Anda di halaman 1dari 24

A.

Latar Belakang Masalah

al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan secara

mutawatir kepada nabi Muhammad SAW, dibawakan melalui perantara

malaikat Jibril, ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Adapun urutan

surahnya dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-

Nas.Membacaal-Qur’an merupakan suatu ibadah yang mendatangkan

Pahala.Baik itu dibaca diwaktu sholat maupun diluar waktu sholat. 1 Selain

itu al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat islam dalam menjalankan

kehidupannya. Allah SWT berfirman:



Artinya: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-

Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

mengenai petunjuk itu dan sebagai pembeda (antara yang haq dan yang

bathil)…” (Q.S al-Baqarah: 185)2

Muhammad Quraish Shihab menjelaskan ayat ini dalam tafsirnya

yang berjudul al-Mishbah bahwa beberapa hari yang ditentukan, yakni dua

puluh Sembilan atau tiga puluh hari saja selama bulan ramadhan yaitu

bulan yang didalamnya dirurunkan permulaan al-Qur’an sebagai petunjuk

bagi manusia.Petunjuk yang dimaksud disini ialah menyangkut tuntunan

1
Muhammad Ibnu Jamil Zainu, Pemahaman al-Qur’an, (Bandung: Gema Risalah Press,
tt), h.53.
Lajnah Pentashih al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka al-Mubin,
2

2013), h.28.

1
yang berkaitan dengan akidah dan dalam hal perincian hukum-hukum

syariat.3

al-Qur’an diturunkan pada bulan ramadhan mengisyaratkan bahwa

sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an selama

bulan Ramadhan. Mempelajarinya diharapkan dapat memperoleh petunjuk

serta memahami dan menerapkan penjelasan-penjelasan yang dianjurkan

oleh al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.4

al-Qur’an sangat banyak memberi manfaat bagi yang

mengambilnya sebagai petunjuk demikian pula bagi orang yang suka

membaca al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Telah

menceritakan kepadaku al-Hasan bin Ali al-Hulwani telah menceritakan

kepada kami Abu Taubah iaadalah ar-Rabi’ bin Nafi’, telah menceritakan

kepada kami Mu’awiyahyakni Ibnu Sallam, dari Zaid bahwa ia mendengar

Abu Sallam berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Umamah al-Bahili

ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah al-Qur’an

karna iaakan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari

kiamat nanti…” (H.R Muslim no.1337kitab : solatnya musafir dan

penjelasan tentang qashar, Bab: Keutamaanmembaca Al-Qur'an dan surat

al-Baqarah)

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan ampunan serta

rahmat dari Allah. Dalam bulan Ramadhan umat islam dianjurkan agar

3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an, Cet.4.
(Jakarta Lentera Hati, 2011), h.487.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an,h.488.

2
banyak-banyak beribadah salah satu caranya ialah dengan membaca al-

Qur’an. Bahkan darihadis diatas sudah secara jelas disebutkan bahwa

betapa beruntungnya orang-orang yang membaca maupun mengamalkan

al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimanacara yang benar dan

tepat ketika membaca ayat al-Qur’an, baik itu dari segi pakaian, tempat,

waktu maupun cara melafalkan ayat al-Qur’an.

Orang yang beragama islam tentu berkeyakinan bahwa al-Qur’an

merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan. Menggunakan al-Qur’an

sebagai pedoman bukan berarti hanya memiliki al-Qur’an dirumah untuk

disimpan saja.Akan tetapi mengambil pelajaran dari kandungan ayat al-

Qur’an tersebut.Untuk mengambil pelajaran dari ayat al-Qur’an

merupakan sebuah keharusan bagi kita untuk mempelajarinya terlebih

dahulu baik itu belajar membaca, menterjemah maupun belajar memahami

isi kandungan al-Qur’an itu sendiri. Salah satu cara agar bisa membaca al-

Qur’an dengan lancar ialah bertadarus. Mengenai waktunya bisa dilakukan

di pagi, siang maupun malam hari.

Kegiatan tadarus al-Qur’an ini bisa dilakukan sendiri maupun

secara bersamaan.Tadarus yang dilakukan sendiri disebut juga tadarus

mandiri.Sedangkan tadarus yang dilakukan secara bersama-sama disebut

juga dengan tadarus kelompok.Disebut tadarus kelompok, karna jumlah

orang yang ikut serta dalam kegiatan tadarus tersebut banyak dan minimal

3
tiga orang. Kegiatan apapun yang dilakukan secara bersama tentu akan

menimbulkan semangat. Begitu pula halnya dengan tadarus al-Qur’an.

Dengan dilakukannya kegiatan tadarus al-Qur’an secara bersamaan tentu

akan menimbulkan suatu motivasi dalam melakukan kegiatan tersebut.

Sekarang banyak kita temukan kegiatan tadarus al-Qur’an pada

bulan Ramadhan.Baik itu di Masjid, Pesantren, maupun dalam rumah

masing-masing.Ada yang berkelompok danada pula yang sendiri-sendiri.

Meski demikian yang paling banyak kita temukan ialah kegiatan tadarus

al-Qur’an di Masjid-masjid seperti halnya di kota Banjarmasin.Kegiatan

ini pada umumnya dilaksanakan oleh orang-orang secara berkelompok dan

dilakukan pada malam hari, setelah selesai sholat tarawih berjamaah.

Adapun tadarusnya dilakukan secara bergantian dan kegiatan tersebut

berlangsung maksimal sampai jam 10 malam.

Berbeda halnya dengan fenomena yang saya temukan di desa

Bahalayung kecamatan Bakumpai. Di sana ada sebuah Panti Asuhan yang

melaksanakan tadarus al-Qur’an dibulan Ramadhan pada malam hari.

Kegiatan ini berlangsung dari selesai sholat tarawih sampai sahur, dalam

kegiatan ini dibagi menjadi dua kelompok (moment). Kelompok pertama

berlangsung dari selesai sholat tarawih sampai jam dua belas kemudian

disambung oleh kelompok kedua, dari jam dua belas sampai

sahur.Kegiatan tadarus al-Qur’an ini dilaksanakan oleh santri dan santri

wati dimasing-masing tempat.Santri melaksanakan tadarus al-Qur’an di

dalam masjid sedangkan santri wati melaksanakan tadarus al-Qur’an di

4
Aula panti asuhan.Dalam satu kelompok masing-masing dari santri

maupun santri wati disana maksimal kurang lebih tujuh orang.Disana

rutinitas tersebut terus berlangsung selama bulan Ramadhan dan kegiatan

tersebut sudah berlangsung sekitar kurang lebih enam tahun.

Hal inilah yang menarik perhatian saya untuk meneliti kegiatan

tadarus al-Qur’an pada bulan Ramadhan di tempat tersebut.Karna menurut

saya ini merupakan kegiatan yang unik serta patut dicontoh oleh

masyarakat maupun lembaga pendidikan.Sehinggapada akhirnya saya

berkesimpulan untuk mengangkat sebuah skripsi yang berjudul:

”Fenomena Tadarus al-Qur’an Pada Bulan Ramadhan di Panti

Asuhan Ahsanul Huda Kecamatan Bakumpai (Study Living Qur’an)

Living Qur’an bermula dari fenomena al-Qur’an in every day life

yakni makna dan fungsi dari al-Qur’an itu sendiri yang secara nyata

difahami serta dialami oleh masyarakat muslim.5 Jadi yang dimaksud

dengan living Qur’an ialah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai

peristiwa sosial yang berkaitan dengan kehadiran al-Qur’an dalam

komunitas masyarakat muslim tertentu.6seperti halnya dipanti asuhan

Ahsanul Hudayang telah mengamalkan tadarus al-Qur’an pada bulan

Ramadhan dimalam hari dari selesai sholat tarawih sampai sahur.

B. Rumusan Masalah

5
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
Teras, 2007 ), Cet.1, h.5.
6
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, h.8.

5
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pelaksanaan tadarus al-Qur’an pada bulan Ramadhan di

Panti Asuhan Ahsanul Huda di Desa Bahalayung?

2. Apa motivasi terlaksananya kegiatan tadarus al-Qur’an pada bulan

Ramadhan di tempat tersebut?

3. Bagaimana kesan santri yang ikut dalam kegiatan tadarus al-Qur’an pada

bulan Ramadhan di tempat tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini ialah bertujuan

untuk mengetahui:

1. Cara pelaksanaan tadarus al-Qur’an pada bulan Ramadhan di Panti Asuhan

Ahsanul Huda.

2. Motivasi yang mendorong santri untuk bertadarus al-Qur’an di Panti

Asuhan Ahsanul Huda.

3. Kesan terhadap kegiatan bertadarus al-Qur’an bagi santri di Panti Asuhan

Ahsanul Huda.

D. Signifikansi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar berguna:

1. Mengetahui inovasi mereka dalam bertadarus al-Qur’an pada bulan

Ramadhan di Panti Asuhan Ahsanul Huda

2. Sebagai motivasi bagi semua pembaca untuk bertadarus al-Qur’an.

6
3. Sebagai hikmah serta serta khazanah keilmuan bagi fakultas Ushuluddin

dan Humaniora.

E. Definisi Istilah

Mempertegas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka

dikemukakan beberapa istilah dalam judul penelitian ini sebagai berikut:

1. Fenomena

Kata fenomena dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai

hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat dijelaskan serta

bernilai ilmiah.7Termasuk juga suatu gejalayang terjadi dalam suatu

masyarakat tertentu.Gejala tersebut bisa berupa gejala sosial maupun

keagamaanseperti kegiatan tadarus al-Qur’an pada bulan ramadhan di panti

asuhan Ahsanul Huda.8

2. Tadarus

Tadarus ialah menderas atau membaca al-Qur’an. Hal ini tidak jarang

kita temukan di masyarakat islam seperti ditempat yang akan diteliti oleh

penulis yaitu di panti asuhan didesa Bahalayung.9Di panti tersebut telah

dilaksanakan tadarus al-Qur’an secara berkelompok pada bulan

Ramadhan.Tadarus tersebut dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok

pertama dimulai dari selesai sholat tarawi sampai jam dua belas sedangkan

7
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia Utama, 2008), h.390.
8
Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.208.
9
Umi Chulsum dan Windi Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Yoshiko
Press, 2006), Cet.1, h.638.

7
kelompok kedua menyambung tadarus dari kelompok yang pertama

sampai sahur.

3. Panti

Panti adalah rumah atau tempat tinggal.Sedangkan kata panti asuhan

adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim, piyatu serta yatim

piyatu.10

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian living Qur’an merupakan penelitian yang unik sehingga

menarik perhatian banyak orang untuk meneliti. Seperti halnya penelitian

yang dilakukan oleh:

Khairul Ulum dalam skripsinya yang berjudul “Pembacaan al-Qur’an di

Lingkungan Jawa Timur (Study Masyarakat Grujugan Bondowoso)”

dalamskripsi ini mengungkapkan tentang pelaksanaan pembacaan ayat al-

Qur’an dimasyarakat tersebut dibagi menjadi dua moment, yaitu rutin dan

insidental sesuai dengan hajat (kebutuhan). Berbeda halnya dengan penelitian

yang akan diteliti oleh penulis yang berkaitan dengan tadarus al-Qur’an yang

dilakukan secara rutin sepanjang bulan ramadhan. Dalam skripsi Khairul

Ulum juga dijelaskan terdapat tiga makna pembacaan al-Qur’an, diantaranya

ialah sebagai kitab bacaan yang mulia, sebagai obat hati dan sebagai sarana

perlindungan dari bahaya siksa di hari akhir.11Inilah yang menjadi persamaan


10
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), Edisi.3, h.826.
11
Khoirul Ulum, “Pembacaan al-Qur’an di Lingkungan Jawa Timur (Study Masyarakat
Grujugan Bondowoso” (Skripsi tidak diterbitkan: UIN Sunan Kalijaga, Program Pascasarjana,
Program Study Agama dan Pilsafat, jurusan Study al-Qur’an dan Hadis, 2009), http://digilib.uin-

8
dengan penelitian penulis yaitu berhubungan dengan motivasi serta kesan dari

kegiatan tadarus al-Qur’an yang sudah dilaksanakan.

Riansyah skripsinya yang berjudul “Fenomena Pengamalan al-Qur’an di

Pondok Pesantren al-Mujahidin Marabahan Kabupaten Barito Kuala (Study

Living Qur’an)” dalam skripsi inipenulis memaparkan tentang pengamalan

(ritual) yang telah dilakukan serta diyakini secara magis (dimensi) terhadap

ayat-ayat al-Qur’an oleh santri maupun ustadz yang ada di lingkungan

pesantren al-Mujahidin di kota Marabahan.12 Yang menjadi persamaannya

dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis ialah sama-sama

mengamalkan al-Qur’an hanya saja penelitian penulis ini menunjukkan

pengamalan membaca al-Qur’an secara menyeluh sedangkan dalam skripsi

Riansyah yang diamalkan untuk dibaca hanya ayat-ayat tertentu saja misalnya

surah yusuf ayat 3 dibaca ketika bercermin dengan tujuan supaya ketika orang

memandang wajahnya terlihat tampan seperti nabi Yusuf.

G. Metode Penelitian

1. Bentuk dan Sifat Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan (Field research) yaitu

jenis penelitian mendalam mengenai gejala sosial sehingga menghasilkan

suatu gambaran. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi serta

suka.ac.id/7659/2/BAB%201,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 7


agustus 2017.
12
Riansyah, “Fenomena Pengamalanal-Qur’an di Pondok Pesantren al-Mujahidin
Marabahan Kabupaten Barito Kuala (Study Living Qur’an)” (Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas
Ushuluddi dan Humaniora Banjarmasin, Jurusan Tafsir Hadis, IAIN Antasari Banjarmasin, 2015),
h.12.

9
bertanya secara langsung kepada pihak terkait mengenai kegiatan tadarus

al-Qur’an ditempat tersebut.

Sifat penelitian ini adalah bersifat kualitatif yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk mengungkap gejala secara menyeluruh dan sesuai

dengan konteks (apaadanya). Sehingga dengan begitu akan menghasilkan

data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-

orang yang berperilaku yang dapat diamati.13

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di desa Bahalayung kecamatan

Bakumpai kabupaten Barito Kuala.Alasan penulis memilih penelitian di

desa ini karena penulis baru pertama kali mendengar serta menyaksikan

secara langsung tentang adanya kegiatan tadarus al-Qur’an pada bulan

Ramadhan yang dilakukan sampai sahur, sepanjang bulan Ramadhan dan

dibagi kedalam dua moment.Dari situlah penulis tertarik untuk meneliti

fenomena tadarus al-Qur’an yang ada di desa Bahalayung kecamatan

Bakumpai tersebut.Disamping itu pula lokasi penelitian tidak terlalu jauh

dari tempat penulis.Sehingga tidak sulit untuk observasi ke tempat

tersebut.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

13
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet.1, h.100.

10
Data pokok berupa data-data hasil dari observasi dan wawancara

dengan responden dan informan14 mengenai:

1. Cara tadarus al-Qur’an pada bulan Ramadhan di panti asuhan

Ahsanul Huda

2. Motivasi yang mendorong santri untuk bertadarus al-Qur’an pada

bulan Ramadhan

Adapun sebagai data pelengkapnya ialah mengambil dari buku-

buku dan pernyataan secara langsung dari pemimpin sekaligus pendiri

panti asuhan Ahsanul Huda mengenai sejarah singkat lokasi penelitian.

b. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Responden, yaitu pihak yang terlibat secara langsung dalam

penelitian. Seperti para santri dan ustadz yang berada di panti

asuhan Ahsanul Huda:

Bapa H. Safaruddin, S.Pd.beliau adalah pendiri sekaligus

pemimpinpanti asuhan Ahsanul Huda. Dimulai dari berdirinya panti

tersebut hingga saat ini beliau masih tetap menjabat sebagai pemimpin

panti asuhan tersebut. Kepadanyalah penulis akan meminta data

sejarah tentang berdiri hingga berkembangnya panti asuhan Ahsanul

14
Koentjaraningrat, metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1997), h.135.

11
Huda. Data tersebut berupa hasil wawancara secara langsung dan

meminta data arsip tentang profil panti asuhan Ahsanul Huda.

Selain itu penulis juga meminta data tentang motivasi apa saja

yang diberikan kepada santrinya sehingga kegiatan tadarus al-Qur’an

pada bulan Ramadhan berjalan dengan rutin dan lancar. Serta

bagaimana cara pelaksanaan tadarus al-Qur’an ditempat tersebut.

Penulis juga akan meminta data kepada beberapa santri yang ikut

serta bertadarus al-Qur’an di panti asuhan Ahsanul Huda. Santri yang

ikut biasanya maksimal berjumlah kurang lebih 7 orang dan minimal 4

orang dalam satu kelompok. Tadarus ini dilakukan oleh santri putra

dan putri akan tetapi dalam penyelenggaraan kegiatannya dipisah

antara putra dan putri. Kegiatan tadarus santri putra dilaksanakan

didalam Mushalla sedangkan tadarus santri watinya dilaksanakan di

ruamg kelas MTS panti asuhan.

Adapun data yang akan digali dari para santri ialah tata cara

tadarus al-Qur’an di Bulan Ramadhan, motivasi apa yang membuat

kegiatan tadarus al-Qur’an berjalan dengan rutin, bagaimana respon

mereka terhadap berlangsungnya kegiatan tersebut dan bagaimana

kesan yang didapatkan setelah mapun ketika kegiatan tersebut

berlangsung.

2. Informan yaitu semua pihak yang dapat memberi informasi terkait

dengan study yang akan diteliti oleh penulis. Seperti para guru

12
yang aktif mengajar disana serta para alumni panti asuhan Ahsanul

Huda.

c. Prosedur Pengumpulan Data

Cara mengumpulkan dataDalam penelitian ini melalui:

Wawancara secara langsung kepada responden dan informan

mengenai masalah yang akan diteliti.15Seperti halnya fenomena tadarus

al-Qur’an yang dilakukan sampai sahur.Adapun jenis wawancara yang

digunakan ialah wawancara yang tidak berstruktur.Selain itu juga

penulis ingin mengungkap motifasi maupun penjelasan-penjelaskan

yang mungkin ada maksud maupun tujuan tertentu sehingga

dilaksanakannya kegiatan tersebut.16

Observasi yaitu langsung turun ke lapangan meskipun tidak

mengamati kegiatan tadarus al-Qur’an secara langsung karna

observasinya dilakukan diluar bulan Ramadhan namun disini penulis

hanya bertemu dengan orang-orang yang pernah ikut serta dalam

kegiatan tersebut.17 Selain itu penulis juga akan meminta bukti berupa

foto-foto kegiatan tadarus al-Qur’an pada bulan Ramadhan.Hal ini

dilakukan agar data yang didapat dari penelitian tersebut benar-benar

15
Nana Syadik Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h.216-222.
16
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), Cet.28, h.191.
17
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), Cet.2 h.101.

13
nyata.Karna langsung berinteraksi dengan santri maupun ustadz yang

tinggal di panti asuhan Ahsanul Huda.18

Dokumentasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap suatu gejala yang benar-benarnampak objeknya.Seperti

tempat serta kejadian yang akanditeliti oleh penulis. Adapun alat-alat

yang digunakan untuk dokumentasi ialah seperti hp, kamera dan alat

yang lainnya.Hal ini sangatlah diperlukan sebagai bahan bukti bahwa

penelitian yang dilakukan terhadap suatu fenomena benar-benar

valid.19

d. Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan oleh penulis

adalah sebagai berikut:

1. Editing

Penulis akan memeriksa, mengoreksi, serta melakukan pengecekan

kembali terhadap data yang sudah didapat mana yang relevan dan

mana yang tidak relevan. Serta memeriksa apakah data yang sudah

didapat tersebut jelas dan benar. Dalam artian lain apakah data

tersebut benar-benar valid.20

2. Kategorisasi

18
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,h.186.
19
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), h.77.
20
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), Cet.1, h.67.

14
Penulis akan mengelompokkan data berdasarkan kategorisasi

permasalahannya. Sehingga data yang didapat tersusun secara

sistematis.

3. Deskripsi dan Interpretasi

Penulis akan menggambarkan data yang didapat baik secara lisan

maupun secara tulisan. Kemudian di deskripsikan secara tulisan dalam

bentuk skripsi ini untuk di interpretasi (ditanggapi maupun diberi

pendapat tentang fenomena yang ada).

4. Analisis

Penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang sudah

terkumpul. Data yang diambil hanya data yang terpenting.Analisis ini

bersifat penyederhanaan dari sejumlah data deskriptif kualitatif.Hal ini

dilakukan agar mudah dipahami oleh pembaca.21

e. Daftar Dokumentasi

Daftar Dokumentasi diklarifikasikan menjadi beberapa bagian:

1. Arsip data para santri dan guru yang ada di panti asuhan Ahsanul

Huda

2. Data resmi serta profil panti Asuhan Ahsanul Huda

21
Masri Singrimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Surfei, (Bandung: Pustaka
Jaya Utama, 2004), 198.

15
3. Foto dokumentasi kegiatan para santri dan guru terkait kegiatan

yang berhubungan dengan al-Qur’an di panti asuhan Ahsanul

Huda.

f. Pedoman Riset, Dokumentasi, Observasi dan Wawancara

1. Pedoman riset dan dokumentasi

a. Gambaran umum panti asuhan ahsanul Huda desa Bahalayung

kecamatan Bakumpai

b. Jumlah para santri dan guru yang aktif di panti asuhan Ahsanul

Huda

c. Jumlah kegiatan yang berhubungan dengan al-Qur’an

d. Struktur kepengurusan panti asuhan Ahsanul Huda

2. Pedoman Observasi

a. Kesan umum, kondisi fisik dan penampilan para subjek yang

diteliti

b. Lingkungan tempat penelitian yakni di panti asuhan Ahsanul Huda

desa Bahalayung kecamatan Bakumpai

c. Perilaku para subjek dalam berinteraksi dengan rekan-rekan

maupun dengan lingkungannya

d. Fasilitas yang digunakan oleh kelompok dalam bertadarus al-

Qur’an

e. Proses kegiatan pengamalan tadarus al-Qur’an

16
3. Pedoman Wawancara Terlampir

a. Sejak kapan tadarus al-Qur’an dilaksanakan di panti?

b. Berapa jam waktu bertadarus al-Qur’an?

c. Motivasi yang diberikan kepada santri untuk bertadarus al-

Qur’an?

d. Tujuan bertadarus al-Qur’an?

e. Sesudah Ramadhan apakah kegiatan tersebut masih tetap

berlangsung?

f. Kenapa ditekankan hanya pada bulan Ramadhan?

g. Cara bertadarus al-Qur’an?

h. Jumlah orang yang ikut serta dalam bertadarus?

i. Tingkat pendidikan santri yang ikut serta bertadarus?

j. Fasilitas yang digunakan untuk bertadarus?

H. Sistematika Penulisan

Penyusunan penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi operasional, penelitian

terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

17
Bab II Landasan Teoritis, terdiri dari pengertian al-Qur’an, fungsi al-

Qur’an dan metodologi tafsir seperti sumber, teknik dan corak penafsiran al-

Qur’an.

Bab III Laporan Hasil Penelitian, memuat tentang gambaran umum

tentang panti asuhan Ahsanul Huda di desa Bahalayung Kecamatan Bakumpai

kabupaten Barito Kuala. Dimulai dari sejak awal berdirinya panti asuhan

tersebut hingga berkembang sampai sekarang. Dalam bab ini juga memuat

tentang kegiatan tadarus al-Qur’an pada bulan Ramadhan di panti asuhan

Ahsanul Huda. Kemudian data akan diolah dan dikaji tentang masalah yang

berkaitan dengan pengamalan tadarus al-Qur’an yang dilakukan oleh

santrisecara rutin sepanjang malam bulan Ramadhan, cara-cara, motivasi,

pemahaman serta pengalaman atau kesan yang dirasakan oleh santri.

Bab IVAnalisis, memuat tentang analisis fenomena tadarus al-Qur’an pada

bulan Ramadhan. Seluruh data akan dianalisis sesuai dengan fungsionalisme

al-Qur’an.

Bab V Penutup,bab inilah yang mengakhiri semua pembahasan yang

diiringi dengan kesimpulan dan saran dari penulis terhadap penelitian yang

telah diteliti. Dalam bab ini pula terdapat jawaban-jawaban atas pertanyaan

yang diajukan dalam rumusan masalah.

18
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Umi Chulsum, dan Windi Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Surabaya:

Yoshiko Press, 2006.

Hamdi, Rafi’I. “Ayat-ayat al-Qur’an sebagai Pekasih menurut Ulama di

Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin” Skripsi tidak

diterbitkan: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora: Banjarmasin, Jurusan

Tafsir Hadis, IAIN Antasari Banjarmasin, 2013.

Hidayah, Nurul. Fungsi al-Qur’an sebagai Syifa’ bagi Manusia (Study Kasusu

padaMasyarakat Kuin Selatan Kecamatan Banjar Utara Kotamadyan

Banjarmasin) Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Ushuluddin dan

humaniora: Banjarmasin, Jurusan Tafsir Hadis, IAIN Antasari

Banjarmasin, 1999.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga, 2009.

Koentjaraningrat, metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama,1997.

Lajnah Pentashih al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya.Jakarta: Pustaka al

Mubin,2013.

Rahmadi.Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press, 2011.

19
Riansyah, “Fenomena Pengamalanal-Qur’an di Pondok Pesantren al-Mujahidin

Marabahan Kabupaten Barito Kuala (Study Living Qur’an)” Skripsi tidak

diterbitkan: Fakultas Ushuluddi dan Humaniora Banjarmasin, Jurusan

Tafsir Hadis, IAIN Antasari Banjarmasin, 2015.

MasriSingrimbun, dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Surfei. Bandung:

Pustaka Jaya Utama, 2004.

Sukmadinata, Nana Syadik. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005.

Syamsuddin, Sahiron. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,

Yogyakarta: Teras, 2007.

Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Utama, 2008.

Tim Penyusun Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai

Pustaka, 2005.

Ulum, Khoirul. “Pembacaan al-Qur’an di Lingkungan Jawa Timur (Study

Masyarakat Grujugan Bondowoso” (Skripsi tidak diterbitkan: UIN

Sunan Kalijaga, Program Pascasarjana, Program Study Agama dan

Pilsafat, jurusan Study al-Qur’an dan Hadis,

2009http://digilib.uinsuka.ac.id/7659/2/BAB%201,%20V,%20DAFTAR

%20PUSTAKApdf.Diakses pada tanggal 7 agustus 2017.

Zaidan, Abdul Rozak dkk, Kamus Istilah Sastra.Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

20
Zainu, Muhammad Ibnu Jamil. Pemahaman al-Qur’an.Bandung: Gema Risalah

Press, tt.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian dan Fungsi al-Qur’an

Adapun fungsi al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Sebagai Mukjizat

21
Disebut demikian karna ayat al-Qur’an dari keindahan kalimat dan

isinya tidak dapat ditiru oleh sastrawan manapun.Meniru yang semisal

dari al-Qur’an pun tidak bisa apalagi membuat yang semisal dengan al-

Qur’an.Tentu tidak aka nada yang mampu menandingi keindahan kata-

kata yang ada dalam al-Qur’an.Contohnya firman Allah dalam Q.S al-

Furqan ayat 53-54.22



53. dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini

tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya

dinding dan batas yang menghalangi.

Ayat ini menerangkan ada adhesi dalam dua macam air.DIA-lah yang menciptakan

manusia dari air dijadikannya berketurunan.Ayat ini menceritakan kemampuan Allah

SWT merubah air jadi tulang, daging, rambut hingga menjadi manusia yang

sempurna.

2. al-Qur’an

B. Metodologi Tafsir

Metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.

Dalam bahasa inggris kata ini ditulis method sedangkan bangsa Arab menterjemahkannya

dengan thariqat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti cara

yang teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud. Atau juga bisa dikatakan

dengan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk

mencapai target yang ditentukan.23

22
Kahar Masyhur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Cet.1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992),
11-12.
23
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Cet.3, (Bandung: Tafakur, 2011), 97-98.

22
Menurut bahasa kata tafsir berarti penjelasan atau keterangan. Jadi yang dimaksud

dengan tafsir disini adalah menjelaskan atau menerangkan makna al-Qur’an yang sulit

untuk difahami atau menerangkan makna ayat al-Qur’an yang masih tersembunyi.24

Metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode penafsiran al-Qur’an. Jika

pembahasan itu berkaitan erat dengan cara penerapan metode terhadap ayat-ayat al-

Qur’an maka ia disebut dengan metodik. Cara penyajian atau formulasi tafsir disebut juga

dengan teknik penafsiran

Tafsir al-Qur’an berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua yaitu tafsir bil Ma’tsur dan

tafsir bil Ra’yi.

1. Tafsir bil Ma’tsur

Sering disebut juga dengan tafsir bi al-Riwayah atau tafsir bil ma’qul. Menurut Manna

al-Qathan tafsir bil ma’tsur adalah tafsir bil ma’tsur adalah tafsir al-Qur’an yang

didasarkan atas dalili-dalil sahih yang dinukil dengan sahih secara tertib mulai tafsir al-

Qur’an dengan al-Qur’an atau dengan as-Sunnah karna as-Sunnah itu datang untuk

menjelaskan kitab Allah atau dengan riwayat dari para sahabat nabi Muhammad SAW

karna mereka dekat dengan nabi dan tahu dengan kitab yang diturunkan kepada nabi atau

dengan apa yang dikatakan oleh tokoh Tabiin karna mereka adalah orang yang dekat

dengan para sahabat nabi.25

Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tafsir bil ma’tsur adalah tafsir

al-Qur’an yang cara penafsirannya adalah menafsirkan ayat al-Qur’an dengan

menggunakan al-Qur’an itu sendiri, dari riwayat para sahabat dan dari riwayat para tabiin.

2. Tafsir bil Ra’yi

Sering juga disebut dengan tafsir bi al-Dirayah atau tafsir bi al-Ma’qul. Ra’yi berarti

keyakinan jadi tafsir bil Ra’yi adalah menafsirkan al-Qur’an berdasarkan ijtihad dan
24
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997).
h.51.
25
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, h.54-55.

23
pemikiran mufassir yang telah mengetahui bahasa Arab dan metodenya, dalil hukum

yang ditunjukkan, Asbab an-Nuzul, nasikh mansukh dan ilmu ulumul Qur’an.

Secara garis besar penafsiran al-Qur’an dilakukan dengan empat cara (metode) yaitu:

1. Tahlili (analitis)

Menurut bahasa Tahlili berarti

2. Ijmali (global)

3. Muqaran (perbandingan)

4. Maudhu’i (tematik)

metodologi tafsir seperti sumber dan corak penafsiran al-Qur’an.

24

Anda mungkin juga menyukai