INSTRUMENT PENELITIAN
Nama Npm
Mahfuz Amin : 19.12.4784
Mila : 19.12.4792
Gt. M. faisal : 19.12.4747
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “INSTRUMENT
PENELITIAN”. Tak lupa kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Maulida
Hayatina, M. Pd selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca,
dan pembuatan makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan, dan semogabagi
pembaca dapat memberikan kritik dan saran bagi kami agar makalah kami
kedepannya bisa lebih baik lagi.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata dalam penulisan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 1
C. Tujuan penulisan....................................................................... 1
A. Kesimpulan................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan
sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah
metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu
rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan
bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian karena
instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik. Untuk
memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan
realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait
dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen
penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan
reliabiltasnya.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa instrumen penelitian
B. Apa jenis-jenis instrumen penelitian
C. Apa langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian
D. apa instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif
E. Apa instrumen penelitian untuk penelitian kuantitatif
F. Apa validitas dan reliabilitas instrument\
C. TUJUAN
A. Mengetahui apa instrumen penelitian
B. Mengetahui apa jenis-jenis instrumen penelitian
C. Mengetahui apa langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian
D. mengetahui apa instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif
E. Mengetahui apa instrumen penelitian untuk penelitian kuantitatif
F. Mengetahui apa validitas dan reliabilitas instrumen
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tentang jenis instrumen tidak akan terlepas dari jenis metode pengumpulan data karena
ada beberapa nama instrumen penelitian yang sama dengan metodenya. bahwa beberapa
instrumen memiliki nama yang sama dengan metodenya, antara lain adalah sebagai
berikut ini.3
1 Instrumen untuk metode tes adalah soal tes
2 Instrumen untuk metode observasi adalah pedoman observasi atau panduan
pengamatan dan juga check list
3 Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau check list
kaitan antara metode dan instrumen pengumpulan data secara lebih detail dapat
dilihat pada tabel berikut.4
Tabel 1. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
3
Secara garis besar, instrumen dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non tes.
instrumen tes memiliki sifat mengukur, sedangkan instrumen nontes memiliki sifat
menghimpun. Instrumen tes terdiri dari beberapa jenis, seperti tes tertulis, lisan, dan
tindakan. Instrumen nontes terdiri dari angket, pedoman observasi, pedoman wawancara,
pedoman dokumentasi, peralatan mekanik, daftar check, skala dan lain sebagainya. Jenis-
jenis instrumen tersebut diuraikan sebagai berikut ini.
1 Tes
tes merupakan suatu tehnik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh responden. Instrumen tes dapat dibedakan menjadi berbagai macam,
diantaranya disajikan dalam tabel berikut.5
4
c. Jawaban bersifat mutlak sehingga penilaian menjadi lebih objektif
d. Koreksi dapat dilakukan oleh siapa saja
e. Pemberian skor mudah dan cepat
f. Korektor tidak terpengaruh dengan baik atau buruknya tulisan
g. Tidak mungkin ada dua orang responden yang jawabannya sama, tetapi
skornya berbeda
Disamping kelebihan, tes bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu sebagai
berikut ini.
a. Sulit dalam mengonstruksi soal.
b. Membutuhkan waktu yang lama.
c. Ada kemungkinan responden mencontoh jawaban orang lain dan berpikir
pasif
d. Umumnya hanya mampu mengukur proses-proses mental yang dangkal.6
2 Nontes
instrumen non tes lebih komprehensif, tidak hanya menilai aspek kognitif
saja, tetapi juga aspek afektif, dan psikomotorik. Instrumen ini meliputi berbagai
macam jenis, yaitu sebagai berikut ini.7
a. Angket (Questioner)
angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan
atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab
responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya. Menurutnya, angket terdiri
dari beberapa bentuk yaitu sebagai berikut ini.
1) Terstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban.
Bentuk ini meliputi tiga bentuk, yaitu (a) bentuk jawaban tertutup, yaitu pada
setiap pertanyaan sudah tersedia berbagai alternatif jawaban; (b) bentuk
jawaban tertutup tetapi pada bagian terakhir diberikan alternatif jawaban
secara terbuka untuk memberikan kesempatan pada responden menjawab
6
Arifin, Z. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. (Bandung: Rosdakarya. 2014).hal.228
7
Sudaryono, Margono, G, & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. (Yogyakarta:
Graha Ilmu 2013). Hal.33
5
secara bebas; dan (c) bentuk jawaban bergambar, yaitu memberikan jawaban
dalam bentuk gambar.
2) Tak berstruktur, yaitu angket yang memberikan jawaban secara terbuka,
responden bebas menjawab pertanyaan tersebut. Angket ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam, tetapi kurang dapat dinilai
secara objektif. Jawaban tidak dapat dianalisis secara statistik sehingga
kesimpulannya hanya merupakan pandangan yang bersifat umum.
6
1) Responden dapat menjawab dengan bebas dan waktu relatif lama sehingga
obektifitas dapat terjamin.
2) Informasi atau data lebih mudah dianalisis karena itemnya homogen.
3) Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang jumlahnya
cukup banyak.
c. Pedoman Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui
percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan responden. Instrumen yang digunakan untuk melakukan wawancara
adalah pedoman wawancara. Menurut Creswell, pedoman wawancara berisi
tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar
pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Isi pertanyaan
mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi
7
responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel yang dikaji dalam
penelitian.8
teradapat tiga bentuk pertanyaan wawancara yang dapat disusun dalam
pedoman wawancara, yaitu sebagai berikut ini.9
1) Terstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan
apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pedoman wawancara ini
disusun secara rinci. Pertanyaan ini biasanya digunakan jika masalahnya
tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
2) Tidak terstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga
responden bebas menjawab pertanyaan. Pedoman wawancara hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan. Jenis ini digunakan untuk mengungkap
perasaan, pikiran, dan alasan tingkah laku.
3) Campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang
terstruktur ada pula yang bebas.
bagi peneliti yang sudah berpengalaman pedoman wawancara hanya
berupa pertanyaan pokok atau inti saja. Dalam pelaksanaan wawancara,
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
kondisi. Bagi peneliti pemula atau para mahasiswa, pedoman wawancara
memuat pertanyaan pokok yang disusun dengan lebih rinci.
Kriteria penulisan pertanyaan dalam pedoman wawancara adalah sebagai
berikut ini. 10
1) Pertanyaan berfungsi untuk memancing informasi yang dapat digunakan
untuk menguji hipotesis atau pertanyaan penelitian.
2) Pemilihan tipe pertanyaan yang sesuai.
3) Pertanyaan jelas dan tidak mengandung tafsir majemuk. Hindari pertanyaan
yang memuat lebih dari satu gagasan.
4) Hindari pertanyaan yang menggiring responden untuk memberikan
alternatif jawaban tertentu.
8
Sudaryono, Margono, G, & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Hal.35
9
Sudaryono, Margono, G, & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.. Hal.37
10
Kerlinger, F. N. Asas-asas Penelitian Behavioral (Edisi Ketiga). (L. R. Simatupang, Terjemahan). (Yogyakarta: Gajah
mada University Press.2014). Hal.777
8
5) Mempertimbangkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh
responden.
6) Pertanyaan yang menuntut ihwal yang bersifat pribadi, kepekaan, dan
kontroversial diletakkan di bagian belakang setelah tercapai keakraban.
7) Menghindari pertanyaan yang mengarahkan responden untuk
mengungkapkan sentimen-sentimen yang hanya dipandang baik secara
sosial saja.
d. Pedoman Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian. Salah satu instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi
adalah pedoman observasi. menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
pedoman observasi hanya berupa garis-garis besar atau butir-butir umum
kegiatan yang akan diobservasi. Rincian dari aspek-aspek yang diobservasi
dikembangkan di lapangan dalam proses pelaksanaan observasi. Dalam
penelitian kuantitatif, pedoman observasi dibuat lebih rinci, dalam penelitian
tertentu pedoman observasi dapat berbentuk check list. minimal terdapat dua
format observasi untuk penelitian kuantitatif, yaitu (1) berisi butir-butir pokok
kegiatan yang akan diobservasi, dalam pelaksanaan pengamat membuat
deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati; dan (2) berisi butir-
butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati.
Pedoman observasi dapat pula disusun dalam bentuk skala.11
e. Pedoman Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam penelitian dapat berupa dokumen yang
sudah ada maupun dokumen yang dirancang selama penelitian., dokumen
merupakan bahan-bahan tertulis, misalnya silabus, program tahunan, program
bulanan, program mingguan, rencana pelaksanaan pembelajaran, catatan pribadi
siswa, buku raport, kisikisi, daftar nilai, lembar soal atau lembar tugas, lembar
jawaban, dan lain sebagainya. Dokumen dapat juga berbentuk dokumen yang
11
Sudaryono, Margono, G, & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.. Hal.39
9
terkait dengan kondisi lingkungan sekolah, data guru, data siswa, dan organisasi
sekolah.12 menyatakan bahwa bentuk instrumen dokumentasi terdiri dari dua
macam, yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau
kategori yang akan dicari datanya dan check list yang memuat daftar variabel
yang akan dikumpulkan datanya. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup
menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check list
peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.13
h. Peralatan mekanis
peralatan mekanis digunakan untuk merekam proses observasi,
wawancara, atau kegiatan penelitian yang lain. Peralatan mekanis yang biasa
digunakan meliputi kamera dan recorder. Hasil rekaman dapat berupa video,
foto, rekaman suara, kaset, dan lain-lain.
i. Skala
12
Arifin, Z. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. (Bandung: Rosdakarya. 2014).hal.243
13
Trianto. . Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan tenaga Kependidikan (Edisi
Pertama). (Jakarta: Kencana.hal 2011).hal.268
14
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Komponen (MKDK. Jakarta: Riena Cipta. 2010).hal 159
10
menyatakan bahwa skala adalah sehimpunan butir verbal yang pada setiap
butirnya dijawab oleh responden dengan menyatakan tingkat kesetujuan atau
ketidaksetujuannya, atau menjawab dengan cara lain. Butir-butir skala
mempunyai alternatif tertentu dan menempatkan responden pada titik tertentu di
skala tersebut. Skala yang digunakan dalam penelitian meliputi berbagai macam,
diantaranya adalah sebagai berikut ini.15
1) Skala sikap menunjuk pada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak
berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Untuk mengukur sikap, perlu
memperhatikan tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi, dan konasi
(kecenderungan bertindak).
2) Skala minat Minat merupakan dorongan atau aktivitas mental yang dapat
merangsang perasaan senang terhadap sesuatu. Minat merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Berminat tidaknya
seseorang terhadap sesuatu dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain
perhatian, perasaan, motivasi dan sikap
3) Skala penilaian (rating scale) Skala ini banyak digunakan dalam observasi.
Perilaku manusia, baik sikap, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam
tingkat-tingkat tertentu sehingga perlu skala penilaian. menyatakan bahwa
skala ini tidak hanya melihat ada atau tidaknya onjek yang diamati, tetapi
juga mengukur intensitas fenomena yang disusun dalam tingkatan-tingkatan
yang telah ditentukan. Menurutnya, skala penilaian memiliki beberapa
kelemahan yaitu, halo effects, generousity affects, and carry-over effects.
Halo effects merupakan kelemahan yang timbul jika observser terpikat oleh
kesan-kesan umum yang baik pada responden tetapi tidak menyelidiki kesan-
kesan umum tersebut. Generosity effects timbul jika ada keinginan untuk
berbuat baik. Carry-over effects timbul jika observer tidak dapat memisahkan
satu fenomena dengan fenomena yang lain.16
15
Kerlinger, F. N. Asas-asas Penelitian Behavioral (Edisi Ketiga). (L. R. Simatupang, Terjemahan). (Yogyakarta: Gajah
mada University Press.2014). Hal.775
16
Arifin, Z. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. (Bandung: Rosdakarya. 2014).hal.246
11
C. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
Pemilihan tehnik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang digunakan
perlu dipertimbangkan dengan baik karena setiap tehnik pengumpulan data dan instrumen
penelitian memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam melaksanakan suatu penelitian
biasanya digunakan lebih dari satu metode atau instrumen agar dapat saling menutupi
kelemahan. menyarankan pertimbangan penggunaan tehnik pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut ini.17
1 Angket digunakan bila jumlah responden banyak, dapat membaca dengan baik, dan
dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
2 Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja,
gejala alam, dan responden atau lingkupnya kecil.
3 Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam dan jumlah responden sedikit.
4 Gabungan ketiganya digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat,
dan konsisten.
Di samping itu, mengungkapkan bahwa angket digunakan jika jumlah responden
yang dijadikan sebagai sumber cukup banyak sehingga tidak mungkin digunakan dengan
cara lain, angket juga digunakan apabila ingin menggali pendapat atau opini responden
tentang isu-isu yang sedang berkembang, dan biasanya permasalahan yang digali adalah
permasalahan yang terbatas.18
Selain pertimbangan tersebut, menyatakan bahwa secara garis besar pemilihan
metode penelitian dan instrumen pengumpulan data dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
tujuan penelitian, sampel penelitian, lokasi, pelaksana, biaya, waktu, jenis data yang
dibutuhkan, tehnik analisis, serta faktorfaktor pendukung dan penghambat lainnya.
memberikan penjelasan yang lebih rinci dalam mempertimbangkan pemilihan dan
penyusunan instrumen penelitian, antara lain sebagai berikut ini.19
1 Masalah dan variabel yang diteliti harus jelas dan spesifik sehingga dapat
menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan dengan mudah.
17
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2014).hal.172
18
Sanjaya, W. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur .(Jakarta: Kencana. 2013). Hal.255
19
Arikunto, S. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta.2000). hal.207
12
2 Sumber data atau informasi dan jumlah keragamannya harus diketahui terlebih
dahulu sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika, dan item
dalam instrumen penelitian.
3 Keterampilan instrumen sebagai alat pengumpul data, baik dari keajegan, kesahihan
maupun objektivitasnya.
4 enis data yang diharapkan dari penggunaan instumen harus jelas, peneliti dapat
memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian.
5 Mudah dan praktis digunakan dan dapat menghasilkan data yang diperlukan
mengukur suatu variabel penelitian, seorang peneliti dapat menyusun sendiri
instrumen penelitian. Namun, dalam hal-hal tertentu, peneliti dapat menggunakan
instrumen yang telah ada, yaitu berupa instrumen baku atau yang telah digunakan dalam
penelitian sebelumnya. Peneliti juga dapat menggunakan instrumen yang sudah ada, yang
disusun berdasarkan suasana sosial budaya asing. Pemakaian instrumen yang telah ada
tersebut tidak luput dari kriteria yang dikenakan pada instrumen dan juga harus dilakukan
pengujian mutu instrumen sesuai dengan kriteria yang dimaksud.
jika ingin menyadur instrumen baku yang dikembangkan dalam bahasa asing, ada
beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut ini. 20
1 Menelaah instrumen asli dengan mempelajari panduan umum (manual) instrumen
dan butir-butirnya. Hal ini dilakukan untuk memahami konstruksi variabel yang
diukur, kisi-kisi, butir-butir, dan cara penafsiran jawaban.
2 Menerjemahkan setiap butir instrumen ke dalam Bahasa Indonesia. Penerjemahan ini
harus dilakukan oleh dua orang secara terpisah.
3 Memadukan kedua terjemahan tersebut oleh orang ketiga.
4 Menerjemahkan kembali ke dalam bahasa asalnya. Hal ini untuk mengetahui
kebenaran penerjemahan.
5 Memperbaiki butir instrumen apabila diperlukan.
6 Menguji pemahaman subyek terhadap butir instrumen.
7 Menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
20
Arifin, Z. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. (Bandung: Rosdakarya. 2014).hal.225
13
Jika instrumen dikembangkan oleh peneliti sendiri, terdapat langkah-langkah
pengembangan instrumen yang hampir baku. secara umum langkah-langkah pengembangan
instrumen adalah sebagai berikut ini.21
21
Sumadi, S. Metodologi Penelitian.( Jakarta : PT. Raja Grafindo. 2014).hal.53
14
4 Telaah dan revisi butir-butir pertanyaan atau pernyataan
Butir-butir pertanyaan dan pernyataan harus ditelaah secara cermat apakah sudah
sesuai dengan yang dirancangkan atau apakah perlu direvisi. Telaah dan revisi butir-butir
pertanyaan dan pernyataan dilakukan oleh team, akan lebih baik apabila diselenggarakan
dalam kegiatan seperti seminar, agar butir-butir pertanyaan dan pernyataan itu dapat
dicermati dari berbagai aspeknya. Aspekaspek utamanya adalah (a) kesesuaian dengan
spesifikasi, (b) kesesuaian dengan 19 landasan teoretis, (c) kesesuaian dengan format
yang dilihat dari sudut ilmu pengukuran, (d) ketepatan bahasa yang digunakan dengan
melihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon
15
sama atau waktu yang berlainan. Dari hasil reliabilitas, instrumen dapar dipercaya atau
dapat diandalkan. Sementara untuk menguji validitas terdapat tiga macam cara, yaitu
validitas isi, validitas construct, dan validitas kriteria.
22
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2014).hal.306
16
3 tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4 suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5 peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6 hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.23
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memili
kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:
1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada
subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami"
makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata
(verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian
kualitatif.
2. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan
data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi
penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
3. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang
tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang
"mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah
1. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti.
Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-
23
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2014).hal.308
17
hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil
observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
2. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan
melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan
"insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang
tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya
sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya
dalam bentuk tertulis".
3. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah
diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap
dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga
sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa
dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin
dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.
18
teknik intervieu atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang menggunakan
teknik observasi, dan lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah
menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan
tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan
diajukan kepada responden. Sedangkan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis
kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
24
Ibnu Hadjar. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada.1996).hal.160
19
atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,
mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.25
Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi
Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen
untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang
diukur tidak berubah).
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang
dibuat dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti
mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen
yang berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka
memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal
yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu
mengukur hal yang sama (motivasi).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Instrumen penelitian merupakan salah satu komponen penting dalam penelitian.
Instrumen penelitian dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian agar data lebih mudah diolah dan memperoleh hasil penelitian yang
berkualitas. Dalam mengembangkan instrumen, peneliti perlu mengetahui jenis-jenis
instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian. Secara umum, jenis-jenis instrumen dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu instrumen tes dan non tes. Masing-masing jenis
tersebut masih memiliki berbagai macam jenis. Selain jenis instrumen, peneliti juga perlu
mempertimbangkan skala pengukuran yang akan digunakan dalam penyusunan instrumen.
25
M. Burhan Bungin. 2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan kebij akan p ublik serta
ilmu-ilmu sosial lainnya. (Jakarta: Prenada Media. 2005). Hal.97
20
Dengan demikian peneliti dapat menyusun instrumen penelitian yang berkualitas dengan
mengikuti beberapa langkah penyusunan instrumen.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah
penelitinya sendiri, sedangkan dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan
menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat
instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.
Enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu : 1) Mengidentifikasikan
variabel-variabel yang diteliti. 2) Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi, 3)
Mencari indikator dari setiap dimensi, 4) Mendeskripsikan kisi-kisi instrument, 5)
Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument, 6) Petunjuk pengisian
instrumen.
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu Valid
dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus
diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
21
DAFTAR PUSTAKA
Margono, S. 2013 Metodologi Penelitian Pendidikan, Komponen MKDK. (Jakarta: Riena Cipta.),
Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arikunto, S. 2000 Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta..
Sanjaya, W .2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur .Jakarta: Kencana..
Arifin, Z. 2014. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Rosdakarya..
Sudaryono, Margono, G, & Rahayu, W. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kerlinger, F. N. 2014 Asas-asas Penelitian Behavioral (Edisi Ketiga). (L. R. Simatupang,
Terjemahan). Yogyakarta: Gajah mada University Press..
Trianto. . Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan tenaga
Kependidikan (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana.hal 2011.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta..
Sumadi, S. 2014. Metodologi Penelitian.Jakarta : PT. Raja Grafindo.
.Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada..
M. Burhan Bungin. 2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan kebij
akan p ublik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media..
22