Anda di halaman 1dari 13

Kelompok Dua ;

Nuriz Zuhriyyah U20191134

Srivatul Ustaniyah

U20191102 Viera Silvya

U20191100

Fajriz Zauhair Al Fawwaz U20191138

Muhammad Razin Ayatul Hayy

U20191122 Nurul Aini U20191139

Inayatus Sholihah U20191104

Diskursus Riba’ : Perspektif Para Ualama

A. Pendahuluan

Kalam yang di wahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai


mukjizat ialah Al Qur’an yang sangat istimewa bahkan jika membacanyapun kita
di ganjar per-hurufnya sepuluh kebaikan. Adapun menurut Moehammad Abduh
tentang Al Quran ialah Sebuah bacaan yang ter-tulis di dalam lembaran-lembaran
Al Qur’an (yang di sebut dengan mushaf) ayng di jaga oleh Allah dengan
perantara para Hufadz Al Qur’an di muka bumi.

Adapun Riba menurut Abd Rohman Al Jaziry di kitab yang telah ada
yakni Al-Fiqih alal Madzahibul Arbaah ialah tambahnya salah satu dri dua tukar
menukar yang sjenis tanpa ada pengembalian dari tambahan tersebut. Dan hukum
ribapun banyak akan pendapat yang secara detail menjelaskan dan menjabarkanb
hukum ini. Ada yang berpendapat bahwa riba di perbolehkan dan adapula yang
melarang sesuai objek riba yang di hukumi.
B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah terkait riba adalah sebagai


berikut:

a. Bagaimana pandangan ulama klasik tentang riba?

b. Bagaimana pandangan ulama kontemporer tentang riba?

c. Bagaimana kontekstualisasi istilah riba di zaman sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan materi yang telah dijabarkan di atas maka dapat disimpulkan


tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa paham masyarakat Jember akan riba

2. Untuk mengetahui keputusan masyarakat Jember dalam meminjam uang


dengan sistem bunga

3. Untuk mengetahui seberapa paham masyarakat Jember akan hukum dan


sistematis riba dalam agama Islam

4. Untuk mengetahui seberapa paham pengaruh berhutang dengan uang berbunga


yakni riba

D. Manfat penelitian

Manfaat penelitian :

Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat


kepada masyarakat diantaranya sebagai berikut:
1. Secara teoritis

a.Untuk memberikan pemahaman kepada penulis sendiri tentang penelitian yang


dikaji yang mana kajian ini sesuai dengan apa yang di ampuh pada saat
perkuliahan, selain itu peneliti juga dapat menganalisis permasalahan yang
mereka kaji seperti halnya mengkaji tentang riba peneliti akan mengetahui apa
yang terjadi di lapangan, khususnya pada riba ini sendiri yang mana Dengan ini
dapat menambah ilmu bagaimana hukum meminjam uang dengan bunga dan
bagaimana pengaruh pinjaman uang berbunga ini pada kehidupan

b. Memperkaya ilmu pengetahuan tentang ayat-ayat yang mengenai riba dalam


konteks tafsir

C. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu terhadap


masyarakat dan halayak ramai pembaca maupun sebagai referensi dan acuan bagi
peneliti peneliti yang akan sama meneliti pada kajian tentang ayat riba

2.Secara praktis

a. Lembaga keuangan penelitian ini dapat menjadi bahan pemikiran kepada


lembaga keuangan dalam mengevaluasi kinerja guna memperluas pengetahuan
masyarakat

b. Ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi lembaga keuangan untuk
memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat tentang seperti Apa itu riba
khususnya masyarakat Jember.

E. Definisi Istilah

Berbicara tentang Riba, riba secara etimologi (bahasa) adalah tambahan


atau kelebihan yang bersifat umum, utang atau harta. Secara terminologi (istilah)
adalah tambahan atau kelebihan dalam pembayaran utang piutang atau jual beli
yang disyaratkan sebelumnya oleh salah satu pihak.

Ada riba dengan tambahan keuntungan dari jual beli, pokok utang dan
harta (ribhun/laba) ada riba itu sendiri. Ribhun (laba) di hasilkan dari transaksi
jual beli "halal". berbeda dengan riba, yaitu hasil tambahan dari utang piutang
barang (kredit) yang waktu pelunasannya tidak tentu.

para ulama sepakat bahwa Riba merupakan suatu kegiatan pengambilan


nilai tambah yang memberatkan dari sebuah akad perekonomian, seperti jual beli
maupun utang piutang. ... Sehingga para ulama semua sepakat bahwa riba
merupakan suatu kegiatan yang haram.

Macam-macam Riba

Macam Riba dalam Fikih Muamalah di bagi menjadi empat macam :

1. Riba Fadli : kelebihan (perbedaan) dalam ukuran atau takaran.

Yaitu kegiatan tukar menukar barang yang sama jenisnya akan tetapi tidak sama
ukuran yang disyaratkan oleh si penukar

Contohnya adalah 6 kg beras dengan kualitas baik ditukar dengan 7 kg beras


berkualitas buruk atau sudah berkutu.

2. Riba Qardi

Yaitu meminjamkan sesuatu dengan adanya keuntungan atau tambahan dari orang
memberi hutang. Contohnya seorang rentenir meminjamkan uang 15 juta kepada
orang yang meminjam, kemudian peminjam harus mengembalikan 16 juta tanpa
adanya penjelasan kelebihan uang itu untuk apa.

Rasulullah SAW bersabda :

"Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba". (HR. Al-Baihaqi).

3. Riba Yad
Yaitu transaksi jual beli atau tukar menukar barang dengan adanya penundaan
serah terima kedua barang yang ditukar atau penundaan penerimaan salah satu
barang. Contohnya, jual beli emas, perak bahan pangan yang mana penyerahan
barang di pending sampai barang itu naik/turun.

Yang ke 4 atau yang terakhir adalah Riba Nasi'ah

Yaitu tukar menukar barang yang sejenis ataupun tidak atau transaksi jual beli
yang pembayarannya di lebihkan dan di lambatkan oleh penjual. Contohnya,
membeli hewan akan tetapi pembayarannya tidak menentu.

Rasulullah SAW Bersabda :

"Dari Samurah bin jundub Ra. Sesungguhnya Nabi telah melarang jual beli
binatang yang pembayarannya di akhirkan. (HR. Lima Ahli Hadits)

Adapun ayat yang menjelaskan tentang Riba dan keharaman riba, QS. Al-
Baqoroh {2} : 275

ُ ُ ‫ْْه‬
ُُ ْ ‫ ْْاا ي َب ْل‬Qُ‫ُْ ن قَال‬
ِ ‫َو ِ ر‬ َُ Qَ‫قُ ْ ُم ال َ خب‬
‫ط ْ يط‬ َ َ ‫َال ُكل ِّش ْٰبا َيقُ ْ ُه ْ َى‬
ِّۗ
‫ا َوا‬ ‫ا‬ ‫س هي ِلك‬QّV ‫ِزي َت ال ي‬ ‫َل َّل وا‬ ‫ّ ِز ْيي ْ أْ ى ال‬
ًَ ّ ‫ا ْل‬ ‫ش‬ ‫ك‬
ّ
‫عاد ْي‬ ِّۗ
َ ۗQVِّۗ ‫ٗ ٍا اَِلى ّا‬ ‫ها‬ َٖ ّQِ‫َفاًَْت ِٰى سب‬ ّ‫ْ ظ‬ْ ‫ا ّح َّش َ َء‬QV‫ِش ٰ ْب ۘا ّ ا ْل َب ْي َُ ِّش ٰ ْب‬ ّ
‫َه‬ Qّّٰ ‫ْه ُ لش‬ َٗ ‫َل‬ ‫ة‬ ۤ
‫ه‬ ‫َم ال و ٍٗ ا ع‬ Qّّٰ ‫ال َا َح ل‬
ّ ‫ا‬ ْ ‫ْي ج ه‬ َُّ
‫ف‬ ‫ُا‬
‫ي‬
َ‫سل‬
ّْ ۤ
‫ِس ۚ ُ ْن ْي‬ ‫ٰح ك‬ ‫ّ ٰل ِٕى‬Qُ‫َفا‬
‫ِا َى خ‬
َ ‫ب‬ ‫َاص‬
ُ‫ِل ذ‬
‫ال‬
‫ّا‬

275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena
mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
F. Penelitian terdahulu

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Menghindari Riba’ dan


Pengetahuan Produk Perbankkan Syariah Terhadap Keputusan menjadi Nasabah
di Bank Muamalat KC Surabaya, Mas Mansyur” Oleh Siti Kholila.

Dalam skripsi ini membahas tentang bahwa motivasi menghindri riba dan
pengetahuan produk perbangkan syariah dengancara simultan terhadap keputusan
menjadi nasabah berpengaruh baik secara positif maupun signifikan dengn
proporsi motivasi menghindari riba’ dan pengetahuan produk perbankan syariah
terhadap keputusan sebesar 53,6%. Sedangkan untuk pengujian parsial motivasi
menghindari riba dan pengetahuan produk perbangkan syari’ah terhadap
keputusan menjadi nasabah yang diketahui bahwa motivasi menghindari riba
berpengaruh secara positif dan signifikan sedangkan untuk variabel kedua
pengetahuan produk perbankan syariah juga berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap keputusan menjadi nasabah di Bank Muamalat K.C.Surabaya,
Mas Mansyur.1

Skripsi yang berjudul "PEMAHAMAN TENTANG RIBA DAN


PENGARUHNYA TERHADAP KEPUTUSAN BERHUTANG DENGAN
SISTEM BUNGA (STUDI KASUS DI KOTA FAJAR ACEH SELATAN)" yang
ditulis oleh ritena yurita, yang membahasa tentang pengertian riba dan pentingnya
pemahaman tentang riba terhadap keputusan seseorang untuk berhutang.

Skripsi yang berjudul PENGARUH PENGETAHUAN MASYARAKAT


TENTANG RIBA TERHADAP PERILAKU UTANG PIUTANG DI
KECAMATAN ANREAPI KABUPATEN POLEWALI MANDAR yang fitulis
oleh irawati.

1
http://digilib.uinsby.ac.id/22715/.
H. Kajian Teori

Sejarah Perkembangan Tafsir Abu Hayyân dalam al-Bahr al-Muhît,


sebagaimana dikutip oleh As-Suyuthi, menjelaskan bahwa tafsir adalah ilmu yang
membahas tentang cara menjelaskan lafal-lafal Al-Qur‟an, maksud-maksudnya,
berbagai hukumnya dan makna yang terkandung di dalamnya. Tafsir mengalami
perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke waktu, oleh karena itu perlu
diketahui perkembangan nya sebagai berikut: a. Tafsir Klasik: Tafsir klasik
dimulai pada masa Nabi dan para sahabat, tâbi‟în, dan tâbi‟ tâbi‟în: sejak awal
diturunkannya, Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab menurut uslub-
uslubnya, lafadz-lafadz itu ada yang dikehendaki hakikatnya, ada yang
dikehendaki majaznya, dan ada pula yang dikehendaki kinayahnya. Mempelajari
tafsir tidak sukar bagi sahabat, karena mereka mempelajarinya langsung dari
shâhib ar-risâlah dan karena Al-Qur‟an itu diturunkan dalam bahasa mereka, serta
mereka menyaksikan langsung kejadian dan peristiwa turunnya ayat. Menururt
Quraish Shihab, berlakunya periode pertama tersebut dengan berakhirnya masa
tâbi‟în, sekitar tahun 150 H merupakan periode kedua dari sejarah perkembangan
tafsir.

Namun tidak semua sahabat sama dalam keilmuan dan intens nya
keikutsertaan mereka bersama Nabi SAW, dan di masa ini tafsir belum di
modifikasi sebagaimana hadits-hadits yang mereka terima, salah satu sebabnya
adalah karena khawatir tercampurnya Al-Qur‟an dengan tafsir atau dengan hadits
dan atsar. Dalam perkembangan selanjutnya sahabat mempunyai dua
aliran/madrasah yang berbeda yaitu madrasah ahl al-atsar dan madrasah ahl ar-
ra‟yi. Ahl al-atsar hanya menafsirkan dengan atsar atau riwayat. Sedangkan ahl
arra‟yi disamping menafsirkan dengan atsar juga menggunakan ijtihad. Yang
paling banyak diterima tafsirnya dikalangan khulafa‟ adalah Ali bin Abi Thalib,
sedangkan generasi selanjutnya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Mas‟ud dan Ubay bin
Ka‟ab. Dari ketiga sahabat itulah dilanjutkan oleh generasi para pengikutnya. Di
masa tabi‟in ini sama halnya dengan masa sahabat dalam hal menerima dan
menolak tafsir dengan ijtihad. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, mufasir pada saat
itu banyak yang menggunakan riwayat Israiliyat dan Nashraniyat, diantara
pemuka yang menggunakan riwayat Israiliyat adalah Abdul Wahab ibn al-
Munabbih seorang Yahudi dari Yaman yang memeluk Islam. Kemudian Abd. al-
Malik ibn Abd. al-Aziz ibn Juraij yang berbangsa Romawi dan beragama Nasrani,
yang banyak meriwayatkan Nasraniyat yang pada akhirnya memeluk Islam. Dia
banyak meriwayatkan Israiliyat dan Nasraniyat dan memasukkannya dalam
bidang tafsir seperti dijumpai dalam Tafsîr at-Thabari. Oleh karena itu, Malik bin
Anas menolak riwayat dari Qatadah yang juga banyak meriwayatkan Israiliyat
dan Nasraniyat. Selan itu, hadis-hadis telah beredar sedemikian pesatnya hingga
muncul hadis-hadis palsu dan lemah di tengah-tengah masyarakat.

Sementara itu perubahan sosial semakin melaju pesat. Sehingga timbul


persoalan-persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menuntut adanya
ijtihad. Pada mulanya usaha penafsiran ayatayat Al-Qur‟an berdasarkan ijtihad
masih sangat terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti yang
terkandung dalam suatu kosakata. Namun, sejalan dengan pesatnya perkembangan
masyarakat, berkembang dan bertambah besar pula porsi peranan akal atau ijtihad
dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an. Sehingga muncul berbagai tafsir yang
beraneka ragam coraknya. Masa selanjutnya adalah masa pembukuan, pada
permulaan abad hijriah ketika sudah banyak pemeluk Islam yang bukan dari
bangsa Arab dipengaruhi bahasa Ajam, barulah para ulama merasa perlu
membukukan tafsir agar dapat diketahui maknanya oleh mereka yang tidak paham
bahasa Arab. Pada zaman Abbasiyah, barulah ulama-ulama mengumpulkan hadis-
hadis tafsir yang diterima dari sahabat dan tabi‟in. Dalam buku nya, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa
Imam Ahmad berkata: “Hadits yang marfu‟ mengenai tafsir adalah sedikit sekali
yang shahih.

Kebanyakan pemalsuan adalah mengenai riwayat-riwayat dari Ali dan


Ibnu Abbas”. Selanjutnya usaha memisahkan hadis-hadis yang sama objeknya dan
memisahkannya dari yang lain serta menertibkan. babnya seperti yang dilakukan
oleh Anas bin Malik dalam alMuwaththa‟. Ulama-ulama nahwu seperti Sibawaih
dan Al-Kisâ‟i mengi‟râbkan Al-Qur‟an sehingga memudahkan pembaca, sampai
mereka membukukan ilmu-ilmu itu kedalam kitab. Sampai abad ke tiga yang
sampai sekarang dapat ditemukan seperti Tafsir Jâmi‟ alBayân karya Ibnu Jarir.
Maka di tangannyalah tafsîr bil ma‟qûl mencapai puncaknya. Walaupun demikian,
tafsir ini amat terkenal dalam menerangkan balaghah Al-Qur‟an. Namun karena
beliau tidak mahir dalam ilmu hadis maka beliau tidak mengkritik hadits-hadits
maudhu‟ dalam tafsirnya. Kemudian pada abad berikutnya lahirlah tafsir yang
ditulis oleh Abu Laits As-Samarqandy, Al-Baghawi dan Ibnu Katsir AdDimasyqy,
dan pada abad selanjutnya muncul tafsir seperti Tafsîr Mafâtih al- Ghaib karya
Ar-Râzi, Tafsîr al-Baidhâwi, Tafsîr alQayyim, Tafsîr al-Qurthubi, dan lain-lain. b.
Tafsir Pada Masa Modern atau Kontemporer Pada masa ini tepatnya abad ke
empat belas yang paling terkenal diantarnya adalah Tafsîr al- Qâsimi atau
Mahâsin at-Ta‟wîl karya Jamaluddin al-Qasimy, Tafsîr al-Manâr karya Rasyid
Ridha, al-Jawâhir karya Thantawy Jauhary, dan tafsir-tafsir selanjutnya seperti
tafsir al-Marâghi karya Musthafa al-Marâghi, tafsir Fî Dzilâl karya Sayyid Quthb,
sedangkan di Indonesia diantara tafsir yang muncul adalah Tafsir Qur‟an Karim
karya Mahmud Yunus, tafsir alIklîl fî Ma‟âni at-Tanzîl karya Misbah Musthafa
dan tafsir selanjutnya diantaranya yaitu Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, dan
Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

Yang menjadi perbedaan dari ulama tafsir sebelumnya adalah, menurut


Hasbi Ash-Shiddieqy, misalnya dalam Tafsîr al-Manâr karya Rasyid Ridha, dalam
tafsirnya memperjelas apa yang kurang diperjelas oleh mufassir sebelumnya dan
meringkasnya dari orangorang sebelumnya. Dalam tafsirnya M. Abduh sebagai
guru dari Rasyid Ridha tetap berpegang pada tata Bahasa Arab, pada umumnya
tetap memelihara nash-nash yang dari Rasul SAW dan menggunakan ijtihad.
Dalam tafsirnya beliau selalu mencari persesuaian antara Al-Qur‟an dengan teori-
teori ilmu pengetahuan modern. Dan beliau berpendapat bahwa Al-Qur‟an tidak
mungkin mengandung ajaran-ajaran yang bertentangan dengan hakikat Ilmu,
bahkan Al-Qur‟an itu mencakup teori-teori ilmu pengetahuan modern di akhir
abad ini. Karena itu tafsir yang sehat tidak mungkin berlawanan dengan akal
sehat. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa, tafsir ini adalah tafsir yang
mengumpulkan antara atsar yang shahih dan akal yang sehat.

I. Metode Penelitian

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu metode kuantitatif.
Kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skal numerik (angka), untuk
mencari variabel yang menjadi objek penelitian. Penilitian ini dilakukan di
Kabupaten Jember.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam menentuka metode pengumpulan data. Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data Primer.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penilitian ini yaitu
sebuah angket yang berisi banyaknya pernyataan dan pertanyaan tertulis yang
digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dari responden penelitian
tentang adanya hutang piutang di Masyarakat Jember.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut narasumber di Kabupatrn Jember, populasi adalah keseluruhan objek


yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat
di Jember yang berjumlah laki-laki 1.146.856 dan perempuan 1.185.870 dengan
total jumlah penduduk sebanyak 2.332.726 orang
2. Sampel

Banyaknya 7 dari 10 orang jember adalah pengguna fasilitas pinjaman uang


berbunga yakni riba.

E. Teknis Analisi Data

Bapak antok memaparkan bahwa uji coba yang dilakukan untuk


menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah di dapatkan dari wawancara lapangan itu untuk memberikan sebuah
gambaran mengenai keadaan distribusi skor skala pada sebuah kelompok subjek
yang dikenai pengukuran, serta sebagai informasi mengenai keadaan subjek pada
aspek atau variabel yang sedang di teliti. Analisis data dari distribusi data skor
kelompik umunya itu mencakup banyaknya subjek dalam kelompok, mean skor
skala, standar deviasi skor skala, varians, median, skor minimum dan skor
maximum, serta statistik-statistik lain yang dianggap perlu.

Interpretasi dilakukan dengan menggunakan kategori jenjang yang


bertujuan untuk mengklarifikasi individu kedalam kelompok-kelompok secara
terpisah dan berjenjang menurut kontinum berdasarkan antribut yang diukur.
Subjek dikategorikan kedalam tiga jenjang yaitu tinggi, sedang dan rendah.

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari 5 bab secara keseluruhan, dan untuk
memudahkan para pembaca maka, penulis menguraikan
permasalahan-permasalah yang diuraikan di dalam masing-masing
bab, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan dan menguraikan
alasan penulis mengambil judul ini dan pada pendahuluan initerdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan juga
menguraikan secara keseluruhan tentang penelitian ini.
BAB 11 LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan masalah teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian ini, dan menguraikan kerangka pemikiran teoritis, penelitian
terdahuludan juga menjelaskan masalah hipotesisyang ada dalam penelitian ini.

BAB 111 METODE PENELITIAN


Bab metode penelitian ini menguraikan tentang variabel operasional,
metode penelitian, populasi dan sampel, jenis dan data yang digunakan, metode
pengumpulan data dan cara menganalisi data tersebut.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab keempat ini membahas mengenai
gambaran umum tentang Riba, menjelaskan hasil dari pada penelitian ini, dan
membahas pembahasan dari pada hasil yang telah di peroleh tersebut secara
singkat dan jelas.

BAB V PENUTUP
Bab kelima adalah bab penutup yang di dalamnya terdiri dari pada
kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran.

Anda mungkin juga menyukai