Anda di halaman 1dari 10

Available online: https://journal.uny.ac.id/index.

php/jpa
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun, Halaman

PERAN LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN


KARAKTER ANAK USIA DINI DI PAUD NURUL IKHLAS

Irhamna, Sigit Purnama


PIAUD, Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
20204032033@student.uin-suka.ac.id
Sigit.purnama@uin-suka.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak
Article history:
dengan tujuan memberikan pembelajaran dan pertumbuhan sesuai dengan
Received:dikosongkan
tahap perkembangan anak dengan mengikuti asek-aspek perkembangan ,
Revised: dikosongkan
pendidikan karakter sangat penting bagi anak, dimana dalam proses belajar
Accepted: dikosongkan
mengajar pendidikan karakter dapat terjadi baik secara langsung mapun tidak
Keywords: School langsung. Pembentukan karakter pada anak dapat dipengaruhi oleh keuarga,
Environment, Character masyarakat, dan sekolah. Peran sekolah adalah salah satu peran terpenting
AUD dalam pembentukan karakter, dimana sekolah adalah tempat anak untuk bisa
berinteraksi dengan teman sebayanya dalam aktivitas belajar, metode
Kata Kunci: penelitian ini deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengakaji
Lingkungan Sekolah, bagaimana peran lingkungan sekolah dalm membentuk karakter pada anak
Karakter AUD di PAUD Nuruk Ikhlas. Analisi data kualitatif yaitu wawancara dan
observasi. Hasil yang ditemuka dalam membentuk karakter pada anak usia
dini yaitu menegakkan kedisiplinan pada anak, terlibat penuh dalam
membangun karakter, menjadi contoh yang baik atau teladan bagi anak
Menumbuhkan nilai-nilai keutamaan pada diri anak, membentuk stategi
pembelajaran yang menarik.

Early childhood education is given to children with the aim of


providing learning and growth according to the stage of child development
by following developmental aspects, character education is very important
for children, where in the teaching and learning process character education
can occur either directly or indirectly. and school. The role of the school is
one of the most important roles in character building, the school is a place
where children can interact with their peers in learning activities, this
descriptive qualitative research method aims to examine how the role of the
school environment in shaping the character of children in PAUD Nuruk
bit.ly/jpaUNY Ikhlas. Qualitative data analysis, namely interviews and observations. The
results found in shaping character in early childhood are enforcing
discipline in children, being fully involved in building character, being a
good example or role model for children Growing priority values in
children, forming interesting learning strategies.

Copyright © 2021, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

PENDAHULUAN
Karakter merupakan pribadi yang sangat esensial, atribut atau hal yang harus dimiliki oleh
setiap individu sehingga dapat membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Individu sering
melihat karakter dengan karakter atau kepribadian. Karakter adalah gagasan internal orang yang
memengaruhi setiap pemikiran, perasaan, dan aktivitas seseorang (Prasetyo, 2011).
Kualitas karakter atau ide diri yang dapat diciptakan sesuai dengan setting sosial daerah
setempat. Menanamkan penghargaan atau pelatihan karakter, sengaja atau tidak, membutuhkan
keselarasan dengan beberapa jenis tugas untuk menyelesaikan instruksi karakter. Keharmonisan,
keberpihakan dan keterpeliharaan pengajaran (karakter) sebagai tujuan instruktif sangat penting untuk
dilakukan bersama-sama, khususnya instruktur, jaringan dan sekolah (Septiarti, 2012).
Usia dini merupakan masa emas, masa dimana anak akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini anak sangat peka dan mudah mempelajari sesuatu.
Hal tersebut dapat dilihat dari kritisnya anak bertanya segala sesuatu dimana rasa ingin tau anak sangat
besar (Pebriana, 2017). Masa emas adalah masa yang sangat rentan pada anak dalam memahami
segala sesuatu, anak tidak mudah memahami mana yang baik, dan mana yang tidak baik, sehingga
sangat mudah bagi anak terpengaruh dengan orang sekitar, untuk mengoptimalkan perkembangan
anak sesuai dengan tahap pendidikannya, maka perlunya pendidikan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembelajaran yang diberikan kepada anak usia 0-
6 tahun dalam benruk formal maupun non formal, pendidikan anak usia dini adalah suatu proses
pembelajaran yang difokuskan pada anak dari baru lahir hingga usia 6 tahun dengan memiliki aspek
aspek yang harus dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangannya. Aspek-aspek yang harus
dikembangkan kepada anak usia dini yaitu: aspek kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motoric,
seni, agama dan moral.
Pendidikan adalah suatu usaha dalam membentu peserta didik dengan memberikan kegatan
yang penuh dengan bimbingan pengajaran dan pelatihan untuk membentuk suatu peranannya dimasa
depan. Sekolah adalah suatu tempat atau lembaga dalam menyeenggarakan pendidikan formal yang
memilki peran yang snagat penting dalam mewujudkan tujuan dari suati pendidikan.
Masa prasekolah adalah masa yang begitu penting bagi anak dalam membangun setiap
perkembangan yang dimilikinya dan dibantu oleh orang sekitar. Masa ini adalah titik dimana orang
tua dan para pendidik membantu anak untuk membanggunperkembangan sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan daya cipta, tak luput dari pendidikan karakter, agar anak mampu menyesuaikan diri
dangan lingkungan sekitarnya (Ritonga & Sutapa, 2020).
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan, karena pendidikan
tidak hanya mengantarkan anak bangsa menjadi cerdas tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan
santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat pada umumnya. Artinya, dengan melekatnya indikator perilaku tersebut pada
setiap anak bangsa dalam proses pendidikan, sebagaimana yang disebutkan dalam tujuan pendidikan
nasional di atas, maka telah mencerminkan sosok individu yang berkarakter (Kaimuddin, 2018).
Pendidikan karakter melibatkan semua aspek dalam kehidupan manusia, sehiangga penekanan
tidak hanya terfokuskan pada perkembangan kognitif anak namun pendidkan karakter pada anak usia
dini harus disesuaikan pada jiwa anak, yaitu pada setiap aspek kehidupan anak juga harus
dikembangkan (Khoiriah & Nabilah, 2019). Karakter dalam bentuk konkrit berupa perilaku yang
dsangat dekat dengan moral, yaitu memiliki komponen afektif, kognitif, dan perilaku. Sehingga bentuk
nyata dari bentuk karakter itu adalah perilaku (Meylan Saleh, 2013).
Pengembangan pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari pemberian ranah akhlak
dalam pendidikan. Dalam perspektif muatan, pendidikan karakter harus terwujudkan pada
setiap kontens kurikulum pendidikan dari berbagai disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah
maupun di madrasah. Oleh karena itu, sangat urgen jika dilakukan kajian tentang konsep-
konsep etika Islam yang menjadi pilar pengembangan pendidikan karekter di tanah air,
dengan jalan mengkaji konsep etika yang digagas oleh ulama Islam, diantaranya adalah
konsep etika menurut Ibnu Maskawaih yang bisa dijadikan sebagai rujukan, untuk menggagas
konsep ideal dan praksis tentang pendidikan karakter yang bersumber dari pemikiran para

Copyright © 2019, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

ulama atau filosof muslim (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).


Pendidikan moral menjadi salah satu bagian pembelajaran dalam pembentukan karakter peserta
didik, pendidikan moral pada dilakukan agar terbentuk perilaku moral pada anak dan memerlukan
perhatian serta pemahaman terhadap kondisi yang mempengaruhinya (Gunadi, 2013). Pembentukan
karater berkaitan erat dengan pendidikan karakter dimana pendidikan karakter adalah upaya dalam
mendidik anak agar dapat menjadi pribai yang biak dala kehidupat sehari-harinya dan menjadi pribadi
yang positif dalam lingkungannya (Darma, 2012).
Proses pembentukan karakter anak tidak terjadi begitu saja akan tetapi, ada beberapa proses
yang harus dilewati oleh anak untuk mendapatkan sebuah karakter yang dapat melekat pada diri anak.
Mulai dari anak yang baru lahir higga menjadi dewasa peran keluarga, teman sebaya, lingkungan
sekitar dan masyarakat sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak (Prasanti & Fitrianti, 2018)
Terdapat beberapa proses yang harus dilewati anak dalam proses pembentukan karakter anak,
salah satunya adalah fase perkembangan. Masa perkembangan anak yaitu pada masa usia dini anak,
melihat pentingnya pembentukan karakter anak peran sekolah adalah salah satu pengaruh yang sangat
penting. Dalam pemebentukan karakter di ibaratkan dalam bentuk mengukir diatas permata, yaitu
mengukir sesuatu dengan niat yang baik agar permata tersebut menjadi lebih cantik dengan adanya
ukiran yang indah.
Memberi stimulus pada anak sangat penting, terutama karakter masyarakat yang ada di sekitar
yang anak-anak yang menjadi contoh maka harus menggunakan strategi yang tepat. Penyampaian cara
yang benar akan memungkinkan pengakuan penyesuaian sebagai perilaku terhadap orang yang akan
diberikan. Karakter akan menjadi semangat anak, jika dalam penyampaiannya menyenangkan untuk
dipelajari anak-anak, baik dalam memberikan informasi maupun dalam menanamkan perilaku
(Maryatun, 2016). Dalam menerapkan karakteristik pada anak perlu juga menerapkan keteladanan.
Keteladanan adalah unsur yang mutlak untuk melakukan perubahan hidup, keteladanan sesuai
digunakan untuk menanamkan nilai-nilai moral pada anak (Putri & Hudah, 2019).
Praktik didunia pendidikan saat ini masih memiliki kekurangan dalam mengoptimalkan
pendidikan yang di harapkan, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya permasalahan yang timbul dalam
masyarakat yang di duga bermula dari apa yang dihasilkan di dunia pendidikan. Tantangan dunia
pendidikan saat ini adalah mewujudkan rasa toleransi, empati yaitu membentuk karakter yang baik
yang akan membentuk pada diri anak untuk kemudian hari dalam menghadapi dunia luar (Sanusi,
2013).
Lingkungan sekolah adalah tempat dalam membentuk karakter bagi setip anak. Dalam berinteraksi
dan bergaul, akan terjadi interaksi sosial yang intensif, dan terjadi disetiap waktu. Akibat dari proses
interaksi yang berjalan dengan baik akan memberikan dampak yang positiv dalam pembentukan
karakter anak. Dalam lingkugan sekolah setiap anak dilatih untuk terbiasa beradaptasi menjadi
individu yang berada dalam suatu tempat yang memiliki keribadiadan dan karakter yang berbeda-
beda.
Sekolah adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan dalam sebagian kecil. Segala bentuk
karakter yang ada disekolah adalah bentuk dari suatu karakter yang harus dikembangkan dalam suatu
masyarakat. Dalam membentuk karaker anak dimulai dari hal yang mudah dan membiasakan sehingga
akan menjadi suatu kebiasaan yang positive bagi anak, oleh karena itu, sekolah harus bekerja secara
optimal baik dari input, proses pembelajaran dan outputnya. Antara keluarga, sekolah, dan komunitas
tentu memiliki pengaruh yang berbeda-beda bagi anak usia dini tersebut. Jika dibandingkan faktor
manakah yang paling dominan, tentu akan muncul persepsi yang beragam bagi para orangtua, guru,
maupun masyarakat umum (Prasanti & Fitrianti, 2018)
sekolah juga memainkan peran yang penting karena anak-anak lebih banyak menghabiskan lebih
banyak waktu bersama guru, teman-teman sebaya dan orang dewasa lain. Menciptakan situasi belajar
yang demokratis sangat membantu dalam mengembangkan anak yang bertanggungjawab dan
bermoral. Sekolah sebagai lembaga yang melakukan pelayanan pada masyarakat dengan menekankan
secara sosial, moral dan akademis bertanggungjawab dengan mengintegrasikan pendidikan karakter
pada semua disiplin materi pembelajaran atau di setiap aspek dari kurikulum. Penjelasan ini
menegaskan bahwa dalam membangun dan melengkapi nilai-nilai anak semakin berkembang
pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendirin (Septiarti, 2012).

Copyright © 2021, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

Membangun karakter pada anak, guru tidak lagi menggunakan teori dan pendapat para ahli yang
mengemukakan tentang pendidikan karakter, namun guru dituntut untuk lebih aktif yaitu
mempraktekkan langsung pada anak dengan kata lain menjadi contoh untuk anak, oleh karena itu guru
adalah motivator sekaligus menjadi seorang teladan bagi peserta didik.

METODE

Dalam sebuah penelitian metode mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk
menyampaikan, mengelola suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode ilmiah(Kuswati, 2019).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mengakaji bagaimana peran lingkungan sekolah dalm membentuk karakter pada anak di PAUD
Nuruk Ikhlas. Metode yang digukan adalah metode deskriptif dengan analisis data kualitatif yaitu
wawancara yaitu penulis melakukan wawancara secara langsung dengan beberapa guru kelas yang
berkaitan dengan pembentukan karakter anak dan observasi dengan mendatangi langsung lokasi untuk
melakukan pengamatan dan mengumpulkan data langsung terkait objek penelitian yaitu menggali
keseluruhan hubungan-hubungan yang ada (Khasanah, 2011).

Adapun informan yang digunkan dalam penelitian ini diambil sesuai dengan kebutuhan
peneliti . penulis memilih informan yang sesui dengan kriteria peneliti yaitu guru kelas yang berperan
sebagai perancang kegiatan dan penyusun program belajar. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan
bahwa para guru tersebut berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar anak dan bermain lang
dengan anak sehingga penulis dapat mengali informasi pada guru tersebut. Pengembangan pendidikan
karakter tidak bisa dileaskan dari pemberian ranah akhk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilakukan di PAUD Nurul Ikhlas Aceh Timur, dimana terdapat 4 Guru dalam satu
kelas, penulis ingin meneliti bagaimana peran lingkungan sekolah dalam membentuk karakter anak
mulai dari pembiasaan yang diterapkan di sekolah dengan tujuan dapat menerapkan dan menumbuh
kembangkan karakter yang baik pada anak.

Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, dimana setiap anak dipengaruhi oleh factor
yang berbeda sesuai dengan lingkungan mereka. Ada dua factor yang mempengaruhi permbentukan
karakter pada anak yaitu factor bawaan yang ada dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia
luar yang ada disekeliling anak, dan pembentukan karakter juga di dapat dari pengetahuan, pengalama,
prinsip-prinsip moral yang diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi sosial. Maka dari itu dapat
kita simpulkan bahwa pembentukan karakter anak dipengaruhi oleh tempat atau lingkungan, jika
lingkungannya positif maka akan membentuk karakter yang positif pula.

Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak setelah lingkungan
keluarga, dimana saat anak berada disekolah anak akan belajar bergau dan berinteraksi dengan dua
luar selain dengan keluarganya. Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam pembentukan
karakter pada anak, dimana disekolah sebaikknya diterapkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
menanamkan perilaku yang baik dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang dapat
menstimulus anak untuk menjadi lebih baik lagi.

Penelitian yang dilakukan penulis di PAUD Nurul Ikhlas menunjukkan beberapa pembiasaan
yang baik untuk mengembangkan karakter anak, pembentukan kebiasaan tersebut dilakukan secara
konsisten tanpa dijeda dengan kata lain dilakukan secara terus menerus. Dari hasil observasi dan
wawancara penulis mendapatkan beberapa pedoman mengenai peran lingkungan sekolah terhapa
pembentukan karakter pada anak yaitu sebagai berikut.

Copyright © 2019, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

Menegakkan Kedisiplinan Pada Anak

Anak harus diperkenalkan mengenai batasan-batasan. Anak diberitahu batasan apa saja yang
menjadi tanggung jawab untuk dirinya dan mana yang bukan tanggung jawabnya. Dalam membuat
batasan tersebut anak diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam membuat batasan tersebut,
pengenalan batasan ini adalah bentuk dalam memngenalkan kedisiplinan pada anak sehingga anak
mengetahui pelaku yang seharusnya dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Dalam membuat batasan tersebut antara satu guru dengan guru lainnya harus saling bekerja
sama dan menghindari sikap keras, dimana hal tersebut dapat menimbulkan disiplin yang semu pada
anak. Anak akan patuh disebabkan takut mendapatkan hukuman sehingga timbul rasa keterpaksaan
pada anak untuk mengikuti batasan kedisiplinan tersebut. sama halnya hindari bersikap lemah, hal
tersebut juga dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh pada anak atau masa bodoh sehingga anak
cenderung mengembankan sikap kurang tanggung jawab.

Penerapat batasan-batasan yang dilakukan oleh para guru di PAUD Nurul Ikhlas berupa
pembiasaan meletakkan barang sesuai pada tempatnya, membersihkan mainan yang sudah
dimainnkan, berbagi makanan dan mainan. Sehingga akan timbul jiwa sosial dan jiwa kedisiplinan
pada anak.

Terlibat Penuh Dalam Membangun Karakter

Bagi para guru dalam membentuk karakter guru juga harus bekerjasama dengan anak, dimana
guru juga mengikuti dan membiasakan peraturan atau batasa-batasan yang dibiasakan disekolah.
Peraturan yang sudah direncanakan sebaikknya dipraktikan langsung dalam keseharian guru
disekolah. Hasil observasi menunjukan bahwa para guru juga melakukan dan membiasakan hal
tersebut seperti saat makan guru mengajak anak untuk berdoa, maka guru juga mengikuti kebiasaan
tersebut yaitu membaca doa saat makan, contoh lainnya jika para guru ingin menanamkan karakter
kejujuran, bertutur kata yang sopan, serta bertanggung jawab maka guru mempraktikkan langsung hal
tersebut seperti bertutur kata yang sopan yaitu mengucapkan kata tolong, maaf dan terimakasih, maka
anak akan menyukai hal tersebut dan membiasakan juga dalam kesehariannya. Sama halnya jika
sebalikknya guru mengajarkan anak untuk jujur, berkata sopan dan lainnya akan tetapi guru tidak
mempraktikkannya secara langsung maka anak akan sulit untuk memahami mana kebiasaan yang baik
dan mana kebiasaan yang buruk.

Menjadi Contoh Yang Baik Atau Teladan Bagi Anak

Anak usia dini cenderung meniru perilaku yang ada disekitarnya dibandingkan dengan
mendengar arahan dari kata-kata tanpa ada contoh yang diperhatikan. Untuk menjadi contoh yang baik
guru sebelumnya harus menyadari bahwa sebagai pendidik ia bukan hanya sebagai pembimbing atau
pengajar, namun juga sebagai contoh nyata bagi anak. Peran lingkungan sekolah dalam membentuk
karakter anak sangat diperhatikan dimana sekolah adalah cerminan dari semua yang dirancang dan
diterapkan pada sekolah tersebut.

Guru harus menunjukan pribadi ramah, positif, dan terintegrasi sesuai dengan tujuan
pendidikan, dimana sekolah menjadi cerminan untuk anak terhadap contoh-contoh yang diajarkan
guru dikelas. Guru juga memberikan pengalaman-pengalaman secara langsung pada anak untu dapat
mengajak anak terlibat dalam pengalaman tersebut, kemudian guru menanyakan kepada anak
sebaikknya harus megambil pilihan atau bagaiman kemudian meminta anak untuk mengungkapkan
alasan. Misalnya ketika anak sedang berebut mainan guru harus bisa meleraikan namun guru juga
memberikan kesempatan pada anak untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya, seperti
kenapa harus berebut maian, kalau merebut maian dua-duanya tidak bisa bermain, sebaiknya apa yang
dilakukan agar semua bisa bermain.

Copyright © 2021, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

Menumbuhkan Nilai-Nilai Keutamaan Pada Diri Anak

Selain menjadi contoh dan teladan bagi anak guru juga dapat menumbuhkan nilai-nilai
keutamaan bagi anak seperti guru menjelaskan alasan dari membentuk kebiasaan- kebiasaan yang baik
pada anka, sehingga anak tidak merasa terbebani namun lebih memahami manfaat dari kebiasaan-
kebiasaan yang diterapkan disekolah, guru juga menjelaskan dampak dari perilaku positif dan negatif
contohnya seperti, ketika anak merapikan mainan maka guru mrnjelaskan kalau tempatnya jadi rapai,
begitu juga ketika anak anak meukul temannya anak dapat melihat dapmpaknya yaitu temanya akan
menangis kesakitan.

Selain menjelaskan dampak positif dan negatif dari setiap perilaku anak guru juga meberikan
penghargaan kepada anak, seperti pujian, pelukan, ucapan terimakasih dan lainnya ketika anak
berperilaku positif . hal tersebut dapat mendorong anak untuk mengulangi hal yang positif dan yang
lainnya untuk berperilaku positif.

Membentuk Stategi Pembelajaran Yang Menarik

Guru menyusun stategi pembelajaran yang menarik sesuai dengan dunia anak dimana dengan
adanya stategi tersebut guru dapat menyelipkan pendidikan karakter yang baik pada anak. Seperti
menerapkan pendekatan pembelajaran yang active learnig diaman anak belajar secara aktif dan stategi
prmbrlajarannya banyak melibatkan anak dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk
dibahas. Dari hasil obeservasi dapat dilihat stategi pembelajaran di PAUD Nurul Ikhlas anak lebih aktif
saat proses belajar menagar guru hanya menjadi stimulus untuk anak menjadi lebih aktif, seperti guru
membebaskan anak bercerita apa saja yang dialami anak kemuadia menanyakan pertanyaan-pertanyaan-
seputar cerita anak, begitu juga seperti anak dibebaskan dalam menggambar, guru hanya merangsang
anak dengan ide-ide yang menarik (Hasan Baharun, 2015) .

Metode bercerita juga dapat diterapkan di PAUD untuk mengajarkan karakter yang positif bagi
anak, dengan bercerita guru dapat menyelipkan unsur-unsur yang positif pada anak dengan adanya
metode bercerita guru dapat menunjukkan contoh tokoh-tokoh yang bisa menjadi teladan bagi anak dan
saat kegiatan bercerita guru juga bisa menayakan pendapat anak mengenai cerita tersebut (Prasetyo,
2011).

Pembahasan

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dilakukan sejak dini melalui pendidikan
formal mauun pendidikan non formal, pendidikan anak usia dini sama pentingnya dengan pendidikan
jenjang diatasnya, dimana pendidikan anak usia dini menjadi acuan bagi anak untuk menuju ke
jenjang seanjutnya.

Pendidikan anak usia dini yang dilakukan disekolah berupa pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan perkembangan, dan pertumbuhan anak. Salah satu tujuan anak usia dini adalah
membina dan mengembangkan berbagai potensi yang dimliki anak agar semakin tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki anak, sehingga guru harus dapat memahami
setiap kebutuhan individu anak. Namun terdapat beberapa factor yang sulit diubah pada anak yaitu
factor dari geneik anak, oleh sebab itu para pendidik berupaya dengan memfasilitasi setiap anak
dengan lingkungan dan arahan untuk perkembangan yang sesuai dengan kapasitas genetiknya.

Menurut pakar pendidikan, pola asuh orang tua pada anak sangat berpengaruh pada
embentukan karakteristik anak, dimana interaksi orangta dan anak meliputi proes pemenuhan
kebutuhan anak baik fisik, psikologi, dan sosialisasi yang sesuai dengan norma kemasyarakatn agar
anak dapat bersosial sesuai dengan lingkungan sekitarnya (Latifah, 2011 ).

Membangun karakter ibarat mengukir dimana apa yang diukir akan melekat dengan

Copyright © 2019, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

kuat dia atas benda yang diukir. Proses pembentukan karakter pada anak juga diibaratkan
mengukir sehingga membentuk suatu keunikan dan menarik yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, dimana setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, setiap anak juga akan
berpotensi perilaku yang positif dan negative atau yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
diterapkan disekolah. Jika para pendidik membentuk karakter yang positif sejak usia dini maka
yang berkembang adalah yang positif nampun pembentukan karakter dari keluarga atau orang
tua juga sangat berpengaruh terhadap perjalannya pendidikan karakter disekolah.

Anak mulai menjiwai nilai-nilai yang diterapkan oleh orang sekitar baik dari kekolah
maupun keluarga. Pada usia 3-6 anak juga mulai memahami sebab dan akibat sesuai dengan
perbuatannya, misalnya jika memukul teman maka teman akan menangis, jika membuang
sampah sembarangan tempat akan menjadi kotor, maka anak mulai memahami bagaimana
mengatasinya seperti tidak memukul teman agar teman tidak menagis maka ia akan berteman
dan bermain dengan baik, tidak membang sampah sembarangan agar tempatnya bersih maka
buanglah sampah pada tempatnya. Hal tersebut dibantu oleh para guru dengan memberikan
contoh dan stimulus yang baik bagi anak sehingga anak melakukan hal tersebut sesuai dengan
kesadaran diri sendiri tanpa adanya keterpaksaan.

Membentuk karakter anak adalah sama dengan membentuk kepribadian anak, kaakter merupakan
ciri atau karakteristik yang bersal dari anak dan menjadi ciri khasnya anak yang didapat dari lingkugan
sekitar anak (Doni Kusuma A, 2007). Kepribdin yang ada dalam diri anak bisa didapat dari
lingkungan dan pola asuh yang didapat dari keluarga, maupun sekolah sehingga setiap anak memiliki
karakter dan kepribadian yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan yang didapatkannya.

Sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional yaitu mencerdaskan dan mengemangkan
manusia dengan seutuhnya, yaiu dengan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, yang,
berpengetahuan, erketerampilan, sehat jasmani dan rohani, mandiri, bertanggung jawab dan memiliki
kepribadian yang baik dan benar. Sehugga dengan melihat tujuan tersebut endidkan diharapkan dapat
membentuk karakter anak yang berilmu pengetahuan dan berakhlak terpuji.

Pendidikan sejatinya bukan hanya memberikan ilmu pengetahuandan nilai kepada anak akan tetapi
pendidikan lebih dari itu, pendidikaan ialah menuntut anak dalam megembangkan potensi dan
krativitas yang dimiliki agar tetap bertahan dalam hidupnya dikemudian hari (Sanusi, 2013).
Pendidikan adalah proses dalam perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam
mendewasakan manusia dengan pemberian ransangan, stimulus dengan bentuk respon perubahan
sikap yang ebih baik lagi ( Dewey, 2004 ).

Sekolah adalah salah satu peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter untuk anak usia
dini selain dengan keluarga, dan lingkungan masyarakat anak itu sendiri. Peran dari lingkungan
sekolah adalah sebagai lembaga yang bersifat formal dalam memberikan pendidikan untuk anak usia
dini yang disebt dengan PAUD. Lembanga PAUD adalah suatu tempat yang belajar anak usia dini
yang menerapkan pendidikan berkarakter untuk anak, dalam penerapan karakter disekolah anak akan
dibantu oleh guru-guru yang mnerapkan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak
usia dini dan teman-teman sebayanya yang berineraksi secara tidak langsung, dan membantu anak
dalam mengamati dan dapat membuat anak untuk mengikuti kebiasaan teman sebayanya. Oleh karena
itu anak akan dapat memahami bebrapa kebiasaan yang baik maupun tidak dengan cara mengamati
beberpa karakter yang terjadi disekitar anak dengan di bantu oleh guru disekolah(Prasanti & Fitrianti,
2018).

Dalam suatu pendidikan akan ada proses belajar mengajar dimana dalam kegiatan pembelajaran
anak usia dini terdapat target yang ingin dicapai berupa beberapa aspek perkembangan anak yaitu
kognitif, psikomotor, efektif ( Sudjana 2010 ). Sisisi lain belajar adalah kewajiban bagi setiap umat
musli yang bertuujan untuk meninggikan derajatnya dengan adanya ilmu pengetahuan (Nidawati,
2013).

Copyright © 2021, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat membantu guru dalam membentuk karakter
anak. Pembelajaran dengan menggunakan metode Active Learning adalah salah satu metode
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, baik dikelas maupun
dilingkungan sekolah, sehiggga anak mendapakan pengalaman secara langsung dalam membentuk
karakter anak dalam bersoaial dan penyesuaian dirinya dalam lingkungan sekitar, dan hal ini
membantu guru dalam melibatkan anak sebagai inti dalam proses belajar mengajar (Hasan Baharun,
2015).

Penggunaan metode pembelajaran Active Learning dapat membantu guru dengan menciptakan
kegiatan yang menarik dengan keterlibatan anak dalam prosesnya, seperti bercerita, guru dapat
mengajak anak utuk bercerita tentang apa saja yang dilakukan anak ketika anak dirumah dengan orang
tuanya, kemudia guru dapat memberikan beberapa pertanyaan dalam melihat karakter anak seperti
“apakah ani membantu ibu dirumah” dan pertanyaan tersebut juga guru tanyakan pada aak lainnya
sehingga akan ada timbal balik atara satu anak dengan anak lainnya, dan guru memberikan pujian
untuk anak yang berbuat baik agar menjadi suatu kebiasaan b agi anak dalam berbuat baik.

Active Learning pada dasarnya untuk memberikan stimulus dan melihat respon pada aak dala
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran terebut menjadi suatu proses yang menyenangkan dan
tidak membosankan.

Selajutnya terdapat metode Native Learning sangan cocok digunakan dalam pembelajaran
pendidikan agama islam pada anak, sehingga dengan adanya pembalajaran agama slam pada anak
diharapkan guru memperkenakan beberapa bentuk kepribadian muslim yang sesuai dengan karakter
dalam pendidikan islam baik dari segi miral, perilaku, dan lainnya (Tang, 2018).

Pembentukan karakter anak usia dinijuga dapat dibntu dengan menggunakan metode mendongen,
melalui metode berdongen pembentukan karakter aak usia dini dapat ditumbuhkan dengan kebisaan
anak ketiga mendengarkan cerita dongeng sehingga anak dapat mengetahui dan mengikutibeberapa
nilai moral yang terapat daam cerita dongeng tersebut. melalui berbagai cerita atau dongeng yang
didengarkan oleh anak, anak akan kagum denga berbagai enokohan dalam dogeng tersebut sehigga
anak akan belajar mengikuti karakter dalam cerita dongeng tersebut (Pebriana, 2017).

Membangun karakter anak adalah modal awal dalam peradaban, dengan adanya karakter yang
baik akan terciptaya masyarakat yang jujur yang dapat dipercaya, mandiri, patuh dengan peraturan
sehinga dapat menghasilkan kehidupan bangsa yang baik tanpa timbul, masalah criminal dan
kekerasan tang tidak bertaggug jawab.

SIMPULAN

Karakter ciri khas atau konsep diri yang dapat dikembangkan sesuai dengan konteks budaya
masyarakat. penanaman nilai atau pendidikan karakter disadari atau tidak disadari maka memerlukan
kebersamaan dengan beberapa variasi penugasan demi tercapainya pendidikan karakter. Kebersamaan,
keberpihakan dan keberlangsungan sebuah pendidikan (karakter) sebagai tujuan pendidikan sangatlah
diperlukan untuk diterapkan bersama yakni guru, masyarakat dan sekolah.

Karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang daripada yang lain. Pembentukan karakter dimulai sejak usia dini dan
berlangsung sepanjang hidup manusia. Karakter anak akan terbentuk dengan baik jika dalam proses
tumbuh kembangnya anak mendapatkan cukup ruang untuk mengungkapkan diri secara leluasa. Anak-
anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari. Diharapkan, buku
bacaan ini dapat membantu membantu ibu-ayah dalam membentuk karakter ananda maupun
mengubah karakternya yang negatif, sehingga terbentuklah karakter yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Copyright © 2019, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

Ambarwati. Latifah. 2011. “Penggunaan Bahasa Anak Usia Prasekolah ( studi kasus di taman kanak-
kanak islam Bakti 1 Sawahan) “. Skripsi. UMS.
Darma Kusuma dkk, Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, Cet. 3 (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2012), h. 5
Dewey, Experience and Education (Pendidikan Berbasis Pengalaman), (Jakarta: Teraju, 2004)
A, Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Sudjana, Nana. 2010. Penelitian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.
Tang, Muhammad. 2018. “Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dalam Merespon Era Digital.” FIKROTUNA 7 (1): 717–
40.Https://Doi.Org/10.32806/Jf.V7i1.3173.
Gunadi, R. A. A. (2013). Membentuk karakter melalui pendidikan moral pada anak usia dini di
sekolah Raudhatul Athfal (r.a) Habibillah. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(2), 85–91. https://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.php/jurnal-ilmiah/article/view/133
Hasan Baharun. (2015). Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 01 No. 01 Januari-Juni 2015.
PENERAPAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA DI MADRASAH, Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 01 No. 01 Januari-Juni
2015, 01(01), 39.
Kaimuddin, K. (2018). Pembentukan Karakter Anak Melalui Lembaga Pendidikan Informal. Al-
MAIYYAH : Media Transformasi Gender Dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 11(1), 132–152.
https://doi.org/10.35905/almaiyyah.v11i1.549
Khasanah, I. (2011). Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. 1 2011. 1(1), 91–105.
Khoiriah, I., & Nabilah, I. (2019). Analisis Perkembangan Nilai Agama-Moral Siswa Usia Dasar
( Tercapai ) Studi K asus di MI Ma ’ arif Bego. 8(2), 1–14.
Kuswati, D. (2019). Peran Guru dan Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini di RA
Diponegoro 213 Karanggude Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/id/eprint/5167
Maryatun, I. B. (2016). Peran Pendidik Paud Dalam Membangun Karakter Anak. Jurnal Pendidikan
Anak, 5(1), 747–752. https://doi.org/10.21831/jpa.v5i1.12370
Meylan Saleh. (2013). Peran Guru Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Di Paud
Se-Kecamatan Limboto. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9, p.
8).
Nidawati. (2013). belajar dalam perspektif psikologi dan agama. Gospodarka Materiałowa i
Logistyka, 26(4), 185–197.
Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Membangun Karakter Anak Usia Dini Berbasis Budaya Sekolah
Usia 5-6 Tahun Di Raudhatul Athfal Darussalam Natar.
Pebriana, P. H. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak
Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.26
Prasanti, D., & Fitrianti, D. R. (2018). Pembentukan Karakter Anak Usia Dini: Keluarga, Sekolah,
Dan Komunitas. Pembentukan Anak Usia Dini : Keluarga, Sekolah, Dan Komunitas, 2(1), 15.
Prasetyo, N. (2011). Membangun karakter anak usia dini. Membangun Karakter Anak Usia Dini, 1–
28.
Putri, O. N., & Hudah, M. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Materi Bola Basket
Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Ketanggungan. Jendela
Olahraga, 4(2), 57. https://doi.org/10.26877/jo.v4i2.4005
Ritonga, R. A., & Sutapa, P. (2020). Literasi dan Gender: Kesenjangan yang Terjadi di Tingkat
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 965–974.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.749
Sanusi, U. (2013). PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN HUMANISTIK (Penelitian pada
MTs Negeri Model Cigugur Kuningan). Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim, 11(2), 123–
142. www.PendidikanNetwork.co.
Septiarti, S. W. (2012). Peran Pendidikan dan Sekolah dalam Pendidikan Karakter Anak. Pendidikan
Karakter Berbasis Keluarga Dan Sekolah, 1–8.

Copyright © 2021, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)
Jurnal Pendidikan Anak, Volume (Nomer), Tahun
Irhamna, Sigit Purnama

Copyright © 2019, Jurnal Pendidikan Anak


ISSN 2302-6804 (print), ISSN 2579-4531 (online)

Anda mungkin juga menyukai