Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu upaya mempersiapkan individu untuk menjalani

kehidupan. Dibesarkan menjadi pribadi yang dapat mengabdi kepada negara dan

agama. Pendidikan yang pertama kali dijangkau manusia adalah pendidikan

lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan

formal), dan lingkungan masyarakat (pendidikan informal). 1

Pendidikan Al-Qur'an Hadis adalah bagian dari mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang diberikan untuk memahami dan mengamalkan Al-

Quran sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan

isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat yang terpilih, serta memahami

dan mengamalkan Hadis-Hadis pilihan sebagai pendalaman dan perluasan kajian

dari pelajaran. 2

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (keajaiban

yang melemahkan musuh) yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi

dan Rasul (Nabi Muhammad SAW), ditulis kepada Mushaf, dianggap sebagai
1
Yayan Alpian, Sri Wulan Anggraeni, Unika Wiharti, Nizmah Maratos Soleha, ”Pentingnya
Pendidikan Bagi Manusia”, Jurna Buana Pengabdian, Vol. 1 No 1, Februari 2019, H.67
2
Ar Rasikh, “Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Di Madrasah Ibtidaiyah: Studi Multisitus Pada
Min Model Sesela" Dan Madrasah Ibtidaiyah At Tahzib”, Jurnal Penelitian Keislaman, Vol.15 No.1,
2019, H, 15
bacaan renungan, sebagai bentuk ibadah bagi yang membacanya, yang dimulai

dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas. 3

Mempelajari Al-Qur’an sangat penting, apalagi bagi anak-anak untuk

mengarahkan mereka berkeyakinan beriman kepada Allah yang maha esa,

meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, bertujuan agar ruh Al-Qur’an

senantiasa tertanam pada jiwa mereka. Cahaya Al-Qur’an memancar pada

pemikiran, pandangan, dan indera mereka. Bertujuan pula agar mereka menerima

aqidah-aqidah Al-Qur’an sejak dini, tumbuh dan beranjak dewasa senantiasa


4
mencintai Al-Qur’an, salah satu Hadis yang menganjurkan mempelajari Al-

Qur’an :

‫ « َخيرُك م َم ْن َتَع َّلَم الُقْر آن‬: ‫ قاَل رسوُل ِهَّللا َص ّلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلم‬: ‫عن عثماَن بن عفاَن رضَي هَّللا عنُه قال‬

‫َو عَّلمه‬

artinya : sepaling baik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-

Qur’an dan mengajarkannya

begitu pula dengan mencintai Al-Qur’an sangat lah penting karena Al-

Qur’an adalah petunjuk jalan menuju kebenaran, sebagaimana dalam firman

Allah SWT:

‫ِاَّن ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا َن َيْهِد ْي ِلَّلِتْي ِه َي َاْقَو ُم َو ُيَبِّش ُر اْلُم ْؤ ِمِنْيَن اَّلِذ ْيَن َيْع َم ُلْو َن الّٰص ِلٰح ِت َاَّن َلُهْم َاْج ًرا َك ِبْيًرا‬
3
Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, (Jakarta:Amzah, 2011), H.36
4
Tazkiyah Basa’ad, “Membudayakan Pendidikan Al-Qur’an”, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Vol.
Vi, No. 02, 2016, H,596
Artinya : Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus

dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan

kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,

Al-Qur’an adalah pedoman dari semua pengetahuan di bumi, membaca

Al-Qur’an termasuk ibadah. Hal ini juga dianggap ibadah oleh mereka yang

mendengarkannya. Namun semangat untuk membaca Al-Qur’an memudar di

kalangan umat Islam, orang jarang membaca Al-Qur’an di rumahnya, padahal

mereka mengetahui bahwa membaca Al-Qur’an adalah ibadah yang diganjar

berlipat-lipat ganda oleh Allah SWT. Jika seorang Muslim sendiri tidak memiliki

keinginan untuk membaca Al-Qur’an, siapa yang akan melestarikannya selain

Muslim itu sendiri?

Sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an adalah Hadis, mempelajari

Hadis juga wajib bagi setiap Muslim. Pengertian hadis adalah “segala sesuatu

yang datang kepada Nabi Muhammad sebelum dan sesudah ia menjadi rasul,

berupa perkataan, perbuatan, tekad, dan sifat fisik atau psikisnya”.

Dengan mengenal kedua sumber Islam tersebut, guru dapat menanamkan

kecintaan pada Al-Qur’an dan Hadis serta pentingnya membaca dan

memahaminya kepada siswa, dengan mencintai Al-Qur’an, kita mendapatkan

ketenangan hati.
Tapi terkadang siswa tidak begitu menghormati Al-Qur’an, Terlebih lagi

di era globalisasi seperti saat ini yang mana orang-orang, khususnya anak-anak

dan para remaja telah terlarut dalam kesenangannya, mereka lebih banyak

menghabiskan waktunya untuk menikmati kecanggihan teknologi seperti

handphone dengan berbagai fasilitasnya seperti game dari pada menyempat-

nyempatkan waktu untuk sekedar membaca Alquran. Bahkan tidak jarang

ditemui seorang anak yang sama sekali tidak dapat membaca Al-Qur’an,

membaca saja tidak bisa apalagi menghormatinya karena pengenalannya

terhadap Al-Qur’an sangat minim, padahal terlahir dan dibesarkan dalam ruang

lingkup keluarga Islam. 5

Dan seharusnya siswa itu berkarakter cinta Al-Qur’an, dengan sering

membaca Al-Qur’an, menghormati Al-Qur’an, sebagaimana dalam sabda Nabi

Muhammad Saw:

‫ َقاَل َر ُسوٌل ُهٌللا َع َليِه َو َس ٌلَم ِاَن َهٌللا َيرَفُع ِبهَذ االكَتِاِب َاَقواًم ا َو َيَض ُع‬: ‫َعن ُع َم َر بِن الَخ ٌطَاِب َرَض ي ُهٌللا َعنُه َقاَل‬

‫ِبه‬

Artinya: Dari Umar RA berkata bahwa Rasulullah: "Allah Ta'ala mengangkat

derajat berapa kaum melalui kitab in (Al-Qur’an ) dan Dia

merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula." (HR

Muslim)

5
Nur’ani Aziz, Peranan Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Membaca Alquran Anak Di
Kota Makassar, Jurnal Tarbawi, Vol.06 No. 01, Januari - Juni 2021, H.68.
Dengan kita cinta Al-Qur’an, derajat kita diangkat oleh Allah swt, dan

apabila kita tidak mencintai Al-Qur’an yang artinya kita menyepelekan Al-

Qur’an maka derajat kita direndahkan oleh Allah swt.

Maka dari itu guru harus membuat berbagai macam cara agar siswa cinta

terhadap Al-Qur’an, guru adalah sosok orang yang mengajarkan sesuatu kepada

anak-anak atau muridnya, 6 guru bisa diartikan orang yang menyampaikan pesan

kepada siswa, sehingga siswa memahami dan mengamalkannya, untuk menjadi

manusia yang lebih baik.

Guru memerlukan metode untuk menanamkan cinta Al-Qur’an terhadap

siswa, metode adalah prosedur, urutan, atau langkah-langkah yang digunakan


7
untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa langkah guru untuk menanamkan

cinta Al-Qur’an :

1. Nasehat, Memberikan nasehat atau pemahaman pentingnya cinta Al-Qur’an

2. Teladan, Guru memberikan contoh bersikap cinta terhadap Al-Qur’an

3. Pengawasan, Mengawasi perilaku yang tidak baik terhadap Al-Qur’an

4. Teguran, menegur perbuatan yang tidak baik terhadap Al-Qur’an

Melihat dari permasalahan diatas, penulis pun menemukan permasalahan

yang sama di Madrasah Tsanawiyah Manbaul Ulum Tambak Baru Ilir

6
Hamzah, Nina Lamatenggo, Tugas Guru Dalam Pembelajaran Aspel Yang Mempengaruhi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2016), H.1
7
Helmiati, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), H.57
Kecamatan Martapura Kota, dimana penulis melakukan praktik pengalaman

lapangan (PPLB) disana, dan penulis menemukan permasalahan di sekolah

tersebut, yaitu karakter cinta Al-Qur’an yang berkurang, seperti membaca dan

menghormati Al-Qur’an dengan baik.

Perilaku siswa terkadang tergantung cara mengajar gurunya, maka dari itu

guru harus menemukan cara agar apa yang disampaikan benar-benar sampai

kepada siswa, sehingga siswa itu berperilaku sesuai apa yang kita ajarkan,

Dari observasi awal kepada guru Al-Qur’an Hadis bernama guru Qusyairi

Hasbi S.Pd, dan beliau guru di MTs Manbaul ‘Ulum, Desa Tambak Baru Ilir,

Kecamatan Martapura Kota, beliau mengatakan;

Kenanakan ni nah yang pacangan menggantiakan yang tuha mengajari

Al-Qur’an jadi kita yang tuha dan yang sudah ada beisi pengalaman

mengajarkan Al-Qur’an lawan kenanakan, padahal banyak ja pang yang bisa

sudah membaca Al-Qur’an cuman kenanakan ni kurang hormat lawan Al-

Qur’an, kenanak bahari membawa Al-Qur’an gin diatas kepala wayahni

kenanak paling membawa kaya buku biasa ae han. Mancium Al-Qur’an gin

takananya jua apa lagi membawa Al-Qur’an dikapala, bahari mengajian

dimasjid banyak jua wayahni banyak baudak hp disuruh mengaji kada mau,

haur baudak hp haja, main game gawian jua kakanak wayahni,


Tapi kita sebagai guru ni nah harus bisi cara sakira kenanak tadi bisa

menghormati Al-Qur’an , kita padahi kah, kita bimbing, kita contohakan kaya

apa caranya menghormati Al-Qur’an sakiranya cinta lawan Al-Qur’a tu tarus

tumbuh, amunnya kita manuai bibit yang bagus insya Allah buah nya bagus

jua, cuman harus berusaha dengan macam-macam cara sekira buahnya bagus.

Dari perkataan beliau dapat dipelajari bahwa zaman sangat

mempengaruhi terhadap cinta nya siswa dengan Al-Qur’an, banyak siswa

maupun anak-anak yang cenderung terpengaruh dengan zaman, salah satunya

dengan game yang semakin canggih yang bisa di akses melalui handphone,

sehingga mempengaruhi keinginan siswa dalam membaca sekaligus

mempengaruhi siswa dalam hal cinta kepada Al-Qur’an, membacanya saja tidak

apalagi mencintai Al-Qur’an.

Disitu lah peran guru sangat penting mereka berperan penuh terhadap

terbentuknya karakter cinta Al-Qur’an, dari berbagai macam cara yang dilakukan

guru, meskipun zaman menjadi lawan yang sulit bagi guru, guru harus bisa

menghadapinya, bahkan guru harus kreatif mencari cara, guru harus bisa

menggunakan perkembangan zaman itu sendiri, agar mempermudah guru dalam

menjadikan siswa yang baik, terutama terhadap Al-Qur’an.

Selaras dengan ungkapan diatas menurut sebuah artikel tropongbarat.com

yang ditulis Silvia Marsudillah, rata-rata anak umur 10 sampai 17 pada tahun
2021, sudah berkurang dalam hal membaca Al-Qur’an sehingga kecintaan

terhadap Al-Qur’an pun berkurang, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi,


8
yaitu, teknologi, kurangnya pengawasan orang tua, pengaruh lingkungan.

Penerus bangsa adalah anak-anak apabila dibiarkan tidak dipupuk dengan baik

tentang cinta terhadap Al-Qur’an, ditakutkan mereka sampai tua tidak cinta

kepada Al-Qur’an dan anak mereka pun tidak dididik cinta Al-Qur’an.

Diperkuat oleh Rasyida Nurul Anwar didalam buku penelitian Pendidikan

Al-Qur’an Pada Generasi Milenial, pembahasan problematika pendidikan Al-

Qur’an pada remaja yang ditulis pada maret 2021, ada beberapa faktor lemahnya

Al-Qur’an dikalangan remaja, yang membuat kecintaan terhadap Al-Qur’an,

Tidak adanya dorongan, motivasi dan perhatian pada kitab Al-Qur’an, Tidak

adanya dorongan orang tua, guru, dan rekan dalam menyediakan Sarana

Prasarana Membaca Al-Qur’an, Tidak adanya perasaan senang terhadap Al-

Qur’an dengan kata lain menganggap Al-Qur’an adalah hal yang biasa dan

bukan hal yang istimewa, Tidak mengetahui syafa’at, ganjaran, dan pahala yang

diberikan Allah SWT pada orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an. 9

Diperkuat oleh Asnan Purba dan Maturidi, dalam jurnal penelitian

Mendidik Anak Dalam Mencintai Al-Quran: Studi Kasus di TPA Darussalam Al-

8
Silvia Marsudillah, Kirangnya Minta Membaca Al-Qur’an Pada Anak Milenial Saat Ini,
(Indonesia: Tropongbarat, 2021), Https://Teropongbarat.Co/Kurangnya-Minat-Membaca-Al-Quran-
Pada-Anak-Milenial-Saat-Ini/ (15 April 2021).
9
Rasyida Nurul Anwar, Penelitian Pendidikan Al-Qur’an Pada Generasi Milenial,
(Yogyakarta: Bintang Surya Madani, 2021), H.57
Hamidiyah Bogor, Beberapa kendala yang seringkali muncul dalam upaya

menanamkan cinta anak pada Al-Qur’an, diantaranya adalah: Sikap dan

apresiasi masyarakat terhadap Al-Qur’an yang kurang maksimal, Pengaruh

budaya dan informasi seperti TV, Games dan Media Sosial yang kurang

mendapat pengawasan, Lingkungan dan pengaruh teman yang tidak baik,

Inkonsistensi pendidik dan orang tua dalam mengajak anak-anak agar mencintai

Al-Qur’an. 10

Dan dalam jurnal penelitian Pembiasaan Cinta Al-Qur’an Dan Hadis Pada

Anak Usia Dini Untuk Membentuk Karakter Islami yang ditulis oleh Rosada dan

Sipa Sasmada, penyebab kurangnya karakter cinta al-qur’an dikarenakan

Kurangnya sinergi antara sekolah, guru, keluarga dan masyarakat, karena ketiga

unsur tersebut saling mendukung. 11

Dan dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Nur’ani Azis yang berjudul

Peranan Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Membaca Alquran Anak di

Kota Makassar, Faktor berkurangnya karakter cinta al-qur’an bersumber dari luar

diri pribadi anak, yaitu perkembangan teknologi yang tidak disertai pendidikan

yang baik dan benar, pengaruh lingkungan yang buruk, serta bersumber dari

10
Asnan Purba, Maturidi, Mendidik Anak Dalam Mencintai Al-Quran: Studi Kasus Di Tpa
Darussalam Al-Hamidiyah Bogor, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 08, No. 02 Agustus 2019, H.353
11
Rosada, Sipa Asmada, Pembiasaan Cinta Al-Qur’an Dan Hadist Pada Anak Usia Dini Untuk
Membentuk Karakter Islami, Jurnal Paedagoria, Vol. 11, No. 1, April 2015, H.76
orang tua itu sendiri dimana orang tua akan menjadi kendala yang besar ketika

orang tua terlalu sibuk dan tidak mampu membagi waktu bersama. 12

Dari uraian diatas penulis merasa tertarik dan merasa penting untuk

melakukan penelitian tersebut, karena semakin kurangnya kecintaan anak-anak

atau siswa terhadap Al-Qur’an , kepedulian anak-anak terhadap Al-Qur’an pun

berkurang, dengan judul “Metode Guru Al-Qur’an Hadis Menanamkan

Karakter Cinta Al-Qur’an Siswa Mts Manbaul Ulum, Tambak Baru Ilir,

Martapura”.

B. Definisi Operasional

Menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti, maka

penulis merasa perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang digunakan, meliputi :

1. Metode

13
metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu, atau langkah-

langkah untuk melakukan sesuatu, agar mendapatkan tujuan yang

diinginkan, dengan metode itu lah seorang guru bisa menyampaikan apa

yang ingin disampaikan kepada siswa, sehingga siswa bisa memahami

sekaligus mengamalkan apa yang disampaikan.

12
Nur’ani Aziz, “Peranan Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Membaca Alquran Anak Di
Kota Makassar”, Jurnal Tarbawi, Vol.06 No. 01, Januari - Juni 2021, H.76
13
Aqib, Zainal. Model-Model Media, Dan Strategi Pembelajaran Konstekstual (Inovatif).
(Bandung : Yrama Widya, 2013), H.102.
Metode disini adalah cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan

tujuan yang tertentu. Seperti seorang guru yang menginginkan siswanya

cinta Al-Qur’an maka harus menggunakan metode.

2. Guru

Guru adalah orang yang mempunyai wewenang serta mempunyai


14
tanggung jawab untuk membimbing serta membina murid, yang membuat

murid menjadi apa dan seperti apa.

Guru disini adalah guru Al-Qur’an Hadis, Pendidikan Agama Islam

di MTs Manbaul Ulum Tambak Baru Ilir, martapura, yang mempunyai

tanggung jawab dengan murid, membina, membimbing, agar menjadi siswa

yang lebih baik, Menggunakan metode atau langkah-langkah yang dilakukan

oleh guru.

3. Al-Qur’an Hadis

Pengertian Alquran hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang

pendidikan agama yang hubungannya dengan materi bacaan Al-Qur’an dan

hadis serta dengan pendalamannya terhadap nilai-nilai Al-Qur’an maupun

hadis, sekiranya bisa memahami, dan mengamalkan. 15

14
Muhiddinul Kamal, Guru Suatu Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandar Lampung: Aura, 2019),
H.1
15
Nia Nur'aeni, “Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Efektivitas Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist Kelas Ix Di Mts Negeri 4 Karawang”, Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, Vol. 7, No.4, 2021, H.527.
Adapun Al-Qur’an Hadis disini, mata pelajaran Al-Qur’an Hadis

yang diajarkan oleh guru secara mendalam, untuk memahami dan

mengamalkan Al-Qur’an agar tertanam rasa cinta terhadap Al-Qur’an

dengan menggunakan metode atau langkah-langkah.

4. Menanamkan

Penanaman berasal dari kata “tanam” yang artinya menaruh,

menaburkan (paham, ajaran dan sebagainya), memasukan, (perasaan, cinta,


16
kasih, semangat dan sebagainya). Seperti halnya menanam bunga, yang

menanam adalah orangnya, yang ditanam adalah bibitnya, dengan proses

panjang sehingga hasil lah bunganya.

Menanamkan disini adalah mentransfer perasaan cinta Al-Qur’an

yang dilakukan oleh guru, dengan langkah-langkah sehingga timbul rasa

cinta terhadap Al-Qur’an.

5. Karakter

Karakter dapat diartikan sebagai cara berpikir dan berperilaku tiap

individu untuk hidup dan bersosialisasi,17 dengan karakter tadi kita

16
Suharsimi Arikunto, Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2007), 142
17
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Pt.
Remaja Rosdakarya 2012), H. 41.
berperilaku yang seharusnya dalam bersosial, meletakan perilaku kita

kepada tempat yang tepat, perilaku kepada orang tua, anak-anak, remaja, dan

dewasa.

Karakter disini adalah tingkah laku, atau perbuatan yang tepat pada

tempatnya, seperti halnya berperilaku cinta kepada Al-Qur’an yang tertanam

didalam diri siswa dengan usaha yang dilakukan oleh guru melalui berbagai

macam metode atau langkah-langkah yang tepat.

6. Cinta

Cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam, cinta

menyangkut hubungan sehat dan penuh kasih sayang mesra antara subjek
18
dan objek, sehingga menimbulkan rasa saling menjaga, menghormati,

peduli diantara keduanya.

Cinta disini emosi yang mendalam yang positif terhadap sesuatu,

sehingga timbul rasa ingin menjaga, menghormati, peduli, seperti halnya

kepada Al-Qur’an, dengan cinta tadi rasa ingin menjaga, menghormati, dan

peduli terhadap Al-Qur’an akan tumbuh.

7. Al-Qur’an

18
Dede Rahmat Hidayat, Teori Dan Aplikasi Psikolaogi Kepribadian Dalam Konseling,
(Jakarta, Ghalia Indonesia, 2011), H.165.
Al-Qur’an menurut bahasa adalah qara'a artinya membaca, Al-

Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh

Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi

Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke

generasi tanpa ada perubahan.19

Al-Qur’an disini adalah kalam Allah SWT yang disampaikan kepada

jibril, kepada nabi muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf-mushaf.

Yang sering dibaca oleh umat islam, dilestarikan oleh ummat islam, menjadi

pedomat bagi seluruh ummat islam.

8. Siswa MTs Manbaul Ulum, Tambak Baru Ilir, Martapura

Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jenjang, dan

jenis pendidikan tertentu,20 seperti sekolah dasar (SD), sekolah menengah

pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), atau yang sederajat dengan

sekolah tersebut.

Siswa disini adalah anggota masyarakat laki-laki atau perempuan yang

mengenyam pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Manbaul Ulum

Tambak Baru Ilir Martapura.

19
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), H.18
20
Rahmat Hidayat, Abdillah, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: Lpppi , 2019), H.91.
Kesimpulan definisi operasional, berdasarkan uraian diatas maka

yang dimaksud dengan judul Penelitian Metode Guru Al-Qur’an Hadis

Dalam Menanamkan Karakter Cinta Al-Qur’an pada Siswa MTs Manbaul

Ulum Tambak Baru Ilir Martapura adalah metode atau langkah-langkah

seorang guru Al-Qur’an Hadis, guru yang mengajarkan pemahaman,

pengamalan dan pendalaman tentang Al-Qur’an, untuk menanamkan atau

memasukan perilaku rasa cinta yang mendalam terhadap Al-Qur’an, pada

Siswa MTs Manbaul Ulum, Tambak Baru Ilir, Martapura

C. Rumusan Masalah

Agar lebih terarah dan sesuai dengan latar belakang diatas, maka

disusunlah rumusan masalah, meliputi:

1. Bagaimana Metode Guru Al-Qur’an Hadis Dalam Menanamkan Karakter

Cinta Al-Qur’an pada Siswa Mts Manbaul Ulum, Tambak Baru Ilir,

Martapura. ?

2. Faktor apa saja yang menghambat dan mendukung Metode Guru Al-Qur’an

Hadis Dalam Menanamkan Karakter Cinta Al-Qur’an pada Siswa Mts

Manbaul Ulum, Tambak Baru Ilir, Martapura. ?

D. Alasan Memilih Judul

Alasan yang membuat penulis tertarik untuk membuat judul tersebut

adalah: Dikarenakan kita sudah berada dijaman yang serba modern dan dinamis
ini. Tentu berbagai permasalahan pun muncul terlebih khusus untuk mereka yang

masih muda, yang mana di umur mereka yang masih remaja menuju dewasa,

sangat rentan terpengaruh oleh berbagai aspek seperti teknologi yang

berkembang, sosial media yang terus maju, dan dunia game yang semakin marak

mengganggu siswa dalam hal belajar,

Apalagi dalam hal membaca Al-Qur’an dan menghormati Al-Qur’an ,

sekarang kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an sangat berkurang dikarenakan

teknologi yang berkembang, ditambah mereka belum bisa membedakan hal yang

baik dan yang tidak baik untuk masa depan mereka,

Guru pun harus bisa menghadapi permasalahan tersebut mencari metode

atau langkah-langkah agar siswa bisa kembali menghormati Al-Qur’an ,

membaca Al-Qur’an sehingga rasa cinta kepada Al-Qur’an akan bertumbuh,

seperti menggunakan cara menasehati, memberikan pemahaman betapa

pentingnya Al-Qur’an , seorang siswa tergantung bagaimana cara guru

memberikan pengajaran

Dan disini penulis sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Darussalam

Martapura, Fakultas Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam, dan sekarang

menginjak semester tujuh, dimana penulis mengambil konsentrasi Al-Qur’an

Hadis Sejak Semester lima. Berdasarkan latar belakang pendidikan dan pilihan

konsentrasi yang penulis pilih, dan juga melihat realita keadaan di zaman
sekarang, maka dari itu penulis memilih judul tersebut, yaitu judul “METODE

GURU AL-QUR’AN HADIS DALAM MENANAMKAN KARAKTER

CINTA AL-QUR’AN PADA SISWA MTS MANBAUL ULUM, TAMBAK

BARU ILIR, MARTAPURA”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka peneliti disini memberikan

tujuan yang harus dicapai, meliputi :

1. Mengetahui bagaimana Metode Guru Al-Qur’an Hadis Dalam Menanamkan

Karakter Cinta Al-Qur’an pada Siswa Mts Manbaul Ulum, Tambak Baru

Ilir, Martapura.

2. Mengetahui faktor apa saja yang menghambat dan mendukung Metode Guru

Al-Qur’an Hadis Dalam Menanamkan Karakter Cinta Al-Qur’an pada

Siswa Mts Manbaul Ulum, Tambak Baru Ilir, Martapura.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian yang ada maka

diperlukan penelitian terdahulu yakni:

1. Penelitian Yang Dilakukan Oleh Fitria Handayani, Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama

Islam Negeri ( Iain ) Bengkulu 2020 Dengan Judul " Peran Guru Akidah
Akhlak Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 05 Lawang Agung Seluma”. Hasil penelitian usaha guru dalam

pembentukan karakter sudah maksimal namun siswa kurang mentaati

peraturan, sehingga hasilnya kurang maksimal, Berikut persamaan dan

perbedaan dengan penelitian terdahulu:

a. Persamaan, Subjek yang sama yaitu guru, dan menggunakan metode

kualitatif deskriptif

b. Perbedaan, disini menggunakan guru akidah akhlak, dan disini karakter

sopan santun

2. Penelitian Yang Dilakukan Oleh Mulyani Sulistiani, Dari Fakultas Tarbiyah

Dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto 2017 Dengan Judul “Peran Guru

Mata Pelajaran Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Sopan Santun

Siswa Kelas III Mi Darul Hikmah Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat

Kabupaten Banyumas” hasil penelitian Kurang berhasilnya peran guru

akidah akhlak dalam pembentukan karakter siswa sepenuhnya bukan karena

kegagalan guru lainnya ada faktor lain yaitu faktor lingkungan masyarakat,

teman bermain dan orangtua. Berikut persamaan dan perbedaan dengan

penelitian terdahulu:

a. Persamaan, subjek yang sama yaitu guru, dan menggunakan metode

kualitatif deskriptif
b. Perbedaan, disini menggunakan guru akidah akhlak, dan karakter

religius

G. Signifikansi Penelitian

1. Signifikansi teoritis

Sebagai bahan tambahan informasi untuk peneliti khususnya, serta

pembaca pada umumnya, terutama dalam dunia Pendidikan Islam, dan dapat

menjadi referensi atau rujukan yang memadai. Secara keilmuan tentang

metode untuk menanamkan karakter cinta Al-Qur’an

2. Signifikansi praktis

Menjadi bahan Informasi dan masukan untuk semua elemen

masyarakat baik di civitas akademik seperti guru, dan masyarakat sendiri,

terlebih lagi terhadap guru MTs Manbaul Ulum membantu untuk

menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an.

a. Bagi penulis dapat menambah wawasan pengetahuan. Juga dapat

dijadikan bahan pertimbangan para peneliti berikutnya terhadap maksud

dan masalah yang sama.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan

memasukkan sebagai acuan bagi para peneliti baru.


c. Bagi sekolah terutama MTs Manbaul Ulum Tambak Baru Ilir Martapura,

sebagai referensi untuk metode menanamkan karakter cinta Al-Qur’an

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi atas lima bab

yang terdiri dari:

Bab I. Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah, definisi

operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian,

signifikansi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Landasan Teori, terdiri dari: Metode Guru Al-Qur’an Hadis Dalam

Menanamkan Karakter Cinta Al-Qur’an pada Siswa Mts Manbaul Ulum, Tambak

Baru Ilir, Martapura

Bab III. Metodologi Penelitian, terdiri dari: jenis penelitian, subjek dan

objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab IV. Penyajian data dan analisis meliputi: gambaran umum lokasi

penelitian, penyajian data dan analisis data.

Bab V. Penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai