ABSTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan data dari badan penelitian kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) menemukan bahwa, beberapa negara yang mengalami angka persentase
kejadian gastritis tertinggi di dunia diantaranya adalah Inggris 22%, China 31%, Jepang
14.5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%, Inggris 22%, Jepang 14,5%. Kejadian gastritis di
Indonesia tahun 2017 adalah 40,8%,dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Tujuan : Pemberian terapi komplementer kompres air hangat pada pasien gastritis untuk
mengurangi nyeri.
Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi
kasus. Subjek penelitian adalah klien gastritis. Data diperoleh melalui metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan pemberian terapi kompres air hangat. Dilakukan pada 2
klien penderita gastritis. Instrumen yang digunakan WWZ dan pengukur nyeri dengan
Numerical Rating Scale (NRS).
Hasil : Terjadi penurunan nyeri pada kedua subjek penelitian yaitu dari nyeri sedang pada
awal pengkajian menjadi nyeri ringan dan tidak ada nyeri pada hari ketiga penelitian. Klien
mengalami penurunan skala nyeri dari 4 menjadi 1 dan pada klien kedua skala nyeri 3
menjadi 1.
Rekomendasi : Klien dengan gastritis diberikan terapi kompres air hangat selama 20 menit
untuk menurunkan nyeri pada pasien gastritis.
ABSTRACT
Background : Based on data from the World Health Organization (WHO) health research
agency, it was found that several countries that experienced the highest percentage of gastritis
incidence in the world were England 22%, China 31%, Japan 14.5%, Canada 35%, and
France. 29.5%, English 22%, Japanese 14.5%. The incidence of gastritis in Indonesia in 2017
was 40.8%, and the incidence of gastritis in several areas in Indonesia is quite high with a
prevalence of 274,396 cases out of 238,452,952 inhabitants.
Objective : Providing complementary therapy with warm water compresses in gastritis
patients to reduce pain.
Methodology : This research is a descriptive analysis research with a case study approach.
The research subjects were gastritis clients. Data were obtained through interviews,
observation, physical examination, and administration of warm water compress therapy.
Performed on 2 clients with gastritis. The instrument used is WWZ and pain measurement
with Numerical Rating Scale (NRS).
Results : There was a decrease in pain in both research subjects, from moderate pain at the
beginning of the study to mild pain and no pain on the third day of the study. The client
experienced a decrease in the pain scale from 4 to 1 and on the second client the pain scale
was 3 to 1.
Recommendation : Clients with gastritis are given warm water compress therapy for 20
minutes to reduce pain in gastritis patients.
PENDAHULUAN
Gastritis atau Dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai
maag atau penyakit lambung merupakan penyakit akibat proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan sub mukosa lambung, Penyakit gastritis bisa menyebabkan ulkus pada lambung,
gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan dengan gejala seperti
nyeri ulu hati, mual dan muntah. (Dwi Meilani, 2016)
Penyakit maag sangat mengganggu karena sering kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas. Sebenarnya kunci pengobatan penyakit maag adalah dapat mengatur agar
produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak berlebihan, yaitu dengan
menghindari makanan yang pedas, kecut, dan sering mengonsumsi kopi .(Wahyu, Supono, &
Hidayah,2015). Gastritis ini dapat diatasi dan dicegah kekambuhanya dengan makan dengan
jumlah kecil sedikit tapi sering, minum air putih untuk menetralkan asam lambung yang
tinggi, dan mengkonsumsi makan -makanan yang tinggi serat seperti buah dan sayur untuk
memperlancar saluran pencernaan .(Novitayanti, 2020)
Berdasarkan data dari badan penelitian kesehatan Dunia World Health Organization
(WHO) menemukan bahwa, beberapa negara yang mengalami angka persentase kejadian
gastritis tertinggi di dunia diantaranya adalah Inggris 22%, China 31%, Jepang 14.5%,
Kanada 35%, dan Perancis 29,5%, Inggris 22%, Jepang 14,5%.(Pratama,2018). Kejadian
gastritis di Indonesia tahun 2017 adalah 40,8%,dan angka kejadian gastritis di beberapa
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
penduduk . (Jannah,2017)
Persentase remaja dengan penderita Gastritis dengan karakteristik kurang usia 17 tahun ada 5
orang, dengan peresentase 33,33%, lebih dari usia 17 tahun ada 10 orang, dengan peresentase
66,66%, dan menurut jenis kelamin pada perempuan ada 9 orang dengan peresentase 60%,
Laki-laki ada 6 orang dengan peresentase 40%. Berdasarkan karasteristik pekerjaan
penderita gastritis dalam kalangan Pelajar/ Mahasiswa ada 8 orang dengan persentase
53,33%, IRT ada 2 orang dengan presentase 13,33%, Wiraswasta ada 5 orang dengan
persentase 33,33%.(Kimin, 2017)
Kejadiaan nyeri pada penderita gastritis menurut yaitu keluhan yang dirasakan perih
(nyeri) epigastrium. Nyeri terutama pada saat lambung kosong (secara siklus kurang lebih 3
jam asam lambung akan mengalami peningkatan), stress (terjadi peningkatan rangsangan
simpatik yang menaikkan kadar HCL). Data terkait nyeri epigastrik sering dilaporkan oleh
pasien dengan tipe macam-macam. Rasanya seperti disayat pisau, diremas, atau mungkin
terasa panas terbakar. Skala nyeri tergantung pada luas dan dalamnya ulkus, volume asam
lambung. Semakin dalam ancamanan iritasi maka semakin memicu sensasi nyeri yang cukup
kuat. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri. (Sukarmin,
2012)
Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium. Nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang
aktual dan potensial. Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih,
menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh
(gelisah, otot tegang, mondar - mandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan,
disorientasi waktu) .(Utami & Kartika 2018)
Tentang gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
akibat nyeri pada perut, perut terasa kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu
aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti
terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan,
hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil
(kedinginan), cegukan (hiccups) Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan maka Penyakit
gastritis ditimbulkan karena adanya peningkatan asam lambung yang berlebihan.Nyeri pada
gastritis timbul karena pengikisan mukosa yang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia
seperti prostaglandin dan histamine pada lambung yang ikut berperan dalam merangsang
reseptor nyeri. Nyeri akibat penyakit gastritis bila tidak ditangani sedini mungkin atau
dibiarkan maka berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-
luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung, selain itu bisa terjadi komplikasi seperti
penyempitan kerongkongan hingga sulit menelan, esofagus barret, atau terpapar asam
lambung pada kerongkongan, hingga bocornya asam lambung hingga usus halus.(Kusyati &
Fauzi’ah, 2018)
Cara mengurangi nyeri gastritis terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologis dan
non farmakologis. Salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah
kompres hangat, yaitu memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
kantung berisi air hangat yang dapat menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres hangat dengan suhu 45°C – 50,5°C. dapat dilakukan dengan
menempelkan kantung karet yang diisi air hangat ke daerah tubuh yang nyeri. Tujuan dari
kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,
menurunkan rasa nyeri, dan mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan
pada klien.(Kimin, 2017)
Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Pada
umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan
pelepasan endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. Menurut teori gate-
control kompres hangat dapat mengaktifkan (merangsang) serat-serat non-nosiseptif yang
berdiameter besar ( A-α dan A-β) akan menutp bagi serat- serat yang berdiameter kecil ( A-δ
dan C) yang berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi. Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. .(Kimin 2017)
Peran perawat dalam masyarakat dapat melakukan fungsinya sebagai edukator,
memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai nyeri khususnya keluarga yang
mengalami penyakit gastritis serta motivator agar keluarga selalu berupaya melakukan
pencegahan terlebih dahulu. Peneliti menyatakan bahwa pengetahuan juga mempunyai
hubungan yang bermakna terhadap gejala gastritis, dengan adanya pengetahuan tentang
proses terjadinya gastritis, faktor penyebab, perawatan yang tepat, masalah gejala gastritis
yang dihadapi oleh individu dapat diatasi. (Achjar, 2010).
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Karena itu terapi ini akan memberikan rasa
nyman dan dapat mengurangi nyeri pada penderita Gastritis.Berdasarkan Latar belakang
diatas, maka saya sebagai p
enulis tertarik pada terapi tersebut agar pasien dapat mengurangi nyeri dengan cara terapi
kompres air hangat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dipilih untuk penelitian
yang akan dilaksanakan yaitu studi kasus. Penelitian ini melibatkan 2 individu yaitu orang
dewasa yang dilakukan intervensi pemberian terapi kompres air hangat untuk menurunkan
nyeri. Instrumen yang digunakan yaitu lembar penjelasan untuk mengikuti penelitian, lembar
informend consent, koesioner pengkajian, buli-buli, Tensi, Termometer, stetoskop. Kriteria
inklusi pada sampel penelitian ini adalah orang dewasa (usia 44 tahun dan 38 tahun ).
Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan
pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 30 menit. Prosedur pengambilan
bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan pedoman wawancara
yang akan berlangsung kurang lebih 30 menit. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara
wawancara terpimpin dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung
kurang lebih 30 menit.
Kriteria Inklusi Pasien gastritis dengan umur lebih dari 17 tahun, Pasien gastritis
dengan jenis kelamin perempuan, Pasien gastritis bersedia menjadi responden.
Kriteria Ekslusi Pasien gastritis dengan komplikasi (seperti kanker lambung, gastritis
pendarahan),Pasien gastritis yang tidak kooperatif .
HASIL PENELITIAN
Tabel. 1
Tabel. 2
Perbandingan Kondisi Klien Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi pada Subjek Klien I
Respon perilaku dan Antusias,kooperatif saat Klien mengetahui apa bila nyeri
emosional akandilakukan kompres air terasa akan melakukan kompres
hangat air hangat menggunakan buli-
buli selama 20 menit.
II Respon nyeri O : klien mengatakan nyeri O : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan sudah 1 yang dirasakan sudah 1 tahun
Pertemuan II tahun yang lalu yang lalu
18 Februari 2021 P : nyeri hilang timbul P : nyeri hilang timbul
Pukul 19.30 WIB Q : senut-senut Q : senut-senut
R : nyeri diulu hati R : nyeri diulu hati
S : skala nyeri 3 S : skala nyeri 2
T :nyeri ketika telat makan T :nyeri ketika telat makan dan
dan makan-makanan yang makan-makanan yang pedas
pedas U : klien mengetahui sakit yang
U : klien mengetahui sakit diderita
yang diderita V : pasien berharap nyeri
V : pasien berharap nyeri berkurang
berkurang
Respon perilaku dan Antusias,kooperatif saat Klien mengetahui apa bila nyeri
emosional dilakukan kompres air terasa akan melakukan kompres
hangat air hangat menggunakan buli-
buli selama 20 menit.
III Respon nyeri O : klien mengatakan nyeri O : klien mengatakan nyeri
Pertemuan III yang dirasakan sudah 1 yang dirasakan sudah 1 tahun
20 Februari 2021 tahun yang lalu yang lalu
Pukul 14.30 WIB P : nyeri hilang timbul P : nyeri hilang timbul
Q : senut-senut Q : senut-senut
R : nyeri diulu hati R : nyeri diulu hati
S : skala nyeri 2 S : skala nyeri 1
T :nyeri ketika telat makan T :nyeri ketika telat makan dan
dan makan-makanan yang makan-makanan yang pedas
pedas U : klien mengetahui sakit yang
U : klien mengetahui sakit diderita
yang diderita V : pasien berharap nyeri
V : pasien berharap nyeri berkurang
berkurang
Respon perilaku dan Antusias,kooperatif saat Klien mengetahui apa bila nyeri
emosional dilakukan kompres air terasa akan melakukan kompres
hangat air hangat menggunakan buli-
buli selama 20 menit
Kondisi subjek penelitian I setelah diberikan intervensi dari hasil evaluasi adalah
terdapat penurunan nyeri yang dialami oleh Ny. R dengan hasil nyeri yang dirasakan dari
skala 4 menjadi skala nyeri 1. Kondisi subjek penelitian II setelah diberikan intervensi dari
hasil evaluasi adalah terdapat penurunan intensitas nyeri yang dialami Ny. L dengan hasil
nyeri yang dirasakan dari skala 3 menjadi skala nyeri 1.
Tabel. 4
Perbandingan Kondisi Klien Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi pada Subjek Klien II
Respon perilaku dan Antusias,kooperatif saat Klien mengetahui apa bila nyeri
emosional dilakukan kompres air terasa akan melakukan kompres
hangat air hangat menggunakan buli-
buli selama 20 menit.
II Respon nyeri O : klien mengatakan nyeri O : klien mengatakan nyeri
Pertemuan II yang dirasakan sudah 2 yang dirasakan sudah 2 tahun
21 Februari 2021 tahun yang lalu yang lalu
Pukul 12.30 WIB P : nyeri hilang timbul P : nyeri hilang timbul
Q : senut-senut Q : senut-senut
R : nyeri diulu hati R : nyeri diulu hati
S : skala nyeri 2 S : skala nyeri 1
T :nyeri ketika telat makan T :nyeri ketika telat makan dan
dan makan-makanan yang makan-makanan yang pedas
pedas U : klien mengetahui sakit yang
U : klien mengetahui sakit diderita
yang diderita V : pasien berharap nyeri
V : pasien berharap nyeri berkurang
berkurang
Respon perilaku dan Antusias,kooperatif saat Klien mengetahui apa bila nyeri
emosional dilakukan kompres air terasa akan melakukan kompres
hangat air hangat menggunakan buli-
buli selama 20 menit.
III Respon nyeri O : klien mengatakan nyeri O : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan sudah 2 yang dirasakan sudah 2 tahun
Pertemuan III tahun yang lalu yang lalu
22 Februari 2021 P : nyeri hilang timbul P : nyeri hilang timbul
Pukul 13.30 WIB Q : senut-senut Q : senut-senut
R : nyeri diulu hati R : nyeri diulu hati
S : skala nyeri 2 S : skala nyeri 1
T :nyeri ketika telat makan T :nyeri ketika telat makan dan
dan makan-makanan yang makan-makanan yang pedas
pedas U : klien mengetahui sakit yang
U : klien mengetahui sakit diderita
yang diderita V : pasien berharap nyeri
V : pasien berharap nyeri berkurang
berkurang
Respon perilaku dan Antusias,kooperatif saat Klien mengetahui apa bila nyeri
emosional dilakukan kompres air terasa akan melakukan kompres
hangat air hangat menggunakan buli-
buli selama 20 menit
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Pengkajian Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga
Ny. R Ny. L
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan intensitas nyeri pada Ny. R
dan Ny. L dari pengkajian hingga hari terakhir diberikan intervensi.
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa kompres air hangat dapat
menurunkan intensitas nyeri pada pasien Gastritis. Implementasi yang dilakukan kedua
pasien selama 3 hari yaitu kedua pasien dapat melakukan kompres menggunakan air hangat.
Ny. R dapat melakukan kompres air hangat selama 20 menit. Ny. L dapat melakukan
kompres air hangat selama 20 menit. Hasil penerapan kompres air hangat kedua klien yaitu
nyeri pada Ny. R sebelum dilakukan terapi kompres air hangat skala nyeri 4 (nyeri sedang)
dan sesudah dilakukan terapi kompres air hangat skala nyeri menjadi skala nyeri 1 (nyeri
ringan). Ny. L sebelum melakukan terapi kompres air hangat skala nyeri 3 (nyeri ringan)
dan sesudah melakukan terapi kompres air hangat skala nyeri menjadi 1 (nyeri ringan).
SARAN
Bagi klien dan Keluarga Diharapkan klien mampu menjaga kesehatannya. Klien
dengan penyakit Gastritis diharapkan dapat mengetahui cara penanganan apa bila terjadi
kekambuhan seperti nyeri pada bagian ulu hati. Diharapkan keluarga maupun orang terdekat
dapat mengetahui penyebab kambuhnya Gastritis seperti nyeri pada ulu hati, dan cara
pencegahan dan penanganan agar tidak terjadi nyeri.
Bagi pelayanan kesehatan ( Puskesmas atau Rumah sakit) Diharpkan Puskesmas /
rumah sakit mampu meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan Gastritis dan
cara penanganan farmakologi dan juga non farmakologi, seperti mengajarkan pemberian
terapi kompres air hangat pada pasien Gastritis untuk mengurangi nyeri, agar tidak terjadi
komplikasi terhadap kondisi klien Gastritis.
Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang penerapan terapi kompres air hangat untuk
mengurangi nyeri pada pasien Gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Meilan Kediri, Ratna. (2016). “Pengetahuan Pasien Dengan Gastritis Tentang
Pencegahan Kekambuhan Gastritis.” Jurnal AKP 34(1): 34–39.
Jannah. (2017). Efektivitas Kompres Air Hangat Terhadap Derajat Nyeri. Cimahi: STIKES
Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Kimin. (2017). “Penerapan Terapi Kompres Air Hangat Untuk Mengurangi Nyeri Pada
Pasien Gastritis Di Ruang Dahlia Rsud Dr. Soedirman Kebumen.” Karya Tulis
Ilmiah 1: 9.
Kusyati, Eni,& Ni’matul Fauzi’ah. (2018). “Aloe Verae Efektif Sebagai Terapi Pendamping
Nyeri Gastritis.” Jurnal Smart Keperawatan 5(1): 11.
Uliyah, Musrifatul & Hidayat, A. Aziz Alimul, (2018) Praktikum Klinik: Aplikasi Dasar-
Dasar Praktik Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta.
Utami, Andinna Dwi, and Imelda Rahmayunia Kartika. (2018). “Terapi Komplementer
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Gastritis : A Literatur Review.” Real in
Nursing Journal 1(3): 123.