Anda di halaman 1dari 14

PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB MELALUI PEMBIASAAN

TADARUS AL-QUR’AN MA MUHAMMADIYAH 1 PONOROGO

Dr. Dhinuk Puspita Kirana, M.Pd


; Elisa Nur Maharani Husna; Fengki Sarifudin; Helda Mudaiyana; Mohammad Irsyad
Mahfud
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
e-mail : dhinuk@iainponorogo.ac.id
;elisahusna62@gmail.com ; fengkisarifudin07@gmail.com ;
heldamudaiyana@gmail.com ; mohammadirsyadmahfud@gmail.com

Abstrak
Tanggung jawab adalah karakter yang semestinya diterapkan siswa untuk meraih
keberhasilan. Sebab dengan memiliki sikap tanggung jawab, peserta didik akan disiplin
dalam mengelola kehidupannya. Oleh karena itu, tanggung jawab harus ditanamkan sejak
dini khususnya pada diri peserta didik. Pembentukan karakter ini bisa melalui metode apa
saja salah satunya dengan pembiasaan. Penelitian ini dilakukan di MA Muhammadiyah 1
Ponorogo, yang bertujuan dalam memahami pembentukan karakter tanggung jawab melalui
pembiasaan tadarus Al-Qur’an berbasis budaya di sekolah. Program pembiasaan ini di MA
Muhammadiyah 1 Ponorogo disebut dengan Islamic Culture & Environment : The Nine
Golden Habits (Sembilan kebiasaan emas), dan tadarus Al-Qur’an merupakan bagian dari
pembiasaan tersebut. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskritif, teknik pengumpulan
data berupa observasi dan wawancara, serta analisis data menggunakan model Miles dan
Huberman.Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tadarus Al-Qur’an berperan dan
berpengaruh pada pembentukan karakter tanggung jawab peserta didik dengan runtutan
kegiatan yang ada didalamnya.

Kata Kunci : Karakter, Tanggung Jawab, Tadarus Al-Qur’an

Abstract
Responsibility is the character that students should apply to achieve success. Becausse by
having an attitude of responsibility, students will be disciplined in managing their lives.
Therefore, responsibilitiy must be instilled from an early age especially in students. The
formation o this character can be through any method one of which is habituation. This
research was conducted at MA Muhammadiyah 1 Ponorogo, which aims at understanding the
formation of the character of responsibility through the habituation of cultural-based
Qur’anic tadarus in schools. This habituation program at MA Muhammadiyah 1 Ponorogo is
called Islamic Culture & Environment : The Nine Golden Habits, and the tadarus Al-Qur’an
is part of the habituation. The methods used are descriptive qualitative, data collection
techniques in the form of observations and interviews, as well as data analysis using the
Milles and Huberman model. From this study, the results were obtained that the Qur’an
tadarus plays a role and effects the formation of the character of student responsibility with
the sequence of activities in it.

Keywords : Character, Responsibility, Tadarus of the Qur’an

PENDAHULUAN

Karakter yaitu sikap berkaitan dengan budi pekerti, akhlak yang dimiliki tiap-tiap
individu. Karakter ini sebaiknya diarahkan kepada karakter yang positif dan baik. Di lain sisi
karakter sendiri terbentuk berdasarkan lingkungan sekitar dan hal tersebut dapat memiliki
dampak yang besar baik ke arah yang positif maupun negatif. Terbentuknya karakter
seseorang berkaitan erat dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakter yang
dapat dikembangkan terhadap siswa salah satunya adalah karakter tanggung jawab dan
religius. Tanggung jawab merupakan sikap dimana seorang individu memiliki kesadaran
menjalankan kewajiban untuk menyelesaikan dan mengemban tugas dengan baik. Tanggung
jawab memiliki urgensi pada proses pembelajaran. Sikap ini dapat dinilai dengan perilaku
peserta didik ketika mengerjakan tugas, menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Sekolah mempunyai peran penting pembentukan karakter tanggung jawab peserta
didik. Pembentukan karakter salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas diri peserta didik
dalam menumbuhkan potensi baik yang tertanam dalam diri individu. Sikap tanggung jawab
ini bisa diimplementasikan dengan berbagai strategi diantaranya menerapkan melalui
pembiasaan-pembiasaan rutin yang dilaksanakan setiap hari agar menumbuhkan karakter
dengan baik pada siswa. Pada zaman sekarang ini, pendidikan agama harus mempunyai
perhatian khusus terkait dengan pembangunan karakter peserta didik. Dengan pendidikan
agama diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai keagamaan pada diri siswa untuk
membangun akhlak sebagai dasar dalam interaksi anak.1
Dewasa ini karakter yng dimiliki siswa sangat memprihatikan. Tak dipungkiri
persoalan tersebut didasarkan karena sekarang ini terjadi degradasi moral yang membutuhkan
perhatian khususnya pada para remaja yang terpengaruh dampak negatif dari era globalisasi,
penggunakan teknologi yang berlebihan, serta kurangnya pendidikan agama menyebabkan

1
Firman Nahrowi, Ali Maulida, and M Hidayat Ginanjar, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Melalui Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Di SDN
KotaBatu 08 Tahun Ajaran 2017-2018 Di Kecamatan Ciomas Bogor,” Prosding Al Hidayah Pendidikan Agama
Islam, no. 3 (2018): 195.
tidak bisa memfilter informasi yang mereka terima dengan baik. Kurangnya seleksi tersebut
menyebabkan maraknya kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang muncul di era sekarang
ini diantaranya tawuran, minum-minuman keras, bullying dan sebagainnya. Ditambah dengan
faktor internal maupun eksternal yang menambah dampak negatif lainnya diantaranya
kurangnya kontrol orang tua saat anak bermain handphone, hilangnya semangat dan minat
belajar yang ditandai dengan pasif di kelas, tidak mengerjakan tugas tepat waktu. Oleh karena
itu, pendidikan agama yaitu upaya-upaya yang terorganisir secara sistematis untuk membantu
peserta didik dalam kehidupan sesuai syariat Islam.2
Pendidikan agama adalah substansi yang terdapat pada kurikulum pendidikan yang
menyatu dalam tiap mata pelajaran sebagai bagian dari pendidikan nilai.3 Secara keseluruhan
didalamnya terdapat ajaran syariat Islam baik mengenai ibadah hamba kepada Allah, syariat
yang mengatur tentang urusan hidup di dunia dan akhirat . Kesadaran akan nilai-nilai agama
akan membentuk karakter tanggung jawab yang kuat jika ditanamkan dengan baik.
Pembentukan karakter ini di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo salah satunya dilakukan dengan
pembiasaan tadarus Al-Qur’an.
Proses pembiasaan tadarus Al-Qur’an di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo merupakan
upaya pembentukan karakter yang baik dengan nilai-nilai religius di dalamnya. Disamping itu
nilai karakter lainnya juga ditanamkan diantarannya nilai tanggung jawab, disiplin, kerja
keras. Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo
diantarannya skripsi Ika Mayangsari (2016) mengenai program hafalan Al-Qur’an untuk
menekan kenakalan remaja, Susi Susanti (2018) mengenai peran orang tua dalam membina
karakter kemandirian dan akhlak siswa di MA Muhamadiyah 1 Ponorogo. Perbedaan
penelitian ini dengan lainnya yaitu kami mengambil variabel penelitian yang menjadi ciri
khas di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo dikenal dengan The Nine Golden Habits (Sembilan
kebiasaan emas) salah satunya tadarus Al-Qur’an ini diterapkan dengan sikap tanggung jawab
dan metode pembiasaan.
Al-Quran adalah kitab suci agama Islam berisi kalam Allah diturunkan dengan
perantara malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ajaran yang termuat dalam Al-
Quran adalah sebagai pemberi arahan dan petunjuk bagi manusia.4 Harapan dari pembiasaan
peserta didik melakukan Tadarus Al-Quran selain mereka dapat dengan lancar melafalkan Al-
2
Nur Azizah Syarifah, Tajudin Nur, and Yayat Herdiyana, “Implementasi Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Untuk
Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan Pada Siswa Di MTs Al-Imaroh Cikarang Barat,” Fondatia: Jurnal
Pendidikan Dasar 6 (2022): 692, https://doi.org/https://doi.org/10.36088/fondatia.v6i3.2047.
3
Muhammad Ishak, Syafaruddin, and Masganti Sit, “Pelaksanaan Program Tilawah Al-Qur’an Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Di MAS Al Ma’sum Stabat,” Edu Riligia 1, no. 4
(2017): 605.
Qur’an dengan tajwid, juga sebagai sarana MA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam
menanamkan karakter tanggung jawab pada peserta didiknya. Karena karakter tanggung
jawab ini bukan karakter yang diturunkan secara genetik dari orang tua, sehingga diperlukan
metode atau cara yang baik dalam menanamkannya.

GAMBARAN LOKASI
Sekolah MA Muhammadiyah 1 Ponorogo merupakan adalah pendidikan formal
didirikan mulai 1940, untuk sekarang sudah berumur mencapai 82 tahun. Sekolah ini
diprakarsai dan diperjuangkan pimpinanan Persyarikatan Muhammadiyah. Pada awalnya
mendirikan “Madrasah Wustha Muhammadiyah” mengalami beberapa kali perubahan
diantaranya pada tahun 1950 menjadi “Perguruan Islam Menengah”. Tahun 1954 menjadi
“Perguruan Guru Agama” (PGA). Selanjutnya pada tahun 1973 dengan adanya peraturan
pemerintah berubah menajdi Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Ponorogo. Sekolah ini
terdapat pada komplek Muhammadiyah Timur Bunderan Ponorogo, dilingkupnya terdapat
MI, MTs, dan MA Muhammadiyah.
MA Muhammadiyah 1 Ponorogo telah mendapat izin pendirian sejak pendirian awal
baik dari Departemen Agama RI dengan Nomor Statistik Madrasah 31.2.35.02.16.267.
dengan status DIAKUI serta sesuai dengan jenjang akreditasi dan tercatat pada Nomor
Identitas Madrasah 31 00 20, serta berakreditas dengan nomor : B/Kw.13.4/MA/342/2005
dengan peringkat B (Baik).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu metode yang


menitikberatkan pada analisis data-data dengan pengamatan (observasi) dan wawancara
secara langsung di lapangan. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
ini bertujan untuk mengambarkan salah satu penerapan program dari MA Muhammadiyah 1
Ponorogo yaitu Islamic Culture & Environment : The Nine Golden Habits (Sembilan
kebiasaan emas) salah satunya adalah program pembiasaan tadarus Al-Quran untuk
menanamkan karakter tanggung jawab bagi setiap siswa. Metode ini dapat memberikan
gambaran dan hasil penelitian dengan cakupan yang luas. Dalam pengumpulan data melalui
wawancara, peneliti melakukan wawancara dengan topik penelitian secara garis besar.
Subyek pada penelitian ini yaitu guru atau pendidik mata pelajran Pendidikan Agama Islam
4
Imam Nawawi, “Keutamaan Membaca Dan Mengkaji Al-Qur’an ‘At-Tibyaan Fii Aadaabi Hamalatil Quran’”
(Konsis Media, n.d.), 3.
dan seluruh siswa di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Teknik analisis penulisan ini
menggunakan teknik milles dan Huberman. Teknik ini menggunakan analisis data terdiri dari
tiga proses yang dapat dilaksanakan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakter berasal dari Bahasa Yunani charassein yang berarti (melukis, menggambar).5
Pendidikan karakter mempunyai arti yang dalam dibandingkan dengan pendidikan moral, hal
tersebut dikarenakan karakter tidak sebatas berhubungan dengan pernyataan benar atau salah,
namun lebih kepada cara menumbuhkembangkan serta menanamkan pembiasaan yang
berkenaan dengan unsur yang bersifat baik dalam keseharian sehingga peserta didik dapat
memiliki kepedulian, kesadaran serta konsisten dalam menerapkannya pada kegiatan sehari-
hari.

Dalam perspektif pemikiran Islam karakter berhubungan dengan iman dan ihsan.
Selaras dengan pernyataan Aristoteles mengemukakakn bahwa karakter memiliki kaitan
dengan pembiasaan yang secara berkesinambungan diimplementasikan.

Menurut Kemdiknas (2010) karakter merupakan watak yang dimiliki seseorang yang
dibentuk dari hasil kebajikan, diyakini dan digunakan untuk landasan cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Sedangkan menurut Lickona (2012) pengertian karakter adalah sifat
alami dalam diri seseorang ketika merespon keadaan yang terjadi secara bermoral. Ahli F.W.
Foerster mengemukakan bahwa karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang
individu.6 Berdasarkan Kemenag Republik Indonesia (2010) menyatakan karakter dapat
diartikan secara keseluruhan karakteristik individu menyatu serta dapat diidentifikasi pada
sikap individu yang bersifat unik.7 Karakter religius yang sesuai berdasarkan pendapat al-
Ghazali yakni karakter manusia yang tidak hanya religius saja, namun juga memerlukan
karakter yag berwawasan. Hal tersebut dapat diketahui dengan karyanya, yang mana al-
Ghazali tidak menolak adanya orang-orang alim akan tetapi orang-orang tersebut termasuk

5
Evinna Cinda Hendriana and Arnold Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui
Keteladanan Dan Pembiasaan,” Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 1, no. 2 (2016): 25–26.
6
Moh Ahsanulkhaq, “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan” 2, no. 1 (2019):
23.
7
Wahyu and Ahmad Sofyan, Pendidikan Karakter, ed. Ersis Warmansyah Abbas, FKIP_Unlam Press, Wahana
Jaya Abadi (Bandung, 2014), 8–9.
golongan yang tidak baik, yang artinya, berilmu namun tidak mengimplementasikan nilai-
nilai islami yang ada. 8

Karakter yang baik adalah karakter yang mulai ditanamkan sejak usia dini. Masa-masa
ini merupakan usia dimana anak mengenal dan mendapat informasi baru kemudian diserap
menjadi stimulus dan respon dalam dirinya. Berawal dengan pembiasaan unusr moral baik
berasal dari orang tua maupun lingkungan sekitar sejak dini. Diperoleh pengalaman-
pengalaman baik yang terekam pada diri individu sejak kecil selanjutnya dapat dengan mudah
dikembangkan dengan baik pada usia sekolah tentunya dengan bimbingan orang tua, guru,
dan masyarakat serta lingkungan sekitar. Tri pusat merupakan sinergi komponen lingkup
keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan unit terkecil dari lingkup masyarakat.
Pada perkembangan diri seorang anak tidak terlepas dari peran penting keluarga apalagi ibu.
Karena anak dibesarkan, dididik dan dibimbing semua berawal dari keluaga. Semua
pengetahuan, pengalaman seorang anak diperoleh pertama kali dari orang tua. Apalagi ibu
adalah orang yang berperan penting di dalam pembentukan kepribadian anak. Pola asuh yang
diberikan ibu kepada anaknya dalam lingkup keluarga sangat mempengaruhi karater yang di
bawa anak nantinya pada proses dalam lingkup sekolah dan bermasyarakat. Dalam lingkup
keluarga biasanya mulai ditanamkan nilai-nilai moral seperti sopan santun, religius, sosial.

Lembaga sekolah memiliki tugas dan peran yang penting pada penanaman karakter
peserta didik. Pendidikan tidak bisa dilihat hanya kegiatan formalitas dalam menyalurkan
ilmu ranah kognitif dari guru kepada siswa namun juga fokus terhadap peningkatan dan
pengembangan ranah afektif dan psikomotorik. Secara garis besar Undang- Undang Sistem
Pendidikan Nasinoal (Sisdiknas) pasal 3 No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berperan dalam menumbuhkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban
bangsa dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa. Dengan adanya dasar tersebut maka
dalam proses penyelenggaraan proses Pendidikan dapat mencerminkan tjuan dan fungsi
sesuai dengan yang tercantum dalam UU Sisdiknas tersebut. Sistem perbaikan moral dari
pendidikan agama sebaiknya diubah dari pengajaran agama kepada pendidikan agama.9

8
Saepuddin, Konsep Pendidikan Karakter Dan Urgensinya Dalam Pembentukan Pribadi Muslim Menurut Imam
Al-Ghazali, ed. Saepuddin and Doni Septian, Antimicrobial Agents and Chemotherapy, vol. 58 (STAIN Sultan
Abdurrahaman Press, 2019), 62,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25246403%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=PMC4249520%0Ahttps://aac.asm.org/content/58/12/7250.
9
Din Muhammad Zakariya, “Implementasi Program Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Oleh Siswa Di SMP
Muhammadiyah 15 Lamongan,” Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam 10, no. 1 (2021): 29.
Peran masyarakat dan lingkungan sekitar juga tak kalah penting dan melengkapi
proses terbentuknya individu dalam kehidupan sosial. Secara tidak langsung peran masyarakat
mendorong individu dalam melakukan interaksi yang sinergi dengan baik antar teman,
maupun kepada orang tua. Disini nilai karakter dan moral yang telah dicontohkan baik pada
lingkup keluarga dan sekolah. Mereka akan tetap diajak untuk mulai menaati dan
menghormati nilai-nilai dan norma yang berlaku dilingkungan sekitar. Pada ranah pendidikan
sendiri tidak terlepas dari pembentukan karakter pada siswa. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana yang diterapkan agar memiliki softskill dan hardskill. 10 Kedepannya peserta
didik dapat menjadi indivu yang intelektual dan berkompeten sebagai aset penerus bangsa
tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter yang telah tertanam sejak dini. Stigma dulu
pendidikan karakter hanya dapat diberikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Namun sebenarnya pendidikan karakter dapat diberikan dan
diselipkan dalam bentuk perbuatan secara tidak langsung maupun secara langsung pada setiap
mata pelajaran apapun. Sebab sejatinya setiap mata pelajaran terdapat pendidikan karakter
yang tersirat di dalamnya.

Pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Kemendikbud dalam upaya membangun


serta menguatkan karakter bangsa dituangkan dalam 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter
di sekolah diantaranya terdapat nilai religius dan tanggung jawa di dalamnya. Menurut
pandangan Thomas Lickona (1991) mengemukakan mengenai pendidikan karakter
merupakan pendidikan yang membangun kepribadian individu dengan pendidikan budi
pekerti. Implementasinya dapat dilihat dalam bentuk tindakan dan perilaku seseorang dalam
menghadapi suatu obyek.11

Sikap religius merupakan salah satu sikap pendidikan karakater yang ditanamkan di
sekolah. Religius sendiri merupakan sikap ketaatan dalam meyakini dan memjalankan ajaran
agama yang dianut. Sikap ini juga termasuk dengan memiliki rasa toleransi kepada
kepercayaan yang orang lain dengan batasan tidak melanggar syariat agama masing-masing,
hidup rukun dan berdampingan. Seorang individu yang menerapkan karakter religus akan
mencerminkan nilai-nilai ajaran agama dengan perkataan, perbuatan yang baik dan sesuai.
Karakter religius memiliki karakteristik yaitu bisa mendasar dan berakar pada kepribadian
seseorang karena berdasarkan syariat agama.12

10
Fella Silkyanti, “Analisis Peran Budaya Sekolah Yang Religius Dalam Pembentukan Karakter Siswa,” Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2, no. 1 (2019): 37.
11
Otib Satibi Hidayat, “Pendidikan Karakter Anak Sesuai Pembelajaran Abad Ke-21” (Edura-UNJ, 2020), 6.
Dari hasil analisis wawancara dan observasi di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
Disana ada sebuah kultur yang dikenal dengan The Nine Golden Habits (Sembilan Kebiasaan
Emas ) didalamnya terdapat beberapa perilaku yang diupayakan untuk dijadikan kebiasaan
siswa dan guru yaitu perilaku menegakkan sholat, puasa sunnah, ZIS (Zakat, Infaq,
Shadaqoh ), adab islami, menumbuhkan budaya baca , tadarus Al-Qur’an, berjamaah,
berorganisasi, dan selalu berfikir positif. dari beberapa perilaku tersebut, kami mengambil
fokus pembahasan tentang pembiasaan siswa untuk tadarus Al-Qur’an sebagai penanaman
karakter tanggung jawab pada diri peserta didik..
Pembiasaan merupakan hal yang tidak terlepas dari pengembangan diri. Metode
pembiasaan adalah aktivitas yang dilaksanakan terus menerus sehingga menjadi terbiasa.
Menurut Ahmad tafsir pembiasaan adalah pengulangan. Sedangkan kegiatan rutin yaitu
kegiatan teratur dilaksanakaan di sekolah ataupun luar sekolah. Kegiatan rutin memiliki
tujuan sebagai pembiasaan peserta didik dalam melakukan semua hal dengan baik. Contoh
dari kegiatan rutin yaitu kegiatan upacara setiap hari senin, senam berolahraga dengan tujuan
menyehatkan badan, beribadah, melakukan pemeriksaan Kesehatan dan sebagainya. Pada
pembiasaan ini secara garis besar berasal dari pengalaman, sementara itu sesuatu yang
dibiasakan adalah yang diterapkan pada keseharian. Namun menanamkan kebiasaan itu sulit
dan memerlukan waktu yang lama.13
Pada pendidikan proses pembiasaan memiliki arti yang penting utamanya
pembentukan pribadi siswa. Hal ini bertujuan agar siswa menerapkan akhlak dan moral yang
sesuai norma dan agama. Karena pembiasaan yang baik akan menumbuhkembangkan nilai
yang positif dalam diri peserta didik sehingga lama kelamaan hal tersebut akan terbiasa
dilakukan serta diamalkan pada keseharian. Disamping itu hal ini membantu peran guru
dalam memberikan penjelasan pada peserta didik yang telah memiliki bekal pemahaman nilai-
nilai agama yang dibiasakan sejak dini. Setiap pengetahuan ataupun pengalaman yang
diperoleh dari pembiasaan sulit untuk diubah dan dihilangkan.
Sikap pembiasaan ini tidak bisa muncul secara instan. Kaitannya dengan
perkembangan siswa, proses pembiasaan relevan dengan teori belajar konvergensi yaitu
kepribadian individu dapat dibentuk dari beberapa faktor diantranya potensi dasar yang
dimiliki dan faktor lingkungan. Dengan melalui berbagai proses pembiasaan dapat terwujud
pada peserta didik ditambah dengan potensi yang dimiliki dari setiap individu yang berbeda-
12
Selly Sonia, Tajuddin Nur, and Yayat Herdiana, “Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Metode
Pembiasaan Di MTS Al- Fathimiyah Karawang,” Jurnal Pendidikan Dasar 6, no. 3 (2022): 706.
13
Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan,” Jurnal Pendidikan Agama
Islam- Ta’lim 1, no. 2 (2017): 55.
beda. Maka akan membentuk individu yang memiliki pembiasaan dengan karakteristik
tersendiri. Ada beberapa bentuk-bentuk pembiasaan diantaranya yaitu kegiatan rutin, kegiatan
spontan, pemberi teladan, kegiatan terprogram.
Pembiasaan atau bisa disebut dengan budaya tadarus Al-Qur’an mempunyai unsur-
unsur yang mempengaruhi seseorang dalam membaca Al-Qur’an diantaranya minat
14
membaca, kemampuan membaca, motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Tadarus Al-Qur’an
berkesinambungan dengan Pendidikan Islam, hal ini disebabkan karena pendidikan Islam
memiliki dampak dan pengaruh yang besar dalam mendukung pembentukan karakter bangsa.
Keutamaan menghafal Al-Qur’an diantaranya adalah landasan awal ketika Rasulullah
menerima Al-Quran dari malaikat Jibril, meneladani Rasulullah SAW, mendapat syafaat pada
15
hari akhir. Tujuan dari program tadarus Al-Quran adalah sebagai internalisasi penanaman
nilai-nilai agama, sikap tanggung jawab serta pembiasaan yang baik untuk melatih dalam
melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Orang beriman yang membaca Al-Quran dan
mengamalkannya akan memiliki fisik jasmani dan ruh yang baik.
Karena pentingnya pembiasaan dalam membentuk karakter peserta didik, pembiasaan
tadarus Al-Qur’an di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo dilaksanakan pada pagi hari sebelum
pembelajaran berlangsung tepatnya pada pukul 07.00-07.40. Seluruh peserta didik berkumpul
menuju masjid untuk melaksanakan ibadah sholat dhuha dan dilanjutkan untuk tadarus dan
hafalan Al-Qur’an. Kegiatan diawali dengan menjalankan ibadah shalat dhuha secara
berjamaah yang dipandu bapak/ibu guru. Selanjutnya dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an
dan murojaah hafalan tiap-tiap siswa. Hafalan Al-Qur’an juga menjadi kebiasaan merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan di MA 1 Muhammadiyah Ponorogo. Tujuannya memeriksa
apakah siswa tersebut sudah lancar bacaanya pada surat-surat sebelumya. Sekolah memiliki
target pada setiap siswa yaitu untuk menghafal juz ke 30 (juz amma). Bagi siswa yang telah
selesai menghafal juz 30 dapat meneruskan hafalannya ke surat dan juz lainnya. Sedangkan
untuk siswa yang belum hafal dalam melanjutkan surat berikutnya maka guru membimbing
dan menganjurkan siswanya untuk murojaah.
Melalui kebiasaan tadarus ini peneliti berpendapat bahwa pembiasaan ini dapat
menumbuhkembangkan karakter tanggung jawab pada diri peserta didik. Tanggung jawab
adalah sikap atau karakter yang perlu ditanamkan di sekolah. Apalagi di era sekarang ini
bahwa seiring dengan perkembangan zaman mulai minim juga nilai-nilai karakter khususnya

14
Sarah Nur Aprianty et al., “Motivasi Guru Pengaruhnya Terhadap Budaya Tadarus Al- Qur ’ an Pada Peserta
Didik ( Penelitian Di Kelas 7 MTs Raudhatul Falah ),” Jurnal Pendidikan Tambusai 6, no. 2 (2022): 14563–70.
15
Dar Ar-Rasa’il, Yakinlah! Menghafal Al-Qur’an Itu Mudah (Jakarta: Digital Publishing, 2018), 6–13.
tanggung jawab dilaksanakan.16 Tanggung jawab merupakan sebuah kemampuan untuk
menjawab dan merespon orang lain berkaitan dengan tingkah laku yang dilakukannya.
Tanggung jawab juga dapat diartikan sebagai kemampuan menjawab untuk apa kita dalam
melakukan sebauh perilaku atau perbuatan . Jika memiliki janji lakukanlah janji itu. Jika kita
melakukan suatu kesalahan, kita harus jujur dengan kesalahan tersebut dan bertanggung
jawab apapun resikonya. Dalam pembiasaan tadarus Al-Qur’an ini dapat secara efektif
membentuk sikap tanggung jawab pada diri peserta didik, sebab kebiasaan merupakan cara
pembinaan karakter yang efektif bagi siswa karena nilai-nilai yang mendarah daging akan
terwujud dalam kehidupan. Tanggung jawab dapat terbentuk dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya seluruh komponen sekolah menjadi contoh teladan dengan dasar etika,
budaya, dan agama.17 Hal ini bida diamato berdasarkan rangkaian kegiatan dalam pembiasaan
tadarus Al-Qur’an di MA Muhammadiyah 1 ponorogo sebagai berikut:
1. Diawali dengan bersuci dahulu sebelum memegang mushaf Al-Qur’an yaitu engan
berwudhu dengan baik
2. Membaca Al-Qur’an sebaiknya dengan memakai pakaian yang sopan dan menutup
aurat bagi peserta didik laki-laki dapat memakai kopyah dan bagi perempuan dapat
memakai mukena dan dianjurkan menghadap kiblat
3. Diawali dengan membaca Ta’awud dan Basmallah sebelum memulai membaca ayat
Al-Qur’an
4. Membaca Al-Qur’an sesuai aturan atau kaidah berdasarkan tajwid, panjang pendek,
makhroj huruf yang benar utamakan jangan tergesa-gesa dalam membaca
5. Maju satu persatu kepada guru pembimbing untuk disimak bacaannya atau setoran
hafalannya.
6. Peserta didik yang belum setor atau maju kepada guru pembimbing tidak boleh
kembali ke kelas terlebih dulu.
Dari hal-hal tersebut peserta didik secara tidak langsung dilatih bertanggung jawab atas
perilakunya, dimulai dari adab membaca Al-Qur’an tanggung jawab dalam berpakaian sopan
serta rapi, tanggung jawab atas bacaan dan hafalannya sesuai kaidah tajwid, dan bertanggung
jawab untuk melakukan pembimbingak kepada guru sebagai syarat diperbolehkan kembali ke
kelas.

16
17
Yoyo Zakaria Ansori, “Menumbuhkan Karakter Hormat Dan Tanggung Jawab Pada Siswa Di Sekolah Dasar,”
Jurnal Educatio 7, no. 3 (2021): 601, https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1120.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terdapat juga peserta didik yang kurang mengikuti
pembiasaan ini dengan baik, dapat dilihat ketika peserta didik membuat beberapa alasan
ketika dipanggil untuk maju membaca Al-Qur’an maupun setoran hafalan kepada guru
pembimbing, atau terkadang ada beberapa peserta didik yang langsung menuju kelas setelah
melaksanakan shalat dhuha tanpa mengikuti tadarus Al-Quran. Beberapa penyimpangan yang
dilakukan peserta didik ini sebenarnya masih bisa dikontrol dan diminimalisir dengan
menegur atau memanggi nama-nama peserta didik yang sering tidak setoran atau muroj’ah
hafalan kepada guru pembimbingnya.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembiasaan tadarus Al-Quran.
Ada faktor pendukung serta penghambat. Faktor pendukung berasal dari diri peserta didik
yaitu memiliki semangat dalam tadarus Al-Qur’an sebab sadar akan keutamaan tadarus bagi
kaum muslim yang berniat untuk beribadah dan beramal sholeh dalam mencari ilmu. Hal ini
dapat dilihat ada beberapa peserta didik MA Muhammadiyah ini dari bacaan dan hafalannya
sudah lebih dari juz 30. Kemudian faktor penghambatnya adalah faktor dari luar seperti
cuaca .Ketika pagi hari hujan turun peserta didik tidak dapat datang ke masjid tepat waktu
sehingga waktu pembiasaan terpotong, dan faktor lainnya ketika guru pembimbing ada yang
berhalangan hadir, maka akan sedikit sulit mengontrol peserta didik untuk kondusif dalam
malakukan tadarus Al-Qur’an, karena aka nada beberapa anak yang langsung masuk ke kelas
tanpa setoran atau muroja’ah kepada guru pembimbingnya. Dengan pelaksanaan pembiasaan
tadarus Al-Qur’an peserta didik diharapkan bisa mengimplementasikan nilai-nilai religius,
khususnya tanggung jawab untuk diamalkan setiap hari agar peserta didik memiliki kesadaran
terhadap tata tertib yang sudah diterapkan, serta perilakunya dalam bertindak dalam
masyarakat nantinya.18

18
Sa’adatul Maulidiah, Anwar Sa’dullah, and Dzulfikar Rodafi, “Internalisasi Nilai Kedisiplinan Melalui
Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Di MA Plus Darul Huda Klepu Sumbermanjing Wetan Kab. Malang,”
Pendidikan Islam 7, no. 7 (2022): 215.
KESIMPULAN

Tanggung jawab peserta didik di MA Muhammadiyah 1 Ponorgo masuk pada kriteria baik
namun perlu adanya evaluasi lebih lanjut. Hal ini didasarkan pada indikator tanggung jawab
yang meliputi tanggung jawab beribadah, mayoritas peserta didik sudah menerapkan
tanggung jawab dalam beribadah dengan baik hal ini diimplementasikan dalam bentuk
pelaksanaan Shiolat Dhuha berjamaah sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.
Tanggung jawab waktu, peserta didik dalam melaksanakan pembiasaan tadarus Al-Qur’an
masuk pada karakteristik cukup. Sebab sebagian peserta didik terkadang datang terlambat
menuju masjid dan ada yang mencoba melarikan diri menuju kelas sengaja belum murojaah
dan tahfidz Al-Qur’an disebabkan karena mereka kebanyakan belum menghafal. Namun juga
terdapat peserta didik yang patuh dan melaksanakan tadarus dengan baik. Tanggung jawab
berpakaian, peserta didik mayoritas telah berpakaian dengan baik dan sopan sesuai dengan
syariat Islam pada saat membaca Al-Qur’an dan beratribut lengkap.Tanggung jawab
pelaksanaan, peserta didik menjalankan kegiatan pembiasaan Al-Qur’an dengan baik hal ini
Pelaksanaan pembiasaan tadarus Al-Qur’an dalam meningkatkan tanggung jawab peserta
didik MA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum jam pembelajaran
dimulai tepatnya pada pukul 07.00-07.40 WIB bertempat di Masjid Darul Aqrom yang diikuti
oleh seluruh peserta didik MA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Dimulai dengan sholat dhuha
berjamaah selanjutnya dilanjutkan dengan Tadarus Al-Qur’an, tahfidz, murojaah dibimbing
dengan guru. Sehingga bacaan Al-Quran yang dilantunkan dapat disimak serta dibimbing jika
siswa terdapat kesalahan dalam membacanya. Hal ini juga membawa dampak baik
diantaranya meningkatkan bacaan dalam melantunkan Al-Qur’an dengan baik sesuai kaidah
tajwid, panjang pendek, makhroj huruf.
Faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan nilai-nilai tanggung jawab dalam
pelaksanaan Tadarus Al-Quran di MA Muhammadiyah 1 Ponorogo.Faktor pendukung
pembiasaan ini disebabkan dari diri individu. Karena peserta didik dan guru saling
mengingatkan satu dengan yang lain untuk bersemangat dalam tadarus. Faktor penghambat
dalam pembiasaan ini faktor eksternal dari peserta didik yaitu cuaca yang tidak menentu,
sebab jika hujan turun pada pagi hari akan memotong waktu pembiasaan ini, serta faktor lain
yang menghambat adalah jika guru pembimbing ada yang berhalangan hadir, yang mana hal
ini menyebabkan sulit mengontrol para peserta didik yang ada ketika pembiasaan ini
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahsanulkhaq, Moh. “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode
Pembiasaan” 2, no. 1 (2019).
Ansori, Yoyo Zakaria. “Menumbuhkan Karakter Hormat Dan Tanggung Jawab Pada Siswa Di
Sekolah Dasar.” Jurnal Educatio 7, no. 3 (2021): 599–605.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1120.
Aprianty, Sarah Nur, Indry Nirma, Yunizul Pesha, M Kholil Nawawi, Fakultas Agama, Islam
Pendidikan, Agama Islam, and Universitas Ibn Khaldun. “Motivasi Guru Pengaruhnya
Terhadap Budaya Tadarus Al- Qur ’ an Pada Peserta Didik ( Penelitian Di Kelas 7 MTs
Raudhatul Falah ).” Jurnal Pendidikan Tambusai 6, no. 2 (2022): 14563–70.
Ar-Rasa’il, Dar. Yakinlah! Menghafal Al-Qur’an Itu Mudah. Jakarta: Digital Publishing,
2018.
Hendriana, Evinna Cinda, and Arnold Jacobus. “Implementasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan.” Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 1,
no. 2 (2016): 25–29.
Hidayat, Otib Satibi. “Pendidikan Karakter Anak Sesuai Pembelajaran Abad Ke-21.” Edura-
UNJ, 2020.
Ishak, Muhammad, Syafaruddin, and Masganti Sit. “Pelaksanaan Program Tilawah Al-Qur’an
Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Di MAS Al Ma’sum
Stabat.” Edu Riligia 1, no. 4 (2017): 602–18.
Manan, Syaepul. “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan.” Jurnal
Pendidikan Agama Islam- Ta’lim 1, no. 2 (2017): 49–65.
Maulidiah, Sa’adatul, Anwar Sa’dullah, and Dzulfikar Rodafi. “Internalisasi Nilai
Kedisiplinan Melalui Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Di MA Plus Darul Huda Klepu
Sumbermanjing Wetan Kab. Malang.” Pendidikan Islam 7, no. 7 (2022).
Nahrowi, Firman, Ali Maulida, and M Hidayat Ginanjar. “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan
Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Melalui
Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Di SDN KotaBatu 08 Tahun Ajaran 2017-2018 Di
Kecamatan Ciomas Bogor.” Prosding Al Hidayah Pendidikan Agama Islam, no. 3
(2018): 192–207.
Nawawi, Imam. “Keutamaan Membaca Dan Mengkaji Al-Qur’an ‘At-Tibyaan Fii Aadaabi
Hamalatil Quran.’” Konsis Media, n.d.
Saepuddin. Konsep Pendidikan Karakter Dan Urgensinya Dalam Pembentukan Pribadi
Muslim Menurut Imam Al-Ghazali. Edited by Saepuddin and Doni Septian.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy. Vol. 58. STAIN Sultan Abdurrahaman Press,
2019.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25246403%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC4249520%0Ahttps://aac.asm.org/content/58/12/7250.
Silkyanti, Fella. “Analisis Peran Budaya Sekolah Yang Religius Dalam Pembentukan
Karakter Siswa.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2, no. 1 (2019): 36–42.
Sonia, Selly, Tajuddin Nur, and Yayat Herdiana. “Pembentukan Karakter Religius Siswa
Melalui Metode Pembiasaan Di MTS Al- Fathimiyah Karawang.” Jurnal Pendidikan
Dasar 6, no. 3 (2022): 702–13.
Syarifah, Nur Azizah, Tajudin Nur, and Yayat Herdiyana. “Implementasi Pembiasaan Tadarus
Al-Qur’an Untuk Menanamkan Nilai-Nilai Keagamaan Pada Siswa Di MTs Al-Imaroh
Cikarang Barat.” Fondatia: Jurnal Pendidikan Dasar 6 (2022): 691–701.
https://doi.org/https://doi.org/10.36088/fondatia.v6i3.2047.
Wahyu, and Ahmad Sofyan. Pendidikan Karakter. Edited by Ersis Warmansyah Abbas.
FKIP_Unlam Press, Wahana Jaya Abadi. Bandung, 2014.
Zakariya, Din Muhammad. “Implementasi Program Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Oleh
Siswa Di SMP Muhammadiyah 15 Lamongan.” Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam 10,
no. 1 (2021): 28–38.

Anda mungkin juga menyukai