Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HADITS TEMATIK

DZIKIR DAN DOA


Makalah ini kami susun dapat terpenuhi tugas mata kuliah Hadits Tematik. Dosen pengampu:
Ustadzah Siti Qudratul Aini Lc. M. Hum

Oleh

Kelompok 1

1. Muhammad Razin Ayatul Hayy U20191122


2. Hidayatul Ulfa U20191155
3. Jazilatul Zahroh U20191162

PROGRAM STUDY ILMU Al-QUR’AN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KHAS JEMBER

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Pujisyukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Ilaahi Robby, sebagaimana atas berkat
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Pendekatan dalam Kajian Tafsir Lisan oleh Abdullah
Dardum, S.Th.I., M.Th.I. dan Dr. H. Safrudin Edi Wibowo, Lc, M.Ag,.

Dengan keadaan sehat wal ‘afiyat. Sholawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada
panutan akbar kita Nabi Akhirus zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, karena berkat beliaulah
kita berada dalam zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Harapan penulis semoga dengan hadirnya makalah ini, dapat bermanfaat untuk semua
pihak, dan memberikan sedikit wawasan sesuai dengan materi yang kita paparkan. Penulis
ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dan mendorong
kelompok kami agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kritik dan saran tak lupa
kita harapakan guna membangun untuk penyempuraan makalah ini.

Jember, 29 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
ABSTRAK

Feminisme merupakan suatu paham yang berupaya pada penyetaraan gender antara pria
dan wanita. Sifat-sifat perempuan yang mewakili dalam feminis adalah segala sesuatu sifat
yang dimiliki oleh perempuan secara gender. Feminisme ini sendiri muncul untuk
menyetarakan persamaan hak yang didapat oleh wanita, karena situasi sosio-kultural telah
mengklaim adanya ketimpangan antara hak seorang pria dengan wanita.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan discourse analysis (analisis wacana). Analisis wacana tidak hanya
berfungsi untuk mengetahui isi teks yang terdapat dalam suatu naskah, tetapi juga mengetahui
pesan yang ingin disampaikan (Anrial, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, wanita karier tidak semua digambarkan secara bias,
wanita karier digambarkan sebagai sosok yang memiliki sifat tangguh, kerja keras, pantang
menyerah, tekun dan juga ulet. Selain itu wanita karier juga memiliki peran ganda yaitu
bekerja di ranah domestik dan juga publik serta mempunyai kontribusi bagi masyarakat
sekitar.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


ABSTRAK....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Wanita Berkarier........................................................... 4
2.2 Pandangan Islam Terhadap Wanita Berkarier dalam Kajian
Ustazah Oki Setiana Dewi .......................................................... 4
2.3 Wacana Analisis Sara Mills........................................................ 8
2.4 Wacana Analisis Sara Mill Terhadap Wanita Berkarier dalam
Kajian Ustazah Oki Setiana Dewi .............................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Feminisme merupakan suatu paham yang berupaya pada penyetaraan gender antara pria
dan wanita. Sifat-sifat perempuan yang mewakili dalam feminis adalah segala sesuatu sifat
yang dimiliki oleh perempuan secara gender. Feminisme ini sendiri muncul untuk
menyetarakan persamaan hak yang didapat oleh wanita, karena situasi sosio-kultural telah
mengklaim adanya ketimpangan antara hak seorang pria dengan wanita.
Perdebatan tentang status dan posisi perempuan dalam Islam merupakan salah satu topik
yang selalu hangat untuk di bahas1. Perbedaan antara wanita dan pria tidak hanya terletak
pada jenis kelamin saja, namun dalam berbagai bidang lain salah satunya yaitu pekerjaan
maupun jabatan. Budaya patriarki membentuk dua kelompok perbedaan antara wanita dan
pria (Saum, 2016). Pria merupakan kelompok sentral yang memegang peran produktif yaitu
bekerja di ranah publik. Misalnya menjadi kepala desa, menjadi pemimpin perusahaan,
anggota legislatif ataupun jabatan lainnya. Sedangkan wanita sebagai kelompok minoritas
yang berperan dalam ranah domestik yaitu mengurus pekerjaan rumah.
Menurut Mansour Fakih (2008), dilihat dari berbagai sudut pandang ada banyak
ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan, yaitu : 1) Terjadinya marginalisasi
(pemiskinan ekonomi) terhadap perempuan, 2) Subordinasi pada salah satu jenis seks, yang
umumnya terjadi pada perempuan, 3) Stereotip (pelabelan negatif) terhadap jenis kelamin
tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya diskriminasi, 4) Kekerasan terhadap jenis
kelamin tertentu yang umumnya terjadi pada kaum perempuan, 5) Peran ganda, dimana
peran perempuan adalah untuk mengurus rumah tangga, sehingga perempuan yang bekerja
di ranah publik tetap harus bekerja di ranah domestik.
Adanya ketimpangan yang menimbulkan ketidakadilan tersebut tidak terlepas dari
pengaruh sosial, budaya, bahkan metode penafsiran terhadap teks-teks keagamaan maupun
kitab suci. Zaman modern menyebabkan masyarakat Indonesia mengalami banyak
perubahan sosial. Salah satunya yaitu meningkatkan kesadaran individu untuk
mengaktualisasi diri, di

1
FARAH NADHIFA KHAIRUNNISA, “KESETARAAN GENDER MENURUT PANDANGAN AMINA WADUD DALAM
PENAFSIRAN PENCIPTAAN PEREMPUAN PERTAMA”, Skripsi, h.1.

1
2

sisi lain kebutuhan rumah tangga menjadi kompleks, sehingga menyebabkan peran gender
tidak bisa diterapkan secara kaku (Saum, 2016). Akibatnya yaitu perempuanperempuan
mulai sadar dan mendorong mereka untuk ikut bekerja di ranah publik. Perempuan mulai
ditampilkan di ranah publik dan tidak hanya pada wilayah domestik saja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Wanita Berkarier?
2. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Wanita Berkarier dalam Kajian Ustazah Oki
Setiana Dewi?
3. Bagaimana Wacana Analisis Sara Mills?
4. Bagaimana Wacana Analisis Sara Mill Terhadap Wanita Berkarier dalam Kajian
Ustazah Oki Setiana Dewi?
1.3 Tujuan
1. Untuk Menjelaskan Definisi Wanita Berkarier
2. Untuk Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Wanita Berkarier dalam Kajian Ustazah
Oki Setiana Dewi
3. Untuk Memaparkan Wacana Analisis Sara Mills.
4. Untuk Memaparkan Wacana Analisis Sara Mill Terhadap Wanita Berkarier dalam Kajian
Ustazah Oki Setiana Dewi
1.4 Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan discourse analysis (analisis wacana). Analisis wacana tidak
hanya berfungsi untuk mengetahui isi teks yang terdapat dalam suatu naskah, tetapi juga
mengetahui pesan yang ingin disampaikan (Anrial, 2016).
2. Objek Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang wanita karier dalam kajian. Untuk mendapatkan data yang
tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti
menggunakan objek dalam penelitian ini berupa video kajian.
3. Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari
sumbernya (Saum, 2016). Data primer dari penelitian ini adalah berupa video kajian
di chanel youtube “Oki Setiana Dewi Official”.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan informasi yang telah dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang relevan (Saum 2016). Data sekunder yang dipilih seperti artikel, skripsi,
dan lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Wanita Berkarier2


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “wanita”
berarti perempuan dewasa. Sedangkan “karier”
berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan
profesi seperti usaha, perkantoran, dan lain
sebagainya (Depdikbud, 2008). Karier adalah
pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju.
Oleh karena itu, karier selalu dikaitkan dengan uang
dan kuasa (Muallamah, 2013). Namun bagi sebagian
yang lain, masalah tentu bukan sekedar itu, karier
juga merupakan karya yang tidak dapat dipisahkan
dengan panggilan hidup. Laki-laki maupun
perempuan dapat berkarier sesuai dengan
kemampuan masing-masing.

Menurut Sumaryono, wanita karier ialah sosok


perempuan yang dengan kemampuan dan pendidikan
yang dimiliki mampu mengoptimalkan peran serta
dan keterlibatannya, dan mempunyai kemampuan
merealisasikan teori-teori ilmunya dalam ranah
praktis dengan baik (Puspita, 2017). Masdani (dalam
Ikawati, 2016) wanita karir adalah wanita yang
bekerja dengan menghayati dan menerima bahwa
pekerjaannya merupakan jalan untuk
mengembangkan kemampuan diri.

Oleh karena itu wanita karier adalah wanita yang


bekerja di luar rumah dan bisa menghasilkan nafkah,
tidak sekedar hanya nafkah utama tetapi juga menjadi
tambahan kebutuhan. Menjadi wanita karier
merupakan suatu kebanggan bagi perempuan.
Namun, menjadi wanita karier membutuhkan
tanggung jawab yang besar karena wanita harus
berperan ganda. Wanita
karier harus bisa berperan
di ranah publik serta
domestik, mereka tidak
bisa melupakan
kewajibannya sebagai ibu
rumah tangga.

2.2 Pandangan Islam


Terhadap Wanita
Berkarier dalam
Kajian Ustazah Oki
Setiana Dewi3

Beberapa orang
bertanya Lebih baik mana
sih sebenarnya ibu rumah
tangga atau wanita karir?
Sebagian mengatakan
wanita karir sebagian
mengatakan ibu tangga
maka jawabannya

2
Khafifah Arini Putri, Representasi
Wanita Karier dalam Rubrik Sosok di
Harian Jawa Pos Radar Semarang
(Analisis Wacana Sara Mills), SKRIPSI,
h.37.
3
https://youtu.be/pZRfslsEtqY

4
5

adalah tergantung kondisi karena setiap keluarga kondisinya berbeda-beda, kita tidak bisa
menyamakan. baik sebelum kita bahas lebih panjang mengenai wanita berkarir di dalam
Islam seperti apa kita harus lihat dulu basic atau landasan yang harus kita ketahui bahwa laki-
laki dan perempuan memiliki tugas sendiri-sendiri.

Ingat bahwa perempuan bukan tercipta dari tulang punggung, perempuan dari tulang
rusuk ada istilahnya begitu. bukan mencari nafkah tapi dia dilindungi, disayangi, itu fitrahnya
perempuan. Ternyata laki-laki dia punya tugas di luar yaitu mencari nafkah hal ini senada
dengan firman Allah subhanahu wa taala dalam surah An-nisa ayat 34.

‫ ْ َ اَ ْم َوا ِّل ِّه‬Qَ ‫بع ع‬ ‫َما‬ ِّ ‫ال ِّن‬


‫َما ا نفق‬ ‫َبع ض‬ ْ َّ ‫ل ِّ ر جا‬Qَ‫ا‬
‫ْم من‬ ‫ْوا ض و‬ ‫ٰلى‬ ‫لّال ه‬ ‫َفضل‬ ‫علَى ء‬ ‫ل وا ون‬
‫ْم‬ ‫س‬ ‫م‬
‫ّب‬ ‫ۤا‬
‫ْ زه ِ ظ ْوهن‬ ‫ِّت ي خاف‬ ‫ح ل ْلغ ب ِّف‬ ‫ۗ ال ص ٰتت‬
‫َوالٰ ۗ ت ْو ن و ن ّع‬ ‫ِّفظ ْي ت َما ظ‬ ‫ ت ق‬Q‫ِّلح‬
‫ف‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫ح‬
‫ّن‬
‫ۗ ا ّلَال‬ ‫ ْبغ َل ْي ْي‬Q‫ْ َل َت‬ ْ ‫واه جر ى ا ْل ضاجِّع ِّرب ه َف ِّا ۗ ن‬
‫ن‬ ‫ًل‬ ‫ْوا‬ ‫م‬ ‫وا ْو ن‬ ‫َم‬ ‫ْوهن‬
‫ ِّب ع‬Qَ‫ِّلًيّا ا‬
‫ّهن س‬ ‫ك‬ ‫ض‬
‫كان َع ْي َن‬
‫ع‬
‫ّب‬ ‫َك ر‬
‫ا‬
‫ط‬
Dijelaskan dalam surah An-nisa ayat 34 bahwa laki-laki itu disebut sebagai pemimpin
disebut sebagai َ‫ ن ْو م َّوا ق‬karena dia punya kelebihan sebagian kelebihan dibandingkan
dengan perempuan dan dia punya tugas untuk menafkahi istrinya menafkahi keluarganya
jadi tugas laki-laki itu sebagai kepala keluarga dan dia punya tanggung jawab lahir batin
untuk keluarganya dan dia mengurusi urusan urusan diluar rumah dan salah satunya yaitu
mencari nafkah itu basic yang harus kita sama-sama sepakati dan kita pahami terlebih
dahulu.

Bagaimana dengan urusan perempuan apa yang dilakukan oleh perempuan sebetulnya?
6

Secara fitrahnya perempuan kalau temen-temen lihat dalam surah Al-Ahzab ayat 33 kalau
urusan luar adalah urusan suami atau laki-laki urusan domestik urusan di dalam rumah itu
menjadi urusannya perempuan dalam surat Al-Ahzab ayat 33

Hendaklah para perempuan itu tetap berada di rumahnya sendiri. Maka bukan berarti
perempuan tidak boleh pergi perempuan boleh pergi perempuan boleh keluar rumah untuk
mengerjakan sebuah urusan Tapi kalau selesai dari urusan urusan itu cepat kembali pulang
ke rumah karena ada banyak hal yang harus dikerjakan dirumah misalnya ibu ibu ada punya
anak-anak di rumah yang harus cepat kembali ke rumah bukan malah menghabiskan waktu
di
luar rumah tanpa manfaat urusan di luar rumah silakan teman-teman untuk kembali ke
rumah secepat mungkin.

Maka pertanyaannya Lalu bagaimana kalau perempuan perempuannya bekerja atau


perempuan perempuannya mencari uang misalnya bagaimana dengan itu ?

Kita harus tahu bahwa tidak selamanya kondisi nafkah suatu keluarga dalam keadaan ideal
bersyukurlah kalau teman-teman dianugerahi kalau misalnya perempuan ini luar biasa di
dalam Islam sebelum dia menikah seluruh kehidupannya akan menjadi tanggung jawab
ayahnya sebetulnya.

Setelah dia menikah seluruh tanggung jawab untuk menafkahinya ada di pundak
suaminya sebetulnya seperti itu namun terkadang kondisi tidak seideal itu setiap keluarga
masing- masing berbeda contoh kita punya suami yang mungkin di pandemi ini kehilangan
pekerjaan atau di PHK atau punya suami atau Ayah yang sakit sehingga tidak bisa
menafkahi lagi, atau suami yang memang sudah bekerja tapi belum cukup, sehingga merasa
perlu untuk membantu perekonomian keluarga ata,u seorang janda yang memiliki orang tua
yang kita orang tua yang sudah rentang atau sudah sepuh sehingga perempuan-perempuan
ini Menolong keadaan ekonomi keluarganya.

Jadi bukan untuk mengambil alih tanggung jawab pria mengambil tugasnya pria Bukan
tapi dia menolong jadi betapa luar biasanya mata wanita yang bekerja Ini sahabat- sahabat
sekalian itu bukan tugas utamanya tapi dia tahu dia harus menolong keadaan perekonomian
keluarganya untuk membantu keadaan perekonomian keluarganya maka dia lakukan itu
maka menjadi sebuah hal yang sangat luar biasa.

Maka mengenai hukum wanita bekerja atau wanita karir di dalam Islam kalau kita lihat
perkataan dari Syekh Yusuf Qordhowi beliau memandang hukumnya diperbolehkan bahkan
wanita bekerja hukumnya bisa menjadi sunnah bahkan bisa menjadi wajib kalau sekiranya
memang dia sangat membutuhkannya.

Contoh perempuan bekerja karena Ayah yang sudah tua dia harus bekerja harusnya Ayah
yang bekerja tapi katanya sudah tua. Anak anak perempuan ini akhirnya membantu
pekerjaan ayahnya.
Kita bisa temukan dalam Alquran sahabat Kalian ada dua anak perempuan yang Nabi
Syu'aib Alaihissalam dalam surat Al Qashash ayat 23 dimana pada saat itu harusnya
ayahnya yang bekerja untuk mengambil air minum hewan ternak sapi ayahnya sudah tua
renta akhirnya dua anak gadis yang membantu pekerjaan ayahnya.

Maka dalam surat Al Qashash ayat 23 teman-teman di sana akan menemukan perkataan
dari dua gadis ini ditanya oleh Nabi Musa kalau sedang melakukan apa maka dua gadis ini
mencoba kami tidak dapat memberi minuman ternak kami sebelum penggembala
penggembala itu memulangkan ternaknya sedangkan bapak kami adalah orang tua yang
sudah lanjut.

Maknanya adalah dua anak perempuan ini menunggu lama sekali karena semuanya laki-
laki yang mengambil air jadi mereka menggantikan tugas ayahnya karena ayahnya sudah
berusia lanjut disini sebagai contoh bagi kita semua bahwa ada banyak alasan wanita-wanita
itu bekerja sahabat-sahabat sekalian makan Mulia sekali mereka yang bekerja dengan tujuan
tadi membantu perekonomian keluarganya menghindari diri dari minta kepada orang lain
Masyaa Allah.

Dilansir PortalJember.com dari channel YouTube Dhany Bias yang diunggah 11 Juli
2021, Ustadzah Oki Setiana Dewi menjelaskan posisi wanita dalam pandangan Islam.4

Menurutnya, wanita dalam agama Islam sangat dimuliakan dan memiliki hak-hak
istimewa yang tidak dimiliki laki-laki. “Hidupnya seleuruhnya ditanggung ibu-ibu sekalian,”
ujarnya.

Ketika ada seorang wanita belum menikah, hidupnya ditanggung oleh ayah atau orang
tuanya. Setelah menikah hidupnya pun ditanggung oleh seorang laki-laki, yakni suaminya.
“Itu sejatinya posisi perempuan di dalam Islam,” tegasnya.

Lebih lanjut, Ustadzah Oki Setiana Dewi mengatakan ketika ada seorang wanita bekerja
dengan alasan ingin membantu perekonomian keluarga, maka itu sangat baik.

4
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/amp/pr-162703333/ketika-wanita-memilih-bekerja-ustadzah-
oki-setiana-dewi-perempuan-tidak-diciptakan-dari-tulang-punggung
“Karena itu bukan tugasnya, namun dia berkorban untuk orang-orang yang dia cintai dengan
cara dia bekerja,” jelasnya.

Maka siapa sesungguhnya pemberi nafkah, ayah dan suami,” sambungnya. Kakak Ria
Ricis itu menegaskan bahwa perempuan tidak diciptakan dari tulang punggung dan wanita
bukanlah tulang punggung keluarga.

“Perempuan diciptakan dari tulang rusuk, dia harusnya dijaga dan dilindungi, itu
perempuan,” tegas Ustadzah Oki Setiana Dewi.

Akan tetapi, siapapun perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga maka dia sedang
berjihad di jalan Allah SWT.

2.3 Wacana Analisis Sara Mills5

Wacana berasal dari bahasa latin, yaitu discursus. Istilah ini menunjuk pada aturan-aturan
dan kebiasaankebiasaan yang mendasari penggunaan bahasa baik dalam komunikasi lisan
maupun tulisan (Darma, 2014). Wacana merupakan rangkaian ujar atau rangkaian tindak
tutur yang mengungkapkan suatu hal atau subjek yang disajikan secara teratur, sistematis,
dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental
(Sobur, 2004).

Dalam bidang ilmu komunikasi, analisis wacana digunakan sebagai studi yang
mempelajari struktur pesan dalam komunikasi. Pusat perhatian dari analisis wacana adalah
berdasarkan isi media yang menekankan pada bagaimana suatu objek ditampilkan dalam
media.

Sara Mills banyak mengadopsi teori wacana kritis yang dikemukakan oleh Foucault.
Mills menjadikan teori wacana Foucault sebagai ground teori untuk analisis wacana kritis.
Konsep dasar dari pemikiran Mills lebih melihat pada bagaimana aktor ditampilkan dalam
teks (Darma, 2014). Posisi-posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subyek penceritaan dan
siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan bagaimana makna diperlakukan
dalam teks secara menyeluruh.

5
Ibid, h.44.
Terdapat dua konsep dasar yang harus diperhatikan dalam analisis wacana Sara Mills
yaitu posisi subjek dan objek menempatkan representasi sebagai bagian terpenting. Sara
Mills mengupas bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, baik dalam gambar, foto,
novel ataupun dalam berita. Selain itu Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi akhir
aktor ditampilkan dalam teks (Darma, 2014). Posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subjek
penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan struktur teks dan
bagaimana makna diperlakukan dalam teks secara keseluruhan.

2.4 Wacana Analisis Sara Mill Terhadap Wanita Berkarier dalam Kajian Ustazah Oki
Setiana Dewi
a. Posisi subjek-objek
Pada posisi subjek-objek dikaitkan dengan bagaimana wanita karier dalam menjalankan
profesinya, hubungan wanita karier dengan keluarganya, serta peran ganda yang dijalani
oleh wanita karier baik di ranah publik dan domestik, yaitu berkaitan dengan hubungannya
dengan keluarga. Dengan demikian yang dikaji dari subjek adalah tokoh utama dalam kajian
(wanita karier) dan objeknya adalah kajian Ustadzah Oki Setiana Dewi dalam
merepresentasikan atau menggambarkan kedudukan dari wanita karier.
Wanita karier merupakan seorang wanita yang menjadikan karier atau pekerjaannya
secara serius dan mengalahkan sisi-sisi kehidupannya yang lain (Rusli, 2016). Wanita dalam
meniti karier masih dipandang sebelah mata di masyarakat, belum banyak yang memandang
sebagai pribadi manusia yang mempunyai kemampuan tertentu. Wanita hanya bisa bekerja
di ranah domestiknya saja.
Wanita selalu mendengarkan penilaian masyarakat yang tak jarang memberi nilai negatif,
karena tidak bekerja sesuai dengan kodrat wanita. Seolah-olah tugas wanita sudah
dikondisikan tertentu, dan buruk bagi wanita yang keluar dari kondisi yang ditentukan
tersebut (Murniati, 2004). Hal ini dapat menghambat cita-cita wanita yang ingin berkarier,
karena ketika wanita ingin berkarier maka akan selalu menoleh kebelakang dan berpikir
mengenai stereotip negatif masyarakat yang selalu melekat padanya.
Pada saat ini kita hidup dizaman dimana laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja,
perempuan tak hanya memegang peran domestik sebagai ibu dalam rumah tangga, namun
juga memegang peran publik ditengah masyarakat dengan berbagai fungsi dan jabatan.
b. Posisi Pembaca
Menurut Sara Mills, posisi pembaca di dalam teks tidak bisa diabaikan (Saum, 2016).
PortalJember.com menyajikan tulisan berupa narasi penulis yang menempatkan penulis
sebagai pencerita utama dan dialog yang memposisikan tokoh sebagai pencerita utama.
Dengan demikian, pembaca secara tidak langsung akan diajak untuk memiliki pemikiran
yang sama yaitu dari sudut pandang orang ketiga dan mendukung tokoh utama yang dibahas
dalam teks berita tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wanita karier merupakan seorang wanita yang menjadikan karier atau pekerjaannya
secara serius dan mengalahkan sisi-sisi kehidupannya yang lain (Rusli, 2016). Wanita dalam
meniti karier masih dipandang sebelah mata di masyarakat, belum banyak yang memandang
sebagai pribadi manusia yang mempunyai kemampuan tertentu. Wanita hanya bisa bekerja
di ranah domestiknya saja.

Oleh karena itu wanita karier adalah wanita yang bekerja di luar rumah dan bisa
menghasilkan nafkah, tidak sekedar hanya nafkah utama tetapi juga menjadi tambahan
kebutuhan. Menjadi wanita karier merupakan suatu kebanggan bagi perempuan. Namun,
menjadi wanita karier membutuhkan tanggung jawab yang besar karena wanita harus
berperan ganda. Wanita karier harus bisa berperan di ranah publik serta domestik, mereka
tidak bisa melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para
pembacanya sebagai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi
acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca
dan terkhusus buat kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

KHAIRUNNISA, FARAH NADHIFA, “KESETARAAN GENDER MENURUT


PANDANGAN AMINA WADUD DALAM PENAFSIRAN
PENCIPTAAN PEREMPUAN PERTAMA”, Skripsi. UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
Putri,Khafifah Arini “Representasi Wanita Karier dalam Rubrik Sosok di Harian Jawa Pos
Radar Semarang (Analisis Wacana Sara Mills)”, SKRIPSI. INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/amp/pr-162703333/ketika-wanita-
memilih-bekerja-ustadzah-oki-setiana-dewi-perempuan-tidak-diciptakan-dari-tulang-
punggung

https://youtu.be/pZRfslsEtqY

Anda mungkin juga menyukai