] s
n= ( x 1−x 2 )
Keterangan:
n = Jumlah subjek
Zα = Nilai standar alpha 5%, ditetapkan 1,96
Zβ = Nilai standar beta 20%, ditetapkan 0,84
x 1−x 2 = Selisih yang dianggap bermakna, ditetapkan 4,616
s = Simpangan baku selisih perbedaan nyeri disminore sebelum dan sesudah
diberikan ramuan kunyit, berdasarkan kepustakaan = 5,7733

2
[ Zα+ Zβ ] s
n= ( x 1−x 2 )
2
[ 1,96+0,84 ] 5,77
n= ( 4,616 )
2
n=( 3,5 )
n=12,25=12 orang
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling, yaitu salah satu teknik sampling non random sampling
dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan
18

ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan


dapat menjawab permasalahan penelitian31, dengan kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu:
a. Inklusi
1) Responden yang mengalami nyeri
2) Responden yeng mempunyai keluhan mual, muntah
3) Responden yang mempunyai keluhan nafsu makan menurun.
b. Eksklusi
1) Responden yang tidak mampu dilakukan pengobatan secara oral.
2) Responden yang mempuyai komplikasi selain penyakit gastritis
3) Penderita gastritis yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen32. Variabel
independen pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak kunyit.

2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen32. Variabel dependen pada penelitian ini adalah nyeri gastritis.

E. Definisi Operasional

1. Ekstrak Kunyit
Definisi : Ekstrak kunyit dalam penelitian ini adalah kunyit yang
diolah dengan cara menghaluskan kunyit kemudian
menyeduhnya dengan air yang dimaksudkan untuk
menurunkan nyeri gastritis pada responden yang
mengalami gastritis
Alat dan bahan : Parutan (Fackelmann Double Grater Productnation),
pisau (Ideal), saringan (Stainless Stell), gelas keramik,
Mangkok keramik, kunyit 5 rimpang, air mineral (Le
19

minerale). Pembuatan terapi ekstrak kunyit melalui


langkah-langkah sebagai berikut27:
a. Alat dan bahan
1) Peralatan yang digunakan untuk membuat ramuan adalah:
a) Parutan (Fackelmann Double Grater Productnation)
b) Pisau (Ideal)
c) Saringan (Stainless Stell)
d) Gelas keramik
e) Mangkok keramik
2) Bahan-bahan yang diperlukan adalah:
a) Kunyit 5 rimpang
b) Air mineral (Le Minerale)
b. Prosedur pembuatan ekstrak kunyit
1) Ambil sebanyak 5 rimpang kunyit
2) Kunyit dicuci terlebih dahulu kemudian ditiriskan
3) Kunyit dikupas hingga bersih dihilangkan kulit luarnya
4) Kunyit diparut, kemudian tambahkan air 50 ml
5) Ekstrak kunyit siap di minum
c. Teknik minum ekstrak kunyit
1) Hasil pembuatan ekstrak di minum sehari 2 kali pagi dan malam
2) Ekstrak kunyit diminum sesudah makan
3) Setiap kali minum sebanyak 50 ml selama 1 minggu.

2. Nyeri Gastritis
Definisi : Nyeri gastritis dalam penelitian ini adalah perasaan
menyakitkan pada lambung yang timbul akibat pola makan
tidak teratur.
Alat ukur : Lembar pemeriksaan Numeric Rating Scale (NRS) dengan
skala 0-10 dan lembar observasi
Cara ukur : Observasi
Skala ukur : Interval
20

Hasil ukur : Skor 1-3 untuk skala nyeri ringan


Skor 4-6 untuk skala nyeri sedang
Skor 7-10 untuk skala nyeri berat

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur nyeri gastritis


menggunakan lembar observasi NRS dengan skala 0-10. Skala yang digunakan
adalah Numerical Rating Scale (NRS) dari penelitian yang telah digunakan
oleh Tamsuri (2012)34. Untuk ekstrak kunyit menggunakan Standar
Operasional Prosedur (SOP) sesuai yang ada pada penelitian Wulandari dkk
(2018), dengan menggunakan alat dan bahan sebegai berikut33:
1. Kunyit 5 rimpang
2. Air mineral 50 ml
3. Parutan
4. Pisau
5. Saringan
6. Mangkok
7. Gelas ukur

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan
menggunakan lembar observasi NRS, berupa data skala nyeri gastritis
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak kunyit, serta data identitas dari
responden.
b. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen/arsip yang ada di
Klinik Bunga Merpati.

2. Pengolahan Data
Sebelum melakukan analisa data, maka terlebih dahulu akan
dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan, yaitu:
21

a. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaasn lembar jawaban terhadap
kuesioner yang telah dibagikan kepada responden pada saat penelitian
berlangsung peneliti memeriksa data atau identitas responden serta
pengisisn lembar jawaban pertanyaan yang diajukan kemngkinan adanya
kesalahan dalam pengisisan kuesioner.
b. Coding
Coding adalah pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban
yang bersifat kategori yang dalam penelitian ini adalah jawaban benar
dan salah.
c. Clening
Clening adalah membersihkan data dengan melihat variabel yang di
gunakan apakah datanya benar atau salah.
d. Tabulating
Tabulating adalah penyususun dan perhitungan data berdasarkan
variabel yang diteliti.
e. Describing
Describing adalah menggambarkan atau menjelaskan hasil data
yang sudah dikumpulkan.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari setiap variabel dan karakteristik responden, dengan rumus distribusi
frekuensi sebagai berikut35:
f
P= x 100 %
n
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi tiap kategori
n = Jumlah Sampel
22

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan atau keterkaitan
antara dua variabel. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Paired Sample t-test, dengan alasan karena kelompok data dalam
penelitian ini berpasangan, skala ukur penelitian yang digunakan adalah
rasio dan tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbedaan data sebelum
dan sesudah perlakuan. Syarat uji Paired Sample t-test yaitu datanya harus
berdistribusi normal, kedua kelompok data dependen (berpasangan) dan
variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan hanya
2 kelompok). Sebelum data diuji menggunakan Paired Sample t-test,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk melihat data berdistribusi
normal atau tidak, jika data berdistribusi normal, maka uji lanjut yang
digunakan tetap Paired Sample t-test. Akan tetapi jika data tidak
berdistribusi normal maka alternatif uji yang digunakan adalah Wilcoxon
Signed Rank Test untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat, dengan interprestasi sebagai berikut35:
a. Ada pengaruh jika nilai p-value ≤ 0,05
b. Tidak ada pengaruh jika nilai p-value > 0,05.
23

I. Bagan Alur Penelitian

Mengidentifikasi masalah di lapangan

Menentukan lokasi
penelitian
Mengajukan surat izin penelitian dari pihak
Kampus STIKES Widya Nusantara Palu ke Klinik Bunga Merpati

Waktu penelitian pada bulan Juni 2020

Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari pihak Kampus STIKES


Widya Nusantara Palu ke Klinik Bunga Merpati

Pelaksanaan penelitian

Pemberian ekstrak kunyit dan pengukuran


skala nyeri

Pengolahan data dan analisis


data
Hasil skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan
ekstrak kunyit

Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

24
1
Irianto, K. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung: IKAPI;
2014.
2
Suparyanto. Etiologi dan Penanganan Gastritis. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
3
Tussakinah W., Masrul dan Burhan IR. Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap
Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Taro Kota Payakumbuh. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2018. (2): 7.
4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
5
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Palu:
Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah; 2017.
6
Badan Pusat Statistik. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Kota Palu. 2017 [internet]. Tersedia
pada https://palukota.bps.go.id/statictable/2017/06/07/ 488/jumlah-kasus-10-penyakit-terbanyak-
kota-palu-2016.html.
7
Klinik Bunga Merpati. Laporan Klinik Bunga Merpati. Palu: Klinik Bunga Merpati; 2020.
8
Suyono H. Gastritis. Jakarta: Nuha Medika; 2013.
9
Sukarmin. Keperawatan pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pelajar; 2012.
10
Surantum. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info
Medika; 2012.
11
Saydam. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan Gangguan Pencernaan).
Bandung: Alfabeta; 2011.
12
Wijoyo PM. 15 Ramuan Penyembuh Gastritis. Jakarta: Bee Media Indonesia; 2013.
13
Komang A. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto; 2011
14
Winarto WP. Khasiat dan manfaat kunyit bagi Kesehatan. Jakarta: Agromedia Pustaka Tim
Lentara. 2014.
15
Sarianti Br., Simbolon., Katar Y dan Rusjdi SR. Efektivitas Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica
Val) Terhadap Ulkus Lambung Mencit BALB/c Akibat Pemberian Aspirin Secara Mikroskopis.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2018. (1): 7
16
Endang L. Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta: Rineka Cipta; 2011.
17
Muttaqin A. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
18
Dewit SC., Stromberg., Holly dan Dallred C. Medical Surgical Nursing: Concept and Practice.
Philadelphia: Elsevier; 2016.
19
Muttaqin A dan Kurmala S. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba medika; 2012.
20
Abata QA. Ilmu Penyakit Dalam. Madiun: Al-Furqon; 2014.
21
Brunner dan Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC; 2013.
22
Smeltzer SC. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC; 2010
23
Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC; 2011.
24
Sediaoetama DA. Ilmu Gizi. Jakarta: Salemba Medika; 2011
25
Said A. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta : PT. Sinar Wadjar Lestari; 2012.
26
Rustam E., Atmasari I dan Yanwirasti. Efek Anti inflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma
domestika Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 2017.
(2): 12.
27
Asnia M., Ambarwati NS dan Siregar JS. Pemanfaatan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val.)
Sebagai Perawatan Kecantikan Kulit. Jurnal Teknik. 2019. (1): 2.
28
Winarto IW. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka; 2014.
29
Mcphee S dan Ganong W. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta:
EGC; 2011.
30
Noor J. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya. Ilmiah. Jakarta: Kencana; 2011
31
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
32
Dahlan SM. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. 4th ed. Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2016
33
Wulandari A., Rodiyani dan Sari RD. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit (Curcuma longa linn)
dalam Mengatasi Dismenorea. Jurnal Majority. 2018. (2): 7.
34
Tamsuri A. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC; 2012.
35
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2012.

Anda mungkin juga menyukai