Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

AKHLAK PESERTA DIDIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Proposal Skripsi Metodologi Penelitian
Pendidikan pada Prodi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Dan Keguruan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Majene

OLEH :

ZULFA SAHRO (10156121044)

MAGFIRAWATI (10156121047)

ZUL FAHMI (10156121045)

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDKAN AGAMA ISLAM

SSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi perkembangan dan


pertumbuhan peserta didik, karena pendidikan agama Islam memiliki dua aspek
penting. Aspek pertama dari pendidikan agama Islam ialah ditujukan kepada
pengembangan jiwa dan kepribadian. Peserta didik ditanamkan kesadaran akan
keberadaan Allah dan kebiasaan menjalankan perintahnya dan meninggalkan
larangannya. Aspek kedua dari pendidikan agama Islam mempunyai tujuan spiritual
dan doktrinal agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan tidak akan lengkap bila
isi dari ajaran-ajaran itu tidak diketahui.1

Pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam pembentukan sikap


dan akhlak peserta didik, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat. Pendidikan
agama Islam menitikberatkan pada pendidikan karakter islami peserta didik dalam
menyampaikan, membimbing peserta didik agar dapat memiliki kepribadian yang
jujur, disiplin, berakhlak mulia dan serta bermanfaat bagi orang lain. Secara umum,
jika peserta didik memahami pendidikan agama Islam yang lebih tinggi maka akhlak
dan sikap bisa tergolong dengan baik dan sebaliknya. Beberapa orang masih
menanyakan tingkat keberhasilan pendidikan agama di sekolah kurang maksimal,
dihadapkan pada realita sosial yang ada, misalnya sebagian peserta didik tidak mampu
membaca Al-Qur’an, tidak melaksanakan sholat lima waktu, atau tidak melakukan
ibadah keagamaan puasa bahkan akhlaknya kurang baik2.

Menurut undang-undang sistem pendidikan Nasional, 2003: 3 Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

1
Zakiyah Daradjat, “Kesehatan Mental (Jakarta: Tokoh Gunung Agung, 2021), h. 124-125
2
Nurinayah, “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Peserta Didik”
(Samarinda: 2022), h. 1-2
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya di masyarakat bangsa dan
negara.

Sasaran pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental
anak didik dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat, alam atau sesama
makhluk lainnya. Akhlak ialah cerminan masa depan, pendidikan anak harus sesuai
dan benar-benar di perhatikan agar bakat mereka tersampaikan dalam kegiatan positif,
yakni di antaranya dengan membawa anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal
atau non formal. Penanaman nilai agama kepada peserta didik merupakan syarat
mutlak untuk mencapai nilai yang harmonis dalam menjalani kehidupan dunia dan
akhirat. Nilai-nilai ini untuk tidak menyimpang dari agama ini. Pendidikan agama
Islam diajarkan di tingkat Tsanawiyah/MTS dari kelas1 sampai kelas 3 secara umum,
pendidikan agama Islam membekali peserta didik dengan hal tersebut. Pengetahuan
yang komprehensif tentang hukum Islam untuk menerapkannya dalam bentuk ibadah.

Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku
atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk maka di sebut sebagai akhlak
yang Mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik maka di sebut sebagai
akhlak Mahmudah. Akhlak tidak terlepas dari akidah dan syariah, oleh sebab itu
moralitas pada pola perilaku yang mengakumulasi aspek keimanan dan ketaatan.
Sehingga terilustrasikan dalam perilaku yang baik.

Moralitas ialah tindakan yang terlihat jelas, baik dalam perkataan maupun
perbuatan yang termotivasi oleh dorongan dari Allah. Tetapi ada pula aspek yang
berkaitan dengan sikap dan fikiran batin, seperti: akhlak diniyah yang berkaitan
dengan berbagai aspek, yaitu pada pola perilaku kepada Allah, sesama Manusia dan
alam.

Berkaitan dengan Akhlak peserta didik di Campalagian seharusnya mereka


mempunyai akhlak yang baik. Peserta didik membentuk Akhlak yang baik dalam
pendidikan agama islam yang mereka terima. Namun kenyataannya masih banyak
peserta didik yang memiliki akhlak yang baik, hal ini sesuai dengan fakta-fakta yang
ada pada saat ini yakni peserta didik terkadang berbohong padahal dalam pendidikan
agama islam di arahakan untuk tidak melakukan hal seperti itu. Sebagian peserta didik
sering meninggalkan ibadah, terkadang sebagian sering menentang perintah dan
nasihat orang yang lebih tua, peserta didik mengucapkan kata-kata kasar, dan tidak
mencerminkan dirinya sebagai seorang peserta didik yang telah belajar pada sistem
pendidikan agama islam. 3

Berdasarkan penelitian yang diteliti oleh Intan Mardianti Pada skripsi


“Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Kualitas Akhlak
Sosial Siswa kelas VIII Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Cigugur
kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan”. Berdasarkan observasi yang telah di
lakukan, pembelajaran PAI di SMP 2 Cigugur terlaksana dengan biak , selain guru
PAI yang sudah tetap (PNS), kegiatan belajar mengajarnya pun sudah menggunakan
berbagai metode yang mengundang ketertarikan siswa untuk belajar PAI. 4

Berdasarkan penelitian yang di teliti oleh Irfan Setia Permana W pada skripsi
“Pendidikan Agama Islam Dan Pembelajaran Akhlak Siswa di MI Nurul Huda”
pembelajaran pendidikan agama islam di MI Nurul Huda sudah berjalan secara efektif
dan efisien, metode dan media yang digunakan dapat menambah ketertarikan siswa
dan menambah keyakinan siswa tentang agama islam. agama islam mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap akhlak siswa di MI Nurul Huda.5

Berdasarkan penelitian yang di teliti oleh Ninik Sugiyarti pada skripsi


“Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Akhlak Peserta didik Di SMP Negeri 3 Way Jepara Lampung Timur”.

3
Acep Ceptian Nurpajar, “Pengarauh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Peserta Dididk”
h. 23-24
4
Intan Mardianti, “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Kualitas Akhlak
Siswa Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Cigugur kecamatan Cigugur kabupaten
Kuningan” (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cierbon, 2015), h. 5-6
5
Irfan Setia Permana W, Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan Akhlak Siswa, (Jurnal:
Pendidikan dan Sosial Humaniora, Vol. 2, No. 4, 2022), h. 21
Pembelajaran pendidikan agama islam yang di berikan dengan baik dan secara terus
menerus akan dapat mempengaruhi akhlak peserta didik.6.

Namun harus diketahui bahwa Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam terhadap akhlak peserta didik memiliki akhlak dengan kenyataan yang relevan
dengan kondisi dan situasi yang ada dilingkungan sekolah pada saat sekarang ini,
sehingga penulis memperoleh gambaran pada observasi awal bahwa masih adanya
peserta didik yang patuh terhadap peraturan sekolah, seperti memperhatikan guru saat
menerangkan pelajaran, dan kadang-kadang ada siswa yang tidak menyontek dan
tidak patuh terhadap guru.

Faktanya, saat ini banyak remaja mengalami demoralisasi dan penurunan nilai
moral. Penulis mencermati bahwa etika tampaknya tidak lagi dianggap signifikan
dalam kehidupan dan interaksi sehari-hari remaja atau pelajar. Ini terlihat dari
meningkatnya perilaku kemaksiatan, kurangnya tata krama pada orang yang lebih tua,
penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan perilaku serupa, terutama yang di
lakukan oleh remaja yang masih usia sekolah.

Kenakalan dilingkungan sekolah banyak di pengaruhi oleh faktor pribadi


seperti keluarga, dan komunitas yang beragam. Terdapat dua tingkatan kenalan, yakni
kenalan ringan dan berat. Kenakalan ringan mencakup perilaku seperti menyontek,
tidak mengerjakan PR, bersikap tidak sopan, menghina guru, dan menggunakan HP
saat jam pelajaran. Sementara itu, kenakalan berat melibatkan keadaan mabuk dan
tawuran. Kondisi saat ini sesuai dengan realitas di lingkungan sekolah saat ini, seperti
terlihat dari observasi awal penulis yang menunjukkan masih ada peserta didik yang
melanggar aturan, kurangnya perhatian terhadap guru, tindakan menyontek, dan
kurangnya rasa hormat terhadap guru.

6
Ninik Sugiyarti, Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Akhlak Peserta Didik Di SMP Negeri 3 Way Jepara Lampung Timur, (Lampung Timur: IAIN
Metro, 2020), h. 94
Berdasarkan dari pengertian asumsi adalah anggapan dasar merupakan suatu
gambaran sangkaan, perkiraan, satu pendapat atau kesimpulan sementara, atau suatu
teori sementara yang belum dibuktikan. Peneliti berasumsi bahwa pengaruh
pembelajaran pendidikan agama islam terhadap peserta didik dimana akhlak peserta
didik memiliki sikap yang berbeda-beda. Dilingkungan sekolah banyak di pengaruhi
oleh faktor pribadi seperti keluarga, dan komunitas yang beragam.

Fenomena yang terjadi saat ini kebanyakan perilaku siswa yang menyimpang
yang dilakukan oleh para sebagian remaja yaitu Bullying, Tawuran, terlibat narkoba
dan minuman keras. Meski masih dalam jam pelajaran, beberapa siswa SMA bahkan
SMP terlibat membolos untuk merokok di tempat yang aman. 7

Example yang menarik dari penelitian kami adalah bahwa akhlak peserta didik
tergantung dari lingkungan dan pergaulannya. Adapun hubungan akhlak peserta didik
dengan Allah Tetapi ada pula aspek yang berkaitan dengan sikap dan fikiran batin,
seperti: akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pada pola
perilaku kepada Allah, sesama Manusia dan alam. Sehingga peneliti menarik ingin
meneliti akhlak peserta didik.

Kondisi ideal yang terjadi sebelum belajar pendidikan agama Islam, peserta
didik belum mengetahui secara keseluruhan tentang akhlak dan bisa jadi membuat
peserta didik kurang baik akhlaknya seperti tidak membiasakan beri salam kepada
guru dan menghormati yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Campalagian?
2. Bagaimana Akhlak Peserta didik di Campalagian?

7
Murni, Fenomena Merosotnya Akhlak Remaja, 2023
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendeskripsikan jawaban atas
pertanyaan yang dikemukakan pada rumusan masalah. Tujuan penelitian:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di


Campalagian
2. Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak peserta didik di
Campalagian.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberi manfaat masukan bagi
dunia pendidikan agama islam. Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan pendidik, untuk meningkatkan upaya mutu


pendidikan agama islam.
2. Bagi peserta didik bagi objek penelitian diharapkan dapat meningkatkan
akhlak yang lebih baik.
3. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya
ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam pendidikan agama islam
sehingga dapat menambah pengetahuan, khususnya untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam terhadap akhlak peserta
didik.
D. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang di teliti oleh Sofiyatul Imamah pada skripsinya :


Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Muslim Di
SMPK “Santo Yusup” Mojokerto menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara pendidikan agama islam terhadap pembentukan akhlak siswa muslim di SMPK
“Santo Yusup” Mojokerto, termasuk rendah. Hal ini terbukti dari hasil penyebaran
angket dan analisa data sebesar 27,5 %, sedangkan sisanya, yaitu 72,5 di pengaruhi
oleh faktor lain di luar di antaranya banyaknya siswa non muslim yang mayoritas
sekolah di SMPK “Santo Yusup” Mojokerto, guru juga hanya membatasi akhlak siswa
di sekolah saja.8

Berdasarkan penelitian yang di teliti oleh Miranda Dita Pratiwi pada


skripsinya : “Pengaruh Prestasi Belajar PAI Terhadap Akhlak Peserta didik Kelas V
SD Islam Assyafiiyah 02 Kota Bekasi”. Prestasi belajar PAI peserta didik berpengaruh
cukup relevan dan bermakna terhadap akhlak siswa kelas V SD Islam Assyafiiyah 02
Bekasi. Hal ini dapat di simpulkan bahwa Ha diterima dan Ho di Tolak, sehingga
secara segmental menunjukkan bahwasanya prestasi belajar PAI mempunyai
pengaruh yang relevan terhadap akhlak peserta didik PAI memunyai pengaruh yang
relevan terhadap akhlak peserta didik kelas V SD Islam Assyafiiyah 02 bekasi. 9

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam Terhadap Akhlak Peserta didik di SMAN 1 Campalagian. Sejauh ini peneliti
belum menemukan judul skripsi yang sama, adapun judul skripsi yang hampir sama
di antaranya :

Shofiyatul Imamah merupakan salah satu mahasiswa Universitas Islam


Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2012 yang membahas tentang
“Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Muslim
di SMPK “Santo Yusup” Mojokerto”. Penelitian ini sama-sama menggunakan
penelitian kuantitatif berdasarkan hasil penelitiannya besarnya pengaruh pendidikan
Agama Islam terhadap pembentukan Akhlak siswa muslim adalah sebesar 27,5%,
sedangkan sisanya, yaitu 72,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model regresi ini.
Hal ini berarti hipotesa alternative (Ha) yang berbunyi. Adanya pengaruh pendidikan
Agama Islam terhadap pembentukan Akhlak diterima.10

8
Shofiyatul Imamah, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa
Muslim di SMPK “Santo Yusup” Mojokerto, (UIN Malang, 2012), h. 88
9
Miranda Dita Pratiwi, Pengaruh Prestasi Belajar PAI Terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas V
SD Islam Assyafiiyah 02 Kota Bekasi, (UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri, 2021), h. 81
10
Shafiyatul Imamah, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa
Muslim Di SMPK “Santo Yusup” Mojokerto, 2012
Miranda Dita Pratiwi merupakan salah satu mahasiswa UIN Prof. KH.
Saifuddin Zuhri tahun 2021 yang membahas tentang “Pengaruh Prestasi Belajar PAI
Terhadap Akhlak Peserta Didik Kelas V SD Islam Assyafiiyah 02 Kota Bekasi”.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif koresional, dimana dua variabel yang
diteliti. Variabel tersebut adalah prestasi belajar peserta didik (Variabel X) sebagai
variabel independent, sedangkan akhlak peserta didik (Variabel Y) sebagai variabel
dependent, penulis menganalisis data dengan menggunakan program analisis data
SPSS 25.0 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya prestasi belajar
PAI berpengaruh signifikan terhadap nilai akhlak siswa kelas V SD Islam Assafiiyah
02 Bekasi. Uji t memaparkan hal tersebut, dan diperoleh nilai t hitung sebesar
2,345>1,670 (t tabel dapat dilihat pada lampiran n=60), dan nilai sig prestasi belajar
siswa sebesar 0,22 yaitu 0.022<0,05 maka menerima Ha serta menolak Ho, artinya
prestasi Belajar PAI secara segmental berpengaruh positif serta signifikan terhadap
akhlak peserta didik kelas V SD Islam Assyafiiyah 02 Bekasi.11

Berdasarkan dari ketiga penelitian terdahulu di atas peneliti menyimpulkan


bahwa hal menarik yang dapat diambil adalah bahwa pembelajaran PAI terlaksana
dengan baik namun pada kenyataannya akhlak sosial peserta didik masih banyak yang
kurang sesuai dengan pembelajaran PAI salah satu contohnya adalah melemahnya
akhlak seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan sementara itu terdapat
beberapa peserta didik yang non muslim.

11
Miranda Dita Pratiwi, Pengaruh Prestasi Belajar PAI Terhadap Akhlak Peserta didik Kelas V
Islam Assyafiiyah 02 Kota Bekasi, 2021
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Pendidikan Agama Islam

Menurut Muhaimin dalam bukunya berpendapat bahwa Pendidikan Agama


Islam bermakna upaya mendidik kan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya
agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang. Dari aktivitas pendidikan agama
Islam bertujuan untuk membantu individu atau sekelompok siswa agar mampu
menyerap atau mengembangkan ajaran dan nilai-nilai Islam yang akan menjadi
landasan pandangan hidup mereka.

Sementara itu Harun Nasution yang dikutip oleh Syahidin tujuan pendidikan
agama Islam (secara khusus di sekolah umum) adalah untuk membentuk manusia
bertakwa, yaitu manusia yang patuh kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan
menekankan pembinaan kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul karimah.12

Adapun definisi Pendidikan Agama Islam menurut para ahli adalah sebagai
berikut :

1. Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam buku pendidikan Agama Islam
berbasis kompetensi bahwa pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, di barengi dengan tuntutan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Menurut Dzakiyah Daradjat yang disitir oleh Abdul Majid dan Dian Andayani
bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama islam

12
Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinajuan Epistimologi, isi, dan
Materi, (Lampung: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 2, No. 1, 2019), h. 92
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
3. Menurut Azizy yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani
mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transpar nilai,
pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar
generasi muda tetap hidup.

pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan guru


dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan
yang telah di tentukan untuk mencapai tujuan yang di tetapkan.13

B. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah meningkatkan keimananan,


pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik terhadap agama Islam.
Hal ini bertujuan agar mereka menjadi manusia muslim yang beriman, bertujuan
kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Sementara itu, menurut Yasin dalam Miftahur Rahman dan H airuddin


Hairudin berpendapat bahwa fungsi tujuan pendidikan mencakup tiga aspek yang
semuanya masih bersifat normatif. Pertama, memberikan arah bagi proses
pendidikan. Kedua, memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan yang ingin
di capai dan diinteralisasi pada anak didik. Ketiga, tujuan pendidikan merupakan
kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan.

Pakar-pakar pendidikan Islam, seperti Al-Abrasy mengelompokkan tujuan


umum pendidikan Islam menjadi lima bagian, yaitu:

13
Abdullah Syahid, Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membntuk
Karakter Pribadi yang Islami, (Jurnal Edumaspul: 2018), h. 6-7
a. Membentuk akhlak yang mulia. Tujuan ini telah di sepakati oleh orang-orang
Islam bahwa inti dari pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang mulia,
sebagaimana misi kerasulan Muhammad Saw;
b. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan dunia dan akhirat;
c. Mempersiapkan peserta didik dalam dunia usaha (mencari rizki) yang profesional;
d. Menumbuhkan semangat ilmiah kepada peserta didik untuk selalu belajar dan
mengkaji ilmu;
e. Mempersiapkan peserta didik yang profesional peserta didik yang profesional
dalam bidang teknik dan pertukangan.

Tujuan memiliki arti yang yang sangat penting dalam mencapai sasaran yang
diinginkan dan menjaga mutu kegiatan. Kegiatan tanpa tujuan yang jelas dapat
mengakibatkan ketidakjelasan dalam sasaran, sehingga program dan kegiatannya
menjadi tidak terarah.

C. Fungsi Pendidikan Agama Islam


a. Pengembangan

Pengembangan melibatkan usaha meningkatkan iman dan ketakwaan


siswa kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Sekolah berperan dalam memperluas pengembangan ini, memastikan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan terus berkembang sesuai tingkat perkembangan anak
dengan optimal.

b. Penyaluran

Penyaluran adalah memberikan kesempatan kepada anak didik yang


memiliki bakat dan kemampuan khusus dalam bidang pendidikan gama Islam,
sehingga bakat tersebut dapat berkembang secara optimal.
c. Perbaikan

Perbaikan adalah upaya untuk memperbaiki kesalahan, kelemahan dan


kekurangan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pencegahan

Pencegahan merupakan upaya menangkal hal negatif dari lingkungan atau


budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan
menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Anak didik di berikan penjelasan
mengenai hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya asing yang tidak sejalan
dengan ajaran agama Islam dan identitas bangsa Indonesia. Mereka diberikan
motivasi untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam
sebagai langkah pencegahan terhadap pengaruh negatif, baik dari dalam maupun
luar.

e. Penyesuaian

Penyesuaian adalah upaya untuk beradaptasi dengan lingkungan,


termasuk lingkungan fisik dan sosial, serta memiliki kemampuan untuk mengubah
lingkungan sesuai dengan prinsip ajaran agama Islam.

f. Sumber Nilai

Pendidikan agama Islam berperan sebagai sumber nilai yang memberikan


pedoman hidup bagi pemeluknya, membantu mereka mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat.

g. Pengajaran

Pengajaran adalah upaya penyampaian materi pelajaran kepada siswa


dalam proses belajar mengajar. Lembaga pendidikan perlu menentukan
pengetahuan yang bermanfaat bagi anak didik dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, anak didik perlu di berikan pengetahuan
fungsional agar dapat ditanamkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.14

D. Strategi Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya banyak strategi pembelajaran pendidikan agama Islam yang


dapat di gunakan dalam pembelajaran PAI. Hal ini sebagaimana penjelasan Rudi
Hartono dalam tulisannya menguraikan yaitu:

1. Strategi pembelajaran ekspositori


Abdul Aziz Muttaqin menjelaskan bahwa adalah bentuk pembelajaran yang lebih
menekankan pada bertutur atau bercerita secara verbal. Guru mempunyai peran
paling utama untuk bertutur di hadapan siswa. Para siswa bertugas untuk
menyimak dengan baik materi yang di sampaikan oleh guru sehingga ketika
bertutur atau bercerita mampu menjiwai dengan baik. Strategi ekspositori ini di
gunakan secara langsung oleh guru pada materi yang bersifat fakta-fakta sejarah
yang sudah tidak menuntut lagi untuk berpikir ulang. Strategi ekspositori cocok di
gunakan pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI), “Tentunya tidak
juga di gunakan secara berkelanjutan.”
2. Strategi pembelajaran inkuiri
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari temuan diri sendiri. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang di ajarkannya. Adapun siklus inkuiri terdiri dari; (1) observasi
(observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hypotesis), (4)
pengumpulan data (data gathering), dan (5) penyimpulan (conclussion). Sementara
langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut;

Hafiz Bahar, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di
14

SMA Darussalam Cimanggis Ciputat, (Jakarta: 2008), h. 17-18


1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya
4. Mengoptimalisasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, namun
sekelas, guru, atau audiensi yang lain.
Alim Imron mengutip dari Donald Oliver dan James P. Shaver, Inkuiri
bertujuan untuk membantu siswa yang belajar memikirkan secara sistematis
tentang isu-isu kontemporer. Dengan demikian, untuk menstimulasi
kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran PAI, guru di sarankan
agar dapat menggunakan strategi pembelajaran inkuiri.
3. Strategi pembelajaran konstektual
Strategi pembelajaran konstektual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa secara penuh dalam rangka menemukan materi dan hubungannya dengan
realitas kehidupan. Abdul Rahman Shaleh menjelaskan, pembelajaran konstektual
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi (bahan
ajar) yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata dari lingkungannya di harapkan
dengan pendekatan demikian akan dapat mendorong siswa untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan lingkungannya dengan
penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai individu, sebagai anggota
masyarakat dan bangsanya. Penggunaan strategi pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL) pada pembelajaran PAI bermanfaat
positif terhadap pelibatan dan peningkatan belajar PAI pada siswa, selanjutnya
kegiatan pembelajaran PAI akan lebih konkret, realistik, aktual, nyata, dan lebih
menggairahkan siswa.
4. Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif dikenal juga model pembelajaran kooperatif.
Muchlas Samani dkk, menjelaskan, pembelajaran kooperatif terkadang di sebut
kelompok pembelajaran (group learning), adalah istilah generik bagi bermacam
prosedur instruksional yang melibatkan kelompok kecil yang interaktif. Siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok
kecil yang saling membantu dan belajar bersama kelompok mereka serta
kelompok pasangan yang lain. Pada umumnya implementasi metode pembelajaran
kooperatif pada siswa berbagi (sharing tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Siswa berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas atau kegiatan pembelajaran
sebagai suatu kelompok dengan harapan dapat mengelolanya dengan efektif.
b. Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil beranggotakan 2-6 orang di mana
kelompok berisi 4 orang di anggap paling optimal.
c. Siswa berkolaborasi secara pro-sosial untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan
pembelajaran bersama.
d. Siswa saling bergantung secara positif dan struktur pembelajaran di desain
sedemikian rupa sehingga setiap siswa membutuhkan bantuan satu sama lain
untuk menyelesaikan tugas bersama
e. Setiap siswa memikul tanggung jawab individu terhadap tugas yang menjadi
bagiannya.

Aplikasi strategi pembelajaran kooperatif pada aktivitas pembelajaran PAI


sebaiknya guru dapat melakukan langkah berikut:
a. Penyusunan tempat duduk berdasarkan kebutuhan belajar siswa
b. Pengelompokan siswa dengan beragam tingkat kemampuan (cepat, lambat,
dan sedang)
c. Penyampaian penjelasan kepada siswa mengenai tujuan dan manfaat
pembelajaran kooperatif
d. Setiap siswa dalam kelompok kooperatif di beri tugas dan bertanggung jawab
untuk menyelesaikannya secara mandiri
e. Pembagian tugas dalam kelompok di lakukan secara adil, memastikan setiap
siswa memiliki tanggung jawab belajar
f. Guru memiliki kendali efektif terhadap situasi kelas, memungkinkan
kelompok belajar untuk bekerja pada tugas mereka dengan nyaman.
5. Strategi pembelajaran berbasis masalah
Menurut Abdul Aziz Muttaqin, strategi pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah sebelum
memulai proses pembelajaran. Siswa di hadapkan pada suatu masalah nyata yang
memacunya untuk meneliti, menguraikan, dan mencari penyelesaian.
Implementasi strategi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
analisis siswa dan menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam konteks
baru. Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat secara mandiri dan bertanggung
jawab menyelesaikan masalah.

Abdul Aziz Muttaqin, mengutip dari Jhon Dewey menjelaskan enam langkah
sebagai satu metode untuk proses pemecahan masalah, yaitu;
a. Merumuskan masalah
b. Mengkaji masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis
e. Pembuktian hipotesis, dan
f. Menentukan pilihan penyelesaian. Metode ini berimplikasi terhadap kualitas
aktivitas belajar dan kemampuan berpikir.
6. Strategi pembelajaran foxfire
Abdul Aziz Muttaqin menjelaskan, strategi pembelajaran foxfire lebih
menekankan pada proses pemberian tugas terhadap siswa dalam rangka
melakukan kajian langsung ke beberapa daerah sesuai dengan materi pelajaran.
Hasil dari kajian lapangan ini tak lain adalah untuk melatih siswa dalam proses
mencari dan mengumpulkan data, membangun kemampuan menulis mulai dari
dini, serta dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga
warisan sosial masyarakat.
Implementasi strategi pembelajaran foxfier pada pembelajaran PAI bertujuan
untuk melatih siswa merangkai data yang di temukan di lapangan menjadi
informasi yang di sajikan dalam bentuk tulisan. Selanjutnya implementasi strategi
pembelajaran foxfier, menurut Suparlan sebagaimana dikutip Abdul Aziz
Muttaqin, di mulai dengan;
a. Persiapan, dan
b. Membuka pelajaran, mencakupi; penjelasan akan ada pengumpulan data di
lapangan, sebelum ke lapangan memberikan keterampilan menulis kepada siswa,
guru memberikan penjelasan kepada siswa bahwa hasil tulisan akan di terbitkan,
guru dan siswa berangkat ke lokasi, olah data dan informasi, pembahasan, hasil
tulisan siswa akan di pajang pada tempat strategis, dan guru menawarkan karya
tulis tersebut pada penerbit untuk di terbitkan. Penerapan metode ini pada
pembelajaran PAI berimplikasi terhadap pengamalan siswa dan keterampilan
menulis situasi yang nyata di temukan di lapangan ke dalam tulisan-tulisan yang
dapat di publikasikan di jurnal.
7. Strategi pembelajaran PAIKEM
Salah satu strategi pembelajaran di anggap mampu mendorong semangat belajar
dan menghilangkan rasa jenuh dan monoton adalah PAIKEM. PAIKEM singkatan
dari, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PAIKEM
biasa di artikan sebagai pendekatan mengajar yang di gunakan bersama dengan
metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang di sertai penataan lingkungan
dengan baik sehingga proses pembelajaran PAI dapat memotivasi siswa untuk
melakukan aktivitas di jurnal.

Implementasi menjelaskan, terdapat delapan prinsip yang harus di perhatikan guru


dalam implementasi PAIKEM, sebagai berikut;15
1. Memahami sifat peserta didik

15
Sulaiman, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif di Sekolah, (Jurnal
Conference Procedings-ARICIS 1), h. 148-151
2. Mengenal peserta didik secara perorangan
3. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu
memecahkan masalah
5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar (fisik, sosial, dan
budaya)
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan, dan
8. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif manual. Penerapan PAIKEM pada
pembelajaran PAI berimplikasi positif terhadap semangat dan kreativitas
belajar siswa di sekolah.
Adapun Perspektif PAI yang penulis ingin teliti ialah akhlak, ibadah, dan
nilai-nilai moral dalam kehidupan dan pemahaman terhadap perbandingan
antar agama.
E. Akhlak

Akhlak ialah perilaku yang tampak atau terlihat dengan jelas, baik dalam
perkataan maupun perbuatan yang dilatarbelakangi oleh dorongan karena Allah.
Namun banyak aspek yang berkaitan dengan sikap atau pemikiran batin, seperti
Diniyah etis yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu jenis perilaku terhadap
Tuhan, manusia, dan jenis perilaku terhadap alam.

Konsep akhlak dalam pendidikan berfokus pada pembentukan karakter dan


juga mengembangkan kepribadian yang jujur, bertanggung jawab, dan adil. Akhlak
Islam dapat dikatakan sebagai akhlak Islam, yaitu akhlak yang bersumber dari ajaran
Allah dan Rasulullah. Akhlak Islam merupakan suatu tindakan yang bersifat terbuka
dan dapat menjadi petunjuk apakah seseorang termasuk muslim yang baik atau buruk.
Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar,
akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu Khaliq (pencipta) dan
makhluk (yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan Akhlak
manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluk (manusia) dengan Khaliq
(Allah Ta ’ala) Dan hubungan yang baik antara makhluk dengan yang lainnya.

Menurut Imam Ghazali akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal
dengan teori menengah saja, akan tetapi meliputi sifat keutamaannya yang bersifat
pribadi, akal dan amal perorangan dalam masyarakat. Atas dasar itulah pendidikan
akhlak menurut Imam Al Ghazali memiliki tiga dimensi yakni: dimensi diri (orang-
orang dengan dirinya dan Tuhan), dimensi sosial, (masyarakat, pemerintah dan
pergaulan dengan sesamanya), dan dimensi meta fisik (akidah dan pegangan dasar).16

Adapun perspektif psikologi akhlak menurut Imam Al Ghazali yakni :17


a. Tahapan pertama lahir sampai 7 Tahun pembentukan koneksi antara
pengalaman persepsi terhadap stimulus dan respon yang memberikan
manifestasi dalam bentuk perilaku.
b. Tahapan kedua 7-15 tahun ketika anak mencapai tahap tamyiz (yaitu, tahap
anak sudah memiliki kemampuan membedakan yang baik dan benar) kisaran
usia 7 tahun ke atas maka pengawasan orang tua harus ditingkatkan.
Pada usia 7 tahun ke atas, kira-kira sampai 15 tahun, kognitif anak sudah
berkembang lebih baik meskipun belum sempurna perkembangannya. Anak-
anak sudah berpikir secara konkret. Sudah memahami ketika orang tua
memberikan penjelasan mengenai alasan mengapa harus perilaku yang baik
dan dilarang berperilaku buruk.
c. Tahapan ketiga 15 tahun ke atas usia balig (dewasa)seorang anak, artinya pada
usia 15 tahun seharusnya anak sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman
serta kebiasaan berperilaku yang terpuji. Karena perilaku terpuji tersebut
selalu diulang-ulang dan biasakan maka perilaku terpuji tersebut sudah
melekat sehingga anak memiliki respon yang spontan.

16
Yoke Suryadarma dkk, “Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al Ghazali” Jurnal At-Ta’dib,
Volume. 10, No. 2, 2015, h. 372.
17
Fransiska Anggraini “Psikologi Perkembangan Akhlak Perspektif Al Ghazali” Jurnal Syntax
Transformation, Volume. 1, No. 7, 2020, h. 318-320.
Akhlak yang dimaksud di sini ialah tingkah laku dalam kegiatan sehari-hari,
dan membentuk akhlak mulia untuk mengamalkan usaha atau aktivitas yang amanah,
jujur dan berbudi pekerti, karena demikian bentuk dari akhlak mulia membawa
konsekuensi kepada setiap individu untuk aktivitasnya dalam jalan yang lurus, yakni
ikhlas dalam beramal, dan sejalan dengan itu juga dapat menjauhkan sikap riah dan
angkuh akibat penerapan saat ini dapat membawa kesejahteraan bersama, kerukunan
dan kenikmatan hidup.

Dengan demikian jika kita dapat membentuk akhlak mulia dengan


mewujudkan kejujuran terhadap praktik, ikhlas dan membangun dunia yang rahmatan
lil alamin. Sedangkan bila kita melakukan kemungkaran, kerusakan, dan keonaran
tidak akan aman dan makmur.

Menurut Ibnu Maskawaih yang dikutip oleh Hamid dan Beni Ahmad Sae bani
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Akhlak adalah sifat-sifat yang melekat
pada jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa perenungan dan
pertimbangan dan juga kemampuan berbuat baik dan jahat di pengaruhi oleh baik dan
buruknya pendidikan.

Berdasarkan pengertian akhlak tersebut pada dasarnya melengkapi 4 ciri


penting yaitu :

1. Akhlak merupakan perbuatan yang tertanam di dalam jiwa manusia sehingga


menjadi kepribadian yang baik
2. Kebajikan adalah tindakan yang dilakukan dengan mudah tanpa refleksi
3. Akhlak merupakan perbuatan yang timbul dari diri seseorang yang melakukannya
tanpa paksaan
4. Akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya dan ikhlas
semata-mata karena Allah.
Berdasarkan definisi akhlak di atas empat ciri akhlak tersebut dikatakan
bahwa akhlak merupakan perbuatan yang mencerminkan diri yang dilakukan
secara sadar dan dalam kebaikan tanpa adanya unsur ingin dipuji.18

Adapun definisi Akhlak menurut penulis adalah keadaan yang melekat


pada jiwa seseorang yang menghasilkan perbuatan tanpa proses pemikiran,
pertimbangan, atau penelitian. Akhlak di anggap baik jika menghasilkan
perbuatan terpuji menurut akal dan syarat Islam. Sebaliknya di anggap buruk jika
menghasilkan perbuatan tercela. Selain itu, akhlak al-karimah juga mencerminkan
keimanan manusia dan berperan sebagai modal dalam perilaku sehari-hari,
termasuk perilaku yang terkait dengan wilayah ketuhanan berkaitan dengan
hubungan manusia dengan Tuhan dan lingkungannya. Oleh karena itu, realitas
hidup seharusnya tidak di tanggapi secara gegabah, terburu-buru, atau frontal,
melainkan dengan penuh pertimbangan.

F. Akhlak dalam Pendidikan

Berbicara mengenai akhlak atau perilaku, kita sering mendengar betapa


pentingnya bagi individu, terutama di kalangan anak remaja, peserta didik, dan anak-
anak, untuk memiliki perilaku yang baik. Bapak Jokowi presiden Republik Indonesia
menyampaikan bahwa yang penting adalah menumbuhkan nilai kesantunan, tata
krama karena dalam sekian tahun kita kehilangan nilai-nilai itu. Mulai berkurangnya
kebiasaan saling mengejek dan menghina karena nilai-nilai Indonesia adalah
keramahan bukan nilai-nilai yang saling melotot dan mencemooh.

Perkembangan zaman saat ini terdapat banyak anak yang kurang sopan terhadap
teman sebaya, orang yang lebih tua, dan orang yang di hormati, termasuk guru
mereka. Fenomena ini tercermin dalam banyak kasus, di mana sebagian besar remaja
cenderung berani terhadap orang tua dan guru-guru mereka.

18
Yudi Pratama, Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Buya Hamka. (Jurnal Tarbiyah Islamiyah,
Vol. 6 No. 1, 2021), h. 101
Meskipun Indonesia di kenal di mata dunia sebagai negara yang menghargai
budaya, keramahan, dan sopan santun, namun terlihat bahwa perilaku ini semakin
menurun. Seharusnya, sikap saling menghormati, persaudaraan, dan bantuan antar
warga tetap di junjung tinggi. Sopan santun bukan hanya mencerminkan kepribadian
bangsa, tetapi juga menjadi bagian integral dari identitas orang Indonesia yang tidak
boleh hilang, meskipun kadar kesopanan dapat menyesuaikan lingkungan tempat kita
berada.

Saat ini, perubahan dalam kebudayaan menjadi lebih dinamis di pengaruhi oleh
faktor eksternal, terutama oleh masuknya budaya barat. Hal ini menciptakan
tantangan dalam mempertahankan nilai sopan santun, terutama ketika remaja
cenderung tidak sopan terhadap guru dan bahkan orang tua, seperti memanggil orang
tua dengan nama mereka. Pengaruh budaya barat juga tercermin dalam cara
berpakaian yang tidak selaras dengan nilai budaya timur di Indonesia.

Adapun faktor internalnya seperti kesadaran anak, pengaruh orang tua,


lingkungan sekitar, tempat nongkrong, lingkungan sekolah, dan media sosial juga
memainkan peran penting dalam membentuk akhlak dan perilaku anak zaman
sekarang. Kurangnya pemahaman sopan santun, kurangnya pendidikan dari orang tua,
dan minimnya perhatian terhadap pelajaran di kelas dapat menyebabkan anak
kehilangan pemahaman tentang norma sopan santun.

Penting untuk memastikan adanya pemahaman yang baik terkait sopan santun,
mengajarkan nilai-nilai budaya yang sesuai, dan memantau pengaruh lingkungan
eksternal, seperti media sosial, guna membentuk perilaku yang lebih menghargai
sopan santun di tengah perubahan budaya yang terus berlangsung.19

https://iainutuban.ac.id/2021/11/08/pentingnya-akhlak-didalam-pendidikan/ diakses, Senin 11


19

Desember 2023.
G. Hipotesis Penelitian

Agar penelitian lebih terstruktur, maka perlu dirumuskan dengan proposisi


atau pandangan terlebih dahulu mengenai masalah yang diteliti yaitu hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

Adapun latar belakang dan rumusan masalah yang telah di paparkan di atas,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam berpengaruh secara signifikan terhadap akhlak peserta didik di


Campalagian,”

Berdasarkan dari kerangka teoritis dan anggapan dasar telah di kemukakan


maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

H0: Pembelajaran Agama Islam tidak terdapat pengaruh terhadap Akhlak


Peserta Didik di Campalagian

Ha : Pembelajaran Agama Islam terdapat pengaruh terhadap Akhlak peserta


didik di Campalagian

H. Hipotesis Statistik
H0 : P = 0, artinya tidak adanya pengaruh
Ha : P≠ 0 artinya adanya pengaruh

I. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Pendidikan Agama


Akhlak
Islam
Siswa
(X)
(Y)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Lokasi dan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kuantitatif.
Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat
kuantitatif atau statistik.20 Berdasarkan tujuan untuk menguji hipotesis yang di
tetapkan dalam penelitian ini untuk melihat adakah pengaruh pembelajaran
pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa.

B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan positivistic.
Pendekatan positivistic digunakan dengan tujuan untuk menerangkan fakta,
hubungan sebab akibat, memprediksi, menekankan fakta dan prediksi dari sebuah
peristiwa dan realitas yang terjadi. Jadi melalaui pendekatan positivistic maka
dapat diketahui pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap Akhlak
peserta didik di Campalagian.
Alasan peneliti untuk meneliti pengaruh pembelajaran pendidikan agama
Islam terhadap akhlak peserta didik di Campalagian karena terdapat kasus salah
satu siswa SMA dan SMK tawuran di antaranya memakan korban. Jadi peneliti
ingin mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam
terhadap akhlak peserta didik.

20
Nova Mutiara Dewi, Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak siswa
di SMK Widya Yahya Gading Rejo Kabupaten Pringsewu, (UIN Raden Intan Lampung, 2018), h. 36
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas


subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X Peserta didik di


SMAN 1 Campalagian.

Tabel Data Siswa SMAN 1 Campalagian Tahun Pelajaran 2023

Jenis

No. Kelas Jurusan Kelamin Jumlah

P L

1 XII IPA 23 27 50

2 XII IPS 15 25 40

JUMLAH TOTAL 38 52 90

2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data di mana hanya sebagian
populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri
yang dikehendaki suatu populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Random
Sampling yang teknik pengambilan sampel secara acak yang sederhana (tanpa
memperhatikan strata dalam populasi (populasi). Penelitian ini menjadi sampel
dari responden diteliti oleh penulis, yaitu peserta didik kelas XII.
Jika populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil di antaranya 10%-
15% atau 20%-25% atau lebih tapi apabila populasinya kurang dari 100 maka
dapat diambil di antaranya 5%-10%. Dari pendapat di atas peneliti membuat
kesimpulan bahwa sebagai wakil dari populasi penelitian populasi kurang dari 100
maka peneliti mengambil sampel sebanyak 5% dari keseluruhan populasi.

Dari berbagai rumus yang ada, terdapat sebuah rumus yang bisa digunakan
untuk menentukan besaran sampel, yaitu rumus slovin.

N
n=1+Ne

Keterangan :

n = Besaran Sampel

N = Besaran Populasi

e = Nilai kritis (batas penelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran tidak


telitian karena kesalahan penarikan sampel).

N=

90 90
e=5% n= = = 73, 46
1+90 (0,05) 1,225

Berdasarkan hasil perhitungan merupakan rumus slovin adalah sekitar


73,46. Jadi, jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak
73 orang siswa.

D. Tekniki Pengumpulan Data

1. Angket

Adapun Survei yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian


ini menggunakan Angkat ( Kuesioner ) jenis skala Likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau
sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih untuk digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun alternatif jawabannya
sebagai berikut.

Definisi Variabel Dan Operasionalisasi Konseptual


Semua hal yang ada dalam tabel ini merupakan hasil literatur riviuw atau
pengembangan kerangka konsep pada Bab 2. Berikut contoh definisi variabel dan
operasionalisasi dan konsep. Terdapat 2 opsi atau cara dalam merancang
operasionalisasi konsep.
1.1 Tabel Definisi Variabel

No. Variabel Definisi Variabel

1. Pembelajaran Pendidikan Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar


Agama Islam
yang dilakukan guru dalam rangka mempersiapkan
peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah di
tentukan untuk mencapai tujuan yang di tetapkan.
2. Akhlak Peserta didik akhlak dalam pendidikan berfokus pada
pembentukan karakter dan juga mengembangkan
kepribadian yang jujur, bertanggung jawab, dan adil.
Akhlak Islam dapat dikatakan sebagai akhlak Islam,
yaitu akhlak yang bersumber dari ajaran Allah dan
Rasulullah.
1.2 Tabel Operasionalisasi Konsep
No. Variabel Dimensi Indikator Pernyataan

1. Pembelajaran 1.Usaha sadar 1.1 Usaha sadar 1.Sebelum


Pendidikan 2.Memahami :mempersiapkan memulai
Agama Islam. 3.Mengamalkan diri dalam pembelajaran saya
belajar. selalu siap untuk
2.1. Berusaha belajar.
memahami : 2. Saya sudah
suatu proses berusaha untuk
dalam belajar mencerna
3.1. Mampu pelajaran
mengamalkan : walaupun tidak
Kemampuan keseluruhan.
dalam 3. Saya dapat
mencontoh menerapkan
materi yang materi nilai-nilai
dipelajari. ajaran agama
Islam yang sudah
disampaikan.
4. Pendidikan
agama islam
selalu
mengajarkan saya
untuk berakhlak
mulia.
5. Pendidikan
agama islam
mengajarkan saya
berbuat kebaikan.
6. pendidikan
agama islam
mengajarkan saya
tata cara ibadah
apa saja.
2. Akhlak Peserta 1.Proses 1.1. Proses : 1.Saya tetap
didik. 2.Amanah Pembentukan berusaha untuk
3.Meneladani Karakter. membentuk
1.2. Amanah : karakter yang
Bisa lebih baik.
bertanggung 2. Saya tetap
jawab. berusaha untuk
1.3. .Meneladani tetap menjadi
: orang yang
Memenuhi bertanggung
akhlak jawab.
Rasulullah. 3. Saya belum
sepenuhnya bisa
meneladani sikap
Rasulullah.
4. akhlak
mengajarkan saya
untuk
menghormati
orang tua.
F. Validasi dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian dalam penelitian adalah penyaringan dan pengkajian item-item


instrumen yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui tingkat validitas (ketetapan)
dan reliabilitas (kehandalan) instrumen.
1. Uji Validitas
Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang
mengindikasikan sejauh mana suatu alat ukur akurat dan teliti dalam
menjalankan fungsinya. Validitas adalah ukuran yang mencerminkan tingkat
keabsahan suatu instrumen. Instrumen yang valid akan memiliki validitas
tinggi, sementara yang kurang valid akan memiliki validitas rendah. Untuk
menilai tingkat validitas ( ketepatan ) dan reliabilitas ( kehandalan ). Setelah
data diperoleh dan diatur, langkah berikutnya adalah menguji validitas dengan
mengkorelasikan skor dengan instrumen menggunakan rumus tertentu.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table
untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika
r hitung lebih besar dari pada r table dan nilai positif maka butir atau
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.21
Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan tingkat kepercayaan 71%
dengan rumus df = n-2, yang berarti 73-2, sehingga nilai df=71. Dengan begitu
dapat diperoleh nilai r table = 0,2303 dengan dasar pengambilan keputusan
pada uji validitas sebagai berikut:
a). Jika r hitung >0,2302 (r table ), maka pernyataan tersebut valid.
b). Jika r hitung <0,2303 (r table ), maka pernyataan tersebut tidak vallid.

21
Imam Ghozali “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 20” (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Ponorogo, 2012), h. 53.
2. Uji Reliabilitas
Untuk menilai kehandalan instrumen, digunakan uji reliabilitas yang
mengukur konsitensi dari serangkaian pengukuran. Dalam penelitian, hal ini
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat diandalkan atau dapat
dipercaya. Kriteria suatu instrument penelitian di katakan reliabel dengan
menngunakan teknik Crombach’s Alpha, yang di mana bila koefisien (ri)> 0,6.
Adapun rumusnya sebagai berikut:
𝑘 ∑ 𝑆𝑖 2
ri = (𝑘−1) {1 − }
𝑆𝑖 2

ri = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya Butir pernyataan atau banyaknya soal

∑ 𝑆𝑖 2 = Jumlah variansi Butir

𝑆𝑖 2 = Variansi Total

G. Teknik Pengelolaan dan Analisis data


Peneliti akan menerapkan analisis data bersifat kuantitatif. Untuk mengolah
dan menganalisis data yang diperoleh maka digunakan analisis sebagai berikut :
1. Uji t ( Uji Secara Persial/Individu)
Uji Persial atau Statistik t pada dasarnya untuk mengetahui seberapa
besar variabel independen secara individual dalam menerankan variabel
dependen.22
Uji t digunakan untuk menguji variabel independen secara individu
berpengaruh dominan dengan taraf signifikan 5%. Tingkat signifikan yang
digunakan adalah 5% dengan:
Df=(n-k-1)
Keterangan:

22
Imam Ghozali “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS
Regreasi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponorogo, 2013), h. 97.
n = Jumlah pengamatan
k = Jumlah Variabel
H0 diterima jika t hitung < t tabel
Ha ditolak jika t hitung > t tabel
Ditinjau dari tingkat signifikan, yaitu:
a. Tidak Berpengaruh Signifikan
Jika signifikan > α (0,05) maka (H0) diterima dan hipotesis yang
diajukan (Ha) ditolak, artinya secara parsial dari variabel independent
X tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent Y.

b. berpengaruh signifikan
jika signifikan < α (0.05), maka (H0) ditolak dan hipotesis yang
diajukan (Ha) diterima, artinya secara parsial dari variabel independent
X berpengaruh signifikan terhadap Variabel dependent Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah SMAN 1 Campalagian
SMA Negeri 1 Campalagian pertama kali di dirikan pada tahun 1985. Saat
ini SMA Negeri 1 campalagian masih menggunakan program kurikulum belajar
SMA 2013 Bahasa dan budaya. SMAN 1 Campalagian berada di bawah naungan
kepala sekolah dengan Nama Hasanuddin. B ditangani oleh seorang operator yang
bernama Wahyuddin.
SMAN 1 Campalagian mendapat status Akreditasi Grade A dengan nilai
92 (Akreditasi tahun 2019) dari BAN – S/M (Badan Akreditasi Nasional)
sekolah/Madrasah.
b. Profil Sekolah

Tabel 4.1
Profil SMAN 1 Campalagian
1 Nama Sekolah SMAN 1 Campalagian
2 NPSN 40600649
3 Status Negeri
4 Bentuk Pendidikan SMA
5 Alamat JL. Poros Majene
6 RT/RW 0/0
7 Dusun Parabaya
8 Desa/Kelurahan Lapeo
9 Kecamatan Campalagian
10 Kabupaten Polewali Mandar
11 Provinsi Sulawesi Barat
12 Kode Pos 91353
13 Lintang 3
14 Bujur 119
15 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah
16 SK Pendirian Sekolah 0601/10/1985
17 Tanggal SK Pendirian 1985-11-22
18 SK Izin Operasional Perlu Update
19 Tanggal SK Izin Operasioanl 1900-01-01
20 Akreditasi A
21 Kepala Sekolah Hasanuddin. B
22 Operator Wahyuddin

a. VISI
“ Berprestasi dan berbudi pekerti berlandaskan INTAG, IPTEK, dan
Budaya lokal”.
b. MISI
1. Menyelenggarakan pembinaan peningkatan terhadap peningkatan,
penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan.
2. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif potensi
dan prestasi akademik siswa, sesuai dengan tuntutan kurikulum.
3. Mengimplementasikan managemen berbasis sekolah (MBS) dalam
pengelolaan kelembagaan sekolah.
4. Mengembangkan sikap sopan santun dalam perilaku keseharian
berlandaskan budaya lokal.
5. Mengitensifkan pembinaan terhadap kegiatan akademik dalam
meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai lomba.
6. Mendorong dan membantu siswa dalam mengenali dirinya dalam upaya
peningkatan prestasi Non Akademik
c. Tujuan
Deskripsi kebutuhan siswa (9 Tugas Pokok Perkembangan siswa)
1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa.
2. Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta
kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita.
3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
4. Mengembangkan penguasaan ilmu teknologi dan seni sesuai dengan
program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan
tinggi.
5. Mencapai kematangan dalam pilihan karir
6. Mencapai kematangan gambar dan sikap tentang kehidupan mandiri,
secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi
7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
8. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial dan intelektual
serta apresiasi seni.
9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

2. Deskripsi Hasil Penelitian


a. Data sampel

Item
No. Nama Jumlah
X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
1 Marwa 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 35
2 April
4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
Pratiwi 32
3 Haerani 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
4 Marwah 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 33
5 Muliayana 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29
6 Sofia
4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 36
abdullah
7 Indah
pramadani 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32
banging
8 nuradiba
dhea 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 34
azzahrahh
9 Nurfatma 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 35
10 Juli Annur 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 31
11 Citra dewi 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 35
12 Intan 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 35
13 Rafly 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
14 Kasih 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
15 Husniada 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 36
16 HIJRANA 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 33
17 Sitti
4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32
Kamaria
18 Ryan
4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 34
azhari
19 Hartini 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
20 Hamida 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
21 Aulia 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 32
22 Sukma 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
23 Muslim 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 34
24 Rasdia 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 35
25 Darmi 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 37
26 Hariani 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 35
27 Irdan 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 36
28 Rasdiana 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
29 Subuhan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
30 viana 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 37

Dari data penyebaran angket di atas dapat di tuliskan bahwa jumlah responden
siswa laki-laki sebanyak 50 dan juga siswa perempuan sebanyak 40 orang siswa kelas
XII di SMAN 1 Campalagian.

3. Analisis Data
a. Uji Validitas Instrument

Hasil Uji Validitas


Tabel Variabel X

No Butir Person
Nilai
Instrumen Correlation R. Tabel Keterangan
Signifikan
R. Hitung
1 0, 802 0, 361 0, 000 Valid
2 0, 391 0, 361 0, 036 Valid
3 0, 685 0, 361 0, 000 Valid
4 0, 778 0, 361 0, 000 Valid
5 0, 738 0, 361 0, 000 Valid
Tabel Variabel Y

No Butir Person
Nilai
Instrumen Correlation R. Tabel Keterangan
Signifikan
R. Hitung
1 0, 437 0, 361 0, 016 Valid
2 0, 758 0, 361 0, 000 Valid
3 0, 894 0, 361 0, 000 Valid
4 0, 760 0, 361 0, 000 Valid
5 0, 613 0, 361 0, 000 Valid

Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa variabel pengaruh


pembelajaran pendidikan Agama Islam yang terdiri 10 Pernyataan yang valid adalah 10
nomor. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen di lihat dari r hitung > r tabel
(0, 361). Sedangkan untuk penelitian, yang di gunakan untuk penelitian adalah pernyataan
yang sudah valid, untuk itu peneliti menggunakan 10 pernyataan.

b. Uji Reliabilitas Instrument

Hasil Uji Reliabilitas

Crombach’s Alpha N of item


Pendidikan Agama Islam 0, 697 5
Akhlak Peserta Didik 0, 716 5

Koefisien Crombach’s Alpha Pendidikan Agama Islam dan Akhlak peserta didik 0, 786
sementara koefisien dalam tabel pada taraf signifikan 0, 5% adalah 0, 361 Dengan
demikian koefisien dalam Crombach’s Alpha lebih besar dari koefisien tabel maka
instrument di nyatakan reliabel.
c. Analisis Uji Hipotesis

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
b
1 X . Enter
a. Dependent Variable: Total
b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
a
1 ,416 ,173 ,142 1,739
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Total

Berdasarkan Tabel di atas menjelaskan besarnya nilai Korelasi atau Hubungan (R)
yaitu sebesar 0, 416. Dari Output tersebut di peroleh koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0, 173 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas
(Pendidikan Agama Islam) terhadap variabel terikat (Akhlak peserta didik) adalah 0,
142.
ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 17,084 1 17,084 5,648 ,025b
Residual 81,674 27 3,025
Total 98,759 28
a. Dependent Variable: Total
b. Predictors: (Constant), X

Output bagian ketiga: Anova


Dari Output tersebut di ketahui bahwa nilai F hitung = 5, 648 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0, 025 > 0,05 maka model regresi dapat di pakai untuk
memprediksi variabel tinggi badan atau dengan kata lain tidak ada pengaruh
Pendidikan Agama Islam (X) terhadap Variabel Akhlak peserta didik (Y).

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 10,005 3,293 3,039 ,005
X ,471 ,198 ,416 2,377 ,025
a. Dependent Variable: Total

Output bagian keempat: Koefisien


Diketahui nilai Constant (a) sebesar 10,005 sedangkan nilai Y (b/Koefisien Regresi)
sebesar 0,471 sehingga persamaan regresinya dapat di tulis:
Y = a + bX
Y = 10,005 + 0,471X
Persamaan tersebut dapat di terjemahkan:
- Konstanta sebesar 10,005 mengandung arti bahwa nilai konsisten variabel X sebesar
10,005
- Koefisien Regresi X sebesar 0,471 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai Y
(Akhlak Peserta didik) bertambah sebesar 0,471. Koefisien Regresi tersebut bernilai
positif sehingga dapat di katakan bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah
negatif.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM UJI REGRESI SEDERHANA:


- Berdasarkan nilai signifikan dari tabel Coefisient di peroleh nilai signifikansi sebesar
0,025> 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel X (Pendidikan Agama Islam )
terhadap Akhlak Siswa (Y).
- Berdasarkan nilai t : di ketahui nilai t hitung sebesar 2,377 > t tabel 2,048 sehingga
dapat di simpulkan bahwa variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y.

Catatan cara mengetahui t tabel


T tabel = (α/2; n-k-1)
= (0,05/2 ; 30-1-1)
= (0,025; 28)
= 2,048

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini meneliti terkait pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam terhadap Akhlak Peserta Didik di SMAN 1 Campalagian.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian regresi
linear sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran pendidikan
Agama Islam terhadap Akhlak Peserta didik.
Instrument penelitian yang di gunakan ialah angket/kuosioner yang di sebar
kepada 71 responden. Adapun responden penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII.
Kuosioner yang di gunakan dalam penelitian ini berisi 10 butir pernyataan. Sesudah
di uji validitas dan reliabilitas maka yang di pakai untuk melakukan penelitian ini
hanya 30 responden dan 10 butir pernyataan saja. Dengan rincian 5 butir pernyataan
untuk meneliti terkait pembelajaran pendidikan Agama Islam dan 5 butir pernyataan
untuk meneliti Akhlak peserta didik.
Berdasarkan hasil perhitungan uji regresi linear sederhana yang sudah di
paparkan sebelumnya, dapat di simpulkan berdasarkan nilai t hitung 2,377> 0,361
maka dapat di simpulkan bahwa H1 diterima. Yaitu tidak terdapat pengaruh
pembelajaran Agama Islam terhadap Akhlak peserta didik.
Berdasarkan signifikansi di peroleh dari tabel Coefficient nilai signifikansi
0,025> 0,05 dapat di pahami bahwa tidak terdapat pengaruh pembelajaran Agama
Islam terhadap Akhlak peserta didik.
Maka, secara keseluruhan dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak peserta didik di SMAN 1
Campalagain. Serta hipotesis kerja H1 yang di ajukan di tolak dan hipotesis Nol (H0)
di terima.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian yang telah di uraikan pada BAB sebelumnya,
maka dapat di tarik kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pembelajaran Agama Islam tidak signifikan terhadap Akhlak peserta didik di
SMAN 1 Campalagian. Hal ini di buktikan dengan nilai t hitung sebesar 2,377
lebih besar dari t tabel sebesar 0,361 yang berarti tidak terdapat pengaruh
terhadap Akhlak peserta didik.
2. Dari pengelolaan data dapat di ketahui bahwa tidak adanya pengaruh
pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak peserta didik siswa
SMAN 1 Campalagian hasil ini di peroleh dari regresi linear sederhana baik
di tunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan Agama Islam (X) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Akhlak peserta didik (Y) dengan nilai 0,025
> 0,05. Serta memiliki nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,173.
Maka secara keseluruhan dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak peserta didik di
SMAN 1 Campalagian. Serta hipotesis kerja (H1) yang di ajukan tidak di
terima dan hipotesis Nol (H0) di terima.

B. Saran
Demi meningkatkan dan perbaikan kegiatan proses belajar mengajar dan kegiatan
yang lain, tentu saja di lakukan dan perlu adanya tegur sapa dan saran-saran. Dalam
penulisan proposal ini perkenankanlah untuk memberikan saran-saran yang bersifat
membangun dan memberikan motivasi kepada beberapa pihak yang terkait antara
lain:
1. Untuk meningkatkan suksesnya proses belajar mengajar SMAN 1
Campalagian hendaknya di ciptakan situasi, kondisi, sarana dan prasarana
pembangunan, khususnya bidang pendidikan agar siswa dapat merasakan
kenyamanan dan ketenangan dalam proses belajar mengajar.
2. Guru sebagai pendidik juga di harapkan untuk memberi perhatian dan arahan
kepada peserta didik terutama dalam perilaku atau akhlak siswa sehingga
pendidikan mampu menanamkan akhlak yang mulia sehingga tercermin pada
diri siswa dalam pergaulan keseharian.
3. Hendaknya orang tua memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap
anaknya tentang akhlak keseharian, agar anak dapat mendapat arahan dan
terkontrol dalam berakhlak sehari-hari. Sehingga terjaga dari akhlak yang
menyimpang atau akhlak tercela.
DAFTAR PUSTAKA

Ceptian, Nurpajar, Acep. “Pengarauh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak


Peserta Dididk”.
Dkk, Suryadarma, Yoke. “Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al Ghazali” Jurnal At-
Ta’dib, Volume. 10, No. 2, 2015
Fransiska, Anggraini,. “Psikologi Perkembangan Akhlak Perspektif Al Ghazali” Jurnal
Syntax Transformation, Volume. 1, No. 7, 2020.

Ghozali, Imam “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS R egreasi,Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponorogo, 2013
Ghozali, Imam “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 20” Semarang:
Badan Penerbit Universitas Ponorogo, 2012
Hafiz, Bahar,. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa
di SMA Darussalam Cimanggis Ciputat, Jakarta: 2008

https://iainutuban.ac.id/2021/11/08/pentingnya-akhlak-didalam-pendidikan/ diakses,
Senin 11 Desember 2023.
Imamah, Shofiyatul. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak
Siswa Muslim di SMPK “Santo Yusup” Mojokerto, UIN Malang, 2012

Intan, Mardianti,. “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Kualitas


Akhlak Siswa Kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Cigugur
kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan” Cirebon: IAIN Syekh Nurjati Cierbon,
2015
Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinajuan Epistimologi, isi,
dan Materi, Lampung: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 2, No. 1, 2019.
Miranda, Dita, Pratiwi ,. Pengaruh Prestasi Belajar PAI Terhadap Akhlak Peserta Didik
Kelas V SD Islam Assyafiiyah 02 Kota Bekasi, UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri,
2021

Murni, Fenomena Merosotnya Akhlak Remaja, 2023

Mutiara, Dewi, Nova. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap


Akhlak siswa di SMK Widya Yahya Gading Rejo Kabupaten Pringsewu, UIN
Raden Intan Lampung, 2018.

Nasrita “Pengaruh Pekerjaan dan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam (PAI) di
SMAN 1 Pamboang” Majene, 2023.

Ninik, Sugiyarti,. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Akhlak Peserta Didik Di SMP Negeri 3 Way Jepara
Lampung Timur, Lampung Timur: IAIN Metro, 2020

Nurinayah, “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Peserta Didik”


Samarinda: 2022

Pratiwi, Miranda Dita. Pengaruh Prestasi Belajar PAI Terhadap Akhlak Peserta didik
Kelas V Islam Assyafiiyah 02 Kota Bekasi, 2021

Shafiyatul, Imamah,. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak


Siswa Muslim Di SMPK “Santo Yusup” Mojokerto, 2012

Sulaiman, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif di Sekolah, Jurnal


Conference Procedings-ARICIS 1.

Yudi, Pratama,. Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Buya Hamka. Jurnal Tarbiyah
Islamiyah, Vol. 6 No. 1, 2021.

Zakiyah, Daradjat. “Kesehatan Mental “ Jakarta: Tokoh Gunung Agung, 2021


Abdullah, Syahid,. Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membntuk
Karakter Pribadi yang Islami, Jurnal Edumaspul: 2018.

Permana, W, Irfan Setia. “Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan Akhlak Siswa,
Jurnal: Pendidikan dan Sosial Humaniora, Vol. 2, No. 4, 2022

Anda mungkin juga menyukai