Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

A. Pengertian Anak Usia Dini


Anak usia dini ialah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Anak usia dini ialah seorang individu yang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan.
Maka dapat dismpulkan bahwa Anak Usia dini adalah anak anak yang berada pada
rentang usia antara satu sampai lima tahun yang mengalami perkembagan dan pertumbuhan
yang sangat pesat. Sehingga mudah untuk diberikan stimulus untuk perkembangan
kecerdasannya.

B. Pendidikan Karakter
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ”karakter” diartikan sebagai sifat-sifat
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter juga dapat diartikan sebagai tabiat, yaitu
perangai atau perbuatan yang selalu di lakukan atau kebiasaan. 1 karakter diartikan sebagai
nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat luas, seperti etis,
demokratis, hormat, bertanggung jawab, dapat dipercaya, adil dan fair, serta peduli, yang
bersumber dari nilai-nilai kemasyarakatan, ideologi negara, dan kewarganegaraan, nilai-nilai
budaya bangsa, agama, dan etnik yang diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas
sehingga tidak menimbulkan konlfik. 2
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter)
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan, sehingga menjadi manusia paripurna.
Oleh karena itu karakter sebagai nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat
membutuhkan sistem penanaman agar melekat pada diri manusia sehingga dapat berperilaku
terpuji.3

1
Sudaryanti. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1 Juni
2012 . hlm. 13-14
2
Slamet Suyanto . Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1 Juni
2012
3
Darmiyati Zuchdi, dkk. . 2015. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press. Hlm. 3
sedangkan menurut Fakri Gafar , pendidikan karakter adalah suatu proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Definisi ini mengandung
pengertian bahwa dalam pendidikan karakter paling tidak mencakup transformasi nilai-nilai
kebajikan, yang kemudian ditumbuh kembangkan dalam diri seseorang (peserta didik), dan
pada akhirnya akan menjadi sebuah kepribadian, tabiat, maupun kebiasaan dalam bertingkah
laku.4

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter


Menurut Zubaedi ada beberapa fungsi diadakannya pendidikan karakter, yaitu sebagai
berikut:5
a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk
dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikir baik, berhati baik, dan
berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Oleh karena itu dalam konteks
ini pendidikan harus mampu memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk dapat
mengembangkan potensi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi maupun
bakat yang dimilikinya sesuai dengan norma-norma yang ada
b. Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter peserta
didik yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter,
maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa
sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi
karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter yang diharapkan kementrian pendidikan Nasional


adalah sebagai berikut:6
1. Mengembangkan potensi/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

4
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter…..hlm. 43-46
5
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini, (Yogyakarta: AR-
RUZZ Media, 2013), hlm 22
6
La Hadisi, Pendidikan Karakter Anak Usia Din, Jurnal Al-Ta‟dib 2015, Vol.8, No. 2, hlm.54-55
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri kreatif,
berwawasan kebangsaan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh dengan kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan.

D. Nilai Nilai Karakter Pada Anak Usia Dini


Nilai nilai karakter pada anak usia dini, adalah sebagai berikut:
1. Kejujuran
Sikap jujur perlu ditanamkan pada anak sejak dini, melalui ucapan dan tindakan yang
dicontohkan oleh orang dewasa, baik guru maupun orang tua, yang dilaksanakan secara
terus-menerus. Hasil penanaman sikap kejujuran tidak nampak dalam waktu singkat,
namun membutuhkan proses yang cukup panjang sehingga dapat menghasilkan anak
berwatak jujur. Oleh karena itu pendidikan karakter harus dilakukan sejak usia dini,
sehingga ketika dewasa, anak menjadi generasi yang berkarakter.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan dapat dibina pada anak sejak usia dini. Pembinaan sikap disiplin tidak
dapat dilakukan hanya sekali atau sementara saja. Pembinaan sikap disiplin harus
dilaksanakan secara terus-menerus sejak usia dini. Kedisiplinan dapat ditanamkan pada
anak melalui pelaksanaan aturan-aturan sederhana, perilaku guru yang selalu on time,
maupun tindakan lainnya yang menunjukkan bahwa guru tidak mengulur-ulur suatu
aktivitas.
3. Toleransi
Sikap toleransi akan tumbuh jika anak tumbuh di lingkungan yang menanamkan
toleransi kepada masyarakatnya. Oleh karena itu, anak juga membutuhkan model atau
contoh yang akan ditiru agar dapat mengembangkan sikap toleransi.
4. Kemandirian
Kemandirian merupakan sikap yang sangat diperlukan oleh individu. Kemandirian
dapat membantu seseorang untuk mengembangkan diri atas inisiatif sendiri. Sikap
mandiri yang dimiliki seseorang dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain.
Sikap mandiri pada individu harus ditanamkan sejak usia dini melalui berbagai aktivitas
anak, baik saat berada di rumah maupun di lembaga pendidikan anak usia dini.

E. Kemampuan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini


Ada beberapa kemampuan yang harus diketahui sebagai pendidik, kemampuan-kemampuan
dasar anak usia dini adalah sebagai berikut:7
a. Kemampuan Kognitif Anak
Kemampuan kognitif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak agar
dapat mengolah hasil belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika
matimatikanya serta pengetahuan akan ruang dan waktu, mampu mengelompokan, serta
mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
b. Kemampuan Sosial Emosional Anak
Kemampuan sosial emosional anak bertujuan agar anak merasa percaya diri, mampu
bersosialisasi dengan orang lain, menahan emosinya jika berada dalam suatu keadaan
sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak. perkembangan sosial
emosional anak dapat dikembangkan dengan cara mengajak anak untuk mengenal diri
dan lingkungan sekitar.
c. Kemampuan Nilai Moral dan Agama Anak
Pengembangan kemampuan mengenai nilai moral dan agama bertujuan agar anak dapat
mengenal penerapan tata cara beribadah atau berdoa sesuai agamanya, dan
membiasakan mereka untuk hidup sesuai aturan agama, tentunya sesuai dengan tingkat
pemahaman anak TK.
d. Kemampuan Fisik Motorik Anak
Kemampuan fisik motorik bertujuan untuk memperkenalkan serta melatih gerakan
kasar dan gerakan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan
tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat
sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat dan terampil
e. Kemampuan Bahasa Anak
Dalam mengembangkan bahasa pada anak usia dini dapat dilakukan dengan metode
bercerita. Dengan metode bercerita ini dilakukan dengan mendengarkan suara-suara

7
Siti Aisyiyah.dkk, Pembelajaran Terpadu, ( Tengerang Selatan: Universitas Terbuka), hlm. 1.10
binatang, menebak suara, menyimak cerita, peran berantai. Dalam metode bercerita ini
dapat membantu siswa dalam mencapai tingkat pencapaian perkembangan penerimaan
bahasa dan pengungkapan bahasa, dalam hal ini, menyimak perkataan orang lain,
memahami cerita dan menjawab pertanyaan sederhana, dan menceritakan kembali
cerita/dongeng yang pernah didengar
f. Kemampuan seni anak
Pengembangan kemampuan seni bertujuan agar anak dapat menciptakan sesuatu
berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan menghargai hasil seni.

F. Karakteristik Anak Usia Dini


Menurut Syamsu Yusuf dan Nana Sugandhi (2011: 48), secara umum masa usia dini
memiliki sifat berikut:8
a. Unik.
Artinya sifat anak –anak itu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Anak
memiliki bawaan, minat, kapasitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing.
b. Egosentrik.
Anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri. Bagi anak, hal itu akan penting sepanjang hal tersebut terkait
dengan dirinya.
c. Aktif.
Anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas. Selama terjaga dari tidur, anak
seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah berhenti dari
aktivitas; terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan yang baru dan
menantang
d. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
Anak cenderung banyak memperhatikan, membicarakan, dan memepertanyakan
berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap halhal yang baru.
e. Eksploratif dan berjiwa petualang.
Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya senang menjelajah, mencoba
dan mempelajari halhal baru. Anak senang membongkar pasang alat-alat mainan yang
baru dibelinya.
f. Spontan.
8
Cahyo Apri Setiadi, Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik Dan Anak Berkebutuhan Khusus,
(Yogyakarta: Media Akademi, 2018), hlm.
Perilaku yang ditampakan anak umumnya relative asli dan tidak ditutup-tutupi
sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya. Ia akan marah
kalau ada yang membuatnya jengkel, ia akan menangis kalau ada yang membuatnya
sedih, dan ia pun akan memperhatikan wajah yang ceria kalau ada yang membuatnya
bahagia, tidak peduli di mana dan dengan siapa ia berada
g. Senang dan kaya dengan fantasi.
Anak senang dengan hal-hal yang imajinatif. Anak tidak saja senang terhadap cerita-
cerita khayal yang disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita
melebihi pengalaman aktualnya ataupun kadang-kadang bertanya tentang hal-hal gaib
sekalipun
h. Masih mudah frustasi.
Umumnya anak masih mudah frustasi, atau kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak
memuaskan. Ia mudah menangis atau marah nila keiinginannya tidak terpenuhi.
Kecenderungan perilaku anak seperti ini terkait dengan sifate egosentrisnya yang masih
kuat, sifat spontanitasnya masih tinggi, serta rasa empatinya masih relative terbatas
i. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
Sesuai dengan perkembangan cara berpikirnya, anak lazimnya belum memiliki rasa
pertimbangan yang matang termasuk berkenaan dengan hal-hal yang membahayakan. Ia
kadang-kadang melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya dan orang lain
j. Daya perhatian yang pendek.
Anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek kecuali terhadap hal-hal yang
secara instrinsik menarik dan menyenangkan. Ia masih sangat sulit untuk duduk dan
memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu yang lama.
k. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman.
Anak senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku pada dirinya. Ia senang mencari tahutentang berbagai hal, mempraktikan
berbagai kemampuan dan keterampilan baru.
l. Semakin menunjukan minat terhadap teman.
Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman social, anak semakin berminat
terhadap orang lain. Ia mulai menunjukan kemampuan untuk bekerjaama dan
berhubungan dengan teman-temannya. Ia memiliki penguasaan perbendaharaan kata
yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyiyah.Siti, dkk, Pembelajaran Terpadu,. Tengerang Selatan: Universitas Terbuka Setiadi,


Cahyo Apri. 2018. Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik Dan Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Media Akademi
Darmiyati Zuchdi, dkk. 2015. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi di
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Fadlillah, Muhammad, dkk. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: AR-RUZZ.
La Hadisi. 2015. “Pendidikan Karakter Anak Usia Dini”, Jurnal Al-Ta‟dib, Vol.8, No. 2
Muchlas, dkk. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Slamet Suyanto. 2012. Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak,
Volume 1, Edisi 1 Juni 2012
Sudaryanti. 2010. Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Usia Dini Dalam Mewujudkan Warga
Negara Yang Baik. Makalah dipresentasikan dalam Pengabdian Masyarakat yang
diselenggrakan oleh Persekutuan Doa Keluarga Besar Kristen di Kadisoka, Purwomartani,
Kalasan, Sleman.

Anda mungkin juga menyukai