Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER ANAK USIA DINI

MELALUI PEMBIASAAN DAN KETELADANAN

Eka Sapti Cahyaningrum, Sudaryanti, Nurtanio Agus Purwanto


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: eka_sapticn@uny.ac.id, sudaryanti@uny.ac.id, nurtanio@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter
anak usia dini melalui pembiasaan dan keteladanan. Pendidikan karakter bagi anak usia dini
dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan sebagai dasar untuk pengembangan pribadi
selanjutnya. Pendidikan karakter bagi anak usia dini adalah membentuk mental dan karakter
bangsa di masa yang akan datang. Rendahnya kesadaran dan kompetensi tenaga pengajar anak
usia dini terhadap pendidikan karakter menjadi permasalahan yang harus diselesaikan dalam
kaitannya membentuk karakter bangsa di masa depan. Implementasi Pendidikan karakter pada
anak usia dini khususnya taman kanak-kanak dimulai dengan penyusunan silabus/ RPPH yang
mencakup implementasi pendidikan karakter terhadap anak usia dini. Penelitian ini
mengidentifikasi implementasi nilai-nilai pendidikan karakter, dengan menggunakan siklus
tahapan R&D dari Borg dan Gall. Model akan diuji secara teoritik maupun secara empirik di
lapangan melalui penelitian pendahuluan, pendalaman penanaman nilai-nilai pendidikan karakter
dan implementasinya melalui keteladanan dan pembiasaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proses implementasi pendidikan karakter di lembaga PAUD se-Kecamatan Ngemplak dapat
dilihat dari penekanan 4 karakter dalam proses pembelajaran. Empat karakter dalam pendidikan
karakter meliputi karakter: religius, jujur, toleransi, dan disiplin. Setiap indikator pendidikan
karakter ditunjukkan dengan strategi maupun metode pembelajaran yang mencerminkan nilai
nilai setiap karakter. Metode pembelajaran yang dimaksud dapat berupa wujud penugasan
maupun praktik pembelajaran serta pembiasaan sehingga nilai-nilai pendidikan karakter dapat
terimplementasikan.

Kata kunci : Karakter, Pendidikan Anak Usia Dini

CHARACTER VALUES DEVELOPMENT OF EARLY CHILDHOOD THROUGH


HABITUATION AND EXEMPLARY

Abstract
This study aims to determine the form of internalization of the values of early childhood
character education through habituation and exemplary. Character education for early childhood
is intended to instill good values as a basis for further personal development. Character
education for early childhood is shaping the mentality and character of the nation in the future.
The low awareness and competence of early child teachers to character education becomes a
problem that must be solved in relation to shape the character of the nation in the future.
Implementation Character education in early childhood especially kindergarten begins with the
preparation of syllabus / RPPH which includes the implementation of character education
towards early childhood. This study identifies the implementation of character education values,
using the R & D cycle stages of Borg and Gall. The model will be tested both theoretically and
empirically in the field through preliminary research, the deepening of the values of character
education and its implementation through exemplary and habituation. The results showed that the
process of character education implementation in PAUD institutions in Ngemplak sub-district can
be seen from the emphasis of 4 characters in the learning process. 4 characters in character
education include character: religious, honest, tolerance, and

203
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

discipline. Each character education indicator is represented by strategies and learning


methods that reflect the value of each character. Learning method in question can be a form
of assignment and learning practices and habituation so that the values of character
education can be implemented.

Keywords: Character, Early Childhood Education


PENDAHULUAN anak supaya dapat berkembanga dengan
Pendidikan karakter bagi anak usia optimal. Sebagaimana telah disebutkan
dini dimaksudkan untuk menanamkan didalam UU Sisdiknas Tahun 2003 yang
nilai-nilai kebaikan supaya dapat menjadi menyebutkan bahwa pendidikan anak usia
kebiasaan ketika kelak dewasa atau pada dini merupakan suatu upaya pembinaan
jenjang pendidikan selanjutnya. Menurut yang ditujukan kepada anak sejak lahir
pakar psikologi,anak usia dini merupakan sampai dengan usia enam tahun yang
masa yang tepat untuk melakukan dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan. Sebab, pada masa ini anak pendidikan untuk membantu pertumbuhan
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
dan perkembangan yang luar biasa. Anak agar anak memiliki kesiapan dalam
belum memiliki pengaruh yang negatif memsuki pendidikan lebih lanjut.
yang banyak dari luar atau lingkungannya Masa-masa keemasan seorang anak
sehingga orang tua maupun pendidik akan (the golden age) ,yaitu masa ketika anak
jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan mempunyai banyak potensi yang sangat
membimbing anak -anaknya terutama baik untuk dikembangkan.Pada masa
dalam menanamkan nilai-nilai inilah, waktu yang sangat tepat untuk
pendididkan karakter . menanamkan nilai-nillai karakter-kebaikan
Mulyasa (2012) berpendapat bahwa yang nantinya diharapkan akan dapat
pendidikan karakter bagi anak usia dini mempunyai membentuk kepribadiannya. Menurut
makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral Gardner (1998) sebagaimana dikutip
karena tidak hanya berkaitan dengan masalah Mulyasa (2012) menyebutkan bahwa anak
benar-salah ,tetapi bagaimana menanamkan
usia dini memegang peranan yang sangat
kebiasaan (habit) tentang berbagai perilaku yang
penting karena perkembangan otak
baik
dalam kehidupan sehingga anak memiliki manusia mengalami lompatan dan
kesadaran dan komitmen untuk berkembang sangat pesat ,yaitu mencapai
menerapkan kebajikan dalam kehidupn 80%. Ketika dilahirkan ke dunia anak
sehari-hari. Seorang anak yang sejak kecil
manusia telah mencapai perkembangan
dikenalkan dan ditanamkan pendidikan karakter otak 25% , sampai usia 4 tahun
,diharapkan ketika dewasa karakter-karakter yang perkembangannya mencapai 50 % ,dan
diperolehnya akan menjadi kebiasaan bagi sampai 8 tahun mencapai 80% , selebihnya
dirinya.Oleh karena berkembang sampai usia 18 tahun.
itu ,peran aktif orang tua , pendidik serta Atas dasar inilah, penting kiranya
masyarakat untuk bersama-sama dilakukan penanaman nilai-nilai karakter
menggalakkan nilai-nilai pendidikan pada anak usia dini dalam memaksimalkan
karakter dalam setiap kesempatan, kemampuan dan potensi yang dimiliki anak .
khususnya kepada anak-anak usia dini baik Oleh karena itu jangan sampai kita sebagai
di dalam keluarga maupun masyarakat orang tua dan pendidik mematikan segenap
yang ada di lingkungannya . potensi dan kreativits anak karena ketidak
Pendidikan anak usia dini tahuan kita. Memanfaatkan masa golden age
merupakan salah satu upaya untuk ini sebagai masa penanaman nilai-nilai
merangsang berbagai potensi yang dimiliki karakter, pembinaan,pengarahan,
pembimbingan,dan pembentukan karakter

204
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

anak usia dini. Oleh sebab itu, dengan Keteladanan merupakan unsur paling
dilakukannya penanaman nilai-nilai mutlak untuk melakukan perubahan hidup,
karakter sejak dini, diharapkan keteladanan sesuai digunakan untuk menanamkan
nilai -nilai moral dan sosial anak. Oleh karena itu
kedepannya anak akan dapat menjadi pendidik/guru adalah contoh terbaik dalam
manusia yang berkepribadian baik pandangan
sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri, anak yang akan ditiru dalam tingkah
masyarakat , maupun bangsa dan negara. laku/tindak-tanduk dan sopan santunnya
Perlunya menanamkan nilai-nilai terpatri dalam jiwa. Kompetensi
pendidikan karakter untuk mempersiapkan kepribadian guru yang baik,sangat
mereka kelak sebagai manusia-manusia diperlukan dalam memberikan contoh
yang mempunyai identitas diri, sekaligus keteladanan yang baik kepada anak usia
menuntun anak untuk menjadi manusia dini. Seorang guru yang mempunyai
berbudi pekerti, melalui pembiasaan dan keteladanan yang baik secara langsung
keteladanan. Pada pembiasaan adalah dalam pribadinya akan memberikan contoh
suatu cara yang dapat dilakukan untuk yang baik pula kepada anak, yang
membiasakan anak berpikir,bersikap,bertindak
disesuaikan dengan lingkungan sekitar.
sesuai dengan ajaran agama. Pembinaan dan
Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter
pembentukan akan bermakna bilamana nilai-nilai tersebut dapat
karakter anak usia dini dalam diimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
meningkatkan pembiasaan-pembiasaan karena itu,
dalam melaksanakan suatu kegiatan nilai-nilai pendidikan karakter lebih
disekolah. Pembiasaan adalah menekankan pada kebiasaan anak untuk
pengulangan.Dalam pembiasaan sangat melakukan hal-hal yang positif dan
efektif digunakan karena akan melatih keteladanan /contoh yang ditampilkan
kebiasaan -kebiasaan yang baik kepada guru. Kebiasaan-dan keteladanan inilah
anak usia dini. Sebagai contoh,apabila yang kemudian akan menjadi suatu
guru setiap masuk kelas mengucapkan karakter yang membekas dan tertanam
salam, itu sudah dapat diartikan sebagai dalam jiwa sang anak.
usaha pembiasaan. Bila mana ada anak Guru bertanggung jawab untuk
masuk kelas tidak mengucapkan mewariskan sistem nilai kepada anak didik
salam,guru sebaiknya mengingatkan anak dan menerjemahkan sistem nilai itu melalui
agar bila masuk ruangan mengucapkan kehidupan pribadinya. Menanamkan nilai-
salam. Ini juga salah satu cara nilai pendidikan karakter kepada anak usia
membiasakan anak sejak dini. dini berarti guru selain mentrasfer ilmu dan
Anak usia dini cenderung memiliki melatih keterampilan, guru juga
sifat meniru apa yang dilakukan oleh orang- diharapkan mampu mendidik anak usia
orang yang ada disekitarnya, baik saudara dini yang berkarakter, berbudaya dan
terdekat,ataupun bapak ibunya, bahkan apa bermoral. Pandangan masyarakat jawa
yang dilihat di TV. Anak adalah peniru menyebut istilah guru berasal dari kata
ulung, oleh karena itu, sebaiknya guru digugu lan ditiru. Kata digugu (dipercaya)
menjadi figur yang terbaik dimata mengandung maksud bahwa guru
anaknya.Jika kita menginginkan anak mempunyai seperangkat ilmu yang
tumbuh dengan melalukan kebiasaan- memadai sehingga ia memiliki wawasan
kebiasaan yang baik dan mempunyai dan pandangan yang luas dalam melihat
karakter yang terpuji serta mempunyai kehidupan ini.Sedangkan, kata ditiru
kepribadian yang baik sebaiknya orang (diikuti) menyimpan makna bahwa guru
tua/guru mampu mendidik dan merupakan sosok manusia yang memiliki
mengajarkan serta mengenalkan nilai-nilai kepribadian yang utuh sehingga tindak
karakter sejak anak usia dini .

205
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

tanduknya patut dijadikaan panutan oleh Merujuk pada definisi di atas,


peserta didik dan masyarakat. pendidikan karakter pada prinsipnya adalah
Karakter merupakan kualitas upaya untuk menumbuhkan kepekaan dan
mental atau moral, kekuatan moral,nama tanggung jawab sosial, membangun
atau reputasi (Hornby & Pornwell dalam kecerdasan emosional, dan mewujudkan
Barnawi & M.Arifin, 2011). Dalam kamus siswa yang memiliki etika tinggi. Orang tua
psikologi, karakter adalah kepribadian kita sejak dini sudah menanamkan nilai-
yang ditinjau dari titik tolak etis atau nilai pendidikan karakter yang
moral, misalnya kejujuran seseorang yang menyangkut pendidikan sosial, emosional
biasanya mempunyai kaitan dengan sifat- dan etika. Sebagai contoh dari kecil kita
sifat yang relatif tetap ( Dali Gulon, 1982 diajari berbagi makanan atau bermain,
dalam Barnawi & M.Arifin, 2011). dukungan dan pujian sewaktu bangun dari
Pendapat Zubaidi (2011) jatuh adalah penguatan karakter anak.
menyebutkan bahwa karakter berarti to Anak dilatih untuk kekamar kecil ketika
mark (menandai ) dan memfokuskan, mau buang air juga merupakan pendidikan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan karakter yang berkait dengan etika
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Megawangi dalam Dharma Kesuma
Dalam konteks ini, karakter erat kaitannya (2011) mendefinisikan pendidikan karakter
dengan personality atau kepribadian sebagai sebuah usaha untuk mendidik
seseorang. Ada pula yang mengartikannya anak-anak agar dapat mengambil
sebagai identitas diri seseorang. Karakter keputusan dengan bijak dan
tersusun dari tiga bagian yang saling mempraktikkannya dalam kehidupan
berhubungan ,yaitu moral knowing sehari-hari sehingga mereka dapat
(pengetahuan moral), moral feeling memberikan kontribusi yang positif
(perasaan moral), dan moral behavior kepada lingkungannya.
(perilaku moral). Karakter yang baik Anak harus mendapat pendidikan
terdiri dari pengetahuan tentang kebaikan yang menyentuh demensi dasar
(knowing the good), keinginan terhadap kemanusiaan. Demensi kemanusiaan itu
kebaikan (desiring the good), dan berbuat mencakup 3 hal paling mendasar yaitu :
kebaikan (doing the good). Oleh karena 1) afektif yang tercermin pada kualitas
itu,diperlukan pembiasaan dalam keimanan,ketakwaan,akhlak mulia,
pemikiran (habitsof the mind), pembiasaan termasuk budi pekerti luhur serta
dalam hati (habits of the heart ), dan kepribadian unggul, dan kompetensi
pembiasaan dalam tindakan (habits of the estetis;
action). 2) kognitif yang tercermin pada kapasitas
Pendidikan Karakter pikir dan daya intelektualitas untuk
Pendidikan karakter terambil dari menggali dan mengembangkan serta
dua suku kata yang berbeda yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan
pendidikan dan karakter. Pendidikan lebih teknologi ;
merujuk pada kata kerja, sedang karakter 3) psikomotorik yang tercermin pada
lebih pada sifatnya. Artinya, melalui kemampuan mengembangkan
proses pendidikan tersebut nantinya dapat keterampilan teknis, kecakapan
dihasilkan sebuah karakter yang baik. praktis, dan kompetensi kinestetik
Menurut Sutrisno (2011), pendidikan
terjemahan dari educatio, yang kata Tujuan Pendidikan Karakter
dasarnya educate atau bahasa latinnya Menurut Darma Kesuma (2011)
educo yang berati mengembangkan dari tujuan pendidikan karakter adalah 1)
dalam; mendidik; melaksanakan hukum menguatkan dan mengembangkan nilai-
kegunaan. nilai kehidupan yang dianggap penting dan
perlu sehingga menjadi kepribadian atau

206
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

kepemilikan peserta didik yang khas bahkan sampai terjun kemasyarakat; 2)


sebagaimana nilai-nilai yang melalui semua mata pelajaran yaitu
dikembangkan. 2) mengoreksi perilaku pengembangan diri dan budaya sekolah
peserta didik yang tidak bersesuaian serta muatan lokal; 3) nilai-nilai
dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh dikembangkan dan dilaksanakan tidak
sekolah, 3) membangun koneksi yang diajarkan, hal ini dapat dilakukan melalui
harmonis dengan keluarga dan masyarakat pengembangan kemampuan,baik ranah
dalam memerankan tanggung jawab kognitif, afektif, dan psikomotorik; 4)
pendidikan karakter secara bersama. proses pendidikan dilakukan peserta didik
Menurut Zubaidi (2011) ada lima dengan aktif dan menyenangkan,yaitu guru
tujuan karakter yaitu: 1) mengembangkan harus merencanakan kegiatan belajar yang
potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik menyebabkan peserta didik aktif
sebagai manusia dan warganegara yang merumuskan pertanyaan,mencari sumber
memiliki nilai-nilai karakter bangsa; 2) informasi, mengumpulkan informasi dari
mengembangkan kebiasaan dan prilaku sumber, mengelola informasi yang sudah
peserta didik yang terpuji dan sejalan dimiliki, dan menumbuhkan nilai-nilai
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter pada diri mereka
budaya bangsa yang religius; 3) melalui berbagai kegiatan belajar yang
mmenanamkan jiwa kepemimpinan dan terjadi dikelas ,sekolah,dan tugas-tugas
tanggung jawab peserta didik sebagai diluar sekolah.
generasi penerus bangsa; 4) Menurut Character Education
mengembangkan kemampuan peserta didik Quality Standart sebagaimana dikutip
menjadi manusia yang mandiri,kreatif, dan Mulyasa (2011) merekomendasikan 11
berwawasan kebangsaan; 5) prinsip untuk mewujudkan pendidikan
mengembangkan lingkungan kehidupan karakter yang efektif antara lain:
sekolah sebagai lingkungan belajar yang 1. Mempromosikan nilai-nilai dasar
aman,jujur,penuh kreativitas dan etika sebagai basis karakter.
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan 2. Mengidentifikasi karakter secara
yang tinggi serta penuh kekuatan. komprehensipf supaya mencakup
Manfaat Pendidikan Karakter dan pemikiran, perasaan, dan perilaku.
Prinsip Pendidikan Karakter 3. Menggunakan pendekatanyang
Menjadikan manusia agar kembali tajam,proaktif, dan efektif untuk
kepada fitrahnya, yaitu selalu menghiasi membangun karakter.
kehidupannya dengan nilai-nilai kebajikan 4. Menciptakan komunitas sekolah yang
yang telah digariskan oleh-Nya, degradasi memiliki kepedulian.
moral yang dialami bangsa ini dapat 5. Memberi kesempatan kepada peserta
berkurang, salah satu wujud nyata dalam didik untuk menunjukkan perilaku
mempersiapkan generasi yang berkarakter yang baik.
yang akan membawa kemajuan dan 6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum
kemakmuran bangsa Indonesia dengan yang bermakna dan menantang, yang
menanamkan nilai-nilai pendidikan menghargai semua peserta didik,
karakter pada anak usia dini. membangun karakter mereka, dan
Menurut Sri Judiani yang dikutip zubaidi membantu mereka untuk sukses.
(2011), prinsip yang digunakan dalam 7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi
pengembangan pendidikan karakter diri dari peserta didik
diantaranya: Berkelanjutan, yaitu proses 8. Memfungsikan seluruh staf sekolah
pengembangan nilai-nilai karakter
sebagai komunitas moral yang berbagi
merupkan proses yang tiada henti, dimulai
tanggung jawab untuk pendidikan
dari awal peserta didik masuk sampai
karakter dan setia kepada nilai dasar
selesai dari suatu satuan pendidikan
yang sama.

207
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

9. Adanya pembagian kepemimpinan peran guru sangat menentukan dalam


moral dan dukungan luas dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada
membangun inisiatif pendidikan generasi penerus bangsa (Anak Usia Dini)
karakter. yang mampu menghadapi tantangan
10. Memfungsikan keluarga dan anggota tersebut.
masyarakat sebagai mitra dalam usaha Peran guru menurut Lickona,
membangun pendidikan karakter. Schaps, dan Lewis serta Azra (dalam
11. Mengevaluasi karakter sekolah ,fungsi Suyanto, 2010) adalah sebagai berikut:
staf sekolah sebagai guru-guru 1. Dalam upaya membangun karakter
karakter, dan manifestasi positif dalam pendidik perlu terlibat langsung dalam
kehidupan peserta didik. proses pembelajaran ,berdiskusi,mengambil
inisiatif
Peran Guru dalam Menanamkan Nilai- 2. Pendidik bertanggung jawab menjadi
nilai Pendidikan Karakter pada Anak model yang memiliki nilai-nilai moral
Usia Dini dan memamfatkan kesempatan untuk
Peran guru sangat berat dalam era mempengaruhi siswa-siswanya.
globalisasi ,penuh tantangan yang tidak 3. Pendidik memberikan pengarahan
mudah dianggap enteng dalam bahwa karakter siswa tumbuh melalui
memaknainya guru dituntut untuk kerjasama dan berpartisipasi dalam
profesional. Oleh karena itu,peran guru mengambil keputusan
dalam menghadapi tantangan globalisasi 4. Pendidik perlu malakukan refleksi atas
perlu mengedepankan profesionalisme masalah moral berupa pertanyaan rotin
menurut Kunandar dalam Barnawi & untuk memastikan adanya
M.Arifin (2012), ada lima tantangan perkembangan karakter pada siswanya.
globalisasi antara lain: 5. Pendidik perlu menjelaskan dan
1. Perkembangan IPTEK yang begitu mengklarifikasikan kepada peserta
cepat dan mendasar didik secara berkesinambungan
2. Krisis moral yang melanda bangsa dan tentang berbagai nilai yang baik dan
negara Indonesia yang buruk.
3. Krisis sosial seperti kriminalitas,
kekarasan,pengangguran, kemiskinan Nilai-nilai Pendidikan Karakter
yang melanda masyarakat Nilai-nilai pendidikan karakter
4. Krisis identitas bangsa dan negara yang wajib diterapkan dan ditanamkan
Indonesia pada anak usia dini sebagai berikut:
5. Adanya perdagangan bebas baik 1. Religius, sikap dan perilaku yang
ASEAN, Asia Pasifik, dan Dunia. patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran
Kelima tantangan ini secara terhadap pelaksanaan ibadah agama
langsung berpengaruh pada peran guru dalam lain,dan hidup rukun dengan pemeluk
menanamkan nilai-nilai karakter pada anak usia agama lain.
dini .Krisis moral, krisis sosial, dan krisis identitas 2. Jujur, perilaku yang didasarkan pada
menunjukkan bahwa nilai-nilai kehidupan bangsa
upaya menjadikan dirinya sebagai
dan negara mengalami pergerseran. Begitu juga
tantangan adanya perkembangan IPTEK dan orang yang selalu dapat dipercaya
perdagangan bebas merupakan dalam perkataan, tindakan, dan
tanntangan yang sangat besar yang harus pekerjaan.
dihadapi bangsa Indonesia ini yang 3. Toleransi, sikap tindakan yang
memiliki karakter ilmiah dan mampu menghargai perbedaan agama, suku,
bersaing dalam hidupnya. Oleh karena itu etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari durinya.

208
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

4. Disiplin, tindakan yang menunjukkan berbagai bacaan yang memberikan


perilaku tertib dan patuh pada kebajikan bagi dirinya.
berbagai ketentuan dan peraturan. 16. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan
5. Kerja keras, perilaku yang yang selalu berupaya mencegah
menunjukkan upaya sungguh-sungguh kerusakan pada lingkungan alam
dalam mengatasi berbagai hambatan sekitarnya, dan mengembangkan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan upaya-upaya untuk memperbaiki
tugas dengan sebaik-baiknya. kerusakan alam yang sudah terjadi
6. Kreatif, berpikir dan melakukan 17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang
sesuatu untuk menghasilkan cara atau selalu ingin memberi bantuan pada
hasil baru dari sesuatu yang telah orang lain dan masyarakat yang
dimiliki. membutuhkan.
7. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak 18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku
mudah bergantung pada orang lain seseorang untuk melaksanakan tugas
dalam menyelesaikan tugas-tugas. dan kewajiban nya,yang seharusnya
8. Demokratis, cara berpikir, bersikap, dilakukan terhadap diri sendiri,
dan bertindak yang menilai sama hak masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan kewajiban dirinya dan orang lain. dan budaya), negara, dan Tuhan Yang
9. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan Maha Esa.
yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan Keteladanan dan Pembiasaan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya Keteladanan merupakan unsur
, dilihat , dan didengar. paling mutlak untuk melakukan perubahan
10. Semangat kebangsaan, cara berpikir, perilaku hidup, dalam mempersiapkan dan
bertindak, dan berwawasan, yang membentuk moral spiritual dan sosial
menempatkan kepentingan bangsa dan anak. Oleh karena itu, contoh yang terbaik
negara, diatas kepentingan diri dan dalam pandangan anak yang akan ditiru
kelompoknya. dalam tindak tanduk dan sopan santunnya
11. Cinta tanah air, cara terpatri dalam juwa. Keteladanan ini sesuai
berpikir,bertindak,dan berbuat yang digunakan untuk menanamkan nilai-niali
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, karakter dan sosial anak. Artinya, nasihat
dan penghargaan, yang tinggi terhadap yang tidak dibarengi dengan keteladanan
bahasa, lingkungan fisik, sosial, seperti pepatah membawa garam kelaut
budaya, ekonomi, dan politik bangsa. untuk mengasinkan laut, sebuah pekerjaan
12. Menghargai pretasi, sikap, dan lebih banyak sia-sianya dari pada
tindakan yang mendorong dirinya manfaatnya.
untuk menghasilkan sesuatu yang Pembiasaan pada hakikatnya
berguna bagi masyarakat, dan berisikan pengalaman. Pembiasaan adalah
mengakui serta menghormati sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu inti
keberhasilaan orang lain. pembiasaan adalah pengulangan. Dalam
13. Bersahabat atau komunikatif, tindakan pembinaan sikap, pembiasaan sangat efektif
yang memperlihatkan rasa senang digunakan karena akan melatih kebiasaan-
berbicara, bergaul dan bekerja, sama kebiasan yang baik kepada anak sejak usia
dengan orang lain. dini. Sifat anak usia dini adalah meniru apa
14. Cinta damai, sikap, perkataan, dan yang dilakukan oleh orang-orang
tindakan yang menyebabkan orang disekitarnya baik oleh bapak dan ibunya
lain merasa senang dan aman atas maupun saudara terdekat. Oleh karena itu,
kehadiran dirinya. orang tua sebaiknya menjadi figur yang
15. Gemar membaca, kebiasaan terbaik dimata anaknya, jika orang tua
menyediakan waktu untuk membaca menginginkan anak tumbuh

209
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

dengan melakukan kebiasaan yang baik Yogyakarta. Penentuan jumlah sampel


dan akhlak terpuji. diambil secara proporsional sesuai
dengan jumlah lembaga PAUD dalam
METODE hal ini adalah Taman Kanak-kanak
Jenis Penelitian sebanyak 28 sekolah.
Jenis penelitian adalah
pengembangan dengan rancangan Analisis Data
penelitian ini akan menguji implementasi Penelitian ini bersifat uji coba
nilai-nilai pendidikan karakter, dengan pengembangan model, oleh karena itu data
menggunakan siklus tahapan R&D dari yang terkumpul secara serempak dianalisis
Borg dan Gall (1983: 132). Model akan dengan teknik deskriptif kuantitatif dan
diuji secara teoritik maupan secara empirik kualitatif. Data kuantitatif diolah secara
di lapangan secara tentatif melalui statistik sedangkan data kualitatif
penelitian pendahuluan. dianalisis dengan model interaktif (Miles
Tahapan penelitian mengacu pada dan Huberman, 2014: 23) yaitu reduksi
model Borg &Gall (1983). Penelitian data, sajian data, dan penarikan
diawali dengan menggunakan need kesimpulan atau verivikasi.
assessment, yakni penjajagan sekaligus
menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter pada Tahap-tahap Penelitian
PAUD yang disesuaikan dengan kurikulum. 1. Persiapan
Penelitian ini melibatkan semua pihak terkait, 2. Studi pendahuluan atau survey
dengan menggunakan pendekatan kolaboratif-
3. Penyusunan instrumen penelitian
partisipatif dialogis, untuk menemukan konsep dan
aplikasinya yang lebih bermakna dengan langkah-
4. Pelatihan teknisi survey
langkah sebagai 5. Penjaringan dan identifikasi sekolah
berikut : survey 6. Diskusi para pakar tentang penanaman
1. Kegiatan untuk nilai-nilai pendidikan karakter anak
mengidentifikasi keberadaan lembaga usia dini melalui keteladanan
PAUD. pembiasaan .
2. Melakukan perencanaan 7. Menyusun panduan, tentang
(pendefinisian nilai-nilai pendikan penanaman nilai-nilai pendidikaan
karakter melalui pembiasaan dan karakter melalui keteladanan dan
keteladanan yang bisa pembiasaan .
diimplementasikan ), panel anggota
kelompok peneliti : untuk
menemutunjukkan nilai-nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan karakter melalui Hasil
pembiasaan dan keteladanan bagi Internalisasi nilai-nilai karakter pada
PAUD, berkait dengan pembentukan anak melalui pembiasaan dan keteladanan
akhlak mulia. pada dasarnya harus melibatkan semua
3. Melakukan revisi dari hasil uji pihak. Esensi dari internaliasi dengan
lapangan metode tersebut adalah adanya
4. Mendiseminasi model. kesatupaduan dengan elemen utama di
sekolah dan keluarga maupun masyarakat.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Proses pengimplementasian pendidikan
penelitian ini adalah karakter di lembaga PAUD se-Kecamatan
lembaga layanan PAUD yakni, Taman Ngemplak dapat dilihat dari penekanan 18
Kanak-kanak se-kecamatan Ngemplak karakter dalam proses pembelajaran. 18
kabupaten Sleman, Daerah Istimewa karakter dalam pendidikan karakter
meliputi karakter: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

210
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

demokratis, rasa ingin tahu, semangat


kebangsaan, cinta tanah air, menghargai 2. Nilai karakter jujur
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta Karakter jujur merupakan esensi
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dasar yang membentuk kepribadian
peduli sosial, dan tanggung jawab. Setiap anak. Perlakuan yang diberikan
indikator pendidikan karakter ditunjukkan mengindikasikan pentingnya
dengan strategi maupun metode penanaman nilai karakter ini. Temuan
pembelajaran yang mencerminkan nilai nilai penelitian menunjukkan bahwa
setiap karakter. Pada penelitian ini lembaga Pendidikan anak usia dini
difokuskan pada karakter religius, jujur, telah berperan secara optimal. Secara
toleransi dan disiplin. Metode pembelajaran rinci disajikan pada tabel berikut:
yang dimaksud dapat berupa wujud
penugasan maupun praktik pembelajaran Implementasi nilai karakter
yang menarik sehingga nila-nilai jujur
pendidikan karakter dapat 10 8 7
terimplementasikan. Berdasarkan angket 8
yang disebar dan diisi oleh kepala sekolah 6 4 4
4 1 1
lembaga PAUD se-Kecamatan Ngemplak 2
proses implementasi nilai pendidikan 0
karakter dapat dijabarkan sebagai berikut. Jumlah
1. Nilai Religius

Implementasi nilai
karakter religius Gambar 2. Grafik Nilai Karakter Jujur
15 14 11

10 Implementasi pada karakter ini


5 1 2 2 2 dominan karena bermain peran secara
0 riil lebih membekas dalam diri anak
Jumlah
3. Nilai Karakter Toleransi
Keteladanan dan pembiasaan pada
nilai karakter toleransi dapat
Gambar 1. Grafik Nilai Religius diketahui pada grafik berikut:
Proses penanaman nilai karakter
religius di lembaga PAUD sudah terbilang
baik, hal ini dapat dilihat dari keberagaman Implementasi nilai
metode maupun strategi yang digunakan. karakter toleransi
Adapun strategi yang digunakan dalam 15 10 8
proses pengimplementasian nilai karakter 10
religius diantaranya: 5 3 2 2 1
Praktik doa harian di beberapa 0
sekolah telah dilaksanakan dengan baik. Jumlah
Sejumlah 9 kepala sekolah menyebukan
bahwa siswanya telah mampu menghafal
doa harian, 2 kepala sekolah menyebutkan
bahwa tidak seluruh siswa mengikuti
Gambar 3. Grafik Nilai Toleransi
kegiatan. Selain itu juga ditemukan
kendala bahwasanya, belum dapat Toleransi teridentifikasi pada
merangkul siswa-siswa non muslim. seringnya atau intensitas anak dalam

211
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

memberikan pernyataan dalam Jika kalangan pendidik saja sudah


berbagai kesempatan. menunjukkan banyak karakter negatif terus
bagaimana dengan karakter peserta
didiknya kelak. Fenomena karakter negatif
4. Implementasi Nilai Karakter remaja yang sering menjadi sumber berita
Disiplin di media masa antara lain adalah tindak
Pada gambar 4. Disajikan kekerasan, tawuran, kenakalan, nyontek
implementasi pada nilai disiplin yang pada saat ujian dan lain sebagainya.
menunjukkan ragam aktivitas yang Mazzola (2003) melakukan survei tentang
dilakukan. bullying (tindak kekerasan) di sekolah,
memperoleh temuan sebagai berikut: (1)
setiap hari sekitar 160.000 siswa
Implementasi nilai mendapatkan tindakan bullying di sekolah,
karakter disiplin 1 dari 3 usia responden yang diteliti (siswa
10 8 6 7 pada usia 18 tahun) pernah mendapat
5 1 tindakan kekerasan, 75-80% siswa pernah
0 mengamati tindak kekerasan, 15-35%
Jumlah siswa adalah korban kekerasan dari tindak
kekerasan maya (cyber-bullying).
Karakter negatif pada orang
Gambar 4. Nilai Disiplin dewasa sering dilakukan secara
tersembunyi sehingga hanya kalangan
tertentu saja yang mengetahuinya. Dengan
Implementasi karakter disiplin kemutakhiran teknologi informasi dan
tercermin dari aktivitas yang komputer sekarang ini, banyak terjadi
dilakukan karakter negatif di kalangan mahasiswa,
antara lain: (1) menulis tugas makalah
Pembahasan hanya mengunduh dari internet; (2)
Pendidikan karakter menjadi mereplikasi skripsi hasil karya orang lain;
tanggung jawab bersama bagi semua (3) menjawab soal ujian dengan bantuan
pendidik, baik di rumah maupun di sekolah. handphone yang dapat tersambung dengan
Pendidikan karakter harus dimulai dari internet. Jika karakter negatif ini dibiarkan,
pendidik itu sendiri. Namun demikian, pada mahasiswa dikhawatirkan akan menurun
saat ini banyak ditemukan karakter negatif kreativitasnya. Mahasiswa yang seperti ini
yang justru berasal dari pendidik itu sendiri. akan menjadi pemalas, suka menempuh
Meski tidak berbasis data penelitian yang jalan pintas, tidak suka tantangan dan
akurat, namun pernah ditemukan kasus atau senang mencari sesuatu yang sifatnya
kejadian yang mencoreng nama pendidik instan. Padahal di sisi lain, mahasiswa
seperti: (1) pendidik tidak jujur dalam dituntut memiliki pribadi yang tangguh
membuat karya ilmiah; (2) pendidik yang karena persaingan kerja semakin ketat.
sedang studi lanjut tidak jujur dalam Pembinaan karakter harus terus
mengerjakan soal ujian yaitu cara menyalin menerus dilakukan secara holistik dari
jawaban temannya; (3) pendidik membantu semua lingkungan pendidikan yaitu
siswa supaya lulus ujian nasional; (4) keluarga, sekolah, dan masyarakat.
pendidik kurang disiplin; (5) pendidik Menurut Miftahudin (2010) pendidikan
berbuat curang dalam menyiapkan berkas karakter pada usia dini di keluarga
kenaikan pangkat dan penilaian portofolio, bertujuan untuk pembentukan, pada usia
dan lain sebagainya yang merupakan remaja di sekolah bertujuan untuk
asumsi-asumsi yang perlu dibuktikan pengembangan, sedangkan pada usia
kebenarannya. dewasa di bangku kuliah bertujuan untuk

212
Volume 6, Edisi 2, Desember 2017

pemantapan. Tugas-tugas pendidik adalah Mansur .(2009). Pendidikan Anak Usia


menyediakan lingkungan belajar yang baik Dini dalam Islam. Yogyakarta :
untuk membentuk, mengembangkan, dan Pustaka Pelajar
memantapkan karakter peserta didiknya.
Mulyasa .(2012). Manajemen PAUD
PENUTUP .Bandung : Remaja Rosdakarya
Berdasarkan sajian dan
pembahasan yang diberikan, menunjukkan Sutrisno. (2011). Pembaharuan dan
bahwa Pembiasaan dan keteladanan dalam Pengembangan Pendidikan Islam
pendidikan karakter di lembaga PAUD se- . Yogyakarta :Fadilatama
Kecamatan Ngemplak dapat dilihat dari
penekanan karakter dalam proses Syamsuri .(2004).civic virtues dalam
pembelajaran yaitu: religius, jujur, Pendidikan Moral dan
toleransi, disiplin, Metode pembelajaran Kewarganegaraan di Indonesia
yang relevan untuk penanaman nilai Era Orde Baru . Jurnal civics,Vol
karakter adalah penugasan, studi kasus, .1,No 2,Desember
bermain peran maupun praktik
pembelajaran yang menarik sehingga nila- Zubaedi.( 2011).Desain Pendidikan
nilai pendidikan karakter dapat Karakter:Konsepsi dan
terimplementasikan. Aplikasinya dalam lembaga
Pendidikan . Jakarta :Kencana
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kepada Fakultas Ilmu
Pendidikan yang Telh Mendanai Penelitian
ini dan tidak lupa kepada UPT Yandik.
Kecamatan Ngemplak serta HIMPAUDI
dan Forum PAUD yang telah berkontribusi
dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

AZZET,A.M.(2001). Urgensi Pendidikan


Karakter di Indonesia.Yogyakarta
: Ar-Ruzz Media

Dharma,K., dkk. (2011). Pendidikan


Karakter : Kajian Teori dan
Praktik disekolah. Bandung :
Rosda Karya

Kunanadar . (2011). Guru Profesional


:Implementasi

Kurukulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan sukses dan sertifikasi
guru. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Koesoema, D. (2011). Pendidikan Karakter
Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global Jakarta :Grasindo

213

Anda mungkin juga menyukai