Anda di halaman 1dari 12

Kepemimpinan Moral Spritual Kepala PAUD dalam Meningkatkan

Pembelajaran Karakter Anak Usia Dini


Baharuddin 11),*), Elihami 22), Imron Arifin 33), Bambang Budi Wiyono 44)
1,2)
STKIP Muhammadiyah Enrekang, Sulawesi Selatan
3,4)
Universitas Negeri Malang
*)
baharuddin@ummaspul.ac.id

ABSTRAK. Pendidikan anak usia dini merupakan proses pendidikan yang fundamental.
Anak di usia dini akan sangat mudah dalam meniru atau mencontoh apa saja yang
dilihatnya sehingga dengan kemampuan kepala sekolah menampilkan kepemimpinan yang
menonjolkan pada aspek moral spiritual akan mampu membantu anak usia dini dalam
membentuk karakternya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kepemimpinan kepala sekolah berbasis moral spiritual mampu meningkatkan pembelajaran
karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan kepemimpinan moral
spiritual tiga tahapan dalam pembentukan karaktek yakni moral knowing; moral feeling; and
moral action lebih mudah diimplementasikan melalui proses pembelajaran.
Kata kunci: “Kepemimpinan”, “Moral Spiritual”, “Karakter”.

PENDAHULUAN pemimpin harus mempunyai kepribadian


Berbagai perubahan masyarakat, yang luhur, menjadi teladan dan panutan
dan krisis multidimensi yang telah lama dalam bersikap dan berperilaku dalam
melanda Indonesia menyebabkan sulitnya komunitas sekolah dan menjauhi perilaku-
menemukan sosok pemimpin ideal yang perilaku yang dapat mencemari peran dan
memiliki komitmen tinggi terhadap tugas fungsi seorang pemimpin.
dan tanggung jawabnya. Dalam berbagai Ditengah upaya pemerintah untuk
bidang kehidupan banyak ditemui membangun karakter generasi bangsa
pemimpin-pemimpin yang sebenarnya melalui bidang pendidikan, kita justru
kurang layak mengemban amanah disuguhkan oleh sebuah fakta tentang
kepemimpinannya (Mulyasa, 2013:17). semakin suburnya tindakan amoral yang
Masalah kompetensi adalah masalah dilakukan oleh para pendidik dan lebih
serius yang harus dijiwai oleh setiap khusus oleh kepala sekolah. Sebagai
pemimpin. Bekal kompetensi adalah contoh, di Tangerang, seorang kepala
indikator apakah seseorang mampu sekolah kedapatan dan terbukti
mengemban amanah kepemimpinan melakukan tindakan asusila dengan
ataukah tidak. Pada konteks pendidikan, seorang wali murid, dan kejadiannya
seorang pemimpin pendidikan (kepala dilakukan dalam lingkungan sekolah.
sekolah) harus memenuhi lima dimensi Selanjutnya di Bangkalan, seorang kepala
kompetensi yaitu dimensi kepribadian, sekolah kedapatan oleh warga melakukan
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan tindakan asusila di sekitar pemukiman
sosial. warga dengan seragam resmi Pegawai
Era pasca reformasi ini, krisis multi Negeri Sipil masih melekat di badan.
dimensi telah memporak-porandakan Berikutnya, di Mukomuko Provinsi
struktur kehidupan bangsa Indonesia, Bengkulu, seorang kepala sekolah
termasuk pendidikan nasional, setelah terekam melakukan tindakan asusila
bidang pangan dan kesehatan (Arifin, dengan seorang guru (Anonim, 2016b).
2015:374). Pendidikan sebagai instrumen Tidak sampai disitu, di Kabupaten Timor
kunci dalam pembangunan sumber daya Tengah Utara (Provinsi NTT), seorang
manusia dan kemajuan sebuah bangsa kepala sekolah terjerat kasus pelecehan
menghadapi tantangan berat dengan seksual terhadap anak dibawah umur
semakin tergerusnya pola perilaku yang yang tidak lain adalah muridnya sendiri
terjadi bagi para pendidik, termasuk (Anonim, 2016a).
kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai

1
Kejadian demi kejadian yang ada di METODE PENELITIAN
atas hanyalah contoh kecil dari Penelitian ini menggunakan
keseluruhan fenomena serupa yang pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
melanda dunia pendidikan kita, tindakan Adapun jenis penelitian adalah berupa
asusila ini bagaikan fenomena gunung es studi kasus. Teknik pengumpulan data
bahwa yang tidak ketahuan/tersembunyi dilakukan melalui wawancara,
jauh lebih besar dari yang terungkap ke pengamatan dan studi dokumenasi.
publik. Fenomena ini merupakan indikator Teknik analisis data menggunakan pola
akan tergerusnya nilai-nilai moral di interaktif data yakni data collection, data
kalangan para pendidik. Kasus reduction, data display dan conclusion
demoralisasi ini adalah sebuah tamparan drawing and verifying.
keras terhadap dunia pendidikan kita.
Pendidikan karakter yang seharusnya HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi warna yang senantiasa Keberlangsungan sebuah
menghiasi aktivitas pendidikan seakan pendidikan tidak lepas dari beberapa
pupus atas maraknya praktek-praktek komponen yang mensukseskan proses
asusila dikalangan sebagian pendidik. pembelajaran, dari beberapa komponen
Terlebih untuk pendidikan pra sekolah itu diantaranya adalah kepala sekolah,
seperti di Taman Kanak-Kanak, dimana guru dan peserta didik (murid) itu sendiri.
keteladanan adalah kunci utama Dari semua komponen yang ada,
kesuksesan pendidikan yang diterapkan. pendidikan dapat berjalan dengan
Usia dimana anak usia dini sangat semestinya melalui arahan dari seorang
gampang untuk meniru dan mencontoh pemimpin pendidikan yang biasa disebut
terhadapa apa yang dilihatnya. kepala sekolah atau dalam penelitian ini
Menyikapi fenomena ini, adalah disebut kepala PAUD. Banyak macam
sebuah keharusan untuk kembali kepada gaya kepemimpinan yang dapat
khittah pendidikan kita yang berusaha mencerminkan individu kepala sekolah
untuk membentuk kekuatan spiritual dalam memimpin sebuah sekolah. Seperti
keagamaan yang kuat, pengendalian diri, halnya kepemimpinan demokratis,
kepribadian yang luhur, cerdas, serta kepemimpinan otokratis ataupun
berakhlak mulia. Kepala PAUD sebagai kepemimpinan moral spritual.
panutan bagi warga sekolah harus Melalui pendekatan moral spiritual,
mempunyai moral dan nilai-nilai spiritual kepala PAUD diharapkan mampu
keagamaan yang tinggi sehingga bisa meningkatkan pembelajaran karakter
dijadikan cerminan pribadi yang luhur anak usia dini di sekolah, yang dalam
yang pada akhirnya mampu prakteknya bisa dilakukan dengan cara-
mempengaruhi terbentuk karakter pada cara sederhana seperti datang ke sekolah
diri anak usia dini. tepat waktu dengan siratan makna untuk
Taman Kanak-kanak Aisyiyah menghargai waktu, menyapa lebih dulu
Bustanul Athfal (TK ABA) 1 Enrekang dengan mengucapkan salam, menyambut
sebagai salah satu bagian PAUD dituntut peserta didik dengan senyuman serta
untuk mampu tampil sebagai lembaga menjalin komunikasi yang baik kepada
pendidikan anak usia dini pencontohan seluruh warga sekolah. Kebiasaan-
yang dalam penyelenggaraan proses kebiasaan semacam ini akan dicontoh
pendidikannya mengedepankan nilai-nilai oleh murid-murid yang kemudian oleh
spiritual baik dalam praktek murid-murid secara perlahan akan mereka
kepemimpinan maupun dalam proses terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajarannya. Kepala sekolah
diharapkan mampu menginternalisasi Kepala PAUD sebagai Pemimpin
nilai-nilai moral spiritual dalam Pendidikan
melaksanakan fungsi kepemimpinannya Tujuan umum pendidikan anak usia
sehingga dapat membantu dalam proses dini adalah untuk memfasilitasi
pembentukan karakter siswa melalui pertumbuhan dan perkembangan anak
lembaga pendidikan anak usia dini. secara optimal dan menyeluruh. Melalui
PAUD, anak diharapkan dapat

2
mengembangkan segenap potensi yang berlaku. Kepemimpinan administratif,
dimilikinya seperti agama, intelektual, mengacu pada tugas kepala sekolah
sosial, emosi, dan fisik, memiliki dasar- untuk membina administrasi seluruh staf
dasar aqidah yang lurus sesuai dengan dan anggota organisasi sekolah.
ajaran agama yang dianutnya, memiliki Kepemimpinan supervisi mengacu pada
kebiasaan-kebiasaan perilaku yang tugas kepala sekolah untuk membantu
diharapkan, menguasai sejumlah dan membimbing anggota agar bisa
pengetahuan dan keterampilan dasar melaksanakan tugas dengan baik.
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat Kepemimpinan organisasi mengacu pada
perkembangannya, serta memiliki tugas kepala sekolah untuk menciptakan
motivasi dan sikap belajar yang positif. iklim kerja yang kondusif, sehingga
Sesuai dengan tujuan pendidikan anggota bisa bekerja dengan penuh
anak usia dini di atas, maka pendidikan semangat dan produktif. Kepemimpinan
anak usia dini merupakan pondasi dasar tim mengacu pada tugas Kepala PAUD
pendidikan, yang memiliki peranan sangat untuk membangun kerja sama yang baik
penting dalam mengembangkan diantara semua anggota agar bisa
kemampuan dasar dan melejitkan potensi mewujudkan tujuan organisasi sekolah
kecerdasan anak yang akan mem- secara optimal.
pengaruhi pendidikan di tingkat Berdasarkan penelitian di lapangan
selanjutnya. Taman Kanak-Kanak (TK) ditemukan bahwa kepemimpinan
sebagai salah satu lembaga pendidikan sebagaimana disampaikan Sergiovani
usia dini diharapkan dapat (2006:97) telah diperankan oleh Kepala
mengembangkan potensi kecerdasan dan TK ABA 1 Enrekang seperti
kemampuan dasar anak agar dapat kepemimpinan formal yakni merumuskan
berkembang secara optimal. Sebagian visi, misi, dan tujuan TK ABA 1 Enrekang
guru PAUD sudah memiliki persyaratan sebagaimana mekanisme dan aturan
tersebut, namun hanya sebagian kecil yang berlaku. Demikian pula dengan
yang dapat menjadi kepala PAUD. kepemimpinan administratif, Kepala TK
Kompetensi untuk mendapatkan ABA 1 Enrekang melakukan pembinaan
jabatan sebagai kepala PAUD tersebut, pada penataan administrasi pendidik dan
merupakan perwujudan yang didukung tenaga kependidikan serta administrasi
kemampuan dan prestasi guru yang peserta didik secara rapi. Pada aspek
bersangkutan. Jabatan kepala PAUD supervisi, Kepala TK ABA 1 Enrekang
merupakan pekerjaan yang memerlukan membimbing para pendidik agar dapat
kreativitas dan inovasi, selain menuntut melaksanakan tugasnya dengan baik,
bekerja lebih giat, keras, dan mendapat memantau tingkat kehadiran guru,
berbagai tantangan. Kepemimpinan memotivasi untuk mengikuti pelatihan-
kepala PAUD merupakan kunci pelatihan seperti in house training,
bagaimana dan mau kemana organisasi melaksanakan supervisi berupa observasi
berjalan, jalan di tempat atau tidak kelas maupun supervisi kunjungan kelas.
berjalan sama sekali. Kepemimpinan di Adapun peran kepemimpinan
segala sistem dalam organisasi organisasi terejawantahkan melalui kultur
merupakan kunci keberhasilan terlebih sekolah yang sehat, bersahabat,
bagi organisasi yang masih berkembang terbangun suasana kekeluargaan dalam
dan mau bersaing dengan yang lainnya. lingkungan sekolah, semangat kerja yang
Sergiovanni (2006:97) mengemukakan tinggi dan terciptanya keakraban antar
enam peranan kepemimpinan Kepala warga sekolah. Sedangkan kepemimpinan
Sekolah, yaitu: kepemimpinan formal, tim diterjemahkann melalui usaha Kepala
kepemimpinan administratif, PAUD dalam membentuk tim kerja yang
kepemimpinan supervisi, kepemimpinan solid, memotivasi para guru dalam
organisasi, dan kepemimpinan tim. berprestasi, mengidentifikasi dan
Kepemimpinan formal mengacu pada meredam munculnya potensi-potensi
tugas Kepala PAUD untuk merumuskan konflik sejak dini.
visi, misi dan tujuan organisasi sesuai
dengan dasar dan peraturan yang

3
Kepemimpinan Kepala PAUD Berbasis Ummul Mukminin, ceritakan
Moral padaku tentang akhlak Rasulullah
Dimasa sekarang ini banyak Shallallahu `Alaihi wa Sallam”.
pimpinan yang dituntut untuk mampu ‘Aisyah menjawab: “Akhlak beliau
melihat situasi dan tetap waspada adalah al-Qur’an”. (HR. Ahmad)
terhadap masa depan, dalam melihat peta
dimasa depan pemimpin harus dapat Akhlak Rasulullah Shallallahu `Alaihi
bertindak dan melihat lebih jauh dari Wasallam yang dimaksudkan di dalam
segala tantangan yang ada serta mencari kata-kata di atas ialah kepercayaan,
peluang di setiap saat. Kepala sekolah keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah
yang bermoral senantiasa berorientasi laku Rasulullah Shallallahu `Alaihi
pada kepemimpinan yang mengutamakan Wasallam yang semuanya merupakan
dan memegang kuat aspek kesusilaan. pelaksanaan ajaran al-Qur’an.ُAkhlakُjugaُ
Kepemimpinan moral yang diteliti oleh diartikan oleh para ahli sebagai instink
Kretzschmar (Sularto, 2015:645), (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir
menganggap bahwa moral merupakan hal dan ada pula yang mengatakan bahwa
penting untuk melihat apakah pemimpin akhlak itu ialah hasil dari pendidikan dan
memiliki etika yang baik. Ketika perilaku latihan serta perjuangan. Akhlak yang baik
seorang pemimpin dilakukan dengan cara atau buruk tergantung dan bermula dari
yang terhormat, mulia, dan adil, maka hatinya (qalbu), sebagaimana Sabda
akan memiliki dampak langsung pada Rasulullah Shallalahu `Alaihi Wasallam.
motivasi pengikut. Oleh karenanya
Dockery (2011) mengatakan karakter, ُ َ‫ن أ‬
َ‫ل‬ َُّ ‫سدُ فى َوإ‬ َ ‫ضغَةُ ْال َج‬ ْ ‫صلَ َحتُْ إذَا م‬ َ ‫ح‬ َُ َ‫صل‬
َ ُ‫سد‬ َ ‫ْال َج‬
moralitas, dan etika ‘pergi tangan-di- ُُّ‫ كله‬، ‫س َدتُْ َوإذَا‬َ َ‫س َُد ف‬
َ َ‫سدُ ف‬ ْ ُّ
َ ‫ كلهُ ال َج‬. َ‫ل‬َ
ُ‫ىأ‬ ْ ْ
َُ ‫القَلبُ َوه‬
tangan dengan kepemimpinan yang
efektif’. Kepemimpinan moral berfokus “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu
pada nilai-nilai moral dan etika yang ada segumpal daging. Jika ia baik,
mendorong lahirnya perilaku-perilaku maka baik pula seluruh jasad. Jika
yang baik. ia rusak, maka rusak pula seluruh
Moral juga merupakan pengetahuan jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah
yang menyangkut budi pekerti manusia hati (qalbu)”. (HR. Bukhari dan
yang beradab. Moral juga berarti ajaran Muslim).
yang baik dan buruk, perbuatan, dan
kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
uraian (pandangan, ajaran) tentang sebagai pendidikan pra sekolah yang
perbuatan dan kelakukan yang baik. membina anak-anak usia 0-6 tahun yang
Sebaliknya perbuatan yang merupakan usia keemasan seorang anak
mengindikasikan kerusakan moral disebut dalam pertumbuhannya mutlak memiliki
demoralisasi (Arifin, 2015:379). Adapun seorang pemimpin yang mempunyai
moral dalam perspektif ajaran Islam moral yang tinggi. Moral tersebut
dikenal sebagai akhlak. Akhlak dari segi kemudian terejawantahkan dalam sikap
bahasa berasal dari pada perkataan dan perilaku kepala sekolah. Seorang
“khulq” yang berarti perilaku, perangai kepala sekolah yang bermoral atau
atau tabiat (Hans, 1994). Maksud ini berakhlak mulia akan mampu
terkandung dalam katakata Aisyah menampilkan perilaku yang bersahaja,
radhiallahu anha dalam hadits: beretika dan berintegritas tinggi sehingga
menjadi profil bagi warga sekolah untuk
‫عبْدُ َح َّدثَنَا‬َ ُ‫الر َّزاق‬َّ ‫ن‬ ُْ ‫ع‬
َ ُ‫ن َم ْع َمر‬ َ َ ‫ن قَت َا َدُة‬
ُْ ‫ع‬ ُْ ‫ع‬
َ diteladani dan dicontoh.
َ ‫ارُة‬ َ ‫ن ز َر‬ ُْ ‫ع‬
َ ُ‫س ْعد‬ َ ُ‫ل هشَامُ بْن‬ َُ ‫سأ َ ْلتُ قَا‬
َ َ‫ش ُة‬ َ ‫عائ‬ َ Kondisi yang demikian terbangun di
ُ‫ن أ َ ْخبريني فَقُ ْلت‬ ُْ ‫ع‬
َ ُ‫َللا َرسولُ خلق‬ َُّ ‫صلَّى‬ َ TK ABA 1 Enrekang, bahwa seorang
َُّ ُ‫علَيْه‬
‫َللا‬ َ ‫ْالق ْرآنَُ خلقهُ آَانَُ فَقَالَتُْ َو‬
َ ‫سلَّ َُم‬ kepala sekolah mampu mempengaruhi
para warga sekolah (pendidik, peserta
Diriwayatkan dari Sa’d ibn didik maupun tenaga kependidikan)
Hisham, dia berkata: Saya melalui moral atau akhlaknya. Dalam
bertanya kepada ‘Aisyah: “ Wahai menjalankan fungsinya sebagai kepala

4
sekolah selalu dilakukan dengan penuh Kepemimpinan Kepala PAUD Berbasis
kebersahajaannya, yakni dengan Spritual
memberikan pendidikan melalui Istilah kepemimpinan telah sering
keteladanan, apabila menegur dilakukan kita dengar, baik secara sosiologis
dengan cara yang beretika, serta maupun akademis. Terdapat banyak
berkomunikasi dengan bahasa yang akademisi maupun praktisi yang
sopan dan penuh sikap persahabatan. mendefinisikan kepemimpinan.
Ketinggian moral bagi seorang kepala Keseluruhan definisi tersebut
sekolah apalagi pada lingkungan anak mencerminkan empat unsur: adanya
usia dini merupakan sebuah keharusan pemimpin, pengikut, situasi, dan interaksi
dan tuntutan pendidikan sebagaimana antara pemimpin dan pengikut atau
yang telah diatur dalam Permendiknas sebaliknya interaksi antara pengikut pada
No. 13 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi pemimpinnya (Eliyana, 2013:5).
Kepala Sekolah/Madrasah. Kepemimpinan spiritual sama dengan
Pada muatan Permendiknas kepemimpinan secara umum, namun lebih
disebutkan bahwa kepala sekolah (PAUD) mengarah kepemimpinan yang dilandasi
harus memiliki lima kompetensi dasar, dengan aturan-aturan agama. Tobroni
yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, (2005) mendefinisikan kepemimpinan
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. spiritual sebagai kepemimpinan yang
Pada kompetensi kepribadian (personality membawa dimensi keduniawian ke
competence) disebutkan indikator dimensi keilahian. Oleh sebab itu,
pencapaiannya meliputi: (1) berakhlak kepemimpinan spiritual didasarkan etika
mulia, dengan mengembangkan budaya religius dan kecerdasan spiritual serta
dan tradisi akhlak mulia dan menjadi dilandasi iman dan hati nurani.
teladan akhlak mulia bagi komunitas di Kepemimpinan spiritual merupakan
sekolah/madrasah; (2) memiliki integritas model kepemimpinan komprehensif yang
kepribadian sebagai pemimpin; (3) menggabungkan berbagai pendekatan
memiliki keinginan yang kuat dalam sekaligus sebagai kekuatan penggerak
pengembangan diri sebagai kepala kepemimpinan. Kepemimpinan ini
sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka merupakan gabungan kepemimpinan etik,
dalam melaksanakan tugas pokok dan asketik, dan mistik (Tobroni, 2005:4).
fungsi; (5) mengendalikan diri dalam Kepemimpinan spiritual oleh Tjahjono
menghadapi masalah dalam pekerjaan disebut kepemimpinan dimensi keempat,
sebagai kepala sekolah/madrasah; dan yaitu kepemimpinan yang lebih
(6) memiliki bakat dan minat jabatan mendasarkan pada iman dan hati nurani
sebagai pemimpin pendidikan dalam kualitas kepemimpinannya atau
(Permendiknas No. 13/2007). kepemimpinan yang membersihkan hati,
Kretzschmar dalam Sularto memberi, melayani, mencerahkan dan
(2015:646) mengungkapkan bahwa memenangkan jiwa berdasarkan
pemimpin yang baik seharusnya semangat syukur dan kasih (Tobroni,
menumbuhkan semangat yang kuat untuk 2005:4). Kepemimpinan berbasis nurani
memimpin dirinya sendiri sebelum adalah kepemimpinan yang memandang
memimpin organisasi. Seorang pemimpin anggota organisasi sebagai manusia
harus memiliki sikap takut akan Tuhan seutuhnya mencakup empat dimensi:
agar dapat tampil sebagai pemimpin yang tubuh/fisik, pikiran, hati, dan jiwa.
sejati. Moral melahirkan seorang Pandangan ini mendukung pemenuhan
pemimpin yang mampu menghargai dasar manusia secara utuh untuk
pekerjaan orang lain, mengakui memberikan motivasi total: to live
kemampuan orang yang dipimpin dan (bertahan untuk hidup), to love
menghormati mereka sebagai sesama. (berhubungan yang erat satu sama lain
Moral mampu mendorong pemimpin dengan penuh cinta, to learn (tumbuh dan
bersikap bijak dan transparan, karena mengembangkan diri), and to leave a
kedua sikap ini sangat berpengaruh legacy (memberikan nilai dan kontribusi
kepada kebijakan dan tujuan dari kepada masyarakat, penuh integritas dan
pemimpin. memberikan warisan berupa nama yang

5
harum) (Indrayana dan Gunawan, menjadi penyumbang terbesar
2013:50). keberhasilan seseorang dalam hidupnya,
Ada dua model dalam termasuk di dalamnya kecerdasan
kepemimpinan spiritual, yaitu (1) spiritual (SQ) yang menurut Zohar dan
kepemimpinan spiritual substantif dan (2) Marshall (2000) memiliki andil 80 persen
kepemimpinan spiritual instrumental dalam kesuksesan karir seseorang. Hasil
(Eliyana, 2013:5). Kepemimpinan spiritual penelitian Percy (2003:226-227)
substantif merupakan kepemimpinan menunjukkan bahwa para direktur dan
spiritual yang lahir dari penghayatan Chief of Executive Officer (CEO) yang
spiritual sang pemimpin dan kedekatan sukses dalam hidup dan
pemimpin dengan realitas ilahiah dan kepemimpinannya memiliki spiritualitas
dunia ruh. Model kepemimpinan yang tinggi dan menerapkan gaya
spiritualnya muncul dengan sendirinya kepemimpinan spiritual (http://lppks.org).
dan menyatu dalam kepribadian dan Kepemimpinan spiritual tidak
perilaku kesehariannya dan karena itu menolak gaya kepemimpinan lainnya
bersifat tetap. Berikutnya, kepemimpinan seperti kepemimpinan transaksional dan
spiritual instrumental, yaitu kepemimpinan kepemimpinan transformasional,
spiritual yang dipelajari dan kemudian melainkan bersifat menyempurnakan.
dijadikan gaya kepemimpinan sang Tiga pilar dalam penyempurnaan
pemimpin. Gaya kepemimpinan spiritual kepemimpinan spiritual, yaitu: pertama,
seorang pemimpin timbul karena tuntutan secara ontologis (hakikat apa yang dikaji),
eksternal dan menjadi alat atau media kepemimpinan itu amanah dari Allah
untuk mengefektifkan perilaku Subhanahu wa Ta`ala dan akan
kepemimpinannya. dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya
Dua model kepemimpinan spiritual kelak. Kedua, secara epistemologi (teori
di atas terinternalisasi dalam kepribadian ilmiah), kepemimpinan bersumber dari
seorang kepala TK ABA 1 Enrekang hal nilai-nilai etis (etika religius) yang
ini dapat diamati dari kepribadiannya yang diderivasi dari nilai-nilai ketuhanan.
taat beribadah sebagaimana tanggung Dengan kata lain, kepemimpinan spiritual
jawab dan kewajibannya sebagai seorang adalah kepemimpinan dalam nama Allah.
muslimah. Baik yang bersifat rutinitas Oleh karena itu, rujukan etika sebagai
setiap hari seperti sholat lima waktu landasan perilaku kepemimpinannya
maupun rukun islam yang lain. bersumber dari sifat-sifat Allah, seperti Ar-
Menampilkan akhlak mulia dan juga Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim
mengembangkan budaya akhlak mulia (Maha Penyayang), sehingga seorang
bagi komunitas di sekolah, serta memiliki pemimpin harus menebarkan kasih dan
integritas tinggi sebagai pemimpin. Hal ini sayang kepada pengikutnya, dan sifat-
dikarenakan oleh adanya kesadaran sifat Allah lainnya. Ketiga, secara
bahwa tugas kepemimpin merupakan aksiologis (segi kemanfaatan),
amanah dari Allah Subhanahu wa Ta`ala kepemimpinan itu untuk kesejahteraan
yang harus dilaksanakan dengan sebaik- melalui kekuasaan, memberdayakan
baiknya dan dipertanggungjawabkan (empowering) umat yang dipimpin,
kelak di akhirat. mencerahkan pikiran, membersihkan hati,
Sejatinya gaya kepemimpinan penenangan hati nurani, dan pembebasan
spiritual tidak hanya dapat diterapkan di jiwa menuju kehidupan yang lebih baik
dunia pendidikan maupun industri (Eliyana, 2013:6).
pengemban misi mulia (nobel industry) Apabila dikaji dari perpektif Al
lainnya seperti lembaga-lembaga sosial Qur’an,ُ kepemimpinanُ spiritualُ telahُ
nonprofit, rumah peribadatan, lembaga tercantum di beberapa ayat, antara lain
swadaya masyarakat (LSM), dan dalam Q.S Al-Baqarah:124 Allah
organisasi kemasyarakatan tetapi juga Subhanahu wa Ta`ala berfirman, yang
dapat diterapkan di lembaga-lembaga artinya:
bisnis. Akhir-akhir ini banyak pakar yang
melakukan pengkajian dan menulis buku “Ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh
yang menyatakan bahwa aspek spiritual Tuhan-Nya dengan beberapa kalimat,

6
lalu Ibrahim menunaikannya. Allah bijaksana, serta (5) keberanian dalam
berfirman: Sesungguhnya Aku akan mengambil keputusan. Semua sepakat
menjadikanmu imam bagi seluruh dan setuju bahwa spritualisme terbukti
manusia. Ibrahim berkata: (Dan Saya mampu membawa seseorang menuju
mohon juga) dari keturunanku. Allah tangga kesuksesan dan berperan dalam
berfirman: Janji-Ku (ini) tidak akan menciptakan mereka menjadi seorang
mengenai orang-orang yang zalim”. powerful leader (Agustian, 2017).
(Q.S Al Baqarah:124).
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala
Alُ Qur’anُ mengkaitkanُ PAUD Berbasis Karakter
kepemimpinan dengan hidayah dan Kepala sekolah memiliki peranan
pemberian petunjuk pada kebenaran. sangat penting dalam membangun
Seorang pemimpin tidak boleh melakukan karakter siswa di sekolah, terutama dalam
kezaliman, misalnya kezaliman dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan
keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam menyelaraskan semua sumber daya
mengambil keputusan dan aplikasinya. pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah
Seorang pemimpin harus mengetahui adalah pemimpin tertinggi yang sangat
keadaan umatnya, merasakan langsung berpengaruh dan menentukan kemajuan
penderitaan mereka. Seorang pemimpin sekolah. Untuk itu, kepala sekolah dituntut
harus melebihi umatnya dalam segala hal: memiliki kemampuan menajemen dan
keilmuan dan perbuatan, pengabdian dan prakarsa implementasi dalam
ibadah, keberanian dan keutamaan, serta membangun karakter siswa. Oleh karena
sifat dan perilaku. Seorang pemimpin itu, dalam implementasi pendidikan
harus berpengetahuan dan memperoleh karakter kepemimpinan kepala sekolah
petunjuk sebelum umatnya, seperti perlu mendapat perhatian secara serius
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad sebab kepala sekolah merupakan kunci
Shallallahu `Alaihi Wasallam dari Allah sukses dalam pengembangan budaya
Subhanahu wa Ta`ala yang selanjutnya sekolah, budaya mutu, yang berujung
disampaikan oleh Nabi Muhammad pada budaya karakter (Arifin, 2016:684).
Shallallahu `Alaihi Wasallam kepada Kepemimpinan pembelajaran
umatnya. Pemimpin dalam konteks Islam (instructional leadership) merupakan
memiliki tempat yang sangat tinggi kepemimpinan yang bertujuan untuk
dibandingkan dengan umat secara meningkatkan mutu pengajaran dalam
keseluruhan. Pemimpin memiliki sistem pembelajaran. Menurut Keefe dan
kedudukan yang sangat mulia dan agung. Jenkins (1984), David dan Thomas (1989)
Kedudukan ini diberikan Allah Subhanahu sebagaimana dikutif Arifin (2016:685)
wa Ta`ala kepada seseorang yang telah bahwa peranan kepemimpinan
melewati cobaan dan ujian yang berat pembelajaran kepala sekolah adalah
seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim dalam memberi arah, sumber dan
`Alaihissalam. bantuan kepada guru dan siswa untuk
Melalui kepemimpinan berdasarkan memperbaiki pengajaran dan
spiritual diupayakan tercapainya pembelajaran (how to improve teaching
kebahagiaan hidup, kesehatan, kejujuran, and learning for student). Demikian pula
kesejahteraaan, cinta, pemberdayaan, yang disampaikan Ubben dan Hughes
kebenaran yang hakiki dan sikap yang (1992) pemimpin pembelajaran
positif (Fairholm, 1996). Forum Group merupakan tindakan pada pembelajaran
Discussion yang dilakukan oleh Harvard langsung (direct intructional) maupun tidak
Bussiness School yang dihadiri oleh para langsung (indirect instructional) yang
CEO perusahaan terkemuka di Amerika mengarah pada upaya peningkatan
termasuk yang berasal dari “Silicon kemajuan belajar anak didik. Menurut
Valley” menghasilkan kesepakatan bahwa Ubben dan Hughes (1992) kepemimpinan
paham spritualisme mampu menghasilkan pembelajaran yang efektif memiliki lima
5 hal yaitu; (1) integritas atau kejujuran, ciri utama: (1) mengkoordinasi program
(2) energi atau semangat, (3) inspirasi pembelajaran, (2) menekankan prestasi,
atau ide dan inisiatif, (4) wisdom atau (3) mengevaluasi kemajuan anak didik

7
secara teratur, (4) menciptakan iklim keteladanan, fasilitasi nilai, dan
belajar yang kondusif, dan (5) menyusun pengembangan soft skills.
strategi pembelajaran. Penanaman nilai-nilai karakter anak
Adapun pendidikan karakter usia dini perlu keterlibatan stakeholder
menurut Zubaidi (2011) bahwa bukan hanya melibatkan warga sekolah
pendididikan karakter adalah pendidikan (pimpinan sekolah, pendidik, peserta
budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek didik, pegawai administrasi, bahkan
pengetahuan (cognitive), perasaan penjaga sekolah serta pengelola warung
(feeling) dan tindakan (action). Dengan sekolah) tetapi juga perlu keterlibatan
pendidikan karakter yang diterapkan orang tua murid serta pemuka masyarakat
secara sistimatis dan berkelanjutan, akan untuk bekerja secara kolaboratif dalam
menghasilkan siswa (outcome of learning) melaksanakan program pendidikan
yang cerdas emosi (emotional karakter. Sebab sesungguhnya
intelligence), cerdas sosial (social pendidikan karakter idak hanya dilakukan
intelligence), cerdas keagamaan (spiritual di dalam kelas tetapi juga di luar kelas
intelligence), cerdas fisik (physical dalam berbagai kegiatan, termasuk
intelligence), cerdas budaya (cultural kegiatan di rumah dan di dalam
intelligence), dan cerdas pengetahuan lingkungan masyarakat dengan
(knowledge intelligence). Sulthon (2012) melibatkan partisipasi orang tua.
mengatakan bahwa nilai-nilai karakter
yang diharapkan bisa terbentuk di sekolah Kepemimpinan Moral Spritual dalam
tidak terkecuali di PAUD yaitu. (1) jujur Mengembangan Pembelajaran Karakter
(religius, adil, ikhlas, berfikir positif), (2) Anak Usia Dini
cerdas (kreatif, mengendalikan diri, Kepemimpinan kepala sekolah yang
rendah hati, hemat), (3) tangguh (mandiri, berbasis moral-spiritual yaitu
percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kepemimpinan yang mengedepankan
kerja keras, pantang menyerah), dan (4) nilai-nilai moral atau akhlak mulia berbasis
peduli (kasih sayang, toleransi, santun, keagamaan. Dengan kata lain,
cinta damai, kerjasama dan cinta tanah menambahkan arah moralitas dari
air) (Arifin, 2016:688). dimensi keduniawian semata menuju
Kepala TK ABA 1 Enrekang dalam kepada dimensi spiritual atau keilahian.
memerankan fungsinya sebagai pemimpin Allah sebagai Tuhan adalah pengilham
pembelajaran dalam mengembangkan bagi pemimpin sejati, mencerahkan,
karakter anak usia dini senantiasa membersihkan hati nurani dan
memberikan arahan dan bantuan kepada menenangkan jiwa-jiwa hamba-Nya
guru untuk memperbaiki pengajaran dan dengan cara yang sangat bijaksana
pembelajaran (how to improve teaching melalui pendekatan etis dan keteladanan
and learning for student) di kelas seperti (Arifin, 201:381).
meningkatkan pola pembelajaran yang Berdasarkan kajian teoritis tentang
sesuai dengan kebutuhan anak usia dini. kepemimpinan, dapat dipahami bahwa
Mengarahkan guru untuk menggunakan terdapat ekuivalensi antara kepemimpinan
pendekatan komprehensif dalam kepala sekolah berbasis moral-spritual
pengembangan pembelajaran karakter dengan kepala sekolah yang berbasis
yakni proses pendidikan karakter karakter sehingga kepemimpinan moral
diintegrasikan ke dalam berbagai aktivitas spiritual dapat dijelaskan dengan
pembelajaran. Mengadopsi materi-materi pendekatan kepemimpinan berbasis
pembelajaran dari kehidupan sehari-hari karakter. Terkait dengan karakteristik dan
kemudian memberi penjelasan pada kompetensi kepala sekolah telah
aspek-aspek nilai-nilai karakter yang dijelaskan dalam Permendiknas No.
terkandung di dalamnya. Dan 13/2007 bahwa kepala sekolah harus
menggunakan menggunakan metode dan memenuhi persyaratan-persyaratan
strategi pembelajaran pendidikan karakter terutama pada pemenuhi kompetensi
anak usia dini yang mencakup kepribadian dan kompetensi sosial (social
inkulkasi/penanaman (lawan indoktrinasi), competence) sebagai modal utama dalam
berkomunikasi dan berinteraksi secara

8
efektif dengan lingkungan sekolah dan aqidah-akhlak ini tidak hanya berhenti
luar sekolah (Alma, 2008), kepala sekolah pada knowing, tapi juga menjadi feeling
berusaha mengembangkan komunikasi dan action. Strategi paling efektif adalah
dengan orang tua, siswa, warga sekolah, mengajarُ denganُ “keteladananُ danُ
sehingga terjalin komunikasi dua arah inspirasi berbasis moral atau karakter dan
yang berkelanjutan (Wibowo, 2014), diawali oleh kepala sekolah sebagai
berkesinambungan, sehat, positif, inspiring leader”ُ(Arifin,ُ2016:688).
komunikatif dan konstruktif (Arifin, 2015). Keberhasilan pendidikan karakter
Kompetensi sosial kepala sekolah bagi anak usia dini sangat bergantung
ditandai: (1) terampil bekerja sama pada ada tidaknya kesadaran,
dengan orang lain yang saling pemahaman, kepedulian, dan komitmen
menguntungkan dan bermanfaat; (2) berbagai pihak terhadap pendidikan.
mampu berpartisipasi dalam kegiatan Kilpatrick sebagaimana dikutip Mulyasa
sosial kemasyarakatan; dan (3) memiliki (2012:69) bahwa salah satu penyebab
kepekaan sosial terhadap orang atau seseorang berperilaku baik meskipun
kelompok lain (Permendiknas No. telah memiliki kepahaman tentang
13/2007). Adapun Arifin (2016:687) kebaikan itu (moral understanding)
menambahkan bahwa selain lima disebabkan karena tidak terlatih untuk
kompetensi yang telah ditetapkan melakukan (moral doing). Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia, dapat pendidikan karakter bagi anak usia dini
dikembangkan kompetensi lain yang sebaiknya direalisasikan melalui tindakan
relevan seperti kompetensi spiritual nyata dalam pembelajaran, jangan terlalu
(spiritual competence) yang ditandai teoritis, dan jangan membatasi aktivitas
dengan dimensi spiritual trasendental pembelajaran, apalagi hanya terbatas di
berupa keimanan, ketaqwaan, dan nilai dalam kelas.
religion commitment lainnya, kompetensi Menurut Lickona (1996) untuk
ini dibutuhkan pada sekolah-sekolah membentuk karakter yang baik, terdapat
keagamaan, madrasah, dan pendidikan di tiga bagian yang tidak terpisahkan, yaitu:
lingkungan pondok pesantren. Dengan (1) moral knowing; (2) moral feeling; dan
kata lain, kepala sekolah bukan sekedar (3) moral action. Indikator moral knowing
memiliki kompetensi kepribadian dan antara lain: (1) kesadaran moral (moral
sosial, tetapi kompetensi-kompetensi awareness); (2) mengetahui nilai-nilai
dimaksud didasari ketaqwaan, sehingga moral (knowing moral values); (3)
menjadi kesalehan pribadi dan kesalehan mengambil sudut pandang orang lain
sosial,mungkin juga kesalehan kultural, (perspective-taking); (4) pemahaman
kesalehan ekonomi, dan kesalehan makna moral (moral reasoning); (5)
kebangsaan. Kesalehan dimaksud pengambilan keputusan berbasis moral
sebagai landasan spiritual, hal mana (desicion-making); dan (6) mengenali diri
sesuai dengan makna sila Ketuhanan sendiri (self-knowledge).
Yang Maha Esa dalam Pancasila. Indikator moral feeling antara lain:
Inti dari kepemimpinan kepala (1) hati nurani (conscience); (2)
sekolah dalam mengembangkan menghargai diri sendiri dan orang lain
pendidikan karakter anak usia dini adalah (self-esteem); (3) memahami kondisi
kepemimpinan yang mengembangkan emosional orang lain (empathy); (4)
warga sekolah utamanya potensi peserta mencintai kebaikan (loving the good); (5)
didik sebagai pembelajar yang baik (good mengendalikan diri sendiri (self-control);
knower) yang selalu terikat dalam berfikir (6) terbuka pada kebenaran dan menjaga
(fikir), merasakan (dzikir) dan bertindak perasaan (humility). Indikator moral
(fi’il) terhadap nilai-nilai kebaikan, values action, antara lain: (1) kemampuan
of goodness. Lebih dari itu untuk berfikir, berperasaan, dan bertindak moral
lingkungan pendidikan Islam tentu (competence); (2) memiliki keinginan dan
menjadi basis spiritual goodness yang energi moral (will); dan (3) berkebiasaan
biasanya dikenal di lingkungan pesantren, (habit).
madrasah, diniyah, dan sekolah Islam Pembentukan karakter melalui tiga
dengan materi aqidah-akhlak. Bagaimana tahapan yakni; (1) moral knowing; (2)

9
moral feeling; dan (3) moral action telah cara yang baik dalam membangun moral
diterapkan di TK ABA 1 Enrekang. Pada feeling anak usia dini misalnya dengan
aspek moral knowing, anak usia dini mulai menceritakan tentang tokoh yang
bisa diberikan kesadaran moral melalui mempunyai jiwa empati yang tinggi,
proses pembelajaran misalnya tentang pelopor kebajikan serta dapat dijadikan
pantingnya kepatuhan kepada guru, teladan dalam kehidupan sehari-hari.
menyayangi teman, berbagi bersama Adapun moral action dilakukan melalui
teman-teman serta pengenalan pada diri praktek-praktek pembiasaan dilingkungan
sendiri dan pengenalan pada Tuhan. sekolah, misalnya cium tangan guru,
Sedangkan moral feeling mengajarkan mengucapkan salam, berdoa`a sebelum
anak usia dini untuk menghargai diri dan sesudah belajar dan kegiatan-
sendiri dan orang lain, gemar bergaul, kegiatan lain yang dapat mendorong anak
serta membangun kepekaan melalui usia dini untuk mampu mempraktekannya
kegiatan saling memberi misalnya kepada dalam kehidupan sehari-hari baik di
teman-teman, guru atau pegawai sekolah. lingkungan sekolah maupun di luar
Melalui pembelajaran anak usia dini lingkungan sekolah.
dengan metode bercerita bisa menjadi

Kepala PAUD Berbasis Kepala PAUD Berbasis


Moral Spiritual
1. Akhlakul karimah 1. Ontologis
2. Lurus hatinya 2. Epistemologi
3. Taat kepada Tuhan 3. Aksiologi
4. Mencintai pekerjaanya

Kepemimpinan
Kepala PAUD Pembentukan
1. Formal Karakter AUD
2. Administrasi Kepemimpinan moral spiritual dalam pembentukan karaktek 1. Moral knowing
3. Supervisi 2. Moral feeling
4. Organisasi 3. Moral action
5. Tim

Kepemimpinan Pembelajaran Kepala


PAUD
1. Mengkoordinasikan program pembelajaran
yang berbasis karakter
2. Menekankan prestasi peserta didik
3. Mengevaluasi kemajuan peserta didik
4. Menciptakan iklim belajar yang kondusif
5. Menyusun strategi pembelajaran berbasis
karakter

Bagan 1.
Kepemimpinan Kepala PAUD Berbasis Moral Spiritual dalam Pembelajaran Karakter Anak
Usia Dini

KESIMPULAN prinsip, nilai, etika dan perilaku individu.


Tujuan hidup manusia bukan hanya Spiritual juga termasuk tingkat kesadaran
terpenuhinya semua kebutuhan seseorang terkait dengan dampak
materialitas, tetapi juga mencari makna perilakunya terhadap orang lain dalam
hidup dan kebahagiaan. Elemen lain yang sebuah organisasi. Orang yang
harus dikembangkan dalam mempunyai spiritual tinggi cenderung
kepemimpinan pendidikan adalah berperilaku yang berdampak baik bagi
kepemimpinan yang berbasis moral orang lain (Zohar, 2004). Jika tingkat
spiritual. Nilai-nilai spiritual spiritual seorang kepala sekolah tinggi
merepresentasikan tingkat kesadaran (dalam hal ini kepala TK ABA 1
spiritual setiap individu yang mencakup Enrekang), maka perilaku penyimpangan

10
maupun tindakan curang tidak akan terjadi memperkenankan melakukan penelitian
karena adanya kesadaran bahwa segala pada sekolah yang dipimpinnya.
aktivitasnya tidak luput dari pantauan Terakhir, kepada seluruh guru
Sang Pencipta serta akan dampak maupun staf TK ABA 1 Enrekang yang
buruknya termasuk beban untuk telah bersedia bekerjasama sehingga
mempertanggungjawabkan di hadapan penulis mampu mengumpulkan dan
Allah Subhanahu wa Ta`ala di akhirat merampungkan data-data penelitian yang
kelak. dibutuhkan.
Motivasi utama dalam menjalankan
tugasnya dipadang sebagai amanah
bukan karena faktor materialisme DAFTAR RUJUKAN
sehingga akhirnya mampu menunjukkan
kinerja secara maksimal di tempat Ahmad, I.,H. 1999. Musnad al-Imam
kerjanya. Motivasinya adalah menemukan Ahmad ibn Hanbal, Juz 42.
makna dari pekerjaannya dan bagaimana (Mu’assasahُal-Risalah), 183.
manfaatnya bagi dirinya sendiri dan orang Agustian. A.,G. 2017. ESQ Leadership
lain. Perilaku “service before self” dan Center (Online).
seluruh pandangan positif tentang hidup www.sqgroup.co.id, Akses 28
juga berpengaruh terhadap budaya Maret 2017.
organisasi dengan menciptakan Alma, B. 2009. Kewirausahaan. Bandung:
lingkungan kerja yang lebih positif. Alfabeta.
Penelitian menunjukkan meningkatnya Anonim. 2016b. Kadis Sosial TTU
spiritual berhubungan dengan hasil positif Pertanyakan Proses Penanganan
seperti meningkatnya produktivitas dan Kasus Pemerkosaan (Online).
kepuasan kerja, nilai etika positif, dan http://www.ntt-
tingkat kehadiran yang semakin baik. news.com/2016/05/26/kadis-
Menjadikan tugas kepemimpinan sosial-ttu-pertanyakan-proses-
sebagai sebuah amanah adalah salah penanganan-kasus-pemerkosaan/
satu indikator kepemimpinan moral Diakses pada tanggal 19 Februari
spiritual yang untuk masa modern sangat 2017.
relevan untuk diadopsi dan diterapkan Anonim. 2016a. 3 Kasus Kepala Sekolah
dalam semua dimensi kepemimpinan Melakukan Perbuatan Mesum
terlebih untuk dunia pendidikan seperti Dengan Guru (Online).
pada lembaga pendidikan anak usia dini. http://www.lensaterkini.web.id/201
Melalui kepemimpinan moral spiritual 6/04/3-kasus-kepala-sekolah-
diharapkan akan membantu melakukan.html. Diakses pada
mempermudah dalam tanggal 19 Februari 2017.
mengimplementasikan pembelajaran Arifin, I. 2015. Kompetensi Kepribadian
pendidikan karakter melalui pendidikan Kepala Sekolah Berbasis Moral
anak usia dini. Spiritual dalam Mengimplementasi
Pendidikan Karakter (Online).
http://ap.fip.um.ac.id/wp-
UCAPAN TERIMA KASIH content/uploads/2015/04/28-imron-
Terlaksananya kegiatan ini tidak arifin-KOMPETENSI-
lepas dari kejasama beberapa pihak. Oleh KEPRIBADIAN-KEPALA-
karena itu, penulis ingin menyampaikan SEKOLAH-BERBASIS-MORAL-
terima kasih kepada semua pihak yang SPIRITUAL-DALAM.pdf. Diakses
telah berkontribusi sehingga penelitian ini pada tanggal 19 Februari 2017.
bisa selesai. Arifin, I. 2016. Kepemimpinan
Pertama, kepada Ketua STKIP Pembelajaran Kepala Sekolah
Muhammadiyah Enrekang yang telah dalam Menerapkan Pendidikan
memberikan kesempatan untuk Karakter Pada Era Masyarakat
melaksanakan penelitian. Kedua, kepada Ekonomi Asean (Online).
Kepala TK ABA 1 Enrekang yang telah http://ap.fip.um.ac.id/wp-
content/uploads/2016/03/52-Imron-

11
Arifin.pdf. Diakses pada tanggal 19 Percy, I. 2003. Going Deep. Exploring
Februari 2017. Spirituality in Life and Leadership.
Dockery, D. (2011). Christian Leadership Arizona: Inspired Production
Essentials: A Handbook for Press.
Managing Christian Organizations. Sergiovanni, T. J. 2006. The principalship:
Nashville, TN: B&H Publishing a reflective practice perspective.
Group. (6th ed). Boston: Pearson
Eliyana, A. 2013. Kepemimpinan Spiritual Education, Inc.
dan Servant dalam Pendidikan Sularto, S.,A. 2015. Kepemimpinan Moral
Manajemen Indonesia. Pidato Kristen Pada CV Berkat Anugrah
pada Pengukuhan Jabatan Guru Lestari, Sidoarjo. AGORA. Vol. 3,
Besar dalam Bidang Ilmu Ekonomi No. 2.
Manajemen pada Fakultas Tobroni. 2005. The Spiritual Leadership:
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pengefektifan Organisasi Noble
Airlangga di Surabaya pada Hari Industry Melalui Prinsip-Prinsip
Sabtu, Tanggal 26 Oktober 2013, Spiritual Etis, Malang: UMM Press.
Surabaya: ADLN-Perpustakaan Ubben, G.C., & Hughes, L.W. 1992. The
Universitas Airlangga. Principal: Creative Leadership for
Fairholm, G.,W. 1996. Spritual Effective School. Boston: Allyn and
Leadership: fulfilling whole-self Bacon, Inc.
needs at work. Leadership & Wibowo, A. 2014. Manager & Leader:
Organizational Journal Sekolah Masa depan: Profil
(ABI/INFORM Research from Kepala Sekolah Profesional dan
Proquest). Bradford: Vol. 17, Iss.5 Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka
Hans Wehr, 1994. A Dictionary of Modern Pelajar.
Written Arabic, ed. J. Milton Whitmore, J. ,2004, Something really has
Cowan (Beirut: Maktabah Lubnan, to change: Change management
1980), 258; Poerwadarminta, as an imperative rather than a
Kamus Umum, 25; Dewan Redaksi topic. Journalof Change
Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Management, 4(1), 5-14.
Islam I (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Zohar, D. dan Marshall, I. 2000. Spiritual
Van Hoeve, 1994), 102-103. Intelligence: The Ultimate
http://lppks.org/berita/kepala- Intelligence (Bloomsbury
sekolah/83/kepemimpinan-spiritual Paperbacks). London: Bloomsbury
Indrayana, S. & Gunawan, G. (2013). Publishing Plc.
Manajemen Berbasis Nurani. Zohar, D & Ian, M. 2004. Spiritual Capital:
Belum diterbitkan. Memberdayakan SQ di Dunia
Mulyasa. 2013. Manajemen & Bisnis. Bandung, Mizan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Peraturan Menteri Pendidikan Nasionnal
Nomor 13 Tahun 2007 Tentang
Sertifikasi Kepala
Sekolah/Madrasah.

12

Anda mungkin juga menyukai