Anda di halaman 1dari 15

MEMBANGUN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER

DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONOROGO

Fadea Rofifa Yumna Amallia dan Salma Alviatun Ni’mah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Email: Agustricahyo8@gmail.com

fadeaamallia@gmail.com alviatunsalma@gmail.com

ABSTRAK
Di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk
memperkuat karakter siswa. Latihan ekstrakurikuler adalah latihan non akademik yang
dilakukan di luar kelas. Kegiatan ini berdampak positif dan negatif terhadap kesehatan
mental dan fisik siswa serta kemampuan dan minat siswa tersebut, khususnya SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo. Kajian pengembangan karakter siswa SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo meliputi berbagai kegiatan seperti Hisbul Wathan, Fulsal dan PMR. Karakter
siswa dibentuk oleh PMR dan Pramuka melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler sehingga
mampu menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, disiplin dan suka menolong. SMA
Muhammadiyah 1 Dampak sosial kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan karakter
siswa Ponorogo memiliki dua konsekuensi. Konsekuensi positif dari pembentukan jiwa sosial
dan keterampilan interpersonal siswa, dan konsekuensi yang tidak menguntungkan dari siswa
yang tertinggal dalam kegiatan ekstrakurikuler. subjek mereka. Persaingan dalam aktivitas
dan kegiatan dengan orang tua tidak bisa dihindari.
Kata Kunci: Ekstrakulikuler, Siswa dan Pembentukkan Karakter
ABSTRACT
At Muhammadiyah 1 Ponorogo High School, extracurricular activities aim to build
character in students. Extracurricular exercises are non-scholarly exercises that happen
outside the study hall. This activity has both positive and negative effects on the mental and
physical characteristics of students as well as the skills and interests of those students,
particularly Muhammadiyah 1 Ponorogo High School students. The study's findings
regarding the character development of Muhammadiyah 1 Ponorogo High School students
include a variety of activities, such as hisbul wathan, fulsal, and PMR, among others.
Students' character can be shaped by PMR and scouts through a variety of extracurricular
activities to become more responsible, disciplined, and helpful. The social effect of
extracurricular exercises on understudy character improvement at SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo has two results, specifically sure outcomes that can shape the social soul and
relational abilities of understudies, and unfortunate results when understudies partake in
extracurricular exercises lingering behind in their subjects. Competition in activities and in
activities with parents cannot help.
Keywords: Extracurricular, Student dan Character Building
A. PENDAHULUAN

Kegiatan pengayaan dan penunjang yang berkaitan dengan kurikulum dan program
dalam kurikulum disebut sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Mahasiswa yang tertarik untuk
mengikuti kegiatan tersebut dapat menggunakan kegiatan ini sebagai wadah. Kegiatan
ekstrakurikuler dapat membantu siswa mengembangkan sikap positif terhadap kegiatan yang
mereka ikuti ketika mereka dibimbing dan dibimbing oleh guru. Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Menumbuhkan Pemahaman. Siswa berpartisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler di dalam dan di luar kampus untuk tumbuh dan belajar. Perbaikan
diri dapat dicapai dengan mendorong tumbuhnya sikap dan nilai serta memperluas
pengetahuan seseorang1.

Siswa membutuhkan kegiatan ekstrakurikuler untuk mencapai potensi penuh mereka


dan ingin meningkatkan reputasi sekolah dengan prestasi mereka, terutama yang non-
akademik. Situasi aktual menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidak merata, tidak
mendapat perhatian yang besar, dan mudah diremehkan. Sebagai akibat dari kurangnya
dukungan yang memadai untuk pendanaan, perencanaan, dan pelaksanaan, serta perannya
dalam penilaian keberhasilan siswa, sekolah terus diremehkan. Selain itu, kecerdasan manusia
tidak hanya dapat diukur dari segi kecerdasannya saja, tetapi juga dari segi emosi, kreativitas,
dan keyakinan agama. Pencapaian kecerdasan logis dan matematis adalah satu-satunya tujuan
yang dihargai oleh sekolah. padahal anak-anak memiliki berbagai macam potensi dan
dimungkinkan untuk meningkatkan kecerdasan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Hasilnya, siswa yang memahami dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler dengan baik
akan menjadi kreatif, inovatif, dan beradab. Kegiatan ekstrakurikuler adalah cara untuk
membantu siswa mempraktikkan pengetahuan yang telah mereka peroleh di kelas dengan
mempraktikkannya dalam situasi dunia nyata.2007: Wahjosumidjo256) Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diikuti oleh peserta didik baik di dalam maupun di luar
sekolah untuk memperluas pengetahuan, memahami hubungan antar mata pelajaran,
pembinaan bakat dan minat, serta berupaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, keteladanan akhlak
mulia, dan budi pekerti luhur lainnya sehingga dapat diketahui bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang berlangsung di luar kelas dan dapat

1
Risnawati, “Ekstrakurikuler Sebagai Ruang Pembentukan Karakter Siswa Di Smp Negeri 3 Bantaeng”.
dilakukan di dalam atau di luar sekolah untuk membantu peserta didik mengembangkan bakat
dan minatnya.2

Keinginan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam berbagai mata
pelajaran yang kelak akan berguna bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat
dipenuhi dengan kegiatan ekstrakurikuler, melalui pengalaman yang ada, kegiatan
ekstrakurikuler akan menumbuhkan minat baru dan menanamkan tanggung jawab.

Pengembangan karakter siswa merupakan inti dari pertumbuhan kegiatan


ekstrakurikuler. Oleh karena itu, tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler adalah pengembangan
karakter kepribadian yang matang. Dia tahu bagaimana mengembangkan keterampilan dan
minatnya, menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, kritis, berani menantang hal-hal
positif, menjaga lingkungan dan berpartisipasi dalam kegiatan spiritual dan keagamaan.
Setiap sekolah karakter dalam gambar harus memiliki kesempatan untuk menjadi orang yang
berbudi luhur dan berilmu, yang memiliki semangat besar untuk negara. Agar siswa dapat
belajar secara efektif tentang karakter dalam cerita, mereka harus diajarkan dasar-dasarnya.3

Alhasil, aktivitas ekstrakurikuler berbasis sekolah juga diharapkan. Melalui aktivitas


ekstrakurikuler yang dipilih murid dari kemampuan, minat, atau individualitas dan planning
mereka buat masa depan. Meskipun pendidikan karakter dasar dapat diajarkan pada rumah,
tetapi wajib diajarkan pada sekolah. Karakter anak dibina melalui pendidikan, dan keluarga
mereka menaruh pendidikan karakter yang sangat baik. Meskipun pengajar sudah
mengajarkan kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kesalehan, toleransi, dan sifat-sifat lain yg
diharapkan pada murid, akan sulit buat menaikkan taraf pendidikan karakter anak bila
pembentukan karakter anak buruk.

Dalam hal ini, sekolah harus mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang akan berdampak positif bagi siswa atau menanamkan nilai-nilai karakter
pada mereka. Setiap sekolah memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang hampir sama. Dari
sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), OSIS merupakan kegiatan
ekstrakurikuler wajib. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler pilihan seperti PMR, Pramuka,

2
Munzahri, “Pengembangan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SLTA Kota Banda Aceh”.
3
Risnawati, “Ekstrakurikuler Sebagai Ruang Pembentukan Karakter Siswa Di Smp Negeri 3 Bantaeng”.
basket, Karya Ilmiah Remaja (KIR), dan Rohis. Jadi, bagaimana sekolah membagi waktu
yang dihabiskan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut?4

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo berfungsi


sebagai wadah pengembangan karakter, dan guru berperan penting dalam membentuk
kepribadian siswa, siswa dapat belajar kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan
kerja sama kelompok melalui pembentukan karakter ekstrakurikuler.

B. METODE PENELITIAN

4
Leny Sri Wahyuni, “Peran Strategis Kegiatan Ekstrakulikuler Dalam Penguatan Pendidikan Karakter
SMKN 1 Talaga, Majalengka, Jawa Barat”.
Penulis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptif. Rumusan
masalah yang mengarahkan penelitian kualitatif deskriptif adalah rumusan masalah yang
mengeksplorasi atau menggambarkan situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas,
dan mendalam. Para partisipan dalam penelitian dan perasaan serta persepsi mereka diberi
suara dalam penelitian kualitatif, yang berfokus pada fenomena sosial. Metodologi subjektif
ini bermaksud untuk mendapatkan data secara total tentang" Membangun Karakter Siswa
Melalui Ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo".

Dengan kata lain, penelitian ini menuturkan dan menafsirkan data yang ada, seperti
informasi tentang pengalaman, hubungan, kegiatan, pandangan, dan sikap, atau tentang suatu
proses yang sedang berlangsung, pengaruh-pengaruh yang sedang bekerja, kelainan-kelainan
yang muncul, kecenderungan, dan sebagainya. Metode deskriptif mencakup lebih dari sekedar
pengumpulan dan penyusunan data; metode ini juga mencakup analisis data dan interpretasi
makna.5

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut dari hasil wawancara dengan Bapak Sugeng salah satu guru dari SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo, pengertian dari pendidikan karakter adalah salah satu rangkaian
proses pembinaan siswa dalam membentuk kepribadian siswa dan kepribadian tidak dibentuk
hanya dengan ceramah-ceramah tapi harus dengan praktek di lapangan atau secara langsung.

Suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan,


kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan, sehingga
menjadi insan kamil disebut sebagai pendidikan karakter (Ratna Megawani, 2010:23).6

Ada sembilan pilar karakter dasar dalam pendidikan karakter di Indonesia, yaitu: 1)
cinta Tuhan, alam semesta, dan seisinya; 2) disiplin diri, tanggung jawab, dan kemandirian; 3)
ketulusan hati; 4) sopan santun dan rasa hormat; 5) empati, perhatian, dan kerja sama; 6)

5
Marcella Nurul Anisa, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7286-
7291ISSN: 2614-3097 (online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021 Jurnal Pendidikan Tambusai7286 “Peran
Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Karakter Kewarganegaraan Siswa di Sekolah” ProgramStudi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.
6
A. Mustika Abidin, “Penerapan Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Metode
Pembiasaan” h.187
percaya diri, daya cipta, dedikasi, dan ketekunan; 7) kepemimpinan dan keadilan; 8) kasih
sayang dan kerendahan hati, dan 9) toleransi, cinta damai, dan persatuan.7

Kesembilan pilar yang diuraikan di atas cenderung menekankan pada pengembangan


karakter moral sebagai hasil dari keyakinan agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Keempat sumber tersebut, melahirkan delapan belas nilai kepribadian dan budaya
masyarakat yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan rencana pembelajaran pendidikan 2013.
Di antara nilai- nilai karakter tersebut adalah Kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dan
tanggung jawab yang merupakan nilai- nilai religius.8

Menurut Jamal Ma'mur Asmani (2011), moralitas adalah keadaan pikiran, perasaan,
perkataan, dan tindakan manusia yang berhubungan dengan nilai positif dan negatif. Simon
Philips mengatakan bahwa karakter adalah sistem nilai yang mengarah pada pemikiran, sikap,
dan perilaku yang ditampilkan (Masnur Muslich, 2011).9

Pendidikan karakter lebih dari sekedar mengajarkan karakter yang baik dan nilai yang
baik. Pendidikan karakter juga mengajarkan kepada siswa bagaimana nilai-nilai karakter yang
baik dapat diinternalisasikan melalui kegiatan dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari
sehingga siswa mengembangkan kebiasaan yang baik. Menurut Noeng Muhadjir dan Burhan
Nurgiantoro (2011:14), dari sudut pandang filosofis, pembentukan karakter dipandang
sebagai kumpulan karakteristik psikologis individu yang memengaruhi kemampuan dan
watak pribadi terhadap tindakan moral.10.

Pendidikan karakter sangat menarik untuk dikaji karena menitikberatkan pada


pengembangan karakter siswa dan berperan signifikan dalam sistem pendidikan. "Kurikulum
2013 berorientasi pada pengembangan pendidikan karakter yang secara tematik integratif
melalui pembudayaan, pengembangan, dan kegiatan ekstrakurikuler yang berlaku di sekolah
untuk menangkis pengaruh negatif dari luar," demikian menurut penelitian Kaimuddin
tentang implementasi pendidikan karakter.11

7
Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hh. 48-49
8
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi (Jakarta: Kencana, 2014), h. 83.
9
Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai) h. 123
10
Eny Winaryati, “Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa” h. 25
11
Kaimuddin, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013 (Jurnal IAIN Samarinda: Dinamika Ilmu,
2014), h. 58
Karena sistem penilaian tidak membangun karakter secara sistematis, dan
menyeluruh, hanya anak bertujuan untuk mencapai nilai tertinggi. Di sisi lain, anak kembali
ke lingkungan alamiahnya, sehingga penguatan pendidikan karakter tidak dapat dilakukan
secara penuh di ruang terbatas (ruang belajar), sehingga kegiatan ekstrakurikuler dapat
dijadikan pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan pendidikan karakter.

Untuk mempersiapkan siswa untuk masa depan mereka, sangat penting bahwa nilai-
nilai moral ditanamkan di sekolah-sekolah. Hal ini sesuai dengan Arthur dan yang lainnya,
bahwa "karakter dapat dan harus diajarkan di sekolah-sekolah, karena karakter dan ketahanan
sangat penting untuk pendidikan yang menyeluruh dan persiapan karir yang baik." Untuk
memberikan persiapan yang baik, karakter harus ditekankan dalam pendidikan, termasuk:
memiliki moral dan etika yang baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

Siswa yang berkarakter akan mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan atau
norma-norma yang ada di lingkungan terdekatnya. Siswa akan mampu menunjukkan
kesopanan, tanggung jawab, dan menjunjung tinggi kearifan daerah dalam hal ini, sebaliknya
ketika siswa kurang memiliki nilai moral dan pengetahuan, mereka lebih cenderung
terpengaruh oleh aspek-aspek negatif di lingkungannya, seperti: perilaku yang tidak sopan,
tutur kata yang kasar, membolos, dan bahkan terpengaruh untuk mengonsumsi narkoba yang
berdampak negatif, seperti yang terjadi akhir-akhir ini.

Supaya tidak terjadi hal-hal yang buruk terhadap moral siswa, sekolah memiliki
banyak kekuatan dan pengaruh terhadap bagaimana pendidikan karakter diterapkan di sekolah
mereka, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, nilai-nilai moral dapat ditanamkan dengan
cara memperkenalkan dan memperoleh pengetahuan tentang nilai-nilai, menjelaskan
pentingnya mempraktekkan nilai-nilai tersebut setiap hari, menanamkan komitmen untuk
melakukannya melalui tindakan.

Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah upaya, proses, atau sistem penanaman
nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan, sesuai dengan beberapa definisi tersebut di atas.

2. Pengertian Ekstrakulikuler

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014


tentang Kegiatan Ekstrakurikuler, 2014, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diikuti
peserta didik di luar jam pelajaran di bawah arahan dan pengawasan satuan pendidikan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja
sama, dan kemandirian peserta didik untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.12

Dua kata "ekstra" dan "kurikuler", yang digabungkan ke dalam kata "ekstrakurikuler",
membentuk istilah "ekstrakurikuler." Dalam bahasa Inggris, ini disebut extracurricular dan
menyiratkan di luar rencana contoh.13 Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang
dilaksanakan diluar kelas atau diluar jam belajar mengajar dimana untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi siswa atau peserta didiknya baik pada ilmu pengetahuan dan potensi
minat dan bakat dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang diwajibkan ataupun pilihan.
Ekstrakulikuler ini memiliki fungsi untuk menaikkan derajat sekolah dalam persaingan
sekolah-sekolah lain. Selain itu ekstrakulikuler juga memilki fungsi sebagai wadah untuk
peserta didik atau siswa berdasarkan minat, bakat, dan potensi diluar program kurikuler.

Dengan harapan program ekstrakurikuler dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan,


maka perlu adanya berbagai petunjuk dan pedoman tentang materi dan kegiatan dalam rangka
membantu pelaksanaannya. Perlu adanya informasi yang jelas tentang pengertian, tujuan,
hasil yang diharapkan, peranan, dan hambatan yang selama ini ada agar pelaksanaan program
ekstrakurikuler dapat mencapai hasil yang baik dalam membantu program kurikuler serta
upaya pembinaan dan pengembangan nilai-nilai kepribadian. Dengan adanya informasi
tersebut diharapkan para pembina, pendidik, kepala sekolah, guru, siswa, dan pihak-pihak
yang terkait dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan
tujuan.

Menurut Pak Sugeng, dengan ekstrakurikuler yang begitu banyak ini memberikan
keleluasaan dan juga memfasilitasi siswa yang lebih luas agar mereka bisa berkembang ketika
salah satu ekstra, tentunya didalamnya ada pengurus. Siswa akan masuk di kepengurusan
ekstrakurikuler masing- masing. Dengan mengurusi itu mereka belajar berorganisasi
kemudian menghadapi masalah belajar. Bagaimana dia berhubungan dengan orang lain,
masalah yang dihadapi, dan sebagainya. Disitulah membutuhkan peran karakter dan itu akan
terbentuk secara alami.

12
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 Tentang “Kegiatan
Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia”.
13
John M. Echols dan Hassan Shadily, “Kamus Inggris Indonesia; An English-Indonesian Dictionary (Cet. XX;
Jakarta: PT. Gramedia, 1992)”, h. 227.
Siswa juga harus memperhatikan ketertiban dan kedisiplinan. Perilaku siswa ketika
berhubungan dengan kepala sekolah dengan guru yang lain sangatlah penting. Dengan tetap
menghormati dan menghargai satu sama lain adalah salah satu bentuk pengembangan karakter
siswa melalui ekstrakulikuler di sekolah. Dengan mentaati peraturan yang ada di sekolah
maupun di setiap ekstrakulikuler yang berbeda, siswa harus saling menghormati.

Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk membantu siswa memperluas dan
memperdalam pengetahuan mereka, memahami hubungan antara mata pelajaran yang
berbeda, menggunakan keterampilan dan minat mereka, dan mendukung upaya
pengembangan keseluruhan:

1. Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Sifat mulia

3. Adanya pengetahuan dan keterampilan

4. Sehat jasmani dan rohani

5. Kepribadian yang kuat dan mandiri

6. Merasakan tanggung jawab sosial dan kebangsaan14.

Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk memperkuat pendidikan


kepribadian dan lebih baik menghubungkan pengetahuan berbasis kurikulum dengan keadaan
dan persyaratan dunia nyata.

Oleh karena itu, kegiatan yang berlangsung di luar jam pelajaran wajib disebut sebagai
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan siswa, mengenal keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, memberikan
kebebasan kepada siswa untuk memilih kegiatan sesuai dengan bakat dan minatnya, serta
memperkaya dan memperluas wawasan, khususnya dengan memperluas cakrawala
pengetahuan siswa dan mendorong tumbuhnya sikap atau nilai-nilai positif.

3. Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMA


Muhammadiyah 1 Ponorogo

14
Ria Yuni Lestari, “Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Mengembangkan Watak Kewarganegaraan Peserta
Didik” (Diterima 08 November 2016; direvisi 29 Desember 2016; disetujui 30 Desember 2016)
Ada banyak sekali ekstrakulikuler yang menampung minat bakat siswa di SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo, diantara lain ada Rohani Islam, Pecinta Alam, Pramuka, Music,
Tari, Teater, Paduan Suara, Olahraga, PMR, Multimedia, Tapak Suci, Conversation, Jujitsu,
Music Reyog, Karawitan, Qiro’ah, Marchingband, Robotika, Jurnalistik, dan KIR.

Banyaknya organisasi yang berdampingan dan saling berhubungan di sekolah,


membuat siswa menumbuhkan rasa menghormati dan toleransi yang tinggi. Apalagi jika
menggunakan satu tempat untuk 2 organisasi secara bersamaan. Mereka akan berfikir
bagaimana kedua acara tersebut dapat terlaksana tanpa mengganggu acara di organisasi
lainnya. Dengan adanya permassalahan seperti itu mereka akan berfikir kritis dan membentuk
pendidikan karakter yang baik dalam berorganisasi.

Menurut Oteng Sutisna, ada beberapa macam kegiatan ekstrakurikuler, antara lain:

a) Organisasi siswa di seluruh sekolah;

b) Organisasi kelas dan organisasi di tingkat kelas;

c. Kelompok kesenian, tari, band, karawitan dan nyanyian; yaitu klub hobi, fotografi,
jurnalisme;

e. Pidato dan drama;

f. Klub tematik (klub IPA, Sosiologi, dll);

G. Koran sekolah (koran sekolah, buku tahunan sekolah);

h) Olahraga atletik, Organisasi dan kolaborasi yang disponsori seperti pramuka15.

1. Kegiatan Sosial
Menurut pengamatan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo ini organisasi yang
mengandung kegiatan sosial adalah seperti Pecinta Alam (Simpala), PMR, dan
Pramuka (Hizbul Wathan). Organisasi ini berfokus pada bagaimana cara berinteraksi
dengan orang banyak yang ada diluar sekolah, bagaimana cara memperlakukan
manusia satu dengan yang lain.

15
Rusmiaty,” Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Man Pinrang” h. 12-13
2. Kegiatan Olahraga
Ada banyak sekali ekstrakulikuler yang menaungi kegiatan olahraga disebut
dengan GASEMA MUHIPO, salah satunya adalah Futsal, Basket, Badminton, Tapak
Suci, dan Volly. Kegiatan seperti ini membuat siswa menjadi bersemangat, aktif,
tanggap, dan sehat dalam jasmani. Kegiatan olahraga juga dapat berfungsi untuk
effective model untuk melatih kecakapan hidup.

3. Kegiatan Seni
Di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo juga tidak tertinggal dengan
ekstrakulikuler tentang kesenian disekolah. Ada beberapa organisasi yang menaungi
dalam seni yaitu Teater Topeng, Music, Paduan Suara, Karawitan, Multimedia
(Muhipotrait), Robotika, Marchingband (Gita Surya Nada), dan Music Reyog (Taruno
Suryo). Di sekolah ini tidak hanya mengedepankan keagamaan, namun dalam
kesenian juga mengikuti perkembangan zaman.

4. Kegiatan Akademik
Ekstrakulikuler yang focus dalam bidang akademik juga tidak ketinggaalan,
yaitu Conversation, dan Jurnalistik (M-One Journalism). Conversation berfokus pada
mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu percakapan antara dua orang atau lebih. Dan
jurnalistik itu Secara bahasa (Indonesia), jurnalistik adalah hal yang menyangkut
kewartawanan dan persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan
pemberitaan dan persuratkabaran (KBBI).16

5. Kegiatan Keagamaan
Untuk kegiatan keagamaan, di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo menaungi
beberapa ekstrakulikuler, yaitu Qiro’ah, Rohani Islam, dan Tahfidz Qur’an. Untuk
Tahfidz Qur’an di sekolah ini mengkhususkan muridnya di kelas yang berbeda.

4. Dampak Positive dan Negatif Mengikuti Ekstrakulikuler di Sekolah

Menurut wawancara dengan salah satu siswa yang ada di SMA Muhammadiyah 1
Ponorogo, untuk dampak positif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah adalah:

a. Membentuk karakter

16
b. Melatih bersosial

c. Mengasah bakat dan minat siswa

d. Meningkatkan prestasi

e. Sebagai refreshing siswa

f. menambah teman dan relasi baru

g. Memiliki banyak pengalaman dan cerita mengikuti organisasi

h. Melatih kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab

Untuk dampak negative dari mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah adalah:

a. Kesulitan untuk membagi waktu

b. Tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar karena adanya lomba

c. Dimarahi orang tua

d. Banyak mengeluarkan uang

e. Pulang terlambat

5. Perubahan Karakter Siswa yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler di SMA


Muhammadiyah 1 Ponorogo

Kegiatan ekstrakulikuler yang dilakukan di sekolah ini cukup terbukti untuk


memberikan perubahan yang signifikan terhadap karakter dari siswa yang mengikuti kegiatan
tersebut. Salah satu contoh perubahan karakter yang menonjol dari siswa setelah mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler yakni pada salah satu ekstrakulikuler kegiatan seni Paduan Suara.

Melalui hasil observasi dan wawancara kepada salah satu siswa yang mengikuti kegiatan
seni yaitu Paduan Suara di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, kegiatan ini dapat membangun
karakter siswa seperti aktif dan disiplin dalam latihan, menghormati pelatih dan menaati
peraturan yang ditetapkan di Paduan Suara, bekerjasama dalam tim, serta menumbuhkan rasa
percaya diri didalam setiap individu siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler individu atau kelompok merupakan mayoritas kegiatan


ekstrakurikuler SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, menurut pengamatan, bakat dan
kemampuan individu siswa dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan bakat
dan kemampuan kolektif mereka dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Untuk
kegiatan kelompok siswa akan terbentuk karakter yang baik, seperti saling menolong, peka
terhadap sekitar, toleransi, dan bekerja sama dalam satu tim. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan
keterampilan kewarganegaraan siswa.

Banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler menandakan bahwa


kecerdasan seorang siswa tidak hanya dilihat dari segi akademik, namun juga non-akademik.
Dengan akademik yang mencapai batas KKM bukan berarti kurang dalam bidang lain. Maka
dari itu tujuan sekolah harus mengadakan ekstrakulikuler di setiap sekolah adalah untuk
mencari tahu siswa yang unggul dalam bidang non-akademik dan mewadahi minat bakat
siswa.

Dengan demikian, mereka akan terbentuk sendiri jadi ketika menjadi pengurus
ekstrakurikuler. Setiap ekstrakulikuler pasti mengadakan event, misalkan ekstrakurikuler
badminton. Maka ketika dia akan mengikuti lomba dan harus berproses membuat proposal
kemudian mengajukan ke pembinanya, mengajukan ke waka kesiswaan, kemudian disetujui
oleh kepala sekolah. Dalam proses seperti itu maka nanti karakter itu akan terbentuk, jadi
pembentukannya tidak melalui kegiatan tersendiri, tapi akan terbentuk dengan sendirinya.

Dengan adanya dampak positif dan negative siswa terhadap mengikuti ekstrakulikuler
juga sangat berpengaruh terhadap karakter setiap siswa. Bagaimana cara mereka menghadapi
situasi yang tidak mereka inginkan, seperti izin orang tua dan sebagainya. Itu akan melatih
siswa menjadi karakter yang jujur dan bertanggung jawab.

D. KESIMPULAN

Menurut hasil wawancara dengan Pak Sugeng, salah satu guru SMA Muhammadiyah
1 Ponorogo, konsep pendidikan karakter merupakan salah satu rangkaian proses
pengembangan yang membentuk karakter seorang siswa. Itu hanya terbentuk melalui
ceramah, tetapi harus dipraktekkan di lapangan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan,


dan Teknologi No. 62 Tahun 2014, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diikuti oleh
siswa di luar kelas di bawah arahan dan pengawasan satuan pendidikan mereka. Menurut Pak
Sugeng, banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler yang sifatnya fleksibel dan mendorong
tumbuh kembang siswa lebih luas. Siswa masuk ke manajemen ekstrakurikuler mereka
sendiri. Tindakan ini diharapkan dapat memperluas dan meningkatkan informasi siswa,
mengetahui hubungan antara berbagai mata pelajaran, memberikan kemampuan beradaptasi
kepada siswa untuk memilih latihan sesuai bakat dan minat mereka, untuk membina diri
mereka sendiri melalui pengajaran.

. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler yang


disesuaikan dengan bakat siswa seperti Rohani Islam, Pecinta Alam, Pramuka, Music, Tari,
Teater, Paduan Suara, Olahraga, PMR, Multimedia, Tapak Suci, Conversation, Jujitsu, Music
Reyog, Karawitan, Qiro’ah, Marchingband, Robotika, Jurnalistik, dan KIR.

Bentuk kegiatannya ada Kegiatan Keagamaan, Kegiatan Sosial, Kegiatan Olahraga,


Kegiatan Akademik, dan Kegiatan Seni. Hal ini berdasarkan pengamatan: kegiatan
ekstrakurikuler individu atau kelompok membentuk kegiatan ekstrakurikuler di SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo.bakat dan kemampuan individu siswa dikembangkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan bakat dan kemampuan kolektif mereka dikembangkan
melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Dampak positif mengikuti ekstrakulikuler di sekolah yaitu membentuk karakter,


melatih bersosial,mengasah bakat dan minat siswa, meningkatkan prestasi, sebagai refreshing
siswa, menambah teman dan relasi baru, melatih kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab,
dan yang terakhir adalah menambah pengalaman dan cerita. Untuk dampak negative
mengikuti ekstrakulikuler yaitu kesulitan untuk membagi waktu tidak mengikuti kegiatan
belajar mengajar karena adanya lomba, dimarahi orang tua, banyak mengeluarkan uang, dan
pulang terlambat.

DAFTAR PUSTAKA

A. Mustika Abidin, “Penerapan Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui


Metode Pembiasaan” h.187

Eny Winaryati, “Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa” h. 25

James Arthur, et al., Character Education In UK School (Birmingham: University of


Birmingham, 2014), h. 8

John M. Echols dan Hassan Shadily, “Kamus Inggris Indonesia; An English-Indonesian


Dictionary (Cet. XX; Jakarta: PT. Gramedia, 1992)”, h. 227.]
Kaimuddin, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013 (Jurnal IAIN
Samarinda: Dinamika Ilmu, 2014), h. 58

Leny Sri Wahyuni, “Peran Strategis Kegiatan Ekstrakulikuler Dalam Penguatan Pendidikan
Karakter SMKN 1 Talaga, Majalengka, Jawa Barat”.

Marcella Nurul Anisa, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari ISSN: 2614-6754
(print) Halaman 7286-7291ISSN: 2614-3097 (online) Volume 5 Nomor 3 Tahun
2021 Jurnal Pendidikan Tambusai 7286 “Peran Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan
Karakter Kewarganegaraan Siswa di Sekolah” Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia.

Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi (Jakarta:


Kencana, 2014), h. 83.

Munzahri, “Pengembangan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SLTA Kota


Banda Aceh”.

Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012),


hh. 48-49

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
“Pembinaan Kesiswaan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Pendidikan
Nasional”.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014
Tentang “Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia”.

Ria Yuni Lestari, “Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Mengembangkan Watak


Kewarganegaraan Peserta Didik” (Diterima 08 November 2016; direvisi 29
Desember 2016; disetujui 30 Desember 2016)

Risnawati, “Ekstrakurikuler Sebagai Ruang Pembentukan Karakter Siswa Di Smp Negeri 3


Bantaeng”.
Rusmiaty,” Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Man
Pinrang” h. 12-13
Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai) Jurnal Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1,
Januari-Juni 2016 h. 123

Anda mungkin juga menyukai