Anda di halaman 1dari 16

UPAYA MI NURUL HUDA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS

PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN PEMBIASAAN SHOLAT DHUHA


BERJAMAAH DAN PEMBACAAN AL-QUR’AN JUZ 30

Yulia Anggraini1 Ahmad Khudlori2 Ulvi Nikmatul Fitria3


Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

e-mail: anggraini@iainponorogo.ac.id a.khudlori1@gmail.com,


ulvinikmatul23@gmail.com

Abstrak
Kemajuan ilmuupengetahuanndantteknologi yanggsemakin cepat pada era
saat ini, sistem pembelajaran bukan hanyammelalui pembelajaran yangddilakukan
melalui tatappmuka saja. Namun, dapat juga dilakukannmelalui penyesuaian
semenjak usiaddini, perlu selalummengajarkan anakkuntukktaat beribadah dengan
melaksanakan sholat yang wajib atau yang sunnah serta membaca al-Qur’an. Kadang
sebagaioorang tuaahanya sanggup membimbingganakkuntuk taatbberibadah pada
saat dirrumahssaja namun pada kala di sekolahhmaka bimbingan akan dilakukan
oleh para guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara MI Nurul Huda dalam
mengembangkan karakter religius peserta didiknya. Metodeeyang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pendekatan penelitian kualitatiffserta berbentukddeskriptif.
Teknikppengumpulan data penelitiannini menggunakantteknikoobservasi,
wawancara,ddanddokumentasi. Hasil darippenelitian ini yaitu dalam meningkatkan
karakter religius peserta didik, MI Nurul Huda menggunakan metodeepembiasaan.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh MI Nurul Huda yaitu pembiasaan sholat
dhuha berjamaah di pagi hari, dilanjutkan dengan kegiatan pembacaan al-Qur’an Juz
30 dengannmenggunakan metodeewafa’. Selain itu, MI Nurul Hudaajuga
memberikan penghargaan kepada peserta didiknya yang mampu menghafalkan al-
Qur’an Juz 30.
Kata kunci: Karakter, religius, pembiasaan.
Abstract
The progress of science and technology is getting faster like the current era, the learning
system is not only through face-to-face learning. However, it can also be done through
adjustments from an early age, it is necessary to always teach children to be obedient in worship
by performing the obligatory or sunnah prayers and reading the Koran. Sometimes parents can
only guide their children to obey worship at home, but when they are at school, the guidance
will be carried out by the teachers. This study aims to find out how MI Nurul Huda develops
the religious character of its students. The method used in this research is a qualitative and
descriptive research approach. The data collection technique of this research used observation,
interview, and documentation techniques. The results of this study are that in improving the
religious character of students, MI Nurul Huda uses the habituation method. The habituation
activities carried out by MI Nurul Huda are the habit of praying dhuha in congregation in the
morning, followed by reading Al-Qur'an Juz 30 using the wafa' method. Apart from that, MI
Nurul Huda also gives awards to students who are able to memorize Al-Qur'an Juz 30.
Keywords: Character, religious, habituation.

PENDAHULUAN
Sekolah memiliki kontribusi penting dalam menciptakan sifat serta tingkah
laku budi pekerti peserta didik, dengan menegakkannnilai-nilaiaagama supaya
terwujud insannyang religiusspadaaanak.1 Oleh karena itu,ppendidikan
karakterranak patut dimulaissemenjak dini supaya sebagai
generasippenerusbbangsaayang mempunyai akhlakulkkarimah. Maka dari itu, perlu
adaametodeppendidikanyyang bisa memadukannantara pembelajaran
sekolah,kkeluarga serta lingkungan. Hal tersebut diharapkanndapat menekan
penguatanppendidikannkarakteraanak, menambah perhatian keluarga kepada
pendidikan anaknya, menumbuhkan sinergitas yang baik antaras sekolah,kkeluarga,

1 Umar Tirtahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rinaka Cipta, 2008), 77


sertammasyarakat. Dengan seperti itu akan terlaksana lingkunganbbelajar
yangnnyaman, tenteram, danmmenyenangkan.2

Sikap religius menurut Mar’at dalam buku Jalaluddin yaitu interaksi antara
hasil penghayatan, pemahaman dan penalaran yang diwujudkan dalam sikap afektif.3
Sedangkan Religius menurut pendapat dari Budiono dalam KBBI, Religius (Religious)
merupakan berdasarkan kata benda adalah bersifat agamis, memiliki hubungan
dengan agama, sesuai dengan prinsip-prinsip agama.4 Jadi sikap religius, berkaitan
dengan kepribadian harus dilatih sejak usia dini supaya tidak menghambat
perkembangan selanjutnya. Kepribadian religius tidak dapat terbentuk dengan
sendirinya yang artinya memerlukan dorongan orang lain dan diperoleh dengan
kemauan sendiri. Pendidikan religius yang dimaksud adalah guna meningkatkan
potensirreligiusddanmmembentukssiswa agarmmenjadi manusiayyang
berimanddan bertakwaakepadatTuhan Yang Maha Esa dan berakhlaqul karimah.
Dalam mewujudkan dari pendidikan agama perlu dikuatkan etika, moral dan budi
pekerti.5 Dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter ukhuwah Islamiyah maka
perlu meningkatkan potensi yang ada dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya
pembiasaan, pengenalan, serta pengalaman anak yang perlu ditingkatkan lagi. Dari
hal tersebut upaya untuk meningkatkan sikap religius peserta didik yakni dengan
menanamkan nilai-nilairreligiusmmelalui kegiatan keagamaan seperti pembiasaan
sholatddhuhaddan pembacaan juz 30 di lingkungan sekolah agar menjadi pembiasaan
yang baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Metodeepembiasaan yakni suatu metode yang dilakukan untuk membiasakan
anak berfikir, bersikap, berbuat sesuaiddengan kaidah agama. Metodeeini sangat
efisien dalam membina serta membentuk watak anak sejak dini serta dalam
meningkatkanppembiasaan dalam menerapkan sebuah kegiatanddi sekolah. Hakikat
pembiasaan sesungguhnya berintikanppengalaman. Pembiasaan yakni sesuatuuyang

2 Moh Ahsanulkhaq, Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan, Jurnal
Prakarsa Paedagogia Vol. 2 No. 1, Juni 2019, 21.
3 Jalaluddin, Psikologi Agama, ed. Rev, cet 16, (Jakarta: pres, 2012), 257
4 Wiwinda, Hubungan Pendidikan Agama Islam Dengan Tingkat Religiusitas, At-Ta’lim, no 1 vol.

15 (Januari 2016), 56.


5 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management, (Yogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA, 2018). 40


diamalkan. Oleh lantaran itu, uraian perihal pembiasaansselalu menjadissatu
rangkaianntentang perlunya melaksanakan pembiasaan-pembiasaannyang dijalani
disetiappharinya. Inti darippembiasaan yakni sesuatu yang dilakukan berulang-
ulang.6 Dalam melatih kebiasaan baik dalam diri seorang anak adalah cara yang cukup
efektif yang digunakan untuk pembinaan sikap, dan pembiasaan tersebut barang
tentu harus dibiasakan sejakddini. Pembiasaan yaitu penanamannkecakapan-
kecakapanbberbuat serta mengucapkannsesuatu, agarccara-cara yanggtepatddapat
digemari olehsanak. Padaahakikatnya pembiasaan memiliki keterkaitan yangslebih
mendalamsdaripada dengan menanaman cara-caraaberbuatddannmengucapkan.7
Sholat dhuha ialah sholat sunnah yang dikerjakan sesudah terbitnya matahari
hingga menjelang waktu dhuhur. Bagusnya dijalani pada saat waktu pagihhariddisaat
mataharissedangnnaik. Sholatddhuha biasanya dikenalddengan sholatssunah untuk
meminta rezeki dari Allah SWT. Sholatddhuha memiliki keutamaan yang banyak
antara lain ialah untuk pengahapusddosa yang pernah diperbuatddahulu. Jugaajalan
guna membuka rezeki yanghhalal serta barokah. Sholatddhuha mengajarkan apabila
hanya pada Allah tempat untuk memohon pertolongan, bukan pada orang atau
makhluk yang lain.8 Al-Qur’an yakni kitab suci bagi penganut agama Islam, sebagai
norma hidup serta sumber-sumber hukum, tidak semua manusia sanggup menghafal
serta tidak seluruh kitab suci dapat dihafal hanya kitab suci Al-Qur’an serta hamba-
hamba yang terpilihlah yang bisa menghafalnya.9
Pada era globalisasi seperti saat ini banyaknya informasi tidak selalu
bermanfaat bagi kebutuhan manusia, bisa jadi minimnya akhlak yang marak di zaman
ini dikarenakan banyaknya informasi namun tidak ada kemanfaatan bagi kebutuhan
manusia. Tanpasdiikuti denganskematangan emosional, intelegensi,ssosial, akhlaq

6 Faizatur Rohmah, Pembiasaan Sholat Dhuha Dalam Membentuk Karakter Kecerdasan Spiritual
Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Negri 1 Jember, SKRIPSI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Jember 2020, 45
7 Eni Sri Mulyani & Hunainah, Pembiasaan Shalat Dhuha Untuk Meningkatkan Disiplin Belajar

Siswa, Jurnal Qathruna Vol. 8 No. 1 – Juni 2021, 5-6.


8 Febria Saputra & Hilmiati, Penanaman Nilai-nilai Religius melalui Pembiasaan Shalat Duha dan

Shalat Dhuhur Berjamaah di Mi Raudlatusshibyan Nw Belencong, ẽl-Midad : Jurnal PGMI Vol. 12 No.1
Juni 2020, 72.
9 Saihu, Peran Hafalan Alquran (Juz’amma) (Studi tentang korelasi antara Menghafal Alquran dengan

Hasil Belajar Alquran Hadis di SDIT Al-Musyarrofah Jakarta), KORDINAT Vol. XIX No.1 Tahun 2020, 56.
dan pendidikan religius sebagaispedoman pribadi, segalaainformasiaakanddengan
mudah diterimaaoleh seseoranggterutama anakssebagai hal yanggbenar.10
Kemajuan ilmuupengetahuanndantteknologi yanggsemakin cepat pada era
saat ini, sistem pembelajaran bukan hanyammelalui pembelajaran yangddilakukan
melalui tatappmuka saja. Namun, dapat juga dilakukannmelalui penyesuaian
semenjak usiaddini, perlu selalummengajarkan anakkuntukktaat beribadah dengan
melaksanakan sholat yang wajib atau yang sunnah serta membaca al-Qur’an. Kadang
sebagaioorang tuaahanya sanggup membimbingganakkuntuk taatbberibadah pada
saat dirrumahssaja namun pada kala di sekolahhmaka bimbingan akan dilakukan
oleh para guru.
Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa para peserta
didik sangat antusias dan antusias dalam melaksanakan kegiatan pembiasaan di MI
Nurul Huda, yaitu sholat dhuha berjamaah dan pembacaan Al-Qur’an Juz 30. Namun
masih terdapat siswa yang masih memerlukan bimbingan lebih, karena pada saat
dalam pelaksanaannya, masih terdapat banyak pelanggaran seperti, masih banyak
yang terlambat, ramai ketika kegiatan berlangsung, dsb. Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian lebih
mendalam terkait “Upaya MI Nurul Huda dalam Meningkatkan Karakter Religius
Peserta Didik melalui Kegiatan Pembiasaan Sholat Dhuha Berjamaah dan Pembacaan
Al-Qur’an Juz 30”
Dalam pembahasan ini akan diuraikan hubungan antara permasalahan yang
penulis teliti dengan kerangka teoritik yang penulis pakai serta hubungannya dengan
peneliti terdahulu yang relevan. Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya,
diantaranya:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Moh Ahsanulkhaq (2019) yang
berjudul “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan”.
Hasil penelitiannmenunjukkan bahwauupaya guruuPAI dalam membentukkkarakter
religiussmelalui metodeepembiasaan 3S, yaitu senyum,ssalam,ddanssalim,hhidup
sehat dannbersih, membacaanama-nama Allah yang baik (Asma’ulhHusna) danndoa-

10Siti Laili Maisaroh, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembiasaan Sholat Dhuha Berjamaah di

SMP Miftakhul Ulum Rambipuji Tahun Pelajaran 2022/2023. SKRIPSI. Fakultas Ilmu Keguruan Program
Studi Pendidikan Agama Islam, 2022, 3
doa harian,bbersikap disiplin,mmemiliki sikapptanggungjawab,bbersikap jujur,
ibadah, dannliterasi Al-Qur’an. Dalammmembentukkkarakter religius pesertaadidik
terdapat bebrapa faktor, diantaranya dukungan dari kedua orang tua,
komitmenwwarga sekolah, dan fasilitas yang memadai. Selain itu juga terdapat faktor
penghambatnya, yaitu latar belakang siswa yang beragam, kurangnya kesadaran
siswa, serta lingkungan atau pergaulan peserta didik.11
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wenni Yuliastutik (2021) yang berjudul
“Upaya Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Membaca Asma
Al-Husna dan Shalat Berjamaah di SMP Ma’arif 9 Grogol Sawoo Ponorogo Tahun
Ajaran 2020/2021”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Nilai ibadah, nilai jihad
(ruhul jihad), dan nilai akhlak dan kedisiplinan serta nilai keteladanan merupakan
nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan di SMP Ma’arif 9 Sawoo melalui kegiatan
membaca asma al-husna dan shalat berjamaah. 2) Strategi internalisasi nilai-nilai
religius di SMP Ma’arif 9 Sawoo melalui kegiatan pembiasaan, keteladanan, seruan,
pembelajaran PAI di dalam kelas dan perwujudan penciptaan budaya. Sementara itu
strategi iinternalisasi nilai-nilai religius anak didik lewat pembiasaan membaca asma
al-husna serta shalat berjamaah di SMP Ma’arif 9 Sawoo ialah dengan pembinaan,
aturan-atturan serta norma yang telah dibikin oleh sekolah, saat cara penataran di
kasta, gerakan teratur serta habituasi, gerakan tunduk sosial serta penciptaan keadaan
religius di sekolah. 3)Implikasi internalisasi nilai-nilai religius murid pada sikap
sehari-hari murid lewat aktivitas membaca asma al-husna serta shalat berjamaah di
SMP Ma’arif 9 Sawoo yakni membangkitkan semangat, menambah ketakwaan serta
tanggung jawab. sementara itu keterkaitan internalisasi nilai-nilai religius siswa
kepada sikap sehari-hari anak didik yakni menambah ketakwaan serta tanggung
jawab, peningkatan sifat kedisiplinan, tindakan saling menyayangi serta
memuliakan, jujur serta tawadhu.12

11 Moh Ahsanulkhaq, Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan,

Jurnal Prakarsa Paedagogia Vol. 2 No. 1, Juni 2019, 21.


12 Wenni Yuliastutik, Upaya Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Membaca

Asma Al-Husna dan Shalat Berjamaah di SMP Ma’arif 9 Grogol Sawoo Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021,
SKRIPSI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo 2021.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Eni Sri Mulyani & Hunainah yang
berjudul “Pembiasaan Shalat Dhuha untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa”.
Hasil penelitian ini menunjukkan 1) apabila dengan penerapan pembiasaan shalat
Dhuha di SD Negeri Kadingding Kecamatan Kibin yang dilaksanakan tiap hari Selasa
hingga Jum’at pada jam 06.30 - 07.00, shalat Dhuha dilaksanakan dengan cara
berjama’ah mulai dari kelas I hingga kelas VI, jumlah rakaat shalat dhuha dari pihak
sekolah menyarankan minimun 2 raka’at terlebihdahulu guna menambah tertib
waktu serta terbiasa dalam menjalankan shalat dhuha. 2) persentase penerapan
pembiasaan shalat Dhuha ini mempengaruhi pada kenaikan kedisiplinan murid
dalam belajar ; 3) keadaan tempat yang dipakai untuk shalat Dhuha ini kurang patut,
sebab memanfaatkan lingkungan halaman sekolah dengan teknik menghamparkan
karpet, alhasil butuh waktu guna planing shalat Dhuha tersebut.13
Berdasarkanbbeberapa penelitianddi atas dapat penelitissimpulkan bahwa
pada penelitian Moh Ahsanulkhaq memilikippersamaan dalam halppenelitian
tentang pendidikannkarakter religius melalui metodeppembiasaan. Namunkkarakter
yangddibahas masihbbersifat luas dannsubyek yangdditeliti berbedaadengan yang
akan diteliti. Sedangkan pada penelitian Wenni Yuliastutik juga memiliki persamaan
pada objek yang dibahas yaitu mengenai karakter religius dan metode pembiasaan,
namun pembiasaan disini Membaca Asma Al-Husna dan Shalat Berjamaah,
sedangkan pada penelitian ini hanya fokus pada Shalat Dhuha Berjamaah dan
Pembacaan Al-Qur’an Juz 30. Adapun penelitian Eni Sri Mulyani & Hunainah juga
memiliki persamaan penelitian pada metode pembiasaan, yaitu pembiasaan shalat
dhuha. Namun karakter yang diteliti yaitu karakter kemandirian berbeda dengan
peneliti yang akan dilakukan fokus pada karakter religius. Adapun penelitian Saihu
memiliki persamaan penelitian pada obyeknya, yaitu pembacaan atau hafalan Al-
Qur’an Juz 30. Namun penilitian yang dilakukan oleh Saihu tidak meneliti karakter
apapun, sedangkan pada penelitian ini fokus meneliti karakter religius. Beberapa
penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dalam penyusunan penelitian yang penulis

13 Eni Sri Mulyani & Hunainah, Pembiasaan Shalat Dhuha Untuk Meningkatkan Disiplin Belajar
Siswa, Jurnal Qathruna Vol. 8 No. 1 – Juni 2021, 4.
teliti, namun peneliti senantiasa menghindari pengulangan penelitian yang sifatnya
sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

METODE
Dalamppenelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif serta
berbentuk deskriptif.hHal ini disebabkan penelitiannini berupaya menguraikan
kenyataan yang adaatanpa membutuhkan dataayang berbentuk angka-angka serta
berupaya menguraikan sebuah situasi besertaasegala aspeknya dalam rangka
pemberian data sejelas-jelasnyaapada pengamat. Metodeppenelitian kualitatif
merupakan metodeppenelitian yang beralaskan pada prinsip postpositivisme, guna
meneliti padaakondisi objek yangaalamiah, dimana peneliti merupakan selaku
instrumen kunci, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi,
analisis data berisifat induktif serta hasil penelitian kualitatif lebih menekankan arti
dari pada generalisasi.14
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian kualitatif ini merupakan studi
kasus, ialah satu pemaparan intensif serta analisa fenomena tertentu atau satuan
sosail seperti individu, kelompok, institusi atau publik. Studi kasus ialah salah satu
model penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan eksplorasi dengan cara
mendalam terhadap program, peristiwa, prosedur, kegiatan terhadap satu atau lebih
orang. sebuah kasus terikat oleh waktu serta kegiatan dan peneliti melakukan
pengumpulan data dengan cara mendalam dengan memakai berbagai langkah
pengumpulan data serta dalam periode yang kontinu.15 Oleh karena itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan gambaran utuh dan
terorganisasi dengan baik dan tentanng komponen-komponen tertentu. Sehingga
dapat memberikan kevalidan hasil penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Upaya MI Nurul Huda dalam Meningkatkan Karakter Religius Peserta Didik

14 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,2003), 35.


15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Bandung: Alfabeta,
2013), 15.
MIsNurulsHudaamerupakannlembagaspendidikan yang berlokasi di Desa Grogol,
Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. MI Nurul Huda sudah berdiri sejak tahun
1976 dibawah naungan yayasan Nurul Huda. Yayasan Nurul Huda sendiri memiliki
beberapa lembaga pendidikan lain, seperti Taman Kanak-kanak, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Taman Pendidikan Al-Qur’an dan Madrasah
Diniyah.
Karakter bisa diketahui sebagai tabiat, karakter, sifat-sifat kerohanian, budi
pekerti atau akhlak yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dalam
pengertiannya, karakter ialah watak seseorang yang mempengaruhi pada segenap
pikiran dan juga perbuatannya. Karakter menjurus pada sikap (behaviors), perilaku
(attitudes), semangat (motivations), serta kompetensi (skills).16 Seseorang yang
berkarakter merupakan seseorang yang berperilaku, berkepribadian, bersifat, serta
berwatak. Seseorang yang bersifat baik cenderung berpandangan positif,
berperasaan yang baik, serta berperilaku baik. Dengan karakter yang positif sehingga
seseorang akan mempunyai Soft skills yang positif pula, Soft skills yakni penguasaan
seorang dalam berkaitan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri).17
Religius yaitu sebuah kepribadian yang baik hubungannya dengan Tuhan.
Dimana perihal ini menampakkan sesungguhnya antara pikiran, tutur kata serta
tindakan seseorang yang dilakoni sehari-hari senantiasa berpegang pada nilai-nilai
ketuhanan maupun anutan agamanya.18 Religius marupakan tindakan serta sikap
seorang yang tawaduk dalam mengamalkan anutan agama yang dianutnya, bersikap
toleransi pada penerapan ibadah yang dilakoni agama lain, dan hidup damai dengan
penganut agama lain. Dalam agama islam menjadi karakter yang religius berarti
seseorang sebagai individu yang suka melaksanakan ibadah, menjalankan sunnah
serta tawaduk dalam melaksanakan syariat agama islam.19

16 Sulastri, Pembentukan Karakter Religius Pada Anak Dalam Pendidikan Agama Islam Di sekolah
Menengah Pertama Negeri 05 Kepahing, IAIN Bengkulu 2018, 2
17 Fahmi Ikrom dan Syamsul Arifin, Impelementasi Pembisaan Membaca Juz Amma untuk

Membentuk Karakter Religius Peserta Didik, Humanistika: Jurnal Keislaman Vol. 8 No. 1 2021., 43-44.
18 Rahma Nurbaiti, Susiati Alwy, Imam Thaulabi, Pembentukan Karakter Siswa Melalui

Pembiasaan Aktivitas Keagamaan. El-Bidayah: Journal of Islamic Elementary Education, vol.02, No.01,
2020. 57
19 Nursalam, Model*Pendidikan*Karakter* (Serang:CV.AA Rizky.2020)
Nilai-nilai religius yang terbentuk melalui kegiatan keagamaan di MI Nurul
Huda adalah untuk pembangunan karakter religius supaya menjadi pembiasaan baik
yang tertanam dalam jiwa peserta didik. Nilai religius yang terbentuk melalui
kegiatan keagamaan di MI Nurul Huda yang pertama nilai religius yang unggul, pihak
sekolah berharap peserta didik yang sekolah di MI Nurul Huda minimal berbeda dari
peserta didik yang sekolah di Madrasah lain, contohnya religius dalam berpakaian di
madrasah maupun di rumah. Kedua etika, dari pembiasaan kegiatan religius
diharapkan dapat mencerminkan jiwa islami pada setiap peserta didik. Ketiga, jiwa
religius terbangun sejak dini, sehingga ketika dewasa menjadi generasi muslim yang
siap menghadapi zaman.20

Kegiatan Pembiasaan Sholat Dhuha Berjamaah


Pembiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara berulang-
berulang supaya sesuatu tersebut dapat menjadi rutinan. Inti dari pembiasaan
merupakan pengalaman yang diamalkan. Pembiasaan itu bakal melekat serta tampak
hasilnya sebagai sikap serta tindakan yang menempel pada diri seseorang. Muhibbin
mengatakan apabila belajar kebiasaan adalah cara pembentukan kebiasaan-kebiasaan
yang belum pernah dilakukan (baru). Belajarkkebiasaan, melainkan menggunakan
perintah,ssuri tauladannsertappengalamannkhusus juga menggunakannhukuman
(reward) sertagganjaran (punishment). Pembiasaan memiliki tujuannsupaya sikap serta
kebiasaann baru yang lebih baik serta positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu agar didapatkan oleh peserta didik. Selain itu arti tepat serta positif
di atas merupakan selaras dengan norma serta tata nilai moral yang berlaku baik yang
berkarakter religious ataupun tradisional dan kultural.21
Sholat adalah kewajiban setiap muslim, karena sholat adalah tiangnya
agama. Melainkan serupa kewajiban, sholat yang didasari dengan ilmu juga dapat
mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Oleh karena itu, peserta
didik harus disibukkan dengan aktivitas yang berhubungan dengan sholat. Sekolah

20
Wawancara dengan Bapak Moh Anwar, S.Pd.I,. 26 Juli 2023
21 Agus Samsudin, Pembiasaan Perilaku Keberagamaan Peserta Didik Melalui Program Shalat Duha
(Studi di SMK Husnul Khotimah Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya) Atthulab, Volume : III, Nomor 2,
2018/1439, 173.
adalah Lembaga pembelajaran yang bertujuan untuk mewujudkan sikap peserta
didik. Pembentukan itu dilakukan dengan mengusahakan pemberian pengetahuan
serta pengalaman yang diamalkan oleh peserta didik. Salah satu bentuk usaha
tersebut yaitu dengan terdapatnya perencanaan melalui sebuah program sholat duha
untuk mewujudkan serta membiasakan sikap keberagamaan peserta didik.22
Kegiatan pembiasaan sholat dhuha berjamaah di MI Nurul Huda telah
diterapkan semenjak 10 tahun yang lalu. Yang membedakan pembiasaan sholat dhuha
pada saat itu dilaksanakan setelah jam istirahat, namun dikarenakan di jam istirahat
terlalu singkat untuk pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha, akhirnya pihak sekolah
merubah menjadi jam 06.45 atau sebelum pembiasaan tahfidz juz 30 berlangsung.
Sholat dhuha berjamaah wajib diikuti oleh seluruh peserta didik dan beberapa guru
MI Nurul Huda, guru yang mengikuti sholat dhuha berjamaah turut mengkondisikan
peserta didik dan memimpin sholat dhuha berjamaah pada hari itu. Selain dari guru,
pihak sekolah menugaskan siswa kelas 6 untuk menjadi Tim Penegak Sholat, tugas
dari Tim Penegak Sholat adalah untuk mengawasi peserta didik yang sekiranya ramai,
terlambat atau peserta didik yang tidak mengikuti sholat dhuha berjamaah dengan
semestinya. Sholat dhuha berjamaah dilakukan sebanyak 4 rakaat, kemudian
dilanjutkan dengan do’a bersama setelahnya yang dipimpin oleh peserta didik yang
sudah terjadwal. Sholat dhuha selesai pada pukul 07.05 lalu peserta didik kembali ke
gedung sekolah dengan tertib.23
Pembiasaan sholat dhuha berjamaah di MI Nurul Huda dilatar belakangi oleh
pihak Madrasah yang berharap agar jiwa spiritual tertanam pada peserta didik.
Sehingga terbiasa melaksanakan sholat dhuha tidak hanya di madrasah, namun
peserta didik tetap melaksanakan sholat dhuha di rumah juga saat hari libur sekolah.
Karakter religius dalam diri seorang peserta didik akan menjadi pembiasaan apabila
kegiatan tersebut diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan
dan terbawa sampai hari tuanya. Adapun pembiasaan sholat dhuha berjamaah ada
kalanya tidak berjalan dengan semestinya dikarenakan suatu kendala, yakni beberapa
peserta didik datang terlambat saat mengikuti sholat dhuha berjamaah, disinilah Tim

22 Ibid, 174.
23 Wawancara dengan Bapak Moh Anwar, S.Pd.I,. 26 Juli 2023
penegak sholat menjalanakan tugasnya, pertama tim penegak sholat akan
memperingatkan supaya tidak mengulangi keterlambatan, namun apabila
dikemudian hari peserta didik yang diperingatkan mengulangi keterlambatan lagi,
maka dari tim penegak sholat akan memberi tindakan untuk peserta didik tersebut.24

Kegiatan Pembiasaan Pembacaan Al-Qur’an Juz 30


Membaca, mempercayai, memelihara, mengamalkan, belajar serta mengajarkan Al-
Qur’an merupakan hal wajib bagi orang yang beriman untuk dilaksanakan. Dengan
pembelajaran Al-Qur’an, peserta didik bakal mencapai tujuan yang diharapkan
ialah terbentuknya watak positif serta adab mulia selaku tujuan paling tinggi dari
pembelajaran Islam. Menurut para ulama’ membaca serta memahami Al-Qur’an
mampu menguatkan mutu keagamaan seorang dan juga menjaga diri dari sikap-sikap
keji serta sia -sia. Al-Qur’an ialah dasar hidup orang. Manusia yang senantiasa
berpedoman kuat kepada Al-Qur’an bakal tahu bagaimana Al-Qur’an memberi
ketentuan serta batas. Dengan kerap membaca serta memahami Al-Qur’an seorang
mampu memisahkan mana yang haq serta mana yang batil, mana perbuatan yang
diperintah serta mana perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, alhasil ia mampu
menghindari sesuatu yang tidak berguna buat dirinya.25
Kegiatan keagamaan selanjutnya yaitu pembiasaan mengaji bersama juz 30
yang diikuti oleh seluruh siswa MI Nurul Huda, pembiasaan ini sudah diterapkan
sejak 6 tahun yang lalu. Pembiasaan kegiatan mengaji juz 30 di MI Nurul Huda
menggunakan metode wafa’ yang pada tahap awal mengundang trainer tahfidz dari
SD Qurrota A’yun, kemudian pembiasaan tahfidz juz 30 ini menjadi program
unggulan di MI Nurul Huda. Sehingga membuat masyarakat tertarik untuk
menyekolahkan anaknya di MI Nurul Huda. Metode lama tahfidz Al-Qur’an juz 30
menggunakan metode Al-Waqfu wal Ibtida, namun peserta didik kurang tertarik
dengan metode ini, kemudian mencoba metode lain akan tetapi peserta didik lebih
bersemangat menggunakan metode wafa’. Sehingga metode yang digunakan di MI
nurul Huda dalam pembiasaan tahfidz juz 30 menggunakan metode wafa’.

Ibid,
24
25Fahmi Ikrom dan Syamsul Arifin, Impelementasi Pembisaan Membaca Juz Amma untuk
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik, Humanistika: Jurnal Keislaman Vol. 8 No. 1 2021., 43-44.
Pembiasaan tahfidz juz 30 dilaksanakan setelah sholat dhuha di halaman MI
Nurul Huda, siswa berbaris dengan rapi sesuai kelas masing-masing dengan
membawa juz ‘amma sendiri. Pembiasaan tahfidz juz 30 diiringi dengan murottal dari
sound system kemudian diikuti oleh seluruh peserta didik, adapun surat yang dibaca
adalah surat-surat pendek. Selain dari guru, terdapat juga Tim keamanan siswa dari
kelas 6 yang bertugas menertibkan peserta didik yang ramai ketika kegiatan
pembiasaan tahfidz juz 30 berlangsung. Lalu peserta didik yang tidak tertib akan
mendapatkan sanksi setelah kegiatan selesai.26
Menurut kepala sekolah MI Nurul Huda, kegiatan pembiasaan tahfidz juz 30
di madrasah ini dilatar belakangi oleh pihak sekolah yang merasa prihatin terhadap
anak-anak yang semakin minim membaca Al-Qur’an di rumah. Sehingga madrasah
mengadakan kegiatan pembiasaan ini dengan tujuan untuk melatih karakter religius
peserta didik MI Nurul Huda agar terbiasa membaca Al-Qur’an di madrasah maupun
di rumah masing-masing, dan pihak madrasah berharap ketika peserta didik lulus
dari MI Nurul Huda minimal dapat menghafal juz 30. Kemudian bagi siswa yang
sudah mencapai target yakni hafal 37 surat di juz 30 akan mendapatkan sertifikat dan
di wisuda ketika haflah akhirussanah, sehingga membuat suatu kebanggaan terhadap
wali murid dan siswa itu sendiri. Pada tahun ini wisudawan tahfidz juz 30 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, wisudawan tahun 2022 yang berjumlah 3 anak
mengalami peningkatan di tahun 2023 menjadi 6 anak.27
Dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan tahfidz juz 30 terdapat kendala yang
mengakibatkan kegiatan ini tidak dapat berjalan dengan semestinya, yakni saat
musim hujan kegiatan pembiasaan tahfidz juz 30 tidak dapat dilaksanakan di halaman
MI Nurul Huda, biasanya kegiatan ini dilaksanakan di masjid Baitul Muttaqin yang
cukup luas untuk seluruh peserta didik MI Nurul Huda. Namun pengalihan tempat
ini kurang efektif dikarenakan masjid yang terdapat dua lantai menyebabkan kegiatan
tahfidz juz 30 tidak dalam satu suara. Kendala selanjutnya yaitu target hafalan juz 30
tergantung kemampuan dari peserta didik. Sebenarnya ada beberapa peserta didik
yang hampir mencapai target, akan tetapi mereka tidak dapat menyelesaikan hafalan

26 Observasi, 26 Juli 2023


27 Wawancara dengan Bapak Moh Anwar, S.Pd.I, 26 Juli 2023
dengan waktu yang ditargetkan, sehingga tidak dapat mengikuti wisuda tahfidz juz
30.

KESIMPULAN
Upaya MI Nurul Huda dalam meningkatkan karakter religius peserta didiknya
dapat melalui kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan tersebut yaitu dengan
mengadakan kegiatan sholat dhuha berjamaah dan kegiatan pembacaan Al-Qur’an
Juz 30. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, yaitu
pada pagi hari.
Pertama, yaitu melalui kegiatan sholat dhuha sudah berlangsung selama kurang
lebih 10 tahun yang lalu. Dulu kegiatan tersebut dilaksanakan pada jam Istirahat
pertama, yaitu pukul 09.00. Namun, dalam pelaksanaannya kurang efektif karena
waktunya yang begitu singkat. Kemudian, diubah menjadi sebelum pembelajaran
dimulai, yaitu pukul 06.45 WIB dan berjalan dengan baik hingga sekarang. Kedua,
yaitu melalui kegiatan pembiasaan pembacaan Al-Qur’an Juz 30. Kegiatan ini dimulai
kurang lebih 6 tahun yang lalu. MI Nurul Huda berupaya meningkatkan karakter
religius peserta didiknya dengan mendatangkan trainer dari luar, yaitu dari Qurrotal
‘Ayun, dimulai dengan menggunakan metode al-Waqfu wal Ibtida, Ummi, dan Waffa’.
Dari ketiga metode tersebut, metode Waffa’ yang lebih efektif dan dapat diterima
dengan baik oleh peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, upaya MI Nurul Huda dalam meningkatkan karakter
religius peserta didiknya masih terdapat banyak kendala, antara lain masih banyak
yang terlambat, dan pergantian musim penghujan yang mempengaruhi tempat
kegiatan pembiasaan. Tak hanya itu, MI Nurul Huda juga memberikan apresiasi
kepada peserta didiknya yang dapat menghafal Al-Qur’an Juz 30 yaitu dengan
mengadakan wisuda Tahfidz Juz 30, sehingga hal tersebut dapat membuat bangga
siswa dan wali murid.

DAFTAR PUSTAKA
Ahsanulkhaq, Moh. 2019. Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode
Pembiasaan. Jurnal Prakarsa Paedagogia Vol. 2 No. 1.
Ardy Wiyani, Novan. 2018. Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management, (Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA, 2018)
Ikrom, Fahmi., dan Syamsul Arifin, 2021. Impelementasi Pembisaan Membaca Juz Amma
untuk Membentuk Karakter Religius Peserta Didik, Humanistika: Jurnal Keislaman
Vol. 8 No. 1.
Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama. ed. Rev, cet 16, (Jakarta: Press).
Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta).
Maisaroh, Siti Laili. 2022. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembiasaan Sholat Dhuha
Berjamaah di SMP Miftakhul Ulum Rambipuji Tahun Pelajaran 2022/2023. SKRIPSI.
Fakultas Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam 2022.
Mulyani, Eni Sri., & Hunainah. 2021. Pembiasaan Shalat Dhuha Untuk Meningkatkan
Disiplin Belajar Siswa. Jurnal Qathruna Vol. 8 No. 1.
Nursalam. 2020. Model Pendidikan Karakter. (Serang: CV.A A Rizky).
Observasi. 26 Juli 2023
Rohmah, Faizatur. 2020. Pembiasaan Sholat Dhuha Dalam Membentuk Karakter Kecerdasan
Spiritual Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Jember. SKRIPSI. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember 2020
Nurbaiti, Rahma., dkk. 2020. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembiasaan Aktivitas
Keagamaan. El-Bidayah: Journal of Islamic Elementary Education, vol.02, No.01
Saihu. 2020. Peran Hafalan Alquran (Juz’amma) (Studi tentang korelasi antara Menghafal
Alquran dengan Hasil Belajar Alquran Hadis di SDIT Al-Musyarrofah Jakarta). Jurnal
KORDINAT Vol. XIX No.1.
Samsudin, Agus. 2018. Pembiasaan Perilaku Keberagamaan Peserta Didik Melalui Program
Shalat Duha (Studi di SMK Husnul Khotimah Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya).
Jurnal Atthulab, Volume : III, Nomor 2.
Saputra, Febria., & Hilmiati. 2020. Penanaman Nilai-nilai Religius melalui Pembiasaan
Shalat Duha dan Shalat Dhuhur Berjamaah di Mi Raudlatusshibyan Nw Belencong.
Jurnal ẽl-Midad : Jurnal PGMI Vol. 12 No.1.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Bandung:
Alfabeta).
Sulastri. 2018. Pembentukan Karakter Religius Pada Anak Dalam Pendidikan Agama Islam
Di sekolah Menengah Pertama Negeri 05 Kepahing. IAIN Bengkulu 2018
Tirtahardja,Umar. 2008. Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rinaka Cipta, 2008)
Wawancara dengan Bapak Moh Anwar, S.Pd.I. 26 Juli 2023
Wiwinda. 2016. Hubungan Pendidikan Agama Islam Dengan Tingkat Religiusitas. Jurma;
At-Ta’lim, no 1 vol. 15.
Yuliastutik, Wenni. 2021. Upaya Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui
Pembiasaan Membaca Asma Al-Husna dan Shalat Berjamaah di SMP Ma’arif 9 Grogol
Sawoo Ponorogo Tahun Ajaran 2020/2021. SKRIPSI. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Ponorogo 2021.

Anda mungkin juga menyukai